You are on page 1of 18

UNIVERSITAS PASUNDAN EKONOMI / AKUNTANSI 25 JUNI 2006

Makalah :

PRINSIP-PRINSIP KETATANEGARAAN YANG TEKANDUNG DALAM BATANG TUBUH UUD 1945 DAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA BERDASARKAN UUD 1945

Disusun Oleh : AKC M. MARADONA SHAHIFA ANBIYA ADE DEDI MULYADI SRI HARYANI ( 054020145 ) ( 054020142 ) ( 054020155 ) ( 054020152 )

SUKARNI TEJA KOMARA ( 054020146 )

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum.Wr.Wb, Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata perkuliahan Pendidikan Pancasila untuk membahas prinsip-prinsip ketatanegaraan yang terkandung dalam batang tubuh UUD 1945 dan sistem pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945. Mengingat negara kita ini mempunyai susunan sistem pemerintahan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Mengingat akan hal itu kami merasa tergugah untuk menyajikan makalah prinsip-prinsip ketatanegaraan yang terkandung dalam batang tubuh UUD 1945 dan sistem pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Yasril Ilyas, Drs, orang tua kami serta pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai tepat waktu, dan kami menyadari akan kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran kepada kami. Sehingga menjadi makalah dengan hasil yang diharapkan dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Wassalamualaikum.Wr.Wb. Bandung,Juni 2006

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................... Daftar Isi..................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.............................................................. I.1 Latar Belakang.................................................................... BAB II PERMASALAHAN........................................................... BAB III PEMBAHASAN.............................................................. III.1 Prinsip-prinsip Ketatanegaraan yang terkandung dalam batang tubuh UUD 1945................................................... III.2 Sistem Pemerintahan Negara Berdasarkan UUD 1945......................................................................... III.3 Hubungan dan Tata Aliran Kerja Antar Lembagalembaga Tinggi Negara.................................................. BAB IV PENUTUP................................................................................... IV.1 Kesimpulan....................................................................... DAFTAR PUSTAKA....................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pemerintahan negara Republik Indonesia memiliki berbagai macam lembaga-lembaga, baik itu lembaga-lembaga tinggi negara maupun lembaga-lembaga tertinggi negara yang ada di Indonesia, seperti : MPR, Presiden ( Wakil Presiden ), DPA, DPR, BPK, MA, dll. Lembaga-lembaga tinggi atau lembaga-lembaga tertinggi tersebut mempunyai keterkaitan atau hubungan antara satu sama lain yang tidak bisa dilepaskan atau dipisahkan.

BAB II PERMASALAHAN
Memperhatikan kehidupan bangsa Indonesia yang terus berkembang yang mengikuti zaman, khususnya dalam hal pemikiran rakyat Indonesia yang semakin maju. Maka dari itu, masyarakat Indonesia ingin mengetahui secara gamblang atau jelas bagaimana cara kerja lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara, apa saja tugas-tugas masing-masing lembaga tersebut serta apakah yang dilakukan oleh lembaga tinggi dan tertinggi tersebut telah melaksanakan makna dari Pancasila dan UUD 1945. Terlebih lagi sekarang ini banyak sekali rakyat Indonesia yang kurang puas terhadap kerja lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara. Hal ini dilakukan karena masyarakat tahu bahwa makna dari Pancasila dan UUD 1945 belum sepenuhnya dijalankan oleh lembaga-lembaga tersebut.

BAB III PEMBAHASAN


III.1 Prinsip-Prinsip Ketatanegaraan Yang Terkandung Dalam Batang Tubuh UUD 1945
UUD 1945 terdiri dari 37 pasal ditambah 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan yang mengandung semangat dan merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, juga merupakan rangkaian kesatuan pasal-pasal yang bulat dan terpadu. Didalamnya berisi materi yang pada dasarnya dapat dibedakan dua bagian, yaitu : 1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan sistem pemerintahan negara di dalamnya termasuk pengaturan tentang kedudukan, wewenang, tugas dan saling hubungan dari kelembagaan negara. 2. Pasal- pasal yang berisi materi hubungan negara dan penduduknya serta dengan dipertegas oleh Pembukaan UUD 1945 berisi konsepsi negara diberbagai bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam dan lain-lain, kea rah mana negara , bangsa, rakyat Indonesia akan bergerak mencapai cita-cita nasional. UUD 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945 juga menunjukkan identitas negara Republik Indonesia yang didalamnya mengandung prinsipprinsip penting yang harus diperhatikan baik oleh penyelenggara negara maupun oleh setiap warga negara Indonesia. Prinsip-prinsip itu adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik ( pasal 1 ayat 1 ) Menjunjung tinggi hak azasi manusia dengan kesadaran pengakuan manusia sebagai mahluk yang mono pluralis Sistem politik atas dasar kesamaan kedudukan semua warga negara dalam hukum dan pemerintahan ( pasal 27 ayat 1 ) Sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan ( pasal 33 ) Sistem sosial budaya berdasarkan asas Bhineka Tunggal Ika ( pasal 32 )

6. 7.

Sistem pembelaan negara berdasarkan hak dan kewajiban bagi semua warga negara ( pasal 30 ) Sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat/berdemokrasi ( pasal 1 ayat 2 )

A. 1.

Lembaga-lembaga Tinggi Negara MPR ( Majelis Permusyawaratan Rakyat ) Menurut UUD 1945 bahwa tugas majelis adalah menetapkan UUD dan GBHN ( pasal 3 ) serta memilih Presiden dan Wakil Presiden (pasal 6 ayat 2). Bangsa Indonesia telah menetapkan dalam UUD pasal 1 ayat 2 bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Penjelasan umum tentang UUD 1945 menyatakan bahwa MPR adalah organ yang merupakan penjelmaan kehendak dari rakyat negara ( Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes ) yaitu kehendak rakyat Indonesia yang berdaulat sebagai penjelmaan seluruh rakyat. MPR pada hakekatnya adalah rakyat itu sendiri, kehendak MPR adalah kehendak rakyat. MPR bersidang sedikitnya 5 tahunsekali dan tidak menutup kemungkinan mengadakan siding lebih dari sekali dalam 5 tahun yang disebut dengan siding istimewa. Sidang istimewa diselenggarakan oleh MPR dalam hal :

a.

Wakil Presiden berhalangan tetap, serta Presiden dan atau DPR meminta Majelis mengadakan siding istimewa untuk memilih Wakil Presiden. Presiden dan Wakil Presiden keduanya berhalangan tetap, maka majelis dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap itu menyelenggarakan sidang istimewa untuk memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.

b.

2.

Presiden ( dan Wakil Presiden ) Presiden adalah kepala negara, hal ini dinyatakan dalam Penjelasan UUD 1945 mengenai sistem pemerintahan negara yang menyangkut kekuasaan dan wewenang MPR dan menjelaskan bahwa MPR mengangkat kepala negara dan wakil kepala negara dan Presiden adalah mandataris dari majelis dan berkewajiban menjalankan putusan-putusan majelis. Presiden

juga harus menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh majelis. Presiden memegang kekuasaan membentuk UU dengan persetujuan DPR demikian bunyi pasal 5 ayat 1 UUD 1945. Dengan demikian, selain memegang kekuasaan eksekutif, Presiden RI bersama DPR juga menjalankan kekuasaan legislatif. Pasal 7 mengatur masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, yaitu 5 tahun sekali dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Pasal 9 menetapkan rumusan sumpah atau janji yang harus diucapkan Presiden dan Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya. Sumpah ini harus diucapkan dihadapan MPR atau DPR. Pasal 10 sampai dengan 15 mengatur kekuasaan Presiden selaku kepala negara. 3. DPA ( Dewan Pertimbangan Agung ) DPA merupakan lembaga tinggi negara penasehat pemerintah. Dewan ini berkewajiban memberikan jawaban atas pertanyaan Presiden dan berhak mengajukan usul serta wajib mengajukan pertimbangan kepada pemerintah. Susunan dewan ini sebagaimana dinyatakan dalam pasal 16 ayat 1 UUD 1945 ditetapkan pengaturannya dengan UU. Undang-undang yang mengatur DPA adalah UU No. 31967 jo UU No. 4/1978. Anggota DPA terdiri atas unsur-unsur masyarakat seperti tokoh-tokoh politik, karya, daerah ataupun nasional. 4. a) b) c) d) DPR ( Dewan Permusyawaratan Rakyat ) DPR semua anggotanya merangkap anggota MPR, mempunyai tugas : Senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden ; Mengabulkan ( atau tidak mengabulkan ) persetujuan dalam pembentukan undang-undang ; Memberikan ( tidak memberikan ) persetujuan dalam penetapan APBN ; Memberikan ( tidak memberikan ) persetujuan dalam tindakan lainnya yang memerlukan persetujuan DPR seperti menyatakan perang, membuat perdamaian, dan membuat persetujuan dengan negara-negara lain. Susunan DPR menurut pasal 19 ayat 1 ditetapkan dengan undangundang. Para anggota dewan ini menurut ketentuan pasal 2 ayat 1 secara

otomatis adalah juga anggota MPR. Didalam menjalankan tugasnya dewan bersidang sedikit-dikitnya satu kali dalam setahun. Pasal 21 ayat 1 mengatur kemungkinan DPR untuk mengajukan rancangan UU yang lazim disebut hak inisiatif dan ayat 2-nya menyatakan bila rancangan UU dari DPR tidak disahkan oleh Presiden, rancangan itu tidak bole diajukan lagi oleh dewan dalam masa persidangan itu. 5. BPK ( Badan Pemeriksa Keuangan ) BPK merupakan lembaga tinggi negara dengan tugas khusus untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara, yang hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR ( pasal 23 ayat 5 UUD 1945 ). Badan ini terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah tetapi tidak berdiri di atas pemerintah. BPK memeriksa semua pelaksanaan dan dilaporkan kepada DPR sebagai bahan penilaian atau pengawasan dan bahan pembahasan RAPBN tahun berikutnya. UU yang mengatur BPK adalah UU No. 5/1973. Dalam UU ini ditetapkan tugas BPK yakni : a) b) 6. Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara ; Memeriksa semua pelaksanaan APBN. MA ( Mahkamah Agung ) MA dan badan peradilan lainnya adalah pemegang kekuasaan kehakiman yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Salah satu jaminan bagi kebebasan kekuasaan kehakiman itu antara lain terletak pada jaminan kedudukan hakim yang harus diatur dengan UU pasal 25, UU yang mengatur kekuasaan kehakiman ialah UU No. 14/1970. Adapun lingkungan kekuasaan kehakiman berdasarkan masing-masing UU-nya terdiri dari : a) b) c) d) Peradilan Militer Peradilan Umum Peradilan Tata Usaha Negara Peradilan Agama

Susunan kekuasaan dan hukum acara pada MA diatur dalam UU No. 14/1985 tentang peradilan dalam lingkungan peradilan umum dan MA. Menurut UU ini susunan MA terdiri atas pimpinan, hakim, anggota, panitera, dan sekretariat jendral. Pimpinan MA terdiri dari : a) b) c) Seorang ketua Seorang wakil ketua Beberapa orang ketua muda Selanjutnya UU No. 14/1985 tentang MA menyatakan pasal 31 sebagai berikut : a) MA mempunyai wewenang menguji secara materil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di bawah UU. MA berwenag menyatakan tidak sah semua peraturan perundangundangan lebih rendah dari pada UU atas alas an bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

b)

c)

Utusan tentang pernyataan tidak sahnya peraturan perundang-undangan tersebut dapat diambil berhubungan dengan pemeriksaan dalam tingkat kasasi. Pencabutan peraturan perundang-undangan yang dinyatakan tidak sah tersebut dilakukan segera oleh instansi yang bersangkutan.

III.2 Sistem Pemerintahan Negara Bardasarkan UUD 1945


Berdasarkan pasal 1 ayat 2, bahwa system pemerintahan negara RI merupakan sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat atau berdemokrasi. Sistem pemerintahan negara RI bersendikan kepada tujuh pokok atau tujuh kunci. Tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara RI tersebut terdiri dari :

1)
2) 3) 4)

Indonesia

adalah

negara

yang

berdasarkan

atas

hukum

tidak

berdasarkan kekuasaan belaka. Sistem konstitusional pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi tidak bersifat absolutisme ( kekuasaan yang tidak terbatas ). Kekuasaan negara yang tertinggi ditangan MPR. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah majelis ( MPR ). Presiden ialah penyelenggara pemerintahan tertinggi,

dalam menyelenggarakan negara, kekuasaan dan tanggung jawab ada di tangan Presiden. 5) 6) 7) Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR. Menteri negara adalah pembantu Presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada DPR. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

III.3 Hubungan dan Tata Aliran Kerja Antar Lembaga-lembaga Tinggi Negara
1. Hubungan antara MPR dengan Presiden MPR pemegang kekuasaan tertinggi mengangkat Presiden. sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, maka Presiden dapat berhenti sebelum masa jabatannya ataupun diberhentikan oleh MPR. Presiden tidak hanya menjalankan tugas pokok di bidang eksekutif melainkan juga di bidang legislatif yang dijalankan bersama-sama dengan DPR. 1. Hubungan antara MPR dengan DPR MPR terdiri atas anggota anggota DPR. Oleh karena itu DPR seluruhnya merangkap anggota MPR, maka MPR menggunakan DPR sebagai tangan kanannya dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan GBHN sebagaimana ditetapkan MPR. Dalam hal ini DPR menggunakan hak-hak tertentu yang dimilikinya seperti : hak angket, hak amandemen, hak interpelasi, hak budget, hak bertanya dan hak inisiatif. 2. Hubungan antara DPR dengan Presiden DPR dan Presiden bersama-sam mempunyai tugas membuat Undangundang dan menetapkan UU tentang APBN.Presiden harus memperhatikan, mendengarkan, berkonsultasi dan dalam banyak hal memberikan keteranganketerangan serta laporan-laporan kepada DPR dan meminta pendapatnya. Untuk 1) pengawasan tersebut maka DPR mempunyai beberapa wewenang, yaitu : Menurut UUD 1945 a) Hak budget yaitu hak untuk menyusun rancangan anggaran belanja dan pendapatan Negara.

b) Hak inisiatif yaitu hak untuk mengusulkan rancangan undang-undang. 2) a) b) c) d) 3. Menurut UU No. 7/DPR/III/71,72 Hak amandemen ( mengadakan perubahan ) Hak interpelasi ( meminta keterangan ) Hak bertanya Hak angket yaitu hak untuk mengadakan suatu penyelidikan Hubungan antara DPR dengan Menteri-menteri Dalam UUD1945 dinyatakan bahwa menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Menteri-menteri tidak bertanggungjawab kepada DPR. 4. Hubungan antara Presiden dengan Menteri-menteri Menteri-menteri adalah pembantu Presiden. Oleh karena itu, menterimenterilah yang terutama menjalankan pemerintahan dalam prakteknya sebagai pemimpin departemen. 5. Hubungan antara MA dengan Lembaga Negara Lainnya Mahkamah Agung sebagai lembaga tinggi negara dalam bidang kehakiman, berwenang untuk menyatakan tidak sah peraturan perundangan dari tingkat yang lebih tinggi. Dalam proses reformasi dewasa ini, Mahkamah Agung merupakan ujung tombak terutama dalam pemberantasan KKN untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih sebagaimana yang diamanatkan oleh TAP MPR No. XI/MPR/1998. 6. Hubungan antara BPK dengan DPR Badan Pemeriksa Keuangan bertugas memeriksa langsung tanggung jawab tentang keuangan negara dan hasil pemeriksaannya itu diberi tahukan kepada DPR ( pasal 23 ayat 5 ). 7. Hubungan antara DPA dengan Presiden Menurut pasal 16 ayat (2) UUD 1945, DPA berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan Presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah dalam bidang politik dan kebijaksanaan pemerintah. DPA adalah

badan penasehat yang kedudukannya tidak berada di bawah kekuasaan Presiden. 8. Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Lembaga-lembaga Tinggi Negara menurut Ketetapan MPR No. 111/MPR/1978 Hubungan tata kerja lembaga tertinggi Negara dengan lembagalembaga tinggi Negara, menurut ketetapan MPR No. 111/MPR/1978, adalah sebagai berikut : Presiden Dewan Pertimbangan Agung Dewan Perwakilan Rakyat Badan Pemeriksa Keuangan Mahkamah Agung

10.Susunan Kekuasaan dan Hubungan Lembaga Negara menurut Sistem UUD 1945 Pembukaan dan UUD 1945

MPR Pasal 2 dan 3

DPR Pasal 23

DPR Pasal 5,19,20 21,22

PRESIDEN Pasal: 4,5,6,7,8, 9,10,11,12,22

DPR Pasal 16

DPR Pasal 24

Keterangan : a. Semua lembaga-lembaga negara termasuk MPR, setelah MPR menetapkan UUD terikat dan mematuhi UUD.

b. c. d. e.
f. g.

UUD 1945 menjadi sumber kekuasaan serta pedoman bagi segala penyelenggaraan pemerintahan negara. MA dan BPK adalah lembaga-lembaga yang ditetapkan UUD agar lembaga-lembaga tersebut tidak dipengaruhi oleh kekuasaan apapun. DPA sebagai lembaga negara yang ditetapkan oleh UUD terikat dan bertanggung jawab kepada nasehat dan usulnya yang diterima Presiden. Presiden bertanggung jawab kepada MPR dalam menjalankan pemerintahan negara. Presiden bersama DPR membuat UU DPR sebagai bagian dari MPR menjalankan tugas penilaian dan pengawasan terhadap pelaksanaan jalannya pemerintahan negara.

11.Bagan Eksekutif UUD

MPR

DPR Keterangan :

PRESIDEN

DPA

a.
b. c.

Dalam bidang eksekutif Presiden merupakan central figure sebagai penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR. Pelaksanaannya dibantu DPA dan kerja sam dengan DPR. Presiden sebagai pemimpin penyelenggaraan pemerintahan bertanggung jawab kepada MPR.

12.Bagan Pengawasan UUD

MPR

BPK

DPR

PRESIDEN

Keterangan : a. b. c. Dalam bidang pengawasan DPR sebagai bagian utama dari MPR mempunyai peranan penting terhadap badan eksekutif. Dalam melaksanakan tugas, DPR mendapat bahan-bahan tentang penggunaan uang Negara dari laporan BPK. Untuk tugas pengawasan ini DPR mempunyai hak-hak sebagai berikut : bertanya, interpelasi, angket dan amandemen. 13.Bagan Legislatif UUD

MPR

BPK

DPR

UU

PRESIDEN

DPA

Keterangan : a. b. Dalam bidang legislatif DPR dan Presiden bekerjasama dalam ikatan partnership. Presiden dapat minta nasihat dari DPA dan DPA dapat mengajukan usulnya tanpa diminta.

c.

DPR menggunakan hak budgetnya dalam menyetujui rancangan anggaran belanja negara dan pendapatan.

14.Bagan Penilaian UUD

MPR

BPK

1. Produk legislatif 2. Produk yudikatif 3. Penggunaan uang negara

MA

Keterangan : a. b. c. MA merupakan peradilan kasasi dan mengawasi kegiatan-kegiatan pengadilan-pengadilan lainnya. MA berhak menguji keserasian peraturan-peraturan yang lebih rendah dari UU terhadap peraturan-peraturan serta kaidah-kaidah lainnya. BPK menilai dan meneliti kemanfaatan / penggunaan serta sahnya penggunaan uang negara.

BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Atas dasar, analisa, kajian dan perkembangan pemikiran masyarakat bangsa Indonesia dan tuntutan masyarakat Indonesia untuk segera dilaksanakannya makna dari Pancasila dan UUD 1945 secara menyeluruh kepada rakyat Indonesia. Dengan demikian, dengan diketahuinya bagaimana bentuk sistem pemerintahan dan cara atau tugas-tugas masing-masing lembaga-lembaga negara tersebut oleh masyarakat Indonesia maka masyarakat tahu lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara tersebut sedang melaksanakan dan akan terus melaksanakan makna dari Pancasila dan UUD 1945 supaya makna dari Pancasila dan UUD 1945 dapat dirasakan oleh seluruh Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Marauke.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, Drs, M.S, Pendidikan Pancasila : 2002

You might also like