You are on page 1of 1

Artikel tentang Pendidikan Multikultural dan Tantangannya di Indonesia

Saat ini multicultural telah menjadi isu global, sebab di dalam globalisasi, proses demokratisasi dan penghargaan terhadap hak asasi manusia yang yang diperkenalkan melalui teknologi informasi yang mengglobal. Multikultural muncul dalam masyarakat yang bervariasi sebagai hasil dari pembasmian ras, kepentingan politik dan ekonomi sebagai keseluruhan yang memberikan sebuah hak untuk di dalam kebudayaan yang lebih tinggi. Gambaran mengenai multikultural terbatas pada pengenalan mengenai keberagaman di dalam masyarakat. Multikultural sering dihubungkan dengan kehidupan demokrasi yang memberikan penghargaan pada perbedaan hak-hak yang ada di dalam masyarakat. Multikultural normative di Indonesia pertama diamanatkan di dalam UUD 1945. Ketentuan di dalam UU menyatakan bahwa rakyat dan bangsa Indonesia mencakupi berbagai kelompok etnis dimana mereka telah berbagi komitmen dalam membangun bangsa Indonesia. Penghargaan terhadap keberagaman rakyat Indonesia di cerminkan dalam sebuah symbol Garuda Pancasila yang berarti bahwa keberadaan kehidupan bangsa memerlukan toleransi. Konsep multikultural normative menentukan polarisasi dari dua kutub yang tidak tampak bertentangan yaitu di satu pihak Negara Kesatuan Republik Indonesia, sementara itu di pihak lain terdapat keanekaragaman suatu bangsa. Polarisasi semacam ini menjadikan dinamika yang alami. Artinya, bahwa dalam pengembangan budaya, tradisi, dan bahasa masing-masing menghormati kelompok suku bangsa serta selalu menyadari bahwa kelompok etnik merupakan bagian dari Negara dan bangsa Indonesia. Di dalam pendidikan multicultural terletak tanggung jawab besar untuk pendidikan nasional. Tanpa pendidikaan yang difokuskan pada pengembangan perspektif multikultural dalam kehidupan sangat tidak mungkin untuk menciptakan keberadaan aneka ragam budaya di masa depan dalam masyarakat Indonesia. Ada tiga tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan multikultural di Indonesia, yaitu : 1. Agama, Suku Bangsa dan Tradisi 2. Kepercayaan 3. Toleransi Ketiga tantangan di atas dapat diatasi dengan adanya sebuah keyakinan yang berarti penundaan menurut definisi Derrida dan Loytard. Keyakinan tersebut dapat dicapai melalui komunikasi dan dialog dengan pihak lain sebagai jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan.

You might also like