You are on page 1of 11

RADD

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Matakuliah Fiqih Mawaris:

Disusun Oleh : Ridwan Darmansyah Taufik Hidayat KELAS : Hesy 2 (Semester 2)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH STAI IBNU SINA BATAM 2012

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT.Hanya Dia yang dapat memberi kekuatan bagi hambaNya untuk menyelesaikan segala hal.Tiada kekuatan yang lebih dahsyat dari pada kekuatan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Fiqih, ini yang tidak terlepas dari kekuatan dan ketabahan yang bersumber dari-Nya jua. Shalwat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada bimbingan Nabi Besar Kita Muhammad SAW,yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menerang seperti yang kita rasakan pada saat ini dan semoga kita selalu mendapat Syafaat dari Beliau kelak di hari Akhir, amien ya rabbal alamin. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan tentang bahasan makalah ini,maka dari itu syaran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan, atas syaran dan kritiknya kami ucapkan terimakasih,namun demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pembaca dalam memahami Ilmu-Ilmu Fiqih.

Batam,Juni 2012 Penulis

DAFTAR ISI

hal HALAMAN JUDUL................................................................................................. 1 KATA PENGANTAR............................................................................................... 2 DAFTAR ISI............................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6 2.1 RADD...................................................................................................... 6 2.2 RUKUN RADD...................................................................................... 7 2.3 HUKUM KEADAAN............................................................................. 7 BAB III PENUTUP................................................................................................... 10 3.1 KESIMPULAN....................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang radd adalah sistem pembagian harta warisan yang lahir pada zaman khalifah Umar bin Khattab dan berkembang serta tetap dipertahankan sampai saat ini. Sistem ini sangat terkenal karena dengan sistem ini salah satu persoalan hukum waris yang sebelumnya sulit untuk diselesaikan dapat dengan mudah diselesaikan. Akan tetapi belakangan ini diketahui bahwa sistem ini banyak mengandung kelemahan terutama bila diselaraskan dengan rumus- rumus matematika. Selanjutnya kelemahan-kelemahan tersebut dijadikan titik serangan oleh mereka yang tidak senang dengan Islam, dijadikan alat untuk melemahkan keyakinan ummat Islam terhadap kesucian Al-Quran dan Kerasulan Muhammad SAW. antara lain sebagaimana yang Penulis baca dalam face book dengan pertanyaan-pertanyaan yang maksudnya lebih kurang sebagai berikut : 1. Apakah pantas Al-Quran dijadikan kitab suci yang perhitungan matematika warisan Allah SWT didalamnya kadang kurang kadang lebih sehingga harus dilengkapi hukum buatan manusia yaitu salah satunya radd ? 2. Dengan membawa kitab suci yang didalamnya mengandung hukum waris yang tidak jelas, apakah benar Muhammad. SAW itu Rasulullah? 3. Apakah adil bila dalam pembagian harta warisan anak laki-laki mendapat bagian dua kali lipat dari bagian anak perempuan? 1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah pengertian dari radd ? 2. Apa sajakah rukun-rukun radd ? 3. Bagaimanakah cara penyelesaian masalah radd ? 1.3 Rumusan Masalah 1. Siapa ahli waris dalam dalam Al-Quran khususnya yang terkait masalah radd ini

yang harus diberikan terlebih dahulu bagiannya dan siapa pula yang terakhir?

2.

Apakah porsi masing-masing ahli waris yang telah ditetapkan dengan jelas dalam

Al-Quran tersebut seluruhnya harus diambil dari harta Pewaris secara keseluruhan atau ada yang harus diambil dari sisa harta yang telah diberikan kepada ahli waris sebelumnya? 3. Apakah asal masalah atau Kelipatan Persekutuan Terkecil perlu ditetapka dan bagaimana cara menetapkannya agar dalam penghitungannya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam Al-Quran dan tidak bertentangan dengan rumus-rumus matematika?

BAB II PEMBAHASAN 2.1 RADD Al-Radd dalam bahasa arab berarti kembali atau juga bermakna berpaling. Adapun radd menurut istilah ulama ilmu faraid ialah berkurangnya pokok masalah dan bertambahnya atau lebihnya jumlah bagian ashabul furud. Al rad merupakan kebalikan dari al aul. Pendapat para ulama tentang radd : Pertama, pendapat yang mengingkari yang mengingkari adanya al radd, yaitu pendapat zaid bin tsabit dan sebagian kecil para sahabat mengingkari adanya radd dalam pembagian harta warisan. Jika ada kelebihan setelah dibagikan keashabul furud dan tidak ashobah maka diberikan kepada baitul ma. Para fuqoha seperti Urwah, al Zuhri, Malik, SyafiI dan ibnu haajm (Zhahiri) pada dasarnya sependapat dengan zaid bin tsabit. Alasan pendapat pertama yaitu bahwa Allah telah menentukan fardh para ashabul furud yang besar kecilnya pun secara pasti, tidak perlu ditambah apalagi dikurangi.mnambah fard mereka berarti membuat ketentuan yang melampaui batas ketentuan syariat islam. Alsan kedua, bahwa Rasul telah menguatkan firman Allah yang menetapkan fardh fardh para pemiliknya, setelah selesai diturunkan ayat-ayat waris dengan sabdanya susungguhnya Allah telah memberikan hak kepada pemegang ha itu. H.R. At Tirmidhi Alasan ketiga, sisa lebih dari harta pniggalan setelah dibagi bagi kan pada ahli waris ashabul furud merupakan harta benda yang tidak dapat dimiliki oleh seorang ahli waris, karena tidak ada jalan untuk memilikinya. Oleh karenanya harus diserahkan ke baitul mal. Kedua, Pendapat yang menyetujui adanya radd, pendapat zumhur sahabat, thabiin, para imam mujtahid, seperti imam abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, ulama mutaakhirin dari madzhab malikiyah, syafiiyah, dan fuqoha syiah zaidiyah dan syiah imamiyah yang menyetujui adanya radd.

2.2 RUKUN RADD Rukun-rukun Radd a. b. c. adanya ashabul furud tidak adanya ashobah ada sisa harta waris bila dalam pembagian waris tidak ada tiga syarat tersebut maka. Adapun ashabul furud yang dapat menerima radd ada 8 orang : a. Anak perempuan b. Cucu keturunan anak laki-laki c. Saudara kandung perempuan d. Saudara perempuan seayah e. Ibu kandung f. Nenek shahih (ibu dari bapak) g. Saudara perempuan seibu h. Saudara laki-laki seibu Sedangkan ahli waris yang dari ashabul furud yang tidak bisa mendapatkan radd hanyalah suami dan istri. Hal ini disebabkan kekerabatan keduanya bukanlah karena nasab, akan tetapi karena kekerabatan sababiyah (karena sebab), karena itu adanya tali ikatan pernikahan. Macam-macam Radd: a. Adanya ahli waris pemilik bagian yang sama dan tanpa adanya suami atau isteri. b. Adanya pemilik bagian yang berbeda-beda dan tanpa suami atau isteri c. Adanya pemilik bagian yang sama dan dengan adanaya suami atau istri d. Adanya pemilik bagian yang berbeda-beda dan adanya suami atau istri 2.3 HUKUM KEADAAN 1. Hukum Keadaan Pertama Apabila dalam suatu keadaan ahli warisnya hanya terdiri dari sahib fardh dengan bagian yang sama yakni dari satu jenis saja, misalnya semuanya berhak mendapatkan bagian setengah atau seperempat atau seterusnya dalam keadaan ini tidak terdapat suami atau istri maka cara pembagiannya dihitung berdasarkan jumlah agli waris. Hal ini

bertujuan untuk menghindari sikap bertele-tele dan agar lebih cepat sampai pada tujuan dengan cara yang paling mudah. Sebagai misal, seorang wafat dan hanya meniggalkan tiga anak perempuan, maka pokok masalahnya dari tiga sesuai jumlah ahli waris, sebab bagian mereka sesuai dengan fardh adalah dua per tiga 2/3 dan sisanya mereka secara radd. Karena itu pembagian hak mereka sesuai dengan jumlah mereka disebabkan karena mereka merupkan ahli waris dari bagian yang sama. 2. Hukum Keadaan Kedua Apabila dalam suatu keadaan terdapat bagian ahli waris yang beragam dan tidak ada salah satu dari suami istri maka cara pembagiannya dihitung dan nilai baginya bukan dari jumlah ahli waris (perkeala). Sebagai misal, seorang wafat dan meninggalkan ahli waris seorang ibu dan dua orang saudara laki-laki seibu. Maka pembagiaannya bagi ibu 1/6, untuk kedua saudara laki-laki seibu 1/3.disini tampak jumlah bagiannya tiga dan itulah angka yang dijadikan pokok masalah yakni tiga. 3. Hukum Keadaan Ketiga Apabila para ahli waris semuanya dari sahib fardh yang sama, disertai salah satu dari suami / istri, maka kaidah yang berlaku ialah kita jadikan pokok maslahnya dari sahib fardh yang tidak dapat ditambah dan barulah sisanya dibagikan kepada yang lainnya sesuai dengan jumlah per kepala. Sebagai misal, seorang wafat dan meniggalkan suami dan dua ana perempuan maka suami mendapatkan 1/4 dan sisanya 3/4 dibagikan kepada anaknya secara merata, yakni sesuai jumlah kepala. Contoh-contoh dan Penyelesaiannya : a. Tidak ada ahli waris yang tolak menerima radd harta peninggalan si mayit 12 h.a. sawah, ahli waris terdiri dari nenek shahihah dan saudari sekandung tunggal ibu, maka : penyelesaian menurut cara pertama : AW - nenek - Sdr seibu Fard 1/6 X 1/6 X a.m 6 saham 6 : 1; 1x 12 h.a 6 : 1/2 : 1 x 12 h.a / 2 =6 h.a bagian masing-masing = 6 h.a

Catatan : jumlah saham 2 dijadikan a.m dalam radd

Penyelesaian cara kedua ; AW -nenek S -sdri seibu fard 1/6 1/6 x x a.m 6 6 6 saham bagian masing : 1 : 1 x 12 h.a / 6 = 2 h.a : 1 x 12 h.a/6 = 2 h.a / 4 h.a

Catatan : sisa harta waris adalah 6 h.a (12 h.a -4 h.a : 6 h.a) Sisa harta waris ini ditambahkan kepada mereka dengan jalan : Perbandingan furudh mereka masing masing = 1/6 : 1/6 = 1 :1 Jumlah perbandingan = 1 + 1 = 2 = 8 h.a Tambahkan untuk nenek shaihah = x 8 h.a = 4 h.a Tambahan utk saudari seibu = x 8 h.a = 4 h.a Jadi penerimaan nenek shahihah seharusnya = 2 h.a + 4 h.a = 6 h.a Jadi penerimaan saudari seibu seharusnya = 2 h.a + 4 h.a = 6 h.a b. Ahli waris yang tolak menerima radd harta peninggalan si mayit sejumlah 24.000.000, ahli warisnya terdiri ; istri, nenek shahihah dan dua orang saudari tunggal ibu, maka : penyelesaian mnurut pertama : AW Istri Nenek sh 2 sdri seibu fard x 1/6 x a.m 12 saham 12 = 3 12 = 2 12 = 4 3 x 24.000.000 / 12 2 x 24.000.000 / 12 4 x 24.000.000 12 bagian masing2 =6.000.000 = 4.000.000 =8.000.000 Jmlah = 18.000.000 Catatan sisa harta waris 6.000.000 (24 jt 18 jt= 6 jta) Sisa lebih ini ditambah radd kepada nenek dan kedua saudari seibu dengan jln perbandingan Perbandingan fardh nenek dengan 2 saudari seibu = 1/6 : 1/3 = 1 : 2 Jml perbandingan = 1+ 2 =3 = 6.000.000 Tambah utk nenek = 1/3 x 6.000.000 = 2.000.000 Tambah utk 2 sdri seibu 1/2 x 6.000.000 = 4.000.000 Jadi penerimaan nenek seluruhnya 4 jt + 2 jt = 6 jt Jadi penerimaan 2 sdri seibu seluruhnya 8 jt + 4 jt = 12 jt

1/3 x

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Setelah mengadakan pembahasan secara singkat ini Penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Al-Radd dalam bahasa arab berarti kembali atau juga bermakna berpaling. Adapun radd menurut istilah ulama ilmu faraid ialah berkurangnya pokok masalah dan bertambahnya atau lebihnya jumlah bagian ashabul furud. 2. Sistem pembagian harta warisan radd dalam hukum Islam banyak kerancuan sehingga menimbulkan berbagai kekeliruan dalam penghitungan pembagian warisan. 3. Sistem tersebut bukan bawaan kitab Al-Quran dan bukan pula petunjuk yang diberikan oleh nabi Muhammad SAW melainkan salah satu solusi yang diambil oleh Umar bin Khattab ketika timbul permasalahan waris pada masa pemerintahannya. Demikian artikel singkat ini dan semoga ada manfaatnya. Segala kritikan, saran, pendapat dari para pembaca sangat penulis harapkan karena seandainya pendapat penulis ini salah, keliru kurang tepat ataupun istilah lain yang semakna dengan itu, maka secepat mungkin akan Penulis koreksi kembali.

10

DAFTAR PUSTAKA Ali Hidayat, Budi S.Hi, Memahami Dasar-dasar Ilmu Faraid : dalam Zteori dan Praktik, ( Bandung : Titian Ilmu Bandung, 2009) Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, edisi Revisi (Jakarta : Raja Grafindo persada, 2002) Salman, Otje, Mustafa Haffas, Hukum Waris Islam. (Bandung: Refika Aditama,2006) Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam. (Jakarta: Kencana, 2005 ) Google, Wikipedia, Internet

11

You might also like