You are on page 1of 33

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING


TIPE NUMBER HEADS TOGETHER DAN KONVENSIONAL
(Studi Eksperimen di Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri
1Sumalata)

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
Oleh

RULIN KOLLY
NIM : 211408260



\













UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
2012









BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik diharapkan dapat mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Berdasarkan peraturan tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur,
berilmu, cakap, maju, tangguh, cerdas, kreatif, produktif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab serta sehat jasmani
maupun rohani.
Sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut serta tuntutan zaman maka
peningkatan mutu pendidikan menjadi hal yang dianggap penting. Peningkatan
mutu pendidikan tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas ataupun mutu
1

dari pembelajaran, karena dengan proses pembelajaran manusia akan
menghasilkan sumber daya manusia yang unggul.
Sebagai ilmu dasar ekonomi sangat berguna di dalam kehidupan. Oleh
karena itu, pelajaran ekonomi perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah sekolah menengah pertama untuk membekali mereka dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Hal ini menjadi salah satu masalah utama dalam pendidikan
ekonomi.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sumalata,
diperoleh beberapa informasi yaitu pembelajaran di sekolah tersebut cenderung
berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa. Berdasarkan keterangan yang
diperoleh dari guru mata pelajaran , masalah yang paling sering dihadapi salah
satunya adalah pada pembelajaran materi sistem pendapatan nasional. Di mana
dalam membelajarkan materi sistem pendapatan nasional tersebut, guru
menggunakan pembelajaran konvensional dalam arti pembelajaran satu arah
sehingga ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Informasi lainnya yang
didapatkan adalah salah satu penyebab kurangnya partisipasi aktif dalam
pembelajaran materi tersebut dikarenakan oleh adanaya anggapan siswa bahwa
ekonomi adalah pelajaran yang kurang menarik. Selain itu, ada rasa kurang
percaya diri siswa untuk mengungkapkan pendapatnya sebagai akibat dari adanya
siswa yang lebih pintar di dalam kelas sehingga mereka merasa minder ketika
guru mengajukan pertanyaan.

Hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Sumalata selama 1 tahun terakhir pada
kelas X pada materi macam-macam kebutuhan manusia belum memuaskan dalam
hal ini hasil belajar siswa pada materi tersebut belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal yang telah ditentukan sebelumnya. Rata-rata hasil belajar
siswa pada macam-macam kebutuhan manusia 1 tahun kemarin dapat dilihat pada
tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2010/2011

Kelas Nilai Rata-Rata
X-1 63,73
X-2

62,52
X-3

64,28

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kelas X SMA
negeri 1Sumalata tahun ajaran 2010/ 2011 belum mencapai kriteria ketuntasan 65.
Faktor penyebab utama timbulnya masalah ini adalah tidak lain karena faktor guru
dan siswa itu sendiri. Di mana, guru tidak dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam mengikuti pelajaran
ekonomi.
Selain itu uraian di atas juga mengindikasikan bahwa dalam membelajarkan
ekonomi kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma
pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran ekonomi
cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa contohnya pada
model pembelajaran konvensional dimana guru lebih mendominasi pembelajaran

maka pembelajaran cenderung monoton sehingga berpengaruh terhadap
pencapaian akademik siswa.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut dalam
membelajarkan ekonomi kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai
model pembelajaran yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran
yang direncanakan akan tercapai.
Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru,
bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa secara
benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh mana
guru dapat menggunakan model pembelajaran dengan baik. Diantaranya adalah
dengan menerapkan model pembelajaran yang baru dan menarik bagi siswa yakni
pembelajaran yang tidak terpusat lagi pada guru melainkan terpusat pada siswa.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran ini didasarkan tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi
pembelajaran, tingkat perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
Sebagai contoh model pembelajaran yang terpusat pada siswa adalah model
cooperative learning. Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2007: 29)
mengemukakan bahwa cooperative learning adalah kegiatan belajar mengajar

secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai
kepada pengalaman kelompok.
Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa ada banyak alasan yang membuat
pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya
adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-
akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan
meningkatkan rasa harga diri.
Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning, siswa
memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga
dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir
(thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan
untuk mengemukakan pendapat, menerima saran, dan masukan dari orang lain,
bekerja sama, rasa kesetiakawanan, dan mengurangi timbulnya perilaku
menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl dalam Isjoni, 2007: 24).
Pembelajaran dengan menggunakan model kelompok ini, akan
memungkinkan siswa lebih aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Berbicara tentang model pembelajaran kooperatif, ada begitu banyak model
pembelajaran yang biasa digunakan guru, diantaranya model kooperatif tipe
number heads together. Arends (2008: 16) mengemukakan bahwa ada empat hal
pokok yang terdapat pada tipe number heads together yaitu (1) penomoran

(numbering),(2) pengajuan pertanyaan (questioning), (3) berpikir bersama (head
together), dan (4) pemberian jawaban (answering).
Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa dalam kegiatan pembelajaran
khususnya pembelajaran ekonomi dipengaruhi oleh model pembelajaran yang
digunakan oleh guru yang mendukung adanya aktivitas dan pastisipasi dari siswa
di dalam kegiatan pembelajaran. Di mana setiap model pembelajaran yang
digunakan ataupun diterapkan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh model coopeerative learning tipe number heads together
terhadap hasil belajar siswa pada materi macam-macam kebutuhan manusia di
kelas X SMA Negeri 1 Sumalata

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya penggunaan model cooperative learning tipe number heads
together dalam pembelajaran.
2. Adanya anggapan siswa bahwa ekonomi adalah pelajaran yang sulit.
3. Adanya rasa kurang percaya diri siswa dalam mengeluarkan pendapat ketika
guru mengajukan pertanyaan.
4. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi macam-macam kebutuhan
manusia


1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan yaitu apakah terdapat perbedaan model
cooperative learning tipe number heads together dan model konvensional
terhadap hasil belajar siswa dan apakah model cooperative learning tipe number
heads together efektif dalam mengajarkan materi macam-macam kebutuhan
manusia

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui perbedaan model cooperative learning tipe number heads together
dan konvensional terhadap hasil belajar siswa dan untuk mengetahui keefektifan
model cooperative learning tipe number heads together dalam mengajarkan
materi macam-macam kebutuhan manusia

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman khususnya di bidang
pendidikan.
2. Bagi guru
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan model
penyampaian materi pada siswa khususnya mata pelajaran ekonomi.


3. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan sehubungan dengan keterampilan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran.
4. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pandangan di lingkungan pendidikan bagi penulis
5. Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan
dalam mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.




























BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian belajar
Slameto (2010: 2) mengemukakan bahwa: Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Morgan (dalam Syaiful :
2006: 13) merupakan setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar
yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para sisiwa itu di sekolah maupun di
lingkungan keluarganya sendiri.
Menurut Benyamin Bloom (dalam Sudjana 2004:50) belajar adalah
perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif yaitu pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, ranah afektif yaitu
penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi, serta ranah
psikomotorik yaitu gerkan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual atau ketepatan, gerakan-gerakan skill dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Menurut Mujiono dkk (2009:9) belajar adalah suatu prilaku di mana pada
saat orang belajar responnya menjadi lebih baik. Dari beberapa definisi tentang
belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
8

mengakibatkan terjadinya perubahan dalam diri seseorang baik itu mengenai
pengetahuan atau sikap yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan, misal membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

2.1.2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2009: 200) bahwa: Hasil belajar adalah
sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan
pengajaran di mana, hasil belajar ditandai dengan skala nilai. Seorang siswa
dikatakan telah belajar jika adanya perubahan tingkah laku pada siswa tersebut,
yaitu perubahan tingkah laku yang menetap.
Dalam Sudjana (2005 : 22-23), Bloom membagi hasil belajar dalam 3 ranah,
yakni :
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sistesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.



3. Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni
gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perspsual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keteerampilan kompleks dan
gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa
dalam belajar sehingga memiliki pengalaman dalam bentuk penguasaan terhadap
ilmu pengetahuan serta memiliki perubahan sikap dan keterampilan sebagai hasil
usaha yang dilakukannya.
Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa perubahan tingkah laku pada
siswa merupakan hasil dari belajar. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan
Sudjana (2005: 3) bahwa: hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku.
Hasil belajar dapat diurai secara luas berdasarkan konsepsi yang digunakan.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai perolehan siswa pada materi tertentu setelah
mereka menjalani aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu pula. Hasil belajar
yang diperoleh siswa, biasanya akan diketahui setelah guru melakukan
pengukuran dengan menggunakan tes, baik tes tertulis maupun lisan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa adalah salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan
seseorang dalam belajar yang berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajar yang dapat berupa nilai belajar
yang ditentukan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar.

2.1.3. Model Cooperative Learning tipe Number Heads Togeteher
Buchari (2009: 94) mengemukakan bahwa: Agar pembelajaran dapat
berhasil dengan baik guru harus dapat memilih model-model ataupun strategi
yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran salah satunya dengan
cooperative learning.
Cooperative berarti bekerja sama dan learning berarti belajar, jadi belajar
melalui kegiatan bersama. Namun tidak semua belajar bersama adalah
cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama melalui teknik-teknik tertentu.
Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa: Cooperative learning atau
pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di
mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2009: 27) mengemukakan bahwa:
Cooperative learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-
kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman
kelompok. Karena itu, cooperatif learning didasarkan pada teori-teori
perkembangan kognitif, perlakuan dan persandaran sosial
Isjoni (2009: 33) mengemukakan bahwa: Pelaksanaan model cooperative
learning membutuhkan pertisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran.

Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih
baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial.
Di antara berbagai jenis model yang sering digunakan dalam pembelajaran
ekonomi, salah satu diantaranya adalah model cooperative learning tipe number
heads together.
Arends (2008: 16) mengemukakan bahwa: Number heads together adalah
pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran
dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Untuk
mengarahkan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat
langkah berikut ini:
a. Langkah 1-Numbering.
Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggota tiga sampai lima
orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing
tim memiliki nomor antara satu sampai lima.
b. Langkah 2-Questioning
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya bisa
bervariasi. Pertanyaan itu bisa sangat spesifik dan dalam bentuk
pertanyaan.
c. Langkah 3-Heads Together
Siswa menyatukan kepalanya untuk menemukan jawabannya dan
memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya.
d. Langkah 4-Answering

Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok
yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan
jawabannya ke hadapan seluruh kelas

Model cooperative learning tipe number heads together mempunyai
beberapa kelebihan diantaranya: meningkatkan prestasi belajar, rasa ingin tahu,
rasa percaya diri, kerja sama, komunikasi antar peserta didik, dan membantu
peserta didik belajar menggunakan sopan santun serta menghargai pendapat orang
lain (Isjoni dan Ismail, 2008: 157-158). Selain itu, Macmilan (dalam Isjoni dan
Ismail, 2008: 157) menyatakan bahwa Bila dibandingkan dengan pembelajaran
yang masih bersifat konvensional pembelajaran kooperatif memiliki beberapa
keunggulan. Keunggulan pembelajaran kooperatif dilihat dari aspek siswa adalah
memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu
pandangan dan pengalaman yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama
dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif Tipe NHT menurut Suprijono
(2009: 64) adalah kegaduhan yang terjadi di dalam kelas. Hal ini sebagai akibat
dari pembagian kerja yang kurang adil oleh guru dan banyak guru yang hanya
membagi peserta didik dalam kelompok kemudian memberikan tugas untuk
menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai hal yang dikerjakan sehingga
siswa merasa ditelentarkan.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning
merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil,

bekerja sama dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Keberhasilan dari model ini
sangat bergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara
individual maupun dalam bentuk kelompok.

2.1.4. Pembelajaran Konvensional
Menurut Djamarah (2006: 97): Metode pembelajaran konvensional adalah
metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam
pembelajaran, metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi
dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Dhari (dalam Isjoni & Ismail, 2008: 159) mengemukakan bahwa: model ini
sangat sesuai untuk memberikan informasi kepada anak didik menyangkut bahan
subjek yang baru dan memberikan penjelasan tentang suatu masalah yang
dihadapi peserta didik serta mengawali pembekalan di luar model ceramah
Menurut Brooks & Brooks (dalam Juliantara: 2009), mengemukakan bahwa
penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan
pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai
proses meniru dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkannya kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar
(http://m.kompasiana.com/post/4cd6acec8ead0eb112ed0200).

Menurut Burrowes (dalam Juliantara: 2009) mengemukakan bahwa
pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (a) pembelajaran terpusat
pada guru, (b) terjadi passive learning, (c) interaksi di antara siswa kurang, (d)
tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (e) penilaian bersifat sporadis
(http://m.kompasiana.com/post/4cd6acec8ead0eb112ed0200).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran guru
di sini aktif dan siswa cenderung pasif.
Arends(2008: 2) mengemukakan perbandingan model pembelajaran yang
berpusat pada guru dan yang berpusat pada siswa dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perbandingan model pembelajaran yang berpusat pada guru dan
pembelajaran yang berpusat pada siswa

Fitur
Model yang berpusat pada
guru
Model yang berpusat pada
Siswa
Landasan Teoritis Teori Belajar-Sosial,
Behavioral, dan Pemrosesan-
Informasi.
Teori Koginitif dan
Kontruktivis.
Peran Guru Guru merancang pelajaran-
pelajaran yang dimaksudkan
utnuk memenuhi standar dan
tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya; menggunakan
prosedur-prosedur yang
mendukung perolehan
pengetahuan dan
keterampilan yang telah
Guru membangun berbagai
kondisi untuk bahan
penyelidikan siswa;
melibatkan siswa dalam
perencanaan; mendorong
dan menerima ide-ide
siswa; memberi otonomi
dan pilhan kepada siswa.

ditetapkan.
Peran Siswa Siswa sering berperan pasif,
mendengarkan keterangan
guru, atau membaca,
mempraktikkan keterampilan
yang ditetapkan oleh guru.
Siswa lebih sering berperan
aktif; berinteraksi dengan
sesama siswa dan
berpartisipasi di berbagai
kegiatan investigatif dan
mengatasi masalah.
Tugas Perencanaan Sangat didominasi oleh guru;
terkait erat dengan standar
dan tujuan kurikulum yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Keseimbangan antara input
guru dan siswa; terkait
secara fleksibel dengan
standar dan tujuan
kurikulum.
Fitur
Model yang berpusat pada
guru
Model yang berpusat pada
Siswa
Lingkungan Belajar Sebagian besar
distrukturisasikan dengan
ketat. Ini bukan berarti
otoritarian.
Struktur longgar; ditandai
oleh proses-proses yang
demokratis, pilihan, dan
menyelidiki.
Prosedur Asesmen Menyandarkan diri pada
prosedur dan proses kertas-
dan-pensil dan selected-
response yang lebih
tradisional.
Menyandarkan diri pada
prosedur dan proses
asesmen autentik dan
asesmen performance.



Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa, model yang berpusat pada siswa seperti
model cooperative learning tipe number heads together dapat digunakan sebagai
pilihan utama dalam melaksanakan pembelajaran hal ini dikarenakan beberapa

fitur yang diberikan oleh model yang berpusat pada siswa lebih baik daripada fitur
yang diberikan oleh model yang berpusat pada guru.


2.2. Kerangka Berfikir
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses
belajar mengajar. Dalam pembelajaran ekonomi hasil belajar siswa tergolong
rendah. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi karena pembelajaran yang masih terpusat pada guru, sehingga
siswa kurang aktif dalam mencari pemahaman tentang materi pelajaran. Selain itu,
rasa minder siswa dalam mengeluarkan pendapatnya dalam pembelajaran akibat
adanya siswa yang lebih berprestasi juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang
berpusat kepada siswa, sehingga siswa dapat berpartisapasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Cooperative learning tipe number heads together adalah salah satu
model pembelajaran yang terpusat pada siswa dimana siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok dan masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung
jawabnya masing-masing terhadap kelompok, sehingganya mereka aktif dalam
kelompoknya tersebut.
Sebaliknya dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak hanya
mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru. Akibatnya, pengetahuan mereka
hanya bersifat sementara dan mudah hilang. Padahal kebanyakan siswa
merupakan pembelajar visual yang memiliki kemampuan untuk mengingat

dengan cara mengasosiasikan apa yang dilihatnya. Siswa hanya dijejali dengan
pengetahuan sehingga dengan sendirinya mereka akan bosan dan pastinya mereka
tidak akan tertarik dengan materi yang diberikan. Walaupun ada kemungkinan
siswa termotivasi pasti hanya karena takut dengan gurunya, malu mendapat nilai
rendah, dan motivasi lainnya yang merupakan jenis motivasi ekstrinsik.
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka berfikir dalam
bagan sebagai berikut:










Gambar 2. Bagan Kerangka Fikir




Kegiatan Belajar Mengajar
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Konvensional
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe number
heads together
Hasil Belajar

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model cooperative learning tipe number heads together terdapat
perbedaan jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.

2.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan model cooperative learning tipe number heads together
lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional




























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sumalata. Penetapan lokasi
penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa saat penulis melakukan pra-
observasi dimana banyak ditemukan permasalahan dalam proses belajar mengajar.
Di antaranya terdapat sebagian siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
mata pelajaran ekonomi, juga belum efektifnya kerja sama antar siswa untuk
menyelesaikan tugas dalam kelompok, serta masih kurangnya penerapan model
pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Berbagai
permasalahan inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan
penelitian di lokasi tersebut dalam hal ini SMA Negeri 1 Sumalata.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan mulai dari
pengumpulan data, pengelohan data dan penyusunan hasil penelitian. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:






19

Tabel 1
Jadwal Perencanaan Penelitian
N
o
Uraian Kegiatan Tahun Pelaksanaan Tahun 2012
FEBRUAI MARET APRIL MEY JUNI JULI AGUSTUS
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
PENELITIAN
PENDAHULUAN

2
PENYUSUNAN
PROPOSAL
/BIMBINGAN

3 UJIAN PROPOSAL

4 REVISI PROPOSAL

5 PENELITIAN

6 UJIAN HASIL

7 REVISI UJIAN HASIL

8 UJIAN SKRIPSI



3.2 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen
Posttest-Only Control Design (Sugiyono, 2006:84). Desain ini melibatkan dua
kelompok subjek yang berbeda dalam perlakuan. Kelompok yang satu diberikan
perlakuan eksperimental (kelas eksperimen) dan kelompok yang lainnya tidak
diberikan perlakuan (kelas kontrol). Dari desain ini efek dari suatu perlakuan
terhadap variabel dependen akan diuji dengan cara membandingkan keadaan
variabel dependen pada kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan dengan
kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.


Tabel 5. Desain Penelitian
Perlakuan Post Test
Kelas Eksperimen X
1
O
1
Kelas Kontrol X
2
O
2
Keterangan:
X
1
: Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe number heads together
X
2
: Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional
O
1
: Tes akhir untuk kelas eksperimen
O
2
: Tes akhir untuk kelas kontrol

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Selanjutnya Prasetyo dan Jannah (2005 : 119) mengemukakan bahwa populasi
adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Dari pengertian tersebut
maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA Negeri Sumalata, dengan jumlah 96 siswa yang tersebar dalam 3 (tiga)
kelas dan terdaftar pada tahun ajaran 2011/2012.

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling. Sehingga dengan demikian, penulis mengambil sampel pada siswa
kelas X
1
dengan jumlah siswa 33 orang sebagai kelas perlakuan (eksperimen)
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number
heads together dan kelas X
2
dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas kontrol
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Tabel 6. Distribusi Kelas X SMA Negeri 1 Sumalata
No. Kelas
Jumlah
Keterangan
L P
1.
2.
3.
X
1

X
2

X
3

13
15
11
20
17
20

Jumlah 39 57 96


3.4 Teknik Penelitian
1. Pelaksanaan Perlakuan
Masing-masing kelas yang merupakan sampel diberikan perlakuan.
Kelas eksperimen dikenakan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Number heads together dan kelas kontrol dikenakan model
pembelajaran konvensional.

2. Pelaksanaan Post Test
Pada akhir materi dilakukan pelaksanaan post test. Hal ini untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada 2 (dua) kelas tersebut untuk mata
pelajaran Ekonomi.

3.5 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test. Test
merupakan instrumen pokok pengumpulan data untuk menyaring hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ekonomi

3.6 Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik pengumpulan data adalah
sebagai berikut:



a. Observasi
Untuk memperoleh data yang akurat dalam suatu penelitian, maka
sebagai langkah awal yang digunakanan dalam pengumpulan data ini adalah
observasi. Menurut Purwanto (2004), observasi adalah metode atau cara -
cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis
mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau
kelompok secara langsung. Sedangkan menurut Muh. Surya (1995),

observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang cukup efektif dalam mempelajari suatu sistem. Dalam pelaksanaan
observasi ini, peneliti dapat melihat langsung keadaan lokasi penelitian serta
dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran di kelas.
b. Tes
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap
stimulus atau pertanyaan (Djemari, 2008). Dalam penelitian ini tes diberikan
dalam bentuk post test. Hal ini untuk mengetahui hasil belajar siswa pada 2
(dua) kelas tersebut untuk mata pelajaran ekonomi.
c. Dokumentasi
Dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar
sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Menurut
Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.

3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan panelitian dengan metode eksperimen yaitu ingin
menguji adanya perbedaan dalam penerapan suatu perlakuan pada dua objek yang
berbeda. Untuk menguji hipotesis yaitu beda rata-rata hasil belajar antara kelas
eksperimen (menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads

Togeher) dan kelas kontrol (model pembelajaran konvensional). Untuk
menentukan apakah perbedaan itu signifikan maka dilakukan uji t. Syarat uji t
adalah kedua kelompok harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai varian yang homogen. Oleh sebab itu, sebelum melakukan uji t perlu
analisis normalitas dan homogenitas sebagai berikut:
a. Uji Homogenitas Varian
Pengujian homogenitas varian bertujuan untuk menguji kesamaan
rata-rata dari beberapa varian. Karena dalam penelitian ini hanya
menggunakan 2 (dua) kelas maka rumus yang digunakan adalah uji
kesamaan dua varian. Langkah-langkah pengujian kesamaan dua varian
(Sudjana, 2002:249) adalah sebagai berikut:

Akan diuji dua varian untuk hipotesis H
0
dan tandingannya H
1
:
H
0
:
1
2
=
2
2

H
1
:
1
2

2
2

Jika sampel dari populasi kesatu berukuran n
1
dengan varian S
1
2
dan
sampel dari populasi kedua berukuran n
2
dengan varian S
2
2
maka untuk
menguji hipotesis di atas digunakan statistik:
F =
S
1
2
S
2
2

Karena kriteria pengujian adalah terima hipotesis H
0
jika:
F
( 1-u) ( n
1-
1)
< F < F
1/ 2u( n
1
-1) ( n
2
-1)

Untuk taraf nyata , dimana F
(m,n)
didapat dari distribusi F dengan
peluang , pembilang = n dan penyebut = n, dalam hal ini H
0
ditolak.

b. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji
normalitas yang digunakan adalah uji Lillefors (Sudjana, 2002:466) dengan
prosedur sebagai berikut:
Pengamatan X
1
, X
2
. X
n
dijadikan Z
1
, Z
2
. Z
n
dengan
menggunakan rumus:
Z

=
X
i
-X
S

Dimana:
X

: Rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus:


X

=
X
1
n


3.8 Pengujian Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji kesamaan dua
rata-rata. Pengujian dimaksdukan untuk melihat apakah sampel kelas eksperimen
dan kelas control memperlihatkan hasil yang berbeda. Statistik hipotesis yang
akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
H
0
:
1
=
2


H
0
:
1

2


Hitung statistik t rumus yang digunakan yaitu:
Tidak terdapat perbedaan signifikan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together
dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran ekonomi.
Terdapat perbedaan signifikan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe number heads together dan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran ekonomi

t =
X

1
- X

2
_
1
n
1
s
+
1
n
2
(Sudjana, 2002:239)























DAFTAR PUSTAKA
Alma, H. Buchari. 2009. Guru Profesional: Menguasai Model dan Terampil
Mengajar. Bandung: CV. Alfabeta
Arends, Richard I. 2007. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar, Edisi
Ketujuh, Buku Dua. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri
Mulyantini Soetjipto. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Penelitian Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bhari dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2009. Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.
Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Eggen, Paul D. dan Kauchak. 1988. Strategies for Teachers: Teaching Content
and Thingking Skills. New Jersey: Prantice Hall
Isjoni, 2007. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: CV. Alfabeta
Isjoni (Ed) dan Mohd. Arif Hj Ismail (Ed). 2008. Model-Model Pembelajaran
Mutakhir. Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo
Mudhafir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Karya
Riduwan. 2005. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: CV. Alfabeta
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Slavin, Robert. E. 1994. Education Phsycologi Theory and Practice. Boston Allyn
and Bachon Publisher
----------. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset,dan Praktik. Terjemahan oleh
Narulita Yusron. 2008. Bandung: Nusamedia
Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tasrito
----------. 2005. DasarDasar Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
----------. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sugiyono. 2009. Model Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
Suherman, Dkk. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Uno, Hamzah, dkk. 1998. Teori Belajar dan Pembelajaran. Gorontalo: Nurul
Jannah
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi,
Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-
strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/, diunduh : Januari
2011)

You might also like