Professional Documents
Culture Documents
MATA KULIAH
ANALISIS KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN LINGKUNGAN
(PSL 611)
Danau
Sawa Zona III
h
Zona II
Zona I
Oleh:
USMAN (P 062050111)
ZAKIYAH (P062040151)
I. PENDAHULUAN
Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami (UU No. 5 Tahun 1990). Kawasan Danau
Dusun Besar adalah salah satu Cagar Alam yang ditetapkan sejak tanggal 17 Juni 1936.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 602/Kpts-II/1992, ditetapkan sebagai
Cagar Alam dengan nama Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADDB) seluas 577 ha,
register 61. (Usman, 2001 a).
Penetapan kawasan konservasi bertujuan melindungi ekosistem dan sumberdaya
alam, serta proses-proses ekologi di dalamnya (Hardjasoemantri, 1993). Upaya
memadukan pelestarian dan pengelolaan Sumber Daya Hayati dengan kebijakan
pembangunan yang bertumpu pada larangan bermukim disekitar atau di dalam kawasan,
terbukti tidak berhasil. Karena itu diperlukan sebuah upaya baru untuk memadukan
pelestarian kawasan dengan kebutuhan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat.
Sepintas upaya tersebut memberikan harapan, namun tidak demikian kenyataannya. Salah
satu penyebabnya, bahwa langkah-langkah ekonomi dalam pengelolaan sumber daya
alam, akhirnya malah menstimulasi penduduk untuk menguasai sumber daya alam dan
masuk ke dalam kawasan, contohnya adalah kasus perambahan dan penguasaan
Kawasan CADDB di Provinsi Bengkulu (Usman, 2001a)
Kebijakan Pemerintah Provinsi Bengkulu membangun jalan Ring road yang
membelah Kawasan CADDB tahun 1991, telah memicu perambahan dari 3 KK menjadi
159 KK. Hal ini terjadi karena meningkatnya aksesibilitas ke dalam Kawasan.
Pemerintahan Kota Bengkulu telah memperparah dengan mengizinkan pembangunan
perumahan di daerah yang secara ekologis adalah daerah genangan dari daerah
penyangga Kawasan CADDB (Usman, 2001).
Kualitas air danau dipengaruhi oleh musim, intensitas perambahan dan adanya TPA di
catchmen area, Dari Tahun 1997 sampai 2005, Kerusakan Kawasan Cagar Alam bahkan
telah menimbulkan kerugian dan dampak secara langsung kepada petani yang
memanfaatkan air danau sebagai irigasi persawahan di hilirnya.
1.3. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji sistem pengelolaan kawasan
koservasi bertujuan untuk menjaga kelestariannya, dengan studi kasus Kawasan Cagar
Alam Danau Dusun Besar Provinsi Bengkulu.
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 2
Usman P 062050111, Zakiyah P062040151
2.1. Kebijakan
Analisis Kebijakan dilakukan dengan menciptakan, menilai, dan mengkomunikasikan
pengetahuan dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan kebijakan. Tahap-tahap
tersebut mencerminkan aktivitas yang terus berlangsung sepanjang waktu.
Menurut Dunn (1998), analisis kebijakan yang baik (berkualitas) belum tentu
dimanfaatkan oleh pemakainya, dan jikapun analisis kebijakan digunakan, belum menjamin
kebijakan yang lebih baik. Pada kenyataannya, ada jarak yang amat lebar antara
pembuatan analisis kebijakan dan pemanfaatannya dalam proses pembuatan kebijakan.
Analis kebijakan, dengan demikian, adalah salah satu diantara sejumlah banyak
aktor lain di dalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan (policy system), atau seluruh
institusional di mana di dalamnya kebijakan dibuat, mencakup hubungan timbal balik
diantara tiga unsur, yaitu; kebijakan publik, pelaku kebijakan, dan lingkungan kebijakan.
Kebijakan publik (public policy) merupakan rangkaian pilihan yang saling berhubungan
(termasuk keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat
pemerintah, yang diformulasikan di dalam berbagai bidang (isyu), misalnya pertahanan,
energi, kesehatan, lingkungan, kesejahteraan dan lain-lain (Anharudin, 2004)
Menurut Dunn (1998) Prosedur analisis kebijakan paralel dengan tahap-tahap
pembuatan kebijakan, kesamaannya dapat dilihat sebagaimana matrik di bawah ini.
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 3
Usman P 062050111, Zakiyah P062040151
TUJUAN
Rumusan Kebijakan
agar strategi dapat
STRATEGI dilaksanakan
KEBIJAKAN INSTRUMEN
KEBIJAKAN
¾ Kesatuan: AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes
untuk persoalan-persoalan yang tak terstruktur.
¾ Kpmpleksitas: AHP memadukan pendekatan dedukstif dan induktif dalam
pemecahan persoalan yang kompleks.
¾ Saling ketergantungan: AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran manusia
untuk memilah-milah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
¾ Pengukuran: AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal yang
kuantitatif dan kaulitatif untuk menetapkan suatu prioritas.
¾ Konsistensi: AHP mampu melacak konsistensi logis dari pertimbangan-
pertimbangan dalam menetapkan berbagai prioritas.
¾ Sintesis: AHP menuntun kepada suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan suatu
alternatif.
¾ Tawar menawar: AHP dapat mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor yang memungkinkan terpilihnya alternatif terbaik.
¾ Penilaian dan konsensus: AHP tidak memaksakan konsensus melainkan
mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-
beda.
¾ Pengulangan proses: AHP memungkinkan pengabilan keputusan memperbaiki
definisi dan pertimbangan suatu persoalan melalui pengulangan.
3.1. Metode
Makalah ini disusun berdasarkan literatur dan data-data sekunder, untuk membuat
kebijakan Generik dalam upaya pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu
Untuk membuat keputusan dalam pengelolaan dalam pelestaran Kawasan
Konservasi CADDB di analisis dengan menggunakan AHP, dan tools Criterium Decision Plus.
Tabel 1. Analisis kebutuhan kepentingan para pihak dalam pengelolaan kawasan CADBB
berkelanjutan
Gambar 2. Struktur Hirarki Penetapan Prioritas Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 7
Usman P 062050111, Zakiyah P062040151
Aktor
Gambar 3. Hasil akhir analisis peran masing-masing faktor, aktor, tujuan dan prioritas alternatif Strategi
Kebijakan Generik pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar
Gambar 4. Hasil akhir penentuan prioritas kebijakan generik untuk pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Bengkulu
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 8
Usman P 062050111, Zakiyah P062040151
Tabel 2. Resume hasil matrik masing-masing faktor, aktor, tujuan, dan alternatif kebijakan Generik upaya pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar
Jalan di Co
Tutup Management Perubahan CA
Fokus Priorities Rating Set Faktor Priorities Rating Set Aktor Priorities Rating Set Lowest Criteria Priority Priority Priority
PEL Catc
CADDB 0,699 Catc Area Area 0,112 NGO NGO 0,243 Kel Kwsn Kel Kwsn 0,300 0,648 0,052
0,237 Ring Road 0,342 BKSDA 0,701 Pen. Pendapatan Pen. Pendapatan 0,188 0,731 0,081
0,064 TPA 0,391 Petani 0,056 Akses Antar Kab Akses Antar Kab 0,093 0,773 0,134
0,124 Nelayan BKSDA 0,300 Kel Kwsn
0,031 Pemda 0,648 Pen. Pendapatan
RING
ROAD 0,062 NGO 0,052 Akses Antar Kab
0,260 BKSDA Petani 0,297 Kel Kwsn
0,389 Petani 0,645 Pen. Pendapatan
0,154 Nelayan 0,058 Akses Antar Kab
0,135 Pemda Nelayan 0,285 Kel Kwsn
TPA 0,041 NGO 0,653 Pen. Pendapatan
0,152 BKSDA 0,062 Akses Antar Kab
0,452 Petani Pemda 0,293 Kel Kwsn
0,238 Nelayan 0,641 Pen. Pendapatan
0,117 Pemda 0,067 Akses Antar Kab
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 9
Usman P 062050111, Zakiyah P062040151
4.2. Pembahasan
Dari hasil analisis AHP (Gambar 4, Tabel 2) menunjukkan bahwa manajemen
kolobarasi adalah alternatif yang paling diinginkan. Manajemen Koloborasi (Co-
Management; Tabel 1) adalah alternatif untuk mencegah konflik berkepanjangan antara
dua kutub kepentingan keinginan pemerintah untuk melakukan perubahan status Cagar
Alam menjadi Hutan Wisata supaya pengelolaannya bepindah dari wewenang pemerintah
pusat ke propinsi dengan keinginan Petani, BKSDA dan Nelayan pada sisi lain, yang tetap
mempertahankan Status Kawasan sebagai Cagar Alam, maka manajemen yang ditawarkan
oleh LSM adalah suatu bentuk penyelesaian konflik alternatif terbaik (bobotnya 0,699).
Keinginan pemerintah daerah untuk mengusulkan perubahan status kawasan ini di
dorong oleh keinginan untuk tetap menggunakan jalan (ring road) yang telah dibangun
pada tahun 1991 yang lalu. Penentangan terhadap pembukaan jalan oleh BKSDA, Petani
dan Nelayan disebabkan oleh adanya keinginan untuk mempertahankan catchment area
agar tidak dirambah lagi seperti kejadi pada saat awal pembukaan jalan (1991) hingga
tahun 1997, dimana hampir tidak ada lagi vegetasi yang tersisa.
Dari Gambar 3 dan Tabel 2 menunjukkan semua aktor sepakat bahwa tujuan utama
dalam pelestarian cagar alam ini adalah untuk meningkatan pendapatan. Peningkatan
pendapatan pada petani dan nelayan yang sumber ekonominya sangat tergantung dengan
kelestarian catchment area dan konservasi debit air danau, akan mempunyai multiplier
effect terhadap peningkatan pendapat daerah. Dari lahan persawahan seluas lebih kurang
1000 ha ini akan dihasilkan paling itdak 2 000 ton padi kering giling setiap musim
tanamnya (dengan asumsi produksi 2 ton/ha). Hal ini secara nyata akan mampu
mempengaruhi penggunaan APBD untuk mendatangkan beras dari daerah lain.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa petani adalah aktor yang paling besar bobot
peranannya dalam pelestarian cagar alam (0,395), hal ini disebabkan bahwa sumber
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 10
Usman P 062050111, Zakiyah P062040151
ekonomi petani sangat tergantung dengan kelestarian cagar alam, sebab air irigasi
persawahan mereka, sangat tergantung dan hanya berasal dari debit air danau yang
ditampung. Jika catchmen areanya rusak maka debit air danau tidak akan terkonservasi
dengan baik.
Dari Gambar 3 dan 4, serta Tabel 2 peran NGO (LSM) secara bobot tidak lebih
besar dibadingkan dengan Petani dan BKSDA akan tetapi LSM mempunyai peranan penting
dalam mengadvokasi petani dan nelayan untuk mempertanhankan kelestarian Cagar Alam
Danau Dusun Besar. Di hadapkan dengan kemampuan birokrasi mempunyai SDM, dana,
dan jaringan maka petani dan nelayan tidak akan mampu melakukan pengkajian secara
akademis jika tidak mendapat pendamping dari LSM atau pihak lainnya. Peran LSM
terlihat ketikan usulan untuk menggunakan alternatfi Co-Management menjadi alternatif
yang disepakati semua aktor termasuk pemerintah dan BKSDA.
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 11
Usman P 062050111, Zakiyah P062040151
V. KESIMPULAN
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 12
Usman P 062050111, Zakiyah P062040151
Ma’arif, M.S., dan H. Tanjung. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif Untuk Manajemen. Grasindo,
Jakarta.
Saaty L. Thomas, 1991, Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin Proses Hirarki Analitik
untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, Jakarta : Dharma
Aksara Perkasa
Usman, 2001a. Kawasan Danau Dusun Besar Harus Tetap Sebagai Cagar Alam. J.
Agroekologi. 1(3): 126-131.
Winarno, Budi., 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta :Media Pressiondo
Analisis Kebijakan Pelestarian Cagar Alam Danau Dusun Besar Bengkulu (Usman dan Zakiyah) 13