You are on page 1of 43

SERANGGA HAMA KOMODITAS PANGAN PADA

GUDANG PENYIMPANAN DI KOTAMOBAGU





Oleh :
ALJAH DARMA SAPUTRI
071012001














JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2011
SERANGGA HAMA KOMODITAS PANGAN PADA
GUDANG PENYIMPANAN DI KOTAMOBAGU



ALJAH DARMA SAPUTRI




Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada
Program Studi Biologi








JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2011
Judul : Serangga Hama Komoditas Pangan Pada Gudang
Penyimpanan di Kotamobagu
Nama : Aljah Darma Saputri
NIM : 071012001
Program Studi : Biologi


Menyetujui :
Komisi Pembimbing




Prof.Dr. Sartje Rondonuwu-Lumanauw, M.Sc
Ketua


Dr. Roni Koneri, M.Si
Anggota 1





Ketua Program Studi







Ir. Feky Mantiri, Ph.D
NIP. 19670201 199203 1 003
Dr. Trina Tallei, M.Si
Anggota 2





Dekan F-MIPA UNSRAT







Prof.dr.Edwin de Queljoe,M.Sc.,Sp.And
NIP. 19510612 198103 1 006



RINGKASAN

ALJAH DARMA SAPUTRI. 071012001. Serangga Hama Komoditas Pangan Pada
Gudang Penyimpanan di Kotamobagu. Di bawah bimbingan Prof. Sartje
Rondonuwu-Lumanauw, M.Sc (Ketua), Dr. Roni Koneri, M.Si (Anggota I), dan Dr.
Trina Tallei, M.Si (Anggota II).

Serangga memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Serangga tersebut ada
yang bersifat menguntungkan dan ada yang merugikan (hama). Serangan hama
merupakan salah satu masalah dalam sistem produksi pertanian. Masalah hama tidak
saja terjadi pada saat tanaman masih di lapangan, tetapi juga pada tahapan
pascapanen. Hama pascapanen terutama menyerang di tempat atau gudang
penyimpanan, sehingga hama ini lebih umum dikenal sebagai hama gudang.
Gudang-gudang penyimpanan di toko yang ada di Kotamobagu pun mulai terkena
hama serangga gudang. Hasil panen yang dipasok di toko komoditas pangan tidaklah
luput dari hama gudang yang terdapat di karung-karung penyimpanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serangga hama pada komoditas pangan di
gudang penyimpanan di Kotamobagu. Lokasi penelitian ini pada empat lokasi
gudang penyimpanan di toko yang ada di Kotamobagu. Selama penelitian ditemukan
empat spesies serangga gudang, yaitu Sitophilus oryzae, Callosobruchus analis,
Callosobruchus chinensis dan Sitophilus zeamays.

Hasil analisis data didapatkan bahwa, semakin besar kadar air dari komoditas
simpanan serta faktor lingkungan gudang berupa suhu, keadaan sekitar gudang yang
mendukung maka akan semakin meningkat pertumbuhan populasi serangga gudang.
Semakin banyak populasi serangga gudang maka akan semakin besar tingkat
kerusakan komoditas pangan yang disimpan.

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kawangkoan pada tanggal 30 Juni 1990 sebagai anak
pertama dari 3 bersaudara, dari pasangan Pirngadi dan Femmy Kuhu. Tahun 2001
penulis lulus dari SDN 2 Tungoi dan melanjutkan ke SMP Negeri 4 Kotamobagu.
Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Kotamobagu dan diterima di
Universitas Sam Ratulangi sebagai mahasiswa di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam pada Jurusan Biologi lewat jalur Tumou Tou (T2).

Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga turut serta dalam kegiatan
organisasi. Pada tahun 2009-2011 penulis menjadi pengurus Himaju Biologi serta
pada tahun yang sama pula oleh kepercayaan Bapa penulis termasuk salah satu
pengurus dalam Biro Kerohanian Kristen Mahasiswa FMIPA UNSRAT.











v

KATA PENGANTAR

Segala puji hormat serta syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, karena Dia yang
memberikan kekuatan, hikmat dan pengetahuan serta telah menyertai penulis
sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan judul
Serangga Hama Komoditas Pangan pada Gudang Penyimpanan di Kotamobagu.

Banyak tantangan dan pergumulan yang dihadapi penulis saat melakukan
penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat dorongan
dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, membuat penulis dapat melewati
dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat
dan kasih penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, didi dan
ina yang selalu memberikan motivasi, arahan dan doa. Penulis pun
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu.
Prof. Sartje Rondonuwu-Lumanauw, M.Sc sebagai Ketua Pembimbing,
Bapak Dr. Roni Koneri, M.Si sebagai pembimbing kedua dan
Ibu Dr. Trina Tallei, M.Si sebagai pembimbing ketiga yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih juga untuk:
1. Bapak Prof. Dr. Edwin De Queljoe, M.Sc., Sp.And, sebagai Dekan
FMIPA UNSRAT.
2. Dr. Saroyo, M.Si, Ir. Lalu Wahyudi, M.Si dan Drs. Marnix Langoy, M.Si
sebagai dosen penguji yang telah memberikan informasi, saran dan koreksi
selama penelitian dan penulisan skripsi.
vi

3. Ir. Feky Mantiri, Ph.D sebagai Ketua Jurusan Biologi serta Febby Kandou,
M.Kes sebagai Sekretaris Jurusan Biologi yang sangat membantu dalam
pengurusan kelengkapan administrasi, serta seluruh staf dosen dan
pegawai jurusan Biologi
4. Sahabat-sahabat terbaikku Biologi angkatan 2007: Joice Hape, Dimitra
Suruan, Wa Ode Hasnawati, Lisa Pantilu, Eka Julianti, Fitriyanti
Monoarfa, Maria Ballo, Billy Rompis, Akbar Embo, Ridwan Nurdin dan
juga kak April (2006), kak Ija (2006), kak Ana (2006) serta kak Erni
(2005) yang senasib seperjuangan dalam sama-sama menyelesaikan studi.
Terima kasih buat persahabatan, dukungan doa, semangat, kritikan dan
kebersamaan yang telah diberikan.
5. Teman-teman pengurus BKK (Natha, Eun, Wiwik, Gybert, Stany, Arter,
Juwi, Ika, Cheryl, Tika, Yuni, Lindsay, Meyke, Novi, Sepry, Brenda),
kakak kelompok kecil kak Nancy, adik-adik kelompok kecilku (Lifie,
Fanny dan Sally) serta kakak-kakak motivator yang telah membantu dalam
doa, saran, informasi dan semangat.
6. Teman-teman KKNT angkatan 89 Posko Seretan Timu: April, Chan,
Rahmat, Dedy, Dedot, Angki, Clau, Edys, Angel, Fitri dan Ana.
7. Buat teman-teman kost: Vity, Amel, Dede, kak Ade, Kak Sur, Ichi, Lidya,
Rima. Terima kasih atas semua yang kalian berikan semangat serta doa.
8. Buat pemilik toko yang sudah memperkenankan untuk mengadakan
penelitian.


vii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gudang dan Kehidupan Hama Gudang........................................................................... 4
2.2 Morfologi dan Klasifikasi Serangga Hama Pascapanen ................................................ 5
2.3 Ekologi Serangga Hama Gudang ................................................................................... 7
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Serangga Hama Gudang .................................................... 7
2.5 Kerusakan dan Kerugian Akibat Hama Gudang ............................................................. 8

III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................................... 10
3.3 Prosedur Penelitian ......................................................................................................... 10
3.3.1 Pengambilan Sampel ............................................................................................... 11
3.3.2 Pengamatan ............................................................................................................ 11
3.4 Analsis Data ................................................................................................................... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................................... 12
4.2 Jenis dan Jumlah Serangga Hama Gudang .................................................................... 13
4.3 Lama Penyimpanan dan Kadar Air Komoditas Pangan .................................................. 15
viii

4.4 Klasifikasi dan Deskripsi Serangga Hama Gudang ....................................................... 17
4.5 Usaha-usaha Pemberantasan Serangga Gudang ............................................................. 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 24
5.2 Saran ............................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 25
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 28




















ix

DAFTAR GAMBAR

1. Morfologi Eksternal Serangga Gudang ............................................................................ 5
2. Siklus Hidup Serangga Gudang ........................................................................................ 5
3. Sitophilus oryzae ............................................................................................................... 17
4. Larva Sitophilus oryzae .................................................................................................... 18
5. Callosobruchus analis ....................................................................................................... 19
6. Callosobruchus chinensis. ................................................................................................ 20
7. Sitophilus zeamays ............................................................................................................ 21
8. Larva Sitophilus zeamays .................................................................................................. 21

















x

DAFTAR TABEL

1. Data Serangga Hama Di Lokasi Penelitian ...................................................................... 13
2. Jumlah Sampel Serangga Gudang yang Ditemukan ......................................................... 14
3. Lama Penyimpanan dan Kadar air Bahan Komoditi Pangan di Gudang .......................... 16



























xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan Kadar Air Dari Masing-masing Komoditas ................................................. 28
2. Foto-foto Penelitian ........................................................................................................... 30

1



I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Serangga memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Serangga tersebut ada
yang bersifat menguntungkan dan ada yang merugikan (hama). Serangga yang
bermanfaat bagi manusia diantaranya sebagai penghasil madu, penggembur tanah,
menghasilkan sutera, penghasil shellac (lak) dan masih banyak lagi lainnya,
sedangkan serangga yang bersifat merugikan, merusak kayu-kayuan, pakaian,
tanaman dan salah satunya merusak bahan-bahan simpanan (Ruslan, 2007).

Serangan hama merupakan salah satu masalah dalam sistem produksi pertanian.
Masalah hama tidak saja terjadi pada saat tanaman masih di lapangan, tetapi juga
pada tahapan pascapanen. Kehilangan hasil pada tahapan pascapanen sebenarnya
dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi serangan hama adalah faktor yang
utama. Hama pascapanen terutama menyerang di tempat atau gudang
penyimpanan, sehingga hama ini lebih umum dikenal sebagai hama gudang
(Pracaya, 1995).

Kotamobagu merupakan salah satu Kotamadya dari Kabupaten Bolaang
Mongondow. Bolaang Mongondow Raya merupakan daerah sentra hasil-hasil
pangan dari beberapa daerah di bagian Sulawesi Utara, di antaranya pemasok
beras, kedelai, jagung, kopra, kacang tanah, kacang hijau dan masih banyak lagi
hasil pertanian yang lain. Hasil-hasil pertanian dari berbagai wilayah yang ada di
Bolaang Mongondow Raya dipasok di toko-toko yang ada di Kotamobagu dan
2



kemudian dijual kembali untuk keperluan masyarakat setempat di antaranya
merupakan bahan makanan pokok (Anonim, 2011a).

Gudang-gudang penyimpanan di toko yang ada di Kotamobagu pun mulai terkena
hama serangga gudang. Hasil panen yang dipasok di toko komoditas pangan
tidaklah luput dari hama gudang yang terdapat di karung-karung penyimpanan.
Hal ini disebabkan karena serangga gudang sangat menyukai tempat-tempat
penyimpanan dalam berkembang biak (Anonim, 2011b). Serangga gudang
mempunyai kontribusi yang besar terhadap kerusakan bahan makanan baik
kerusakan fisik maupun kehilangan kandungan zat makanan akibat aktivitasnya
(Rees, 1996).

Serangan hama gudang dapat menimbulkan berbagai macam susut (loss) pada
komoditas. Susut berat/jumlah terjadi kalau serangga menggunakan komoditas
tersebut sebagai makanannya. Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang
berlainan dengan hama-hama yang menyerang di lapangan, hal ini sangat
berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya
memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang ini
hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas (Anonim, 2011c).

Pada saat ini informasi mengenai identifikasi hama gudang di toko yang ada di
Kotamobagu belum ada, padahal informasi tersebut sangatlah penting, karena
hama gudang merugikan para pedagang yang ada secara ekonomi dan penurunan
kualitas komoditas pangan yang ada. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
3



mengenai identifikasi serangga gudang di toko tempat penjualan komoditas
pangan yang ada di Kotamobagu, agar dapat memberikan informasi mengenai
spesies-spesies hama gudang.

1.2 Rumusan Masalah
Jenis-jenis serangga hama apa saja yang terdapat di toko gudang penyimpanan
komoditas pangan (jagung, beras, kacang hijau dan kedelai) wilayah Kotamobagu
dan kadar air dari masing-masing komoditas tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi jenis serangga hama yang ada di gudang penyimpanan toko
komoditas pangan (jagung, beras, kacang hijau, dan kedelai) wilayah Kotamobagu
dan menghitung kadar air dari masing-masing komoditas.

1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai jenis-jenis serangga hama pada gudang
penyimpanan toko komoditas pangan di Kotamobagu, serta upaya penanganan
serangga hama gudang.






4



II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gudang dan Kehidupan Hama Gudang
Hama tidak hanya menyerang produk yang baru dipanen saja melainkan juga
produk hasil pertanian yang disimpan (Jumar, 2000). Pengertian gudang tidak
hanya terbatas pada wujud suatu bangunan, melainkan meliputi setiap tempat
penyimpanan yang dapat digunakan untuk menyimpan produk-produk pertanian
yang biasanya tertutup rapat (Natawigena, 1990).

Menurut Syarief dan Halid (1993), gudang pada umumnya terbagi atas gudang
terbuka dan gudang tertutup. Pada gudang terbuka biasanya ditempatkan bahan-
bahan komoditas yang baru dipanen sebelum dilakukan proses pemilihan atau
sebelum dijual kepada para pedagang dan konsumen. Gudang tertutup adalah
suatu tempat tertutup yang keadaan didalamnya lebih terpelihara, bahan-bahan
yang disimpan ditempat ini biasanya yang telah disortir dan memperoleh
pengolahan-pengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai kotoran
dan biasanya ditempatkan dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, karung,
kaleng dan sebagainya) (Harahap, 2010).

2.2 Morfologi dan Klasifikasi Serangga Hama Pascapanen
Serangga hama gudang terdiri dari caput, antena, toraks, abdomen, tungkai depan,
tungkai tengah dan tungkai belakang (Gambar 1). Tubuhnya tertutup kulit luar,
dan pada serangga dewasa mempunyai 3 pasang kaki serta mengalami perubahan
bentuk (metamorfosis) (Mochamad et al., 2009).
5





Gambar 1. Morfologi eksternal serangga gudang
(Http://www.infovisual.info/02/064 en.html)

Siklus hidup serangga gudang melalui beberapa tahapan perubahan bentuk
(Gambar 2). Proses perubahan bentuk pada serangga gudang yaitu dengan
metamorfosis sempurna, melalui tahapan: telur, larva, pupa dan imago
(Natawigena, 1990).
Telur



Imago Larva





Pupa
Gambar 2. Siklus hidup sempurna serangga gudang
(Http://www.infovisual.info/02/064 en.html)
Caput
Toraks
Antena
Abdomen
Tungkai Depan
Tungkai Tengah
Tungkai Belakang
6



Menurut Wilbur dalam Kartasapoetra (1991) klasifikasi hama pascapanen Ordo
Coleoptera dan Ordo Lepidoptera adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera, Lepidoptera
Family : Tenebrionidae, Curculionidae, Claridae, Silvanidae, Cucujidae,
Bruchidae, Cryptophagidae (Coleoptera), Oecophoridae,
Phycitidae, Gelechiidae (Lepidoptera)

Beberapa contoh spesies yang termasuk dalam Ordo Coleoptera, Family
Tenebrionidae : Tribolium audax, Tribolium castaneum, Tribolium confusum,
Tribolium destructor, Tribolium madens. Family Curculionidae dengan
spesies : Sitophilus oryzae, Sitophilus zeamais. Family Claridae dengan
spesies : Necrobia rufipes. Family Silvanidae dengan spesies : Ahasverus advena,
Oryzaephilus mercator, Oryzaephilus surinamensis. Family Cucujidae dengan
spesies : Cryptolestes ferrugineus, Cryptolestes pusillus, Cryptolestes turcicus.
Family Bruchidae dengan spesies : Acanthoscelides obtectus, Bruchus pisorum,
Bruchus rufimanus, Callosobruchus maculates. Family Cryptophagidae dengan
spesies : Cryptophagus acutangulus (Kartasapoetra, 1991).

Beberapa contoh spesies Ordo Lepidoptera dengan family Oecophoridae:
Hofmannophila pseudospretella. Family Phycitidae dengan spesies: Plodia
7



interpunctella. Family Gelechiidae dengan spesies: Sitotroga cerealella
(Kartasapoetra, 1991).

2.3 Ekologi Serangga Hama Gudang
Hama gudang dapat ditemukan secara meluas di daerah tropik dan subtropik.
Suhu lingkungan, kelembaban, ketersediaan makanan, kebersihan dan keteraturan
lingkungan penyimpanan merupakan beberapa faktor pemicu keberadaan hama
gudang (Schowalter, 1996). Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi
telur serangga hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan
makanan. Laju populasi serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa
perkembangan yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur
yang lebih banyak. Suhu lingkungan dan kelembaban bahan pangan simpanan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi masa perkembangan hama gudang.
(Ruslan, 2007).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Serangan Serangga Hama Gudang
Kejadian dan perkembangan serangan serangga tergantung pada beberapa faktor
seperti ketersediaan makanan, suhu, air, udara, dan kondisi bahan pangan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi sebagian besar spesies serangga
adalah suhu, kelembaban relatif dan kadar air bahan pangan. Kandungan nutrisi
dan sifat fisik bahan pakan turut serta menentukan tingkat serangan oleh serangga.
Kandungan air yang tinggi (di atas 16%) menyebabkan bahan pakan menjadi
mudah diserang oleh serangga gudang (Natawigena, 1990).

8



Serangga yang menyerang bahan pakan mempunyai suhu optimum dimana
populasi dapat berkembang dengan cepat. Sebagian besar spesies serangga hama
tropis mempunyai suhu optimum sekitar 25
0
C. Kelembaban mempengaruhi laju
peningkatan populasi serangga. Kadar air bahan pakan berhubungan erat dengan
kelembaban. Kadar air yang rendah dengan kelembaban yang rendah memberikan
proteksi terhadap serangan serangga (Ruslan, 2007).

2.5 Kerusakan dan Kerugian Akibat Hama Gudang
Menurut Tjahjadi (2002), semakin bertambah waktu penyimpanan komoditi
pangan maka akan semakin besar pula tingkat kerusakan bahan simpanan, karena
mengalami perubahan suhu dan kelembaban yang memungkinkan hama gudang
melakukan pengrusakan. Pada prinsipnya kerusakan komoditas dalam
penyimpanan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu bahan yang disimpan,
gudang tempat penyimpanan dan lingkungan sekitar gudang. Peningkatan
populasi hama gudang yang tidak disertai dengan pengendalian hama oleh
manusia, maka akan mengakibatkan komoditas pangan akan semakin menurun
(Desmukh, 1992).

Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama gudang yang menyerang
komoditas simpanan ditentukan oleh kapasitas kemampuan reproduksinya. Hal ini
memungkinkan bahwa infestasi serangan yang ringan dalam beberapa periode
dapat menimbulkan kerusakan yang hebat pada gudang penyimpanan. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh hama gudang berupa kerusakan fisik yang terjadi akibat
kontaminasi bahan komoditi pangan oleh kotoran dan bau kotoran. Hama
9



gudang memakan dan merusak struktur fisik bahan komoditas pangan, seperti
berlubang dan hancur (Syarief dan Halid, 1993).

Kerugian yang terjadi akibat hama gudang berupa pengurangan berat komoditas,
pengurangan kandungan nutrisi dari komoditas, dan penurunan harga pasar. Hal
inilah yang sering kali dikeluhkan oleh para pedagang karena penghasilan mereka
menurun seiring dengan banyaknya hama gudang yang ditemukan dalam
komoditas pangan (Anonim, 2011c).
















10



III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2011. Tempat penelitian
yaitu, gudang penyimpanan toko komoditas bahan pangan yang terdapat di
Kotamobagu dan kemudian sampel serangga diidentifikasi di Laboratorium
Konservasi, Jurusan Biologi UNSRAT.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama penelitian yaitu: botol film, alat tulis menulis, kertas
label, plastik sampel, pinset, mikroskop stereo merk Olympus, kamera digital
(10 mega pixel), oven, cawan petri, timbangan analitik (merk Adam), termometer
ruangan. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah alkohol 70 %.

3.3 Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan sampel terlebih dahulu dilihat kondisi gudang
yang ada, cara penyimpanan serta kondisi waktu pengambilan sampel. Penelitian
menggunakan metode survey dan metode purposive random sampling, pada
pengambilan sampel disesuaikan dengan kebutuhan dan melihat tempat atau
wadah pengambilan sampel di gudang penyimpanan toko komoditas pangan
(berupa beras, jagung, kacang hijau, dan kedelai) di Kotamobagu.



11



3.3.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada 4 gudang di toko yang ada di Kotamobagu.
Sampel serangga diambil pada bagian paling bawah komoditas pangan (beras,
jagung, kacang hijau, dan kedelai) sebanyak satu liter, kemudian sampel serangga
dikoleksi dan dimasukkan ke dalam botol film yang telah diisi alkohol sebelum
diidentifikasi di Laboratorium Konservasi.

3.3.2 Pengamatan
Sampel serangga yang dikoleksi dibawa ke Laboratorium Konservasi Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado untuk diidentifikasi.
Identifikasi sampel menggunakan buku identifikasi Pengenalan Pelajaran
Serangga edisi keenam (Borror et al.,1997), Hama Hasil Tanaman dalam Gudang
(Kartasapoetra, 1991). Sampel komoditas pangan diambil untuk mengetahui kadar
air dari masing-masing komoditas di 4 gudang yang didapatkan dengan
melakukan proses pengeringan dalam oven 144 jam (6 hari) dengan suhu 80
0
C
sampai berat akhir konstan.

3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif dan kuantitatif dengan menghitung
kadar air dari masing-masing komoditas sebanyak 50 gr dengan menggunakan
rumus (Kartasapoetra, 1991) sebagai berikut:

I1 I2
I1
x 1uu% = %
Keterangan :
V1 = berat awal
V2 = berat akhir
12



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sampel yaitu 4 gudang pada toko di Kotamobagu. Titik
pengambilan sampel pertama yaitu di gudang toko A, pengambilan sampel
dilakukan pada siang hari dengan keadaan cuaca yang berawan/tidak sedang hujan
serta suhu ruangan 26
0
C. Kondisi ruangan dari gudang tersebut yaitu intensitas
cahaya matahari yang masuk dalam ruangan baik, sedangkan cara peletakan hasil-
hasil komoditas pangan (kacang hijau, kedelai, beras dan jagung) dengan
menggunakan pengalas seperti papan. Ukuran dari gudang penyimpanan 192 m
3
dengan kontruksi bangunan terbuat dari beton.

Titik pengambilan sampel yang kedua yaitu gudang toko B, pengambilan sampel
sama dilakukan pada siang hari dengan keadaan cuaca yang tidak sedang hujan
dengan suhu ruangan 25
0
C. Kondisi ruangan tempat penyimpanan yaitu
dindingnya terbuat dari beton dengan ukuran gudang 300 m
3
, terjadi sirkulasi
udara karena adanya ventilasi dalam ruangan tersebut dengan intensitas cahaya
matahari yang masuk dalam ruangan baik serta cara penyimpanan hasil komoditas
pangan tidak dibiarkan begitu saja diatas lantai melainkan dengan menggunakan
pengalas berupa papan.

Titik pengambilan sampel ketiga, di gudang toko C dilakukan pada siang hari
dengan keadaan cuaca yang sama yaitu sedang tidak hujan dengan suhu ruangan
25
0
C. Kondisi ruangan terbuat dari beton dengan ukuran gudang 360 m
3
dengan
13



intensitas cahaya dalam ruangan sangat baik serta cara penyimpanan dengan
menggunakan pengalas berupa tripleks.

Titik pengambilan sampel terakhir di gudang toko D, dan dilakukan pada siang
hari dengan keadaan cuaca yang sama dengan pengambilan sampel di tiga lokasi
yaitu tidak hujan dengan suhu ruangan yaitu 25
0
C. Ukuran gudang di toko D
224 m
3
, intensitas cahaya yang kurang serta cara peletakan hasil komoditas
tanpa menggunakan pengalas yang berupa papan.

4.2 Jenis dan Jumlah Serangga Hama Gudang
Hasil penelitian pada Tabel 1 yaitu, ditemukan serangga hama gudang yang terdiri
dari satu ordo yaitu Coleoptera, dengan dua family: Curculionidae dan Bruchidae,
dua genus: Sitophilus dan Callosobruchus, serta empat spesies: Sitophilus oryzae
terdapat pada beras, Sitophilus zeamays pada jagung, Callosobruchus analis pada
kedelai dan Callosobruchus chinensis pada kacang hijau.

Tabel 1. Data serangga hama gudang yang ditemukan di lokasi penelitian
No. Ordo Family Genus Spesies
1 Coleoptera Curculionidae Sitophilus S. oryzae
2 Coleoptera Curculionidae Sitophilus S. zeamays
3 Coleoptera Bruchidae Callosobruchus C. analis
4 Coleoptera Bruchidae Callosobruchus C. chinensis

Dilihat dari jenis dan jumlah serangga gudang yang ditemukan di gudang
penyimpanan pada toko yang ada di Kotamobagu (Tabel 2), menunjukkan telah
14



terjadi kontaminasi serangga hama gudang pada komoditas pangan (beras, jagung,
kedelai dan kacang hijau).

Tabel 2. Jumlah sampel serangga gudang yang ditemukan di masing-masing took
No. Gudang
Komoditas
Pangan
Spesies
Jumlah
Individu/liter
Jumlah
Larva
1. Toko A
Beras S. oryzae 12 3
Kedelai C. analis 10 -
Jagung S. zeamays 15 2
Kacang Hijau C. chinensis 8 -
Total individu 45 ekor/liter
2. Toko B
Beras S. oryzae 19 2
Kedelai C. analis 10 -
Jagung S. zeamays 10 2
Kacang Hijau C. chinensis 7 -
Total individu 46 ekor/liter
3. Toko C
Beras S. oryzae 6 -
Kedelai C. analis 22 -
Jagung S. zeamays 11 -
Kacang Hijau C. chinensis 5 -
Total individu 44 ekor/liter
4. Toko D
Beras S. oryzae 9 -
Kedelai C. analis 26 -
Jagung S. zeamays 15 -
Kacang Hijau C. chinensis 7 -
Total individu 57 ekor/liter

Gudang toko D banyak terdapat serangga gudang, hal ini disebabkan karena
keadaan gudang dari toko D sangat tidak memadai. Pada lokasi ini intensitas
15



cahaya matahari yang masuk sangat kurang serta bahan komoditas diletakkan
begitu saja dengan tidak menggunakan pengalas yang berupa papan atau tripleks
sehingga mengakibatkan kondisi karung menjadi lembab.

Spesies yang ditemukan dalam penelitian tersebut disebabkan karena pengaruh
dari lingkungan sekitar gudang serta siklus hidup dari serangga gudang yang
berkembang biak pada suhu seperti pada gudang yang ada di masing-masing toko,
seperti S. oryzae dan S. zeamays dapat berkembang biak pada suhu 26-27
0
C
sedangkan C. analis dan C. chinensis berkembang biak pada suhu ruangan
25-26
0
C, karena serangga gudang membutuhkan kisaran suhu optimum untuk
perkembangannya (Rimbing dan Memah, 2002). Hidayat (2006) menyatakan
bahwa, pada kondisi yang menguntungkan yaitu tersedianya makanan dan faktor
lingkungan yang mendukung, populasi serangga hama gudang akan segera
meningkat dengan cepat.

4.3 Lama Penyimpanan dan Kadar Air Komoditas Pangan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dan analisis data yang didapatkan
(Tabel 3), dari kadar air di masing-masing komoditas pangan pada gudang, yang
terdapat di beberapa toko di Kotamobagu, pada gudang toko C dan toko D di
komoditas kedelai memiliki kadar air yang tinggi yakni 16,9% sehingga,
mengakibatkan pertumbuhan populasi spesies serangga gudang Callosobruchus
analis meningkat. Hal ini dikarenakan bahan komoditas pangan tidak mengalami
proses pengeringan yang baik, dan hal ini pun dinyatakan oleh Lahue (1959)
16



bahwa, perkembangan populasi serangga gudang akan berlangsung cepat jika
kadar air bahan simpan 12%.

Tabel 3. Lama penyimpanan dan kadar air komoditas pangan
No. Gudang
Komoditas
Pangan
Waktu Penyimpanan Kadar Air
1. Toko A
Beras 3 bulan 9,92%
Kedelai 3 bulan 11,52%
Jagung 3 bulan 14,72 %
Kacang Hijau 1,5 bulan 12,86%
2. Toko B
Beras 3 bulan 10,72%
Kedelai 3 bulan 12,24%
Jagung 3 bulan 14,6%
Kacang Hijau 1 bulan 12,8%
3. Toko C
Beras 2 bulan 9,66%
Kedelai 2,5 bulan 16,94%
Jagung 2,5 bulan 13,22%
Kacang Hijau 1,5 bulan 10,6%
4. Toko D
Beras 2 bulan 10,9%
Kedelai 2,6 bulan 16,9%
Jagung 2 bulan 12,3%
Kacang Hijau 1,5 bulan 11,24%

Seiring peningkatan waktu penyimpanan, maka aktivitas serangga di dalam bahan
simpan juga akan semakin besar, karena bila komoditas pangan disimpan dalam
jangka waktu yang relatif lama maka populasi serangga gudang akan semakin
bertambah (Tandiabang, 2008). Hal ini akan mempengaruhi perubahan kadar air
di dalam dalam bahan simpan. Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan
hidup. Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga


sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat.
masing komoditas sangat besar maka semakin besar pula kemampuan serangga
hama gudang untuk dapat hidup dan berkembang biak

4.4 Klasifikasi dan deskripsi serangga hama gudang yang diperoleh dari
lokasi penelitian
1. Sitophilus oryzae
S. oryzae merupakan serangga pascapanen yang termasuk dalam ordo Coleoptera.
Tubuh S. oryzae berwarna coklat sampai coklat gelap, berukuran 4 mm.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop terdapat antena,
terdapat tonjolan berbentuk moncong pada bagian depan caput, abdomen, tungkai
depan, tungkai tengah dan tungkai belakang.
S. zeamays, pada jagung ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pada beras
(Sunjaya dan Widayanti, 2006).

Menurut Linnaeus
klasifikasi Sitophilus oryzae
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Species : S. oryzae


sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Apabila kadar air dari masing
masing komoditas sangat besar maka semakin besar pula kemampuan serangga
hama gudang untuk dapat hidup dan berkembang biak (Hidayat, 2006).
Klasifikasi dan deskripsi serangga hama gudang yang diperoleh dari
lokasi penelitian
hilus oryzae
merupakan serangga pascapanen yang termasuk dalam ordo Coleoptera.
berwarna coklat sampai coklat gelap, berukuran 4 mm.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop terdapat antena,
terdapat tonjolan berbentuk moncong pada bagian depan caput, abdomen, tungkai
depan, tungkai tengah dan tungkai belakang. S. oryzae berbeda dengan
, pada jagung ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pada beras
(Sunjaya dan Widayanti, 2006).
Menurut Linnaeus dalam Kartasapoetra (1991) dan Borror
Sitophilus oryzae (Gambar 3) adalah sebagai berikut :
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Coleoptera
: Curculionidae
Sitophilus
S. oryzae
a
Gambar 3. Sitophilus oryzae
a). Sumber: http://www.google.co.id/imgres
b). Foto hasil penelitian
17
ar air dari masing-
masing komoditas sangat besar maka semakin besar pula kemampuan serangga
(Hidayat, 2006).
Klasifikasi dan deskripsi serangga hama gudang yang diperoleh dari
merupakan serangga pascapanen yang termasuk dalam ordo Coleoptera.
berwarna coklat sampai coklat gelap, berukuran 4 mm.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop terdapat antena,
terdapat tonjolan berbentuk moncong pada bagian depan caput, abdomen, tungkai
berbeda dengan
, pada jagung ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pada beras
Borror et al., (1996)

b
Sitophilus oryzae.
http://www.google.co.id/imgres
Foto hasil penelitian


Pada saat pengambilan sampel ditemukan lima larva
beras yang disimpan dalam kurun waktu tiga bulan. Pada Gudang A sebanyak tiga
ekor dan gudang B dua ekor. Larva
dengan panjang ukuran 13 mm dengan perbesaran 40x.

Gambar 4. Larva

S. oryzae berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Panjang tubuh
mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300
Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu
(Naynienay, 2008). Imago dapat bertahan hidup 4
(Rimbing dan Memah, 2002)

2. Callosobruchus analis
C. analis berwarna merah kecoklatan, memiliki bintik
pada bagian abdomennya. Siklus hidup
bertelur hingga 150 butir (Kalhsoven, 1981).

Pada saat pengambilan sampel ditemukan lima larva S. oryzae yang ditemukan di
beras yang disimpan dalam kurun waktu tiga bulan. Pada Gudang A sebanyak tiga
ekor dan gudang B dua ekor. Larva S. oryzae berwarna putih dan berkerut
dengan panjang ukuran 13 mm dengan perbesaran 40x.

Gambar 4. Larva S. oryzae (perbesaran 40x)
berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Panjang tubuh S. oryzae 3,5-5 mm. S. oryzae
5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300
Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu
(Naynienay, 2008). Imago dapat bertahan hidup 4-5 bulan di daerah tropis
g dan Memah, 2002)
Callosobruchus analis
berwarna merah kecoklatan, memiliki bintik-bintik putih kekuningan
pada bagian abdomennya. Siklus hidup C. analis 30-35 hari. Imago betina dapat
bertelur hingga 150 butir (Kalhsoven, 1981).
18
yang ditemukan di
beras yang disimpan dalam kurun waktu tiga bulan. Pada Gudang A sebanyak tiga
berwarna putih dan berkerut-kerut
berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
S. oryzae betina dapat
5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir.
Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu
5 bulan di daerah tropis
bintik putih kekuningan
35 hari. Imago betina dapat


Menurut Linnaeus dalam
(Gambar 5) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Bruchidae
Genus : Callosobruchus
Species : C. analis

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop
bentuk tubuh lonjong, berwarna merah kecoklatan. Elytra tidak menutupi bagian
ujung abdomen dan berwarna coklat tua. Abdomen yang tidak ditutupi oleh elytra
berwarna coklat kehitaman dengan bintik putih kekuningan yang lebih luas,
ukuran sampel yang ditemukan 4 mm, dengan perbesaran 40x.

3. Callosobruchus chinensis
C. chinensis mempunyai moncong yang pendek. Bentuk tubuh
telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Tubuh kumbang berwarna
cokelat kekuningan (oranye). Tubuh berukuran panjang 2
betina dapat menghasilkan telur sebanyak 150 butir (Rioardi,2009).

Berdasarkan pengamatan
memiliki ciri morfologi yaitu antena, caput, abdomen, tungkai tengah, tungkai

dalam Kartasapoetra (1991), klasifikasi Callosobruchus analis
(Gambar 5) adalah sebagai berikut :
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Coleoptera
Bruchidae
Callosobruchus
C. analis
Gambar 5. Callosobruchus analis
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop C. analis
bentuk tubuh lonjong, berwarna merah kecoklatan. Elytra tidak menutupi bagian
ujung abdomen dan berwarna coklat tua. Abdomen yang tidak ditutupi oleh elytra
berwarna coklat kehitaman dengan bintik putih kekuningan yang lebih luas,
ang ditemukan 4 mm, dengan perbesaran 40x.
Callosobruchus chinensis
mempunyai moncong yang pendek. Bentuk tubuh C. chinensis
telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Tubuh kumbang berwarna
cokelat kekuningan (oranye). Tubuh berukuran panjang 2-2,5 mm.
betina dapat menghasilkan telur sebanyak 150 butir (Rioardi,2009).
Berdasarkan pengamatan, Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis
memiliki ciri morfologi yaitu antena, caput, abdomen, tungkai tengah, tungkai
19
Callosobruchus analis

Callosobruchus analis (perbesaran 40x)
C. analis memiliki
bentuk tubuh lonjong, berwarna merah kecoklatan. Elytra tidak menutupi bagian
ujung abdomen dan berwarna coklat tua. Abdomen yang tidak ditutupi oleh elytra
berwarna coklat kehitaman dengan bintik putih kekuningan yang lebih luas,

C. chinensis bulat
telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Tubuh kumbang berwarna
2,5 mm. C. chinensis
betina dapat menghasilkan telur sebanyak 150 butir (Rioardi,2009).
Callosobruchus chinensis)
memiliki ciri morfologi yaitu antena, caput, abdomen, tungkai tengah, tungkai


depan dan tungkai belakang. Kumbang
lonjong, dengan ukuran tubuh yang didapatkan dalam sampel penelit
dan bagian tubuhnya berwarna coklat dan memiliki sayap coklat kekuning
kuningan.

Menurut Linnaeus
chinensis (Gambar 6) adalah sebagai berikut
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Bruchidae
Genus : Callosobruchus
Species : C. chinensis

4. Sitophilus zeamays
Bagian morfologi yang tampak secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen.
Panjang tubuh S. zeamays
kecil dan panjang, mempunyai antena, terdapat bercak kuning agak kemerah
merahan pada bagian sayap. Pada saat pengambilan sampel ditemukan larva di
gudang toko A dan toko B sebanyak dua ekor di masing
larvanya putih dan tidak berkaki dengan ukuran 8 mm.


depan dan tungkai belakang. Kumbang C. chinensis memiliki tubuh berbentuk
lonjong, dengan ukuran tubuh yang didapatkan dalam sampel penelit
dan bagian tubuhnya berwarna coklat dan memiliki sayap coklat kekuning
Menurut Linnaeus dalam Kartasapoetra (1991), klasifikasi
ambar 6) adalah sebagai berikut:
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Coleoptera
: Bruchidae
Callosobruchus
C. chinensis
a
Gambar 5. Callosobruchus chinensis
a). Sumber: http://www.google.co.id/imgres
b). Sumber: Foto hasil penelitian
Sitophilus zeamays
Bagian morfologi yang tampak secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen.
S. zeamays yang ditemukan 5 mm, berwarna coklat, moncong
kecil dan panjang, mempunyai antena, terdapat bercak kuning agak kemerah
merahan pada bagian sayap. Pada saat pengambilan sampel ditemukan larva di
gudang toko A dan toko B sebanyak dua ekor di masing-masing gudang, bentuk
rvanya putih dan tidak berkaki dengan ukuran 8 mm.
20
memiliki tubuh berbentuk
lonjong, dengan ukuran tubuh yang didapatkan dalam sampel penelitian 3 mm
dan bagian tubuhnya berwarna coklat dan memiliki sayap coklat kekuning-
, klasifikasi Callosobruchus

b
Callosobruchus chinensis
http://www.google.co.id/imgres
b). Sumber: Foto hasil penelitian
Bagian morfologi yang tampak secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen.
5 mm, berwarna coklat, moncong
kecil dan panjang, mempunyai antena, terdapat bercak kuning agak kemerah-
merahan pada bagian sayap. Pada saat pengambilan sampel ditemukan larva di
masing gudang, bentuk


Menurut Motschulsky
(Gambar 6) adalah sebagai berikut
Kingdom : Animal
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Species : S. zeamays

Pada bagian caput S. zeamays
butiran jagung. Larva
muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat ber
kuning agak kemerah
kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh
tergantung dari tempat hidup larvanya . Menurut Kalshoven (1981), telur yang

Motschulsky dalam Kartasapoetra (1991), klasifikasi Sitophilus zeamays
ambar 6) adalah sebagai berikut:
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Coleoptera
: Curculionidae
Sitophilus
S. zeamays
a
Gambar 6. Sitophilus zeamays
a). Sumber: http://www.google.co.id/imgres
b). Foto hasil penelitian

Gambar 7. Larva S. zeamays

S. zeamays terdapat moncong yang berfungsi untuk menggerek
butiran jagung. Larva S. zeamays berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang
muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat ber
kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan
kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh S. zeamays sekitar 3,5
tergantung dari tempat hidup larvanya . Menurut Kalshoven (1981), telur yang
21
Sitophilus zeamays

b
Sitophilus zeamays
http://www.google.co.id/imgres
b). Foto hasil penelitian
terdapat moncong yang berfungsi untuk menggerek
berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang
muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak
merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan
sekitar 3,5-5 mm,
tergantung dari tempat hidup larvanya . Menurut Kalshoven (1981), telur yang
22



dihasilkan dapat mencapai 575 butir, jumlah telur disebabkan oleh faktor
makanannya.

4.5 Usaha-usaha Pemberantasan Hama
Dari hasil penelitian yang dilakukan di gudang yang ada di Kotamobagu, rata-rata
para pemilik toko mulai mengeluhkan dengan keadaan serangga gudang yang ada,
yang mengakibatkan komoditas yang di simpan mulai mengalami penurunan
secara kualitas dan kuantitas.

Tingkat kerusakan yang di alami pada komoditas simpanan, terutama di toko D
sangat besar, yang mengakibatkan butir-butir komoditas yang diserang oleh
serangga gudang menjadi berlubang-lubang, sehingga menyebabkan
berkurangnya bobot komoditas. Hal ini dikarenakan, komoditas yang dibeli dari
para penjual langsung di simpan dalam gudang yang di isi dalam karung
penyimpanan, dan karena tidak adanya alat pengeringan dan lahan untuk
menjemur kembali komoditas tersebut, sehingga mengakibatkan kadar air dari
komoditas ada yang semakin tinggi.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan dengan para
pemilik toko dalam cara penyimpanan komoditas pangan di gudang, tidak
digunakan cara penanggulangan serangga gudang secara kimiawi (fumigasi),
karena menurut mereka biaya yang diperlukan akan lebih besar dan nantinya juga
akan berdampak pada bahan komoditas yang disimpan yang akan dibeli oleh para
konsumen. Upaya yang dilakukan oleh para pemilik toko dalam penanggulangan
23



serangga gudang adalah dengan melakukan proses pembersihan gudang yang rata-
rata di masing-masing gudang dilakukan dua bulan satu kali.

Salah satu cara yang digunakan adalah dengan membersihkan semua tempat
penyimpanan komoditas pangan (Tandiabang, 2008). Selain itu, cara alternatif
yang dapat digunakan antara lain yaitu dengan proses pengeringan komoditas
pangan (jagung, beras, kacang hijau dan kedelai) agar terjadi penurunan kadar air
pada biji komoditas pangan tersebut serta cara penyimpanan komoditas yang
sebaiknya harus menggunakan pengalas berupa papan atau tripleks agar supaya
karung-karung yang digunakan sebagai wadah penyimpanan tidak menjadi
lembab (Syarief dan Halid, 1993).

Menurut Desmukh (1992), definisi pengendalian terpadu adalah suatu sistem
pengelolaan populasi hama dengan menggunakan teknik yang sesuai dengan
tujuan mengurangi populasi hama, dan mempertahankannya pada suatu tingkat
yang tidak dapat menyebabkan kerugian ekonomi atau melakukan usaha, sehingga
populasi hama tidak menyebabkan tingkat kerugian tersebut.







24



V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat simpulkan bahwa :
1. Serangga-serangga hama pascapanen yang ditemukan pada 4 lokasi
gudang pada toko komoditas pangan yang ada di Kotamobagu yaitu dari
ordo Coleoptera dengan dua Famili yaitu Curculionidae dan Bruchidae,
dua genus Sitophilus dan Callosobruchus serta empat spesies yaitu
Sitophilus oryzae, Callosobruchus analis, Callosobruchus chinensis dan
Sitophilus zeamays.
2. Kadar air dan kondisi gudang sangat menentukan terhadap pertumbuhan
populasi serangga hama pascapanen.
3. Kadar air yang tertinggi terdapat pada komoditas kedelai di gudang toko C
dan toko D yaitu 16,9% sehingga populasi dari C.analis semakin
meningkat.

5.2 Saran
Dengan melihat kondisi dan cara penyimpanan bahan komoditas (beras, jagung,
kacang hijau dan kedelai) pada gudang di toko yang ada di Kotamobagu maka
perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai cara untuk menanggulangi
pertumbuhan populasi serangga hama pascapanen.



25



DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2011. Insecta. http:///serangga/Insecta.htm. Diakses pada tanggal 2
Februari 2011

Anonim b. 2011. Laboratorium Pascapanen Hortikulturan.
http://staf.unud.ac.id/madeut a/wp-content/uploads/2011/03/laboratorium-
pascapanen-hortikultura.pdf. Diakses pada tanggal 14 Maret 2011.

Anonim c. 2011. Penyimpanan Pasca Panen. http://staf.unud.ac.id/madeut a/ wp-
content/uploads/2011/03/laboratorium-pascapanen-hortikultura.pdf.
Diakses pada tanggal 14 Maret 2011

Anonim d. 2011. http://www.google.co.id/imgres. Diakses pada tanggal 6 Juli
2011

Borror, D.J.,C.A. Triplehorn dan N.F. Johnson. 1997. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Deshmukh, I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.

Harahap, L.H., 2010. Mengenal Lingkungan dan Perkembangan Hama Pasca
Panen. Balai Besar Karantina Pertanian, Belawan.

Hidayat, P. 2006. Sampling dan monitoring serangga pada gudang
penyimpanan. Pengendalian Hama Gudang di Tempat Penyimpanan
Bahan Pangan, Pakan, dan Tembakau. Pusat Kajian Pengendalian Hama
Terpadu Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.

26



Imdad, H.P dan A.A. Nawangsih, 1995. Menyimpan Bahan Pangan. Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Bina Aksara.
Jakarta.

Kalshoven. L.G. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. P.T Ichtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta

Lauhe, D.W. 1959. Insect damage to Southern Cornin Storage as Affected by
Initial Field Infestation. New York.

Mochamad; Tarwotjo dan Rahadian. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Graha
Ilmu. Yogyakarta.

Natawigena, H. 1990. Entomologi Pertanian. Orba Shakti. Bandung.

Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rees, D. P. 1996. Coleoptera. Dalam Subramanyam Management of insects
in stored product. New York - Basel -Hongkong.

Rimbing, J. dan V.V. Memah, 2002. Morfologi dan Klasifikasi Hama Gudang.
Fakultas Pertanian Unsrat, Manado. Makalah Disajikan Pada Pelatihan
Teknologi Pengendalian Hama Gudang. Kerjasama ECFED Texas A&M
Univ. System Dengan UNSRAT Manado, tanggal 2-5 April 2002.

Ruslan, H. 2007. Entomologi. Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.

27



Schowalter, T. 1996. Insect Ecology: An Ecosystem Approch. Academic
Press, New York.

Sunjaya dan Widayanti. 2006. Pengenalan Serangga Hama Gudang.
KLH,UNIDO, SEAMEO BIOTROP. Bogor.

Syarief, R. dan Halid, H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. PT. Arcan,
Bogor, kerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB,
Bogor.

Tandiabang. 2008. Pengelolaan Hama Pascapanen. LIPI. Jakarta.

Tjahjadi N. 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanusius. Yogyakarta.















28



Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air dari masing-masing komoditi

Kadar air =
F1 - F2
F1
x 1uu%

Gudang toko A
a). Komoditi Jagung
Dik : V1 = 50gr
V2 = 42,64gr
Peny :
50g 42,64g
50g
x 1uu%
= 14,72%
b). Komoditi Beras
Dik : V1 = 50gr
V2 = 45,04gr
Peny :
50g 45,04g
50g
x 1uu%
= 9,92%
c). Komoditi Kedelai
Dik : V1 = 50gr
V2 = 44,24gr
Peny :
50 44,24
50
100%
= 11,52%
d). Komoditi Kacang Hijau
Dik : V1 = 50gr
V2 = 43,57gr
Peny :
50 43,57
50
100%
= 12,86%




Gudang Toko B
a). Komoditi Jagung
Dik : V1 = 50gr
V2 = 42,70gr
Peny :
50 42,70
50
100%
= 14,6%
b). Komoditi Beras
Dik : V1 = 50gr
V2 = 44,64gr
Peny :
50 44,64
50
100%
= 10,72%
c). Komoditi Kedelai
Dik : V1 = 50gr
V2 = 43,88gr
Peny :
50 43,88
50
100%
= 12,24%
d). Komoditi Kacang Hijau
Dik : V1 = 50gr
V2 = 43,60gr
Peny :
50 43,60
50
100%
= 12,8%





29



Lanjutan Lampiran 1

Gudang Toko C
a). Komoditi Jagung
Dik : V1 = 50gr
V2 = 43,39gr
Peny :
50g-43,39g
50g
x100%
= 13,22%
b). Komoditi Beras
Dik : V1 = 50gr
V2 = 45,17gr
Peny :
50g-45,17g
50g
x100%
= 9,66%
c). Komoditi Kedelai
Dik : V1 = 50gr
V2 = 41,53gr
Peny :
50g-41,53g
50g
x100%
= 16,94%
d). Komoditi Kacang Hijau
Dik : V1 = 50gr
V2 = 44,70gr
Peny :
50g-44,70g
50g
x100%
= 10,6%

Gudang Toko D
a). Komoditi Jagung
Dik : V1 = 50gr
V2 = 43,85gr
Peny :
50g-43,85g
50g
x100%
= 12,3%
b). Komoditi Beras
Dik : V1 = 50gr
V2 = 44,55gr
Peny :
50g-44,55g
50g
x100%
= 10,9%
c). Komoditi Kedelai
Dik : V1 = 50gr
V2 = 41,55gr
Peny :
50g-41,55g
50g
x100%
= 16,9%
d). Komoditi Kacang Hijau
Dik : V1 = 50gr
V2 = 44,38gr
Peny :
50g-44,38g
50g
x100%
= 11,24%












30



Lampiran 2. Foto-foto Penelitian

Lokasi Gudang A


Lokasi Gudang B

Lokasi Gudang C

Lokasi Gudang D






31



Lanjutan Lampiran 2

Pengamatan di laboratorium


Koleksi sampel penelitian

You might also like