You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Para ahli pendidikan membuat berbagai macam batasan dalam pelaksanaan pendidikan yang terumus dalam istilah kurikulum.1 Sebelum mengkaji lebih jauh tentang pendekatan pengembangan kurikulum, perlu dikemukakan terlebih dahulu apa itu kurikulum. Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start hingga finish. Pengertian ini ke mudian diterapkan dalam bidangpendidikan. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta nilai-nilai.2 Menurut Carter V Good seperti yang dikutip oleh Zaini, mengungkapkan bahwa kurikulum adalah sejumlah materi pelajaran yang harus ditempuh dalam suatu mata pelajaran atau disiplin ilmu tertentu, seperti kurikulum Pendidikan Bahasa Arab, kurikulum Pendidikan Bahasa inggris atau kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial. Kurikulum juga diartikan sebagai garis-garis besar materi yang harus dipelajari oleh siswa di sekolah untuk mencapai tingkat tertentu atau ijazah, atau sejumlah pelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah atau kampus.3 Kurikulum merupakan salah satu komponen penting pada lembaga pendidikan formal yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran, mengarahkan proses mekanisme pendidikan, tolok-ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan. Namun demikian, kurikulum seringkali tidak mampu mengikuti kecepatan laju perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan dan pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan. Dan seharusnya para
Samaun Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), h. 76 2 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agma Islam di Sekolah, Madrasah Serta Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 1 3 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum konsep implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 2
1

pendidik memahami tentang kurikulum yang tepat dan sesuai dalam melaksanakan suatu pembelajaran, dalam pengembangan kurikulum ada bagian-bagian yang perlu diperhatikan salah satunya adalah mengenai pendekatan-pendekatan dalam

pengembangan kurikulum. Kurikulum dapat dipandang sebagai rencana konkrit penerapan dari suatu teori pendidikan, sehingga pendekatan pengembangan kurikulum sangat erat hubungannya dengan teori atau aliran pendidikan yang dominan yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan teknologi dan pendidikan interaksionis. Empat aliran itu bertolak dari asumsi yang berbeda dan memiliki pandangan yang berbeda mengenai kedudukan pendidik, peserta didik, materi maupun proses pendidikan. Empat teori pendidikan tersebut mempunyai pendekatan yang berbeda dalam pengembangan kurikulum yang selanjutnya akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah Pendekatan apa saja yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum?

C. Tujuannya Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pengembangan kurikulum.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Para pendidik umumnya tidak berpegang pada salah satu pendekatan secara murni tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum mempunyai arti yang sangat luas. Hal tersebut bisa berarti penyusunan kurikulum baru (curriculum construction), bisa juga penyempurnaan terhadap kurikulum yang sedang berlaku (curriculum improvement).4 Pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.5 Pengembangan kurikulum seyogyanya dilaksanakan secara sistemik

berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh.

B. Macam-Macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum 1. Pendekatan Subyek Akademis (Pendekatan Bidang Studi) Pendekatan subyek akademis sangat mengutamakan pengetahuan, sehingga pendidikan diarahkan lebih bersifat intelektual. Konotasi pendekatan ini tidak hanya menerima apa yang disampaikan dalam perkembangan, tetapi juga menerima proses belajar yang dialami peserta didik. Sumber pendekatan subjek akademis dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme).

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 65-66 5 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 200

Walaupun didasari dengan konsep-konsep yang sama, keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Parenialisme lebih berorientasi ke masa lampau dan kurang mementingkan tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang saat sekarang. Pendidikan lebih menekankan pada humanitas, pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Pendidikan lebih banyak bersifat umum (general education atau liberal art). Pendidikan adalah bebas nilai (value free) dan bebas dari kebudayaan (culture free). Esensialisme lebih mengutamakan sains daripada humanitas dan lebih pragmatis, pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke dunia kerja. Pendidikan lebih berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang sehingga pengajaran lebih diarahkan kepada pembentukan keterampilan dan pengembangan kemampuan vocasinal. Pendekatan pengembangan kurikulum subyek akademis lebih menekankan isi pendidikan, yang diambil dari disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli tanpa mengikutsertakan guru-guru, apalagi siswa. Isi disusun secara logis, sistematis, dan berstruktur, dengan berpusat pada segi intelektual, sedikit sekali memperhatikan segi-segi sosial atau psikologis peserta didik. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan pada pemikiran masa lalu, sedangkan masa kini hanya memelihara dan mewarisi hasil budaya masa lalu tersebut. Sebaliknya, kurikulum lebih mengutamakan isi pendidikan dan peserta didik merupakan usaha untuk menguasai isi pendidikan sebanyak-banyaknya. Yang diutamakan dalam pendekatan ini adalah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu atau didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing.6 Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistemisasi tertentu yang berbeda dengan sistemisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu7. Secara umum, pendekatan pengembangan kurikulum subjek akademis dipandang sebagai pendekatan yang masih sepihak dan belum mampu
6 7

Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2006), h. 44 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2003) hal.

150

mengintegrasikan antara nilai lama dan nilai baru, padahal islam menghendaki adanya pendekatan yang interdisipliner dan integratif terhadap semua masalahmasalah kehidupan8.

2. Pendekatan Humanistik Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak pada ide memanusiakan manusia. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia.9 Dalam pendekatan Humanistik ini, peserta didik diajar untuk membedakan hasil berdasarkan maknanya. Pendekatan pengembangan Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta dimasa depan. Sesuai dengan konsep yang dianut yaitu aliran pendidikan pribadi (personalized education) pendekatan ini lebih memberikan tempat utama pada siswa. Pendekatan pengembangan Kurikulum ini bertolak dari asumsi bahwa peserta didik adalah faktor yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia dapat menjadi subjek yang menjadikan pusat kegiatan pendidikan, dan mempunyai kemampuan, potensi dan kekuatan untuk berkembang10. Oleh karena itu, tugas pendidik hanya menciptakan situasi yang mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri. Pendekatan ini berkembang sebagai reaksi atas praktek pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual saja, dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendekatan ini memandang pendidikan merupakan upaya yang yang berusaha untuk menciptakan situasi yang baik, rileks dan akrab.11 Dengan situasi yang demikian kondusif, siswa dapat mengembangkan segala potensi dirinya. Pendidikan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Peserta didik menjadi subyek pendidikan, dialah yang menduduki tempat utama dalam pendidikan. Pendidik menempati posisi kedua, bukan lagi sebagai penyampai informasi atau sebagai model dan ahli dalam disiplin ilmu. Pendidik lebih berfungsi debagai psikolog yang mengerti segala kebutuhan dan masalah peserta didik.
8 9

Dr. Abdul Mujib, M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 146 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agma Islam diSekolah, h. 142 10 Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, ( Bandung: Rosda Karya, 2011), hal. 86 11 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: TERAS, 2009), h. 123

Pendekatan humanis bersumber dari pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Dalam pendidikan progresif, siswa merupakan satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual. Sedang pendidikan romantik merupakan proses individual yang berisi rentetan pengembangan kemampuan-kemampuan anak, berkat interaksi dengan berbagai aspek dalam lingkungan maka terjadi rentetan pengembangan kemampuan-kemampuan anak.

3. Pendekatan Teknologis Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajar ditetapkan sesuai dengan anlisis tugas (job analysis) tersebut.12 Pendekatan teknologis lebih menekankan pada penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efisienisi dan efektifitas program pendidikan. Tanpa bantuan media maka proses pembelajaran tidak dapat berlangsung, karena pelaksanaan pembelajaran tersusun terpadu antara kegiatan-kegiatan pendidikan dengan media tersebut.13 Gambaran manusia tentang dunia dan makna kehidupan merupakan sintesis dari pengalaman-pengalaman dasarnya. Menurut pendekatan subyek akademis pengalaman bersifat menetap, sama dari tahun ke tahun. Sedang menurut pendekatan teknologis pengalaman selalu berubah, hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik daripada hari ini. Dalam pendekatan teknologis isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidangbidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif san keterampilanketerampilan yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program satau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para siswa belajar secara individual. Pendidik berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak melakukan tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman bahan.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agma Islam diSekolah, h. 163-164 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: TERAS, 2009), h. 124
13 12

Kurikulum dengan pendekatan teknologis menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis. Materi disiplin ilmu dipelajari dan termasuk dalam kurikulum, apabila hal itu mendukung penguasaan kemampuan-kemampuan tersebut. Materi disiplin ilmu tersebut disusun terjalin dalam kemampuan. Penyusunan dilakukan para ahli dan atau guru-guru yang mempunyai kemampuan mengembangkan kurikulum.

4. Pendekatan Rekronstruksi Sosial Pendekatan ini disebut pendekatan rekronstruksi sosial karena

memfokuskan kurikulum pada maslah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat.14 Pendekatan ini bertolak dari pemikiran manusia sebagai mahluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia selalu membutuhkan manusia lain, selalu hidup bersama, berinteraksi, dan bekerja sama. Pendekatan ini memandang Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendekatan subyek akadenik dan pendekatan teknologis interaksi terjadi sepihak dari guru kepada siswa, sedangkan dalam pendekatan humanistik terjadi sebaliknya dari siswa kepada guru. Pendekatan rekontruksi sosial menekankan interaksi dua pihak, dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru. Lebih luas, interaksi ini juga terjadi antara siswa dengan bahan ajar dan dengan lingkungan, antara pemikiran siswa dengan kehidupannya. Interaksi juga terjadi antara siswa dengan bahan ajar. Interaksi itu bukan hanya pada tingkat apa dan bagaimana, tetapi lebih jauh yaitu pada tingkat mengapa, tingkat mencari maksa baik makna sosial (socially conscious) maupun makna pribadi (self conscious). Isi atau bahan ajar ini berkenaan dengan lingkungan sosial-budaya yang mereka hadapi saat ini. Setelah mengetahui makna dari fakta fakta dan nilai-nilai sosial budaya, mereka mengadakan evaluasi, kritik dari sudut kepentingannya bagi kesejahteraan umat manusia. Pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa manusia
14

Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, h. 47

adalah sebagai makhluk social yang dalam kehidupan selalu membutuhkan manusia lain, selalu hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama. Melalui kehidupan bersama dan bekerja sama itulah manusia dapat hidup dan memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas pendidikan terutama membantu agar peserta didik menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakat.15

15

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agma Islam diSekolah.h. 173

BAB III PENUTUP

Untuk menghasilkan kurikulum yang baik cara kerja kurikulum harus memiliki strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan kurikulum yang sistematis. Berdasarkan teori pendidikan yang banyak dibicarakan para ahli pendidikan dan dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan minimal ada empat macam pendekatan pengembangan kurikulum meliputi: 1. Pendekatan subyek akademis, didasari oleh teori pendidikan klasik yang selanjutnya menghasilkan model konsep kurikulum subyek akademis; 2. Pendekatan humanistis, didasari oleh teori pendidikan pribadi yang selanjutnya menghasilkan model konsep kurikulum humanistik; 3. Pendekatan teknologis, didasari oleh teori teknonogi pendidikan yang selanjutnya menghasilkan model konsep kurikulum teknologis; dan 4. Pendekatan rekronstruksi social, didasari oleh teori pendidikan interaksional yang selanjutnya menghasilkan model konsep kurikulum rekontruksi sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Samaun. 2005. Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Muhaimin. 2007. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agma Islam diSekolah, Madrasah Serta Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Muhammad Zaini. 2009. Pengembangan Kurikulum, Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi. Yogyakarta: TERAS, Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: PT Bumi Aksara, Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

10

You might also like