You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sejarah dan budaya yang ada di Indonesia menjadikan negeri ini sebagai salah satu negara dengan jumlah warisan peninggalan sejarah dan budaya yang sangat bervariasi di dunia. Negara kita merupakan negara yang memiliki sejarah sangat panjang di masa lalu. Dimulai dari masa kejayaan kerajaankerajaan yang pernah berdiri di Indonesia sampai dengan masa penjajahan bangsa asing terhadap bangsa kita yang banyak meninggalkan warisan sejarah dan budaya dengan keunikan dan ciri khas tersendiri. Kondisi geografis Indonesia yang strategis dan dijadikan sebagai salah satu jalur perdagangan yang sangat penting pada masa lalu, menjadikan Indonesia juga kaya akan warisan sejarah akibat dari pembauran kebudayaan dari bangsa asing yang datang ke Indonesia pada waktu itu. Hal tersebut merupakan sebuah anugerah sekaligus keuntungan bagi kita sebagai bangsa Indonesia. Dalam hal ini, segala bentuk warisan peninggalan sejarah dan budaya tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan negara yang bertujuan untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyat Indonesia itu sendiri. Akan tetapi, dalam tata cara pemanfaatannya haruslah yang bersifat positif, yang artinya usaha-usaha yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semata, tapi juga harus meninjau aspek-aspek pelestarian dan keberlangsungan dari warisan peninggalan sejarah dan budaya tersebut. Semua itu dilakukan agar identitas kita sebagai sebuah bangsa yang mempunyai kekayaan sejarah dan budaya, dapat dirasakan pula oleh generasi penerus kita di masa yang akan datang.

Dalam beberapa dekade terakhir ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat pada industri pariwisata di dunia. Industri pariwisata menjadi sebuah industri yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia saat ini dan telah menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Oleh karena itu, industri pariwisata saat ini merupakan salah satu industri yang terbesar di dunia bila dilihat dari jumlah orang yang terlibat maupun uang yang beredar di dalamnya. Bersama-sama dengan sektor pertanian, industri telekomunikasi dan industri manufaktur, pariwisata adalah ujung tombak perekonomian dunia pada saat ini. Sektor pariwisata bertanggung jawab terhadap lebih dari 230 juta lapangan pekerjaan dan 10% total GDP dunia. Pada tahun 2006, pertumbuhan industri perjalanan pariwisata di dunia (konsumsi, investasi, export dan pengeluaran pemerintah) meningkat sebesar 4,6% dengan jumlah total 6.5 triliun US$ (The International Ecotourism Society). Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan di atas, dapat dibuat sebuah korelasi, yakni dalam hal pemanfaatan warisan peninggalan budaya dan sejarah demi kemakmuran dan kesejaheraan rakyat Indonesia, salah satunya dapat dilakukan melalui usaha di bidang industri pariwisata. Pertanyaannya adalah mengapa harus melalui sektor pariwisata? H. Soewarno Darsoprajitno dalam bukunya yang berjudul Ekologi Pariwisata: Tata Laksana Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata (2002) mengklasifikasikan jenis daya tarik wisata yang salah satunya adalah daya tarik wisata binaan, yakni daya tarik wisata yang berbentuk benda warisan peninggalan budaya dan sejarah. Benda warisan peninggalan budaya dan sejarah dalam hal ini adalah benda yang bersifat moveable (bergerak) atau immovable (tak bergerak). Contoh paling sederhana dan paling banyak ditemui dalam kehidupan kita sehari-hari dari bentuk warisan peninggalan budaya dan sejarah ini adalah bangunan-bangunan atau hasil binaan karya manusia. Walaupun bangunan atau hasil binaan manusia tersebut, pada saat dibangun tidak untuk kepentingan pariwisata, namun keberadaannya sekarang menjadi sangat menarik oleh karena nilai historisnya yang tinggi (Darsoprajitno, 2002:184-189). Hal ini dapat memicu

rasa keingintahuan orang-orang akan sejarah suatu bangunan hasil binaan manusia tersebut, sehingga akan banyak orang yang datang ke tempat-tempat dimana warisan peninggalan budaya dan sejarah tersebut berada. Terdapat beberapa arti penting dari keberadaan suatu bangunan kuno bersejarah, antara lain secara ekonomis, bangunan kuno bersejarah akan merupakan salah satu daya tarik wisata (Budihardjo, 1989). Menurut badan Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism

Organization), kegiatan untuk menikmati sejarah, alam; peninggalan budaya manusia; kesenian; loso dan pranata dari wilayah lain disebut sebagai wisata heritage. Sedangkan menurut The National Trust for Historic Preservation (2002), mendefinisikan wisata heritage sebagai sebuah perjalanan untuk menikmati tempat-tempat, artefak-artefak dan aktitas-aktitas yang secara otentik mewakili cerita atau sejarah orang-orang terdahulu maupun saat ini. Berdasarkan The Cultural Heritage Centre for Asia and the Pacific (2000), jenis dan bentuk wisata heritage ini adalah: 1) Tangible and immoveable, yakni lokasi bangunan bersejarah, monumen, struktur, situs arkeologi dan cultural landscape. 2) Tangible but moveable, yakni artefak, karya seni, hasil fotografi. 3) Intangible, yakni adat istiadat, nilai-nilai budaya, agama, tarian, seremoni dan upacara adat, legenda daerah dan lain sebagainya. Salah satu tempat di Indonesia yang memiliki banyak bangunan heritage ialah Kota Bandung. Ibukota provinsi Jawa Barat ini memiliki julukan yang sangat melegenda yakni Parijs van Java. Julukan Parijs van Java itu sendiri berasal dari banyaknya mojang priangan yang terkenal cantik dan dipadukan dengan keindahan arsitektur bangunan yang mewarnai kota ini, yang pada saat itu mengingatkan para petinggi pemerintahan Belanda pada kota Paris, salah satu kota di Eropa yang terkenal akan keindahannya. Kota Bandung merupakan kota yang didirikan dan dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pada saat Herman Willem Daendels

mempertautkan Jalan Raya Pos (Grote Postweg, sekarang jalan Asia-Afrika)

dengan Jalan Raya Anyer-Panarukan pada tahun 1811, mungkin menjadi sebuah cikal bakal Kota Bandung yang kita kenal saat ini (Haryoto Kunto, 2008:12). Sekitar tahun 1856, pemerintahan Hindia-Belanda memunculkan suatu gagasan untuk memindahkan ibukota keresidenan Priangan dari kota Cianjur ke daerah yang pada saat itu masih terbilang terra incognita (daerah tak bertuan). Akan tetapi karena terganggu oleh berbagai hal, gagasan itu baru dapat direalisasikan pada tahun 1864. Baru sekitar tahun 1884, pada saat pembangunan Jalan Kereta Api Jakarta-Bandung, pembangunan Kota Bandung berkembang sangat pesat. Sejak saat itulah pemerintahan Hindia-Belanda mulai membangun fasilitas-fasilitas yang ada di Kota Bandung seperti gedung Societet Concordia (Gedung Merdeka sekarang) pada tahun 1921 yang membuat kawasan AsiaAfrika dan Jalan Braga tumbuh menjadi pusat rekreasi komersial. Perluasan Kota Bandung juga semakin menjalar kearah sekitar Jalan Wastu Kencana (Pieterspark) dan Jalan Merdeka (Merdekaweg). Selain itu juga ada yang membangun rumah di kawasan Bandung Utara yang sekarang dikenal sebagai daerah Dago dan Cipaganti (Nijlandweg). Bangunan lain yang didirikan dan terkenal sebagai warisan peninggalan pemerintahan kolonial belanda yang saat ini masih berdiri dan menjadi ciri khas Kota Bandung diantaranya adalah: Gedung Sate; Gedung Pakuan; Gedung Dwi Warna atau Indische Pensioenfonds; Villa Isola; Stasiun Hall; Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung dan lain sebagainya. Menurut data dari The Globetrotter pada tahun 2003, kekayaan heritage di Kota Bandung menempati urutan ke-9 dari 10 kota berasitektur Art Deco di dunia. Dari data yang dihimpun oleh Panguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage), ada kurang lebih sekitar 451 buah bangunan warisan peninggalan zaman kolonial Belanda, namun hanya sekitar 40 buah saja yang dilindungi sebagai bangunan warisan budaya. Dengan banyaknya jumlah bangunan warisan budaya yang ada di Kota Bandung, yang tentu saja mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi, Kota Bandung memiliki potensi yang besar dalam memanfaatkan bangunan-bangunan warisan bersejarah tersebut. Baik itu untuk pemanfaatan dalam bidang pendidikan maupun untuk kepentingan kepariwisataan Kota Bandung. Selain itu, hal tersebut

dapat dijadikan sebagai sebuah penegasan identitas Kota Bandung sebagai kota dengan nilai sejarah yang tinggi dan juga dapat dijadikan sebagai katalisator (pemacu) sekaligus modal berharga dalam pengembangan wisata heritage di Kota Bandung. Kota Bandung sendiri telah menjadikan sektor pariwisata sebagai ujung tombak dalam menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD). Kota ini menjadi pilihan favorit destinasi wisata bagi wisatawan yang berdomisili di daerah Ibukota untuk melakukan liburannya pada akhir pekan. Jenis wisata yang paling banyak ditawarkan dan paling diminati oleh kebanyakan wisatawan adalah wisata untuk aktifitas bisnis (MICE), wisata belanja, wisata kuliner, dan sebagian wisata alam. Namun untuk jenis kegiatan wisata heritage di Kota Bandung, mungkin baru digulirkan dalam beberapa tahun ke belakang karena selama ini penilaian orangorang terhadap Kota Bandung sudah kian melekat sebagai kota wisata belanja dan wisata kuliner. Ada beberapa faktor yang mungkin jadi penyebab mengapa aktifitas wisata heritage di Kota Bandung belum begitu dilirik oleh para wisatawan sebagai sebuah alternatif untuk menikmati sebuah pengalaman berwisata yang berbeda. Salah satunya mungkin disebabkan oleh masih jarangnya agen atau biro perjalanan yang berani menyediakan paket perjalanan wisata heritage di Kota Bandung. Faktor lainnya mungkin juga disebabkan oleh kurangnya kreatifitas dalam mengemas wisata heritage tersebut menjadi sebuah paket perjalanan wisata yang menarik untuk dilakukan oleh para wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung. Langkah awal yang dianjurkan oleh Kotler, Bowen & Makens (2002:251) dalam mengemas produk pariwisata adalah membagi pasar menjadi kelompokkelompok pembeli khas yang mungkin membutuhkan produk atau disebut dengan segmentasi pasar. Langkah selanjutnya adalah membidik pasar dengan cara mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen dan memilih satu atau beberapa segmen pasar.

Kedua faktor tersebut menjadi fokus perhatian bagi penulis, karena dapat membuat wisatawan yang memang tertarik untuk melakukan aktifitas wisata heritage di Kota Bandung, cenderung untuk melakukan aktifitasnya secara individual dan sudah pasti informasi tentang bangunan-bangunan bersejarah yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut harus didapatkan secara manual dan tidak akan lengkap. Selain itu, penulis akan mencoba menganalisa kondisi secara faktual di lapangan pada wisata heritage di Kota Bandung, yang hasilnya nanti dapat diarahkan pada perencanaan strategi pengemasan paket wisata bangunan heritage yang sesuai dengan permintaan pasar wisatawan di Kota Bandung. Adapun judul penelitian yang akan ditulis adalah Strategi Pengemasan Paket Wisata Bangunan Heritage Di Kota Bandung

B. Identifikasi Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota yang mempunyai bangunan warisan peninggalan sejarah terbanyak di dunia. Akan tetapi, dalam kegiatan mengeksplorasi bangunan heritage sebagai sebuah daya tarik wisata yang bernilai ekonomis dan mampu menarik banyak minat wisatawan dirasakan masih sangat kurang. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam upaya mengembangkan aktivitas wisata heritage di Kota Bandung, dengan melihat pada strategi apa yang dapat diterapkan dalam mengemas sebuah paket wisata untuk bangunan heritage di Kota Bandung.

C. Tujuan dan Sasaran Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat merumuskan sebuah strategi pengemasan sebuah paket wisata yang dapat diterapkan pada bangunan heritage yang ada di Kota Bandung berdasarkan pada indikator-indikator yang dapat mempengaruhinya.

Sasaran yang ingin dicapai adalah dapat mengetahui strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam usaha untuk mengemas bangunan heritage di Kota Bandung menjadi sebuah paket wisata . D. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan, manfaat yang diharapkan dan ingin dicapai diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat menjadi sebuah bahan tinjauan sekaligus pemacu bagi para pengusaha biro perjalanan wisata untuk memaksimalkan potensi wisata heritage di Kota Bandung. 2. Penulis berharap dari hasil penelitian yang dilakukan ini, dapat menjadi sebuah media, sumber informasi dan referensi bagi para pembaca ataupun peneliti lainnya. 3. Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat menambah wawasan tentang ilmu kepariwisataan, sekaligus sebagai sebuah arena belajar bagi penulis dalam memahami suatu fenomena secara faktual melalui obervasi di lapangan yang mengacu pada teori-teori yang telah didapatkan oleh penulis selama masa perkuliahan.

E. Asumsi Anggapan awal yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis aktifitas wisata heritage mempunyai potensi yang cukup besar dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kota Bandung. Mengingat trend yang terjadi saat ini, wisatawan cenderung tertarik dengan jenis aktifitas wisata yang mempunyai konsep pelestarian budaya, alam dan lingkungan (pariwisata go green), dan yang melibatkan mereka secara langsung dalam kegiatannya. Salah satu cara memanfaatkan potensi wisata

heritage ini dapat dilakukan dengan cara mengemasnya menjadi sebuah produk yang sesuai dengan permintaan pasar wisatawan di Kota Bandung. 2. Dalam menangani potensi wisata heritage ini wajib mempertimbangkan aspek pelestarian terhadap Obyek daya tarik wisata heritage itu sendiri. Artinya, dalam mengkomersialisasi aktifitas wisata heritage harus sesuai dengan prinsip-prinsip preservasi dan konservasi bangunan-bangunan warisan sejarah tersebut, agar tercipta sebuah pariwasata yang sustainable.

F. Definisi Operasional Agar menghindari perbedaan penafsiran terhadap penelitian ini, maka penulis mendefinisi-operasionalkan hal berikut: 1. Pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah kemasan atau pembungkus sebuah produk (Kotler, 1990: 457). Pengertian dari definisi tersebut mencakup, bahwa dalam membuat kemasan terhadap suatu produk diperlukan hal-hal yang bersifat teknis yang bertujuan agar produk tersebut mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen yang melihatnya. 2. Paket wisata (package tour, inclusive tour) diartikan sebagai suatu perjalanan wisata dengan satu atau lebih tujuan kunjungan yang disusun dari berbagai fasilitas perjalanan tertentu dalam suatu acara perjalanan yang tetap, serta dijual dengan harga tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari perjalanan wisata. 3. Heritage adalah segala sesuatu yang merupakan bagian dari masa lalu kita, tetapi didalamnya terdapat beberapa aspek tertentu seperti bahasa, identitas kebudayaan dan kelokalan, yang menjadikan obyek tersebut memiliki tingkat kepentingan tertentu. 4. Wisata heritage atau pariwisata pusaka dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan wisata untuk menikmati berbagai adat istiadat lokal, benda-benda cagar budaya, dan alam beserta isinya di tempat asalnya yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman akan keanekaragaman

budaya dan alam bagi pengunjungnya. Pusaka adalah segala sesuatu (baik yang bersifat materi maupun non-materi) yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang ingin kita jaga keberadaan dan keberlangsungannya.

G. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan atau sasaran, asumsi atau anggapan dasar dan definisi operasional dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, dan diakhiri dengan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis Bab ini akan berisi uraian tentang pengertian dari teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini akan berisi uraian tentang metodologi-metodologi secara teknis, yang akan digunakan oleh penulis dalam menganalisa dan mengumpulkan data, serta informasi dari berbagai sumber yang akan mendukung penelitian ini. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini akan berisi uraian tentang pembahasan atas penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang berdasarkan teori dan data yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian ini. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini berisi uraian tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, yang disertai dengan saran dan rekomendasi dari penulis.

10

You might also like