You are on page 1of 149

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X.2 SMA TARUNA Dra.

ZULAEHA PROBOLINGGO DALAM MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS BERITA
SKRIPSI OLEH DEVI EKA NURJAWATI NIM 104211472064

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH AGUSTUS 2008

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X.2 SMA TARUNA Dra. ZULAEHA PROBOLINGGO DALAM MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS BERITA
SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Oleh Devi Eka Nurjawati NIM 104211472064

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH Agustus 2008

ABSTRAK Nurjawati, Devi Eka. 2008. Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Dra. Martutik, M.Pd. Kata kunci: kemampuan menulis, eksposisi, media teks berita Masalah mendasar pada pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha (TDZ) Probolinggo adalah (1) masih kurangnya kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dan (2) tidak menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran eksposisi di kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo, khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar sehingga hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siswa. Hal ini nantinya untuk mendeskripsikan bagaimana peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Data penelitian ini terdiri dari data proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dan data hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dari aspek (1) judul, (2) pengembangan paragraf, dan (3) penggunan ejaan dan tanda baca. Sumber data penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo. Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan pedoman penilaian hasil belajar siswa. Hasil penelitian pada pretes diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi masih tergolong kurang. Hal ini ditandai dengan rata-rata kelas dalam menulis karangan eksposisi belum mencapai standar minimal (70%) yaitu hanya 66,06% dengan tingkat keberhasilan 41,17%. Untuk itu perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi. Untuk itu, tindakan yang diberikan supaya kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat dengan menggunakan media pembelajaran yang berupa teks berita dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Hasil penelitian pada tindakan siklus I diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi yaitu 78,56% dengan tingkat keberhasilan 79,41. Diketahui dari hasil refleksi, ternyata masih ada siswa yang kesulitan

i dalam hal: (1) membuat judul, (2) memaparkan informasi, (3) menciptakan kesatupaduan karangan, (4) menggunakan piranti kohesi, (5) membuat ketegasan dalam karangan, dan (6) menggunakan ejaan dan tanda baca yang disesuaikan. Hal ini karena siswa belum memahami betul apa saja aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis sebuah karangan eksposisi.Dari hasil refleksi dan identifikasi masalah, perlu adanya upaya perbaikan pada penyampaian materi, khususnya mengenai teknik penulisan karangan eksposisi. Setelah dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita, maka dilakukan tindakan siklus II. Hasil postes siklus II ini ada peningkatan. Rata-rata kelas mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 4,65% menjadi 83,21% dengan tingkat keberhasilan sebesar 100%. Berikut ini merupakan peningkatan kemampuan siswa untuk setiap komponen penilaian.(1) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 88,34% pada postes siklus II. (2) Peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan paragraf yaitu (a) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek pemaparan informasi menurun 5,15% tetapi dengan tingkat keberhasilan 88,24% pada postes siklus II, (b) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek kasatupaduan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 5,88% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II, (c) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek keterpautan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 8,83% dengan tingkat keberhasilan 97,06% pada postes siklus II, (d) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek ketegasan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II. (3) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 9,56% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II Adapun beberapa saran yang bisa disampaikan sehubungan dengan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Hendaknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan minat siswa dan kemampuan guru/sekolah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis karangan eksposisi. (2) Alokasi waktu untuk pembelajaran menulis perlu dipertimbangkan mengingat pembelajaran menulis karangan eksposisi merupakan materi yang membutuhkan proses. (3) Sebaiknya siswa juga diajak untuk melakukan penilaian terhadap tugas yang telah dikerjakan sehingga siswa mengetahui dan lebih memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis.

KATA PENGANTAR Puji syukur tidak terhingga penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita. Ucapan terima kasih kepada beberapa pihak atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut. 1. Dr. H. Dawud, M.Pd selaku Dekan Fakultas Sastra UM dan Dr. Maryaeni, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia UM yang telah memberikan ijin dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dra. Martutik, M.Pd, dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan masukan dan pengarahan dengan sabar kepada peneliti. 3. Dr. Anang Santoso, M.Pd dan Dr. Widodo Hs, M.Pd selaku dewan penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skipsi ini. 4. Drs Sugeng Haryono, Kepala SMA TDZ, yang telah memberikan izin dan tempat serta meminjamkan peralatan demi kelancaran penelitian ini. 5. Wiwik Ariyani, S.Pd dan Untung Nandra, S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia di SMA TDZ yang telah mendampingi dan memberikan masukan demi kelancaran dan kesuksesan penelitian ini, serta siswa kelas X.2 SMA TDZ Tahun Pelajaran 2007/2008 atas kesediaannya menjadi subjek penelitian 6. Ayah Effendy, Ibu Sri dan Adik Ayun atas doa dan dukungannya kepada penulis sehingga semangat penulis selalu ada demi sebuah bakti.

iii 7. Guru-guru dari: TPQ Al-Falah dan At-Taufik, TK Bina Putra-Putri Probolinggo, SDN Jati V Probolinggo, SMP 5 Probolinggo, dan SMA TDZ, serta semua dosen yang pernah membimbing penulis selama menempuh pendidikan SI Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. 8. Keluargra besarku: Keluarga Soedjowo, Keluarga Alm. Bapak Soeparlan Karto Sudarmo, Keluarga Kampung Merpati, Keluarga di Leces, dan Keluarga di Wongsorejo atas doa restunya. 9. My Trusie yang selalu menorehkan harapan untuk masa depan dengan segala ketulusan kasih sayang dan cintanya. 10. Sahabat-sahabatku (Ria Unyil, Yanee Imoed, Eri Chantique, Afief Ayu, Nophee Caem, Tante Neneng, dan Iya Pus) serta warga Teram 14, terima kasih atas ide-idenya dan telah menjadi sahabat dalam perjuangan ini. 11. Teman-teman Sasindo UM 2004 atas cerita segala rasanya, sahabat-sahabat PMII Sunan Kalijaga yang telah menjadi warna dalam perjuangan pergerakan Islam, keluarga besar KAMABA UM, teman-teman KKN Wajar Dikdas Wongsorejo 2007, serta temanteman PPL SMP Negeri I Malang Penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum bisa dikatakan sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Amin. Malang, 28 Juli 2008 Penulis

DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................................i KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii DAFTAR ISI .............................................................................................................v DAFTAR TABEL .....................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ......................................................................................1 1.2 Masalah ................................................................................................5 1.2.1 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................5 1.2.2 Batasan Masalah ...............................................................................6 1.2.3 Rumusan Masalah .............................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................7 1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................7 1.5 Asumsi Penelitian ................................................................................8 1.6 Definisi Operasional ............................................................................9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menulis ...........................................................................10 2.1.1 Pengertian Menulis ...........................................................................10 2.1.2 Konsep Pengembangan Keterampilan Menulis ................................12 2.1.3 Asas Menulis Efektif .........................................................................14 2.2 Pembelajaran Menulis ..........................................................................17 2.2.1 Hakikat Pembelajaran Menulis .........................................................17 2.2.2 Tujuan Pembelajaran Menulis ...........................................................18 2.2.3 Evaluasi Pembelajaran Menulis ........................................................19 2.2.3.1 Pengertian Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi dalam Pembelajaran Menulis ....................................................................................................................19 2.2.3.2 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Menulis ......................22 2.3 Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X dengan Menggunakan Media Teks Berita ..................................................................................................23 2.3.1 Karangan Eksposisi ...........................................................................23 2.3.1.1 Pengertian Karangan Eksposisi ......................................................23 2.3.1.2 Bentuk-bentuk Khusus Karangan Eksposisi ..................................24

2.3.1.3 Persyaratan dan Teknik Penulisan Karangan Eksposisi .................27 2.3.2 Penggunaan Media Teks Berita dalam Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi .....................................................................................................................29 2.3.2.1 Pengertian Media Pembelajaran .....................................................29 2.3.2.2 Fungsi Media Pembelajaran ...........................................................30

Halaman

v 2.3.2.3 Media Teks Berita ..........................................................................30 2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita ..........................................................................................................31 2.3.4 Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita ..........................................................................................................34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ...........................................................................37 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................37 3.1.2 Konteks Penelitian ............................................................................40 3.1.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................40 3.1.2.2 Kelas penelitian dan Subjek Penelitian ..........................................40 3.1.2.3 Mitra Peneliti ..................................................................................41 3.1.2.4 Waktu Penelitian ............................................................................42 3.2 Tahap-tahap Penelitian .........................................................................42 3.2.1 Studi Pendahuluan .............................................................................42 3.2.2 Perencanaan Tindakan ......................................................................43 3.2.3 Pelaksanaan Tindakan .......................................................................44 3.2.4 Pengamatan .......................................................................................45 3.2.5 Refleksi .............................................................................................45 3.3 Instrumen Penelitian ............................................................................46 3.4 Data dan Sumber Data .........................................................................49 3.5 Teksnik Pengumpulan Data .................................................................50 3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................51 3.7 Kriteria Keberhasilan ...........................................................................52 3.8 Pengecekan Keabsahan Data ................................................................53 BAB IV PAPARAN DATA 4.1 Studi Pendahuluan dan Pretes ..............................................................54 4.1.1 Proses Pelaksanaan Studi Pendahuluan ............................................54 4.1.2 Analisis Hasil Kemampuan Awal Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi ....................................................................................................................56 4.2 Siklus I .................................................................................................65 4.2.1 Proses Tindakan Siklus I ...................................................................65 4.2.1.1 Rencana Tindakan Siklus I ............................................................65

4.2.1.2 Tindakan dan Observasi Siklus I ....................................................66 4.2.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus I ..........................................73 4.2.3 Refleksi Siklus I ................................................................................80 4.2.4 Identifikasi Masalah Siklus I .............................................................81 4.3 Siklus II ................................................................................................82 4.3.1 Proses Tindakan Siklus II .................................................................82 4.3.1.1 Rencana Tindakan Siklus II............................................................82 4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II .....................................................83 4.3.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus II .........................................88 4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita ...........................................94 4.4.1 Peningkatan Setiap Aspek/Subaspek pada Siklus I ..........................95 4.4.2 Peningkatan Setiap Aspek/Subaspek pada Siklus I ..........................96

vi BAB V PEMBAHASAN 5.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Judul .......................................................................................99 5.2 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Pengembangan Paragraf .........................................................100 5.3 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Judul .......................................................................................105 BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan .....................................................................................................107 6.2 Saran ...........................................................................................................108 DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................110 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................113

vii DAFTAR TABEL Tabel 3.2 Lembar Observasi .........................................................................................46 3.4 Pedoman Penilaian Hasil Menulis Paragraf Eksposisi .................................47 3.5 Pedoman Tingkat Keberhasilan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi ..................................................................52 4.1 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada Pretes .............................................................................................57 4.2 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada Pretes ................................................................................................................58 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi Berdasarkan Aspek Penilaian pada Pretes .............................................58 4.4 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Pretes untuk Pembelajaran Menulis Kaeangan Eksposisi ..............................................................................59 4.5 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus I ...................................74 4.6 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus I .......................................................................75 4.7 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus I ...............................................................................................................76 4.8 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Siklus I untuk Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita ................................................................................76 4.9 Tabel Revisi dan Penyuntingan Draf Awal Karangan Eksposisi Siklus II .................................................................................................87 4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II ..................................89

viii 4.11 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II ...............................................................90 4.12 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus II .....................................................................................................................91 4.13 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian untuk Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II .....................................................................................................................91 4.14 Perbandingan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II .....................95 4.15 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa dari Pretes ke Siklus I .........................................................................................95 4.16 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa dari Siklus I ke Siklus II .....................................................................................96

ix DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Proses Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita ....................................................................................................................................33 3.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas ..............................................................38 Halaman

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Jadwal Pelaksanaan dalam Pembelajaran Menulis Eksposisi pada Siswa Kelas X SMA TDZ ...112 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) .....113

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) 117 4. Rubrik Penyekoran Hasil Belajar Menulis Karangan Eksposisi ..121 5. Pedoman Wawancara ...123 6. Lembar Observasi .124 7. Tugas Siswa (Siklus I) ..125 8. Tugas Siswa (Siklus II) .126 9. Materi Pembelajaran Menulis Eksposisi ..128 10. Kode Nama Siswa Kelas X.2 SMA TDZ .131 11. Foto Kegiatan Penelitian ..132 12. Hasil Tulisan Eksposisi Siswa (Pretes, Siklus I, dan Siklus II) 135

Xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang semakin maju dengan pesat membawa pengaruh yang besar terhadap semua aspek kehidupan bermasyarakat. Perkembangan ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan menyempurnakan kurikulum pendidikan. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP merupakan revisi atau penyempurnaan dari Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Mulyasa (2006:9) juga mengatakan bahwa KTSP

1 2

merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru karena mereka banyak dilibatkan sehingga diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Dengan demikian, guru adalah pemilik proses dan pengendali proses pendidikan bersama-sama dengan para siswanya. Unsur-unsur di luar itu merupakan support (dukungan), bukan assurance (penjamin) karena mereka tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sejak jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Siswa SD/MI hingga SMA/MA diharapkan dapat memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk karangan eksposisi. Pembelajaran menulis karangan eksposisi khususnya pada siswa kelas X semester I tertuang dalam kurikulum bidang studi Bahasa Indonesia untuk SMA/MA kelas X semester I dengan kompetensi dasar yang berbunyi Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk paragraf eksposisi (BSNP, 2006:262). Pembelajaran menulis karangan eksposisi juga dilaksanakan di SMA Taruna Dra. Zulaeha, Leces-Probolinggo (SMA TDZ) Meski telah dilaksanakan di sekolah, pembelajaran menulis karangan eksposisi belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA TDZ. Hasil dari studi pendahuluan yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi masih dilaksanakan secara tradisional, (2) guru tidak menggunakan media selama pembelajaran berlangsung, dan (3) 3

guru tidak memberikan rubrik penilaian pada KD menulis karangan eksposisi. Dalam hal ini guru hanya mengajarkan pengertian karangan eksposisi tanpa memberikan panduan kepada siswa bagaimana cara menulis karangan eksposisi yang baik. Hal inilah yang antara lain menyebabkan kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi masih kurang. Dengan tidak maksimalnya pembelajaran menulis karangan eksposisi, maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran menulis karangan eksposisi. Maksudnya adalah interaksi antara guru, siswa, dan materi menulis karangan eksposisi tidak dapat berlangsung secara positif. Indikasi bahwa tidak terciptanya interaksi positif antara guru dan siswa yaitu setelah guru menyajikan materi, siswa tidak memberikan respon positif. Contoh tidak terciptanya interaksi positif misalnya siswa hanya diam dan terkesan malas serta bosan dengan materi yang diberikan. Tidak adanya interaksi yang positif antara guru dan siswa seperti siswa hanya diam dan terkesan malas akan berdampak terhadap kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi. Maka dari itu, langkah awal yang harus segera dicarikan pemecahannya yaitu bagaimana dan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Suyitno (1997:23) mengatakan bahwa secara umum media pembelajaran bermanfaat untuk memperlancar proses interaksi antara pengajar dan pebelajar (siswa). Untuk itu, sebagai upaya mempelancar proses interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi, guru dapat juga menggunakan media pembelajaran yang salah satunya berupa media massa. Salah satu contoh media massa yaitu teks berita. 4

Berbagai penelitian tentang penggunaan media massa pernah dilaksanakan. Salah satunya yaitu penelitian yang pernah dilaksanakan oleh Ratna Restapaty. Judul penelitian yang pernah dilaksanakan oleh Ratna Restapaty yaitu Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VII.8 di SMP Negeri 6 Malang Tahun Ajaran 2006/2007. Melalui penelitiannya, Restapaty menyimpulkan bahwa media massa dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia dan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi karena siswa mendapat pengalaman nyata dengan mempraktikan teori-teori yang disampaikan oleh guru sehingga kompetensi dasar dapat tercapai tepat dalam tiga keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, dan menulis. Berdasarkan hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu, ditemukan persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang dilaksanakan ini. Persamaan keduanya yaitu tentang penggunaan media massa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut. (1) Penelitian yang dilaksanakan oleh Restapaty berupa penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan mengetahui sejauh mana pemanfaatan media massa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan penelitian yang dilaksanakan ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. (2) Media pembelajaran dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Restapaty menggunakan media massa dari koran, radio, dan 5

televisi sebagai media pembelajaran, sedangkan penelitian yang dilaksanakan ini lebih memfokuskan ke penggunaan media massa yang berupa teks berita dari koran dan internet sebagai media pembelajaran. (3) Fokus pembelajaran dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Restapaty adalah semua aspek pembelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan fokus penelitian yang dilaksanakan ini adalah aspek menulis karangan eksposisi. (4) Penelitian yang dilaksanakan oleh Restapaty pada jenjang SMP, sedangkan penelitian yang dilaksanakan ini pada jenjang SMA. Penggunaan media teks berita sebagai media pembelajaran lebih sederhana dan efisien. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X SMA TDZ, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita. 1.2 Masalah 1.2.1 Ruang Lingkup Masalah Pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X sesuai BNSP terdiri dari pembelajaran menulis karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini yaitu pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X. Kompetensi dasar menulis karangan eksposisi berbunyi Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk paragraf eksposisi. Kompetensi dasar ini merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia oleh siswa kelas X SMA TDZ.

6 1.2.2 Batasan Masalah Tidak semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis karangan eksposisi akan dibahas dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan menggunakan media teks berita. Hasil belajar dapat diketahui dari rubrik penilaian yang telah disusun. 1.2.3 Rumusan Masalah Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan menggunakan media teks berita?. Adapun secara khusus rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. (1) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul? (2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan paragraf yang terdiri dari (a) subaspek pemaparan informasi, (b) kasatupaduan paragraf, (c) keterpautan paragraf, dan (d) ketegasan paragraf. (3) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan dan tanda baca?

7 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini juga memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan menggunakan media teks berita. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan antara lain sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul. (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan paragraf yang terdiri dari (a) subaspek pemaparan informasi, (b) kasatupaduan paragraf, (c) keterpautan paragraf, dan (d) ketegasan paragraf. (3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan dan tanda baca. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat penelitian ini secara teoretis adalah hasil dari penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk pengembangan teori pembelajaran menulis karangan eksposisi agar karangan eksposisi yang dihasilkan oleh siswa mempunyai gagasan yang logis dan sistematis. Manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai variasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas oleh guru.

(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan, melaksananakan, dan mengevaluasi pembelajaran menulis karangan eksposisi. (3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan keterampilan menulis karangan eksposisi. (4) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman, dan untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menulis karangan eksposisi

1.5 Asumsi Penelitian Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Kurikulum 2006, Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA kelas X semester 1 memuat pembelajaran menulis karangan eksposisi. (2) Menulis karangan eksposisi pernah diajarkan di kelas X.2 SMA TDZ. (3) Penggunaan media teks berita merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi yang jika dimanfaatkan dengan tepat dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi. (4) Guru mampu memilah dan memilih media teks berita yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.

(5) Siswa kelas X.2 SMA TDZ dianggap mampu untuk mengikuti pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita dalam mengembangkan konsep dan gagasan. 1.6 Definisi Operasional Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu disampaikan agar diperoleh pemahaman yang relatif sama. Istilah-istilah tersebut yaitu sebagai berikut. (1) Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi adalah suatu proses atau cara yang bertujuan untuk mengubah kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan melakukan tindakan yang disengaja. (2) Karangan eksposisi yaitu suatu tulisan yang memaparkan suatu objek yang peninjauannya tertuju pada satu unsur saja secara jelas, memadai, dan netral. (3) Penggunaan media teks berita adalah pemanfaatan media berita, baik dari media cetak maupun dari internet sebagai media dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menulis 2.1.1 Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Hampir semua orang mengetahui apa itu menulis, bahkan dapat dikatakan bahwa menulis merupakan salah satu kegiatan yang bisa dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak ahli bahasa telah mendeskripsikan pengertian menulis. Akan tetapi batasan pengertian menulis tidak lebih dari semacam peta konsep yang masih bersifat kasar. Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (KBBI, 1990:968). Bloom (dalam Ahmadi, 1988:22) menyatakan bahwa tulisan atau karangan (komposisi tulis) termasuk dalam kategori sintesis yaitu sebagai suatu produksi komunikasi yang unik di mana penulis mencoba dan berupaya untuk menyampaikan gagasan, ide, dan atau perasaan kepada orang lain (pembaca). Menulis adalah usaha untuk menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan kemauan dengan wahana bahasa tulis (Nurchasanah&Widodo, 1993:1). Menulis atau mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (Gie, 2002:3). Dengan demikian, menulis adalah produksi komunikasi yang unik dalam mengungkapkan gagasan, ide, dan atau perasaan kepada pembaca untuk dipahami dengan menggunakan wahana bahasa tulis.

10

11 Menulis merupakan suatu tindakan berkomunikasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Morsey (dalam Nurchasanah&Widodo, 1993:5) bahwa berkomunikasi pada dasarnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan-pesan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa, begitu juga dengan menulis. Seorang penulis juga melakukan proses komunikasi dengan orang lain (pembaca, red) melalui tulisan yang dibuatnya. Proses komunikasi berlangsung dengan melibatkan penulis sebagai pembawa pesan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan. Menurut Sukristanto (2002:550), kemampuan menulis memungkinkan seseorang untuk mengkomunikasikan gagasan, penghayatan, dan pengalamannya ke berbagai pihak terlepas dari ikatan waktu dan tempat. Dalam kehidupan sekarang ini, kemampuan menulis sangat dibutuhkan. Dengan kemampuan menulis, seseorang dapat mencatat, meyakinkan, melaporkan, dan mempengaruhi pembaca. Semua tujuan tersebut dapat dicapai oleh penulis dengan menyusun ide, pikiran, gagasan, dan perasaannya, kemudian mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan tersebut dalam komunikasi tulis bergantung pada pikiran, pengorganisasian kata-kata, dan struktur kalimatnya Pada dasarnya, tulisan seseorang itu bisa menunjukkan cara berpikir orang tersebut. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana ia menghasilkan tulisan. Sehubungan dengan hal tersebut, setiap orang yang akan menulis selalu memerlukan kondisi lingkungan yang kondusif. Kondisi demikian tentu saja akan menimbulkan proses menulis yang logis dan sistematis. Berpikir logis artinya kemampuan berpikir dengan mengoptimalkan kemampuan otak untuk menghasilkan pemikiran yang sehat dan dapat diterima oleh orang lain. Berpikir sistematis adalah adanya keteraturan dalam berpikir dengan langkah-langkah yang 12

sistematis. Dengan tahapan tersebut tentu saja akan menghasilkan sebuah tulisan yang lebih menarik. 2.1.2 Konsep Pengembangan Keterampilan Menulis Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis (Kurniawan, 2007). Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang dapat melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang ditawarkan oleh Nunan (dalam Kurniawan, 2007). Nunan (dalam Kurniawan,2007) menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2) menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik wacana tulis, (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran. Pertama, perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan tampak pada fungsi dan karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun demikian, yang patut diperhatikan adalah keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut pandang inilah dapat diketahui sejauh mana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi. Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita dengan bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh dan lebih mendalam. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia kadang-kadang tidak terampil menggunakan bahasanya sendiri

dibandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelemahan yang tidak kita sadari.

Kedua, pandangan bahwa keterampilan menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih memfokuskan pada aktivitas belajar (proses menulis), sedangkan pendekatan yang berorientasi pada produk lebih memfokuskan pada hasil belajar menulis yaitu wujud tulisan. Ketiga, struktur generik wacana dari masing-masing jenis karangan (tulisan) tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada jenis karangan narasi menunjukkan struktur yang lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal ini menjadi ciri khas jenis karangan/tulisan ini. Keempat, untuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, setiap penulis perlu mengetahui penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil. Tujuannya adalah agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran) dari keduanya. Kita dapat mengetahui kesulitan yang dialami penulis yang tidak terampil (baca: pemula, awal). Salah satu kesulitan yang dihadapinya adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada pembaca. Adapun penulis terampil, ia mampu mengatakan masalah tersebut atau masalah lainnya, yaitu masalah yang berkenaan dengan proses menulis itu sendiri. Kelima, sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh David Nunan, yakni: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan. Untuk menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan keterampilan memadukan antara proses dan produk menulis. 14

Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemuka-kannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. McCrimmon (dalam Kurniawan, 2007) mengatakan bahwa kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat. 2.1.3 Asas Menulis Efektif Gie (2002:33) menuturkan bahwa ada tiga asas utama yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan yang efektif. Dalam bahasa Inggris, ketiga asas utama tersebut dikenal dengan singkatan 3C yaitu clarity (kejelasan), conciseness (keringkasan), dan correctness (ketepatan). Ketiga asas tersebut yaitu sebagai berikut. (1) Kejelasan Asas mengarang yang pertama dan utama dalam kegiatan menulis ialah kejelasan. Hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis harus dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Tanpa asas kejelasan, sesuatu karangan sulit dibaca dan sulit dimengerti oleh para pembacanya. Asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi juga karangan itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak samarsamar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca. 15

(2) Keringkasan Asas keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap karangan harus pendek. Keringkasan berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan. Menurut Harry Shaw (dalam Gie, 2002:36), penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya dan katakata yang hemat, bukan kebalikannya ide yang miskin dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas bilamana karangan itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-kata yang sedikit. (3) Ketepatan Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya. Oleh karena itu, agar karangannya tepat, setiap penulis harus menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada. Tiga asas yang telah disebutkan di atas merupakan asas-asas utama yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam kegiatan menulis, sehingga dapat menghasilkan suatu tulisan yang baik dan dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Selain ketiga asas utama tersebut, menurut Gie (2002:3637), masih terdapat tiga asas menulis lainnya yang perlu diperhatikan oleh penulis agar dapat menghasilkan tulisan yang baik. Ketiga asas itu antara lain 16

(1) unity (kesatupaduan), (2) coherence (pertautan), dan (3) emphasis (penegasan). Ketiga asas tersebut yaitu sebagai berikut. (1) Kesatupaduan Asas ini berarti bahwa segala hal yang disajikan dalam suatu karangan perlu berkisar pada satu gagasan pokok atau tema utama yang telah ditentukan. Untuk keseluruhan karangan yang tersusun dari alinea-alinea, tidak ada uraian yang menyimpang dan tidak ada ide yang lepas dari jalur gagasan pokok itu. Selanjutnya dalam setiap alinea hanya dimuat satu butir informasi yang berkaitan dengan gagasan pokok yang didukung dengan berbagai penjelasan yang bertalian dan bersifat padu. (2) Pertautan Asas ini menetapkan bahwa dalam sesuatu karangan bagian-bagiannya perlu melekat secara berurutan satu sama lain. Dalam sebuah karangan antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya perlu ada saling kait sehingga ada aliran yang logis dari ide yang satu menuju ide yang lain. Demikian pula antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya dalam suatu alinea perlu ada kesinambungan yang tertib. Jadi, pada asas pertautan semua alinea dan kalimat perlu berurutan dan berkesinambungan sehingga seakan-akan terdapat aliran yang lancar dalam penyampaian gagasan pokok sejak awal sampai akhir karangan. (3) Penegasan Asas penegasan dalam mengarang menetapkan bahwa dalam sesuatu tulisan butir-butir informasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau penonjolan tertentu sehingga mengesan kuat pada pikiran pembaca. 17

2.2 Pembelajaran Menulis 2.2.1 Hakikat Pembelajaran Menulis Berhasil atau tidaknya pengajaran menulis, salah satunya disebabkan oleh cara yang ditempuh guru dalam mengajarkan menulis. Menurut Nurhasanah&Widodo (1993:7072), ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan kemampuan menulis adalah sebagai berikut. (1) Prinsip Menulis adalah ketrampilan berbahasa. Ketrampilan akan dapat dicapai kalau banyak berlatih. Oleh karena itu, untuk mencapai ketrampilan itu, siswa harus diberi banyak latihan atau tugas-tugas. Sebelum guru memberikan tugas-tugas kepada siswa, guru harus menjelaskan tugas-tugas apa yang diberikan kepada siswa dan apa yang harus dilakukan dan diperhatikan siswa. (2) Pembimbingan Bimbingan perlu diberikan secara intensif sejak siswa mulai belajar menulis sampai menghasilkan tulisan. Setelah siswa menghasilkan karangan, pengoreksian terhadap karangan perlu dilakukan dan hasilnya perlu diinformasikan kepada siswa. Guru bersamasama siswa bisa mendiskusikan bagaimana pembetulan karangan itu karena yang diperlukan dalam karangan ini adalah siswa mengetahui bagaimana seharusnya mereka mengarang. (3) Sifat pengajaran Pengajaran menulis bisa dilakukan dengan dasar berikut ini. (a) Pengajaran menulis bisa dimulai dari latihan aspek-peraspek kemampuan menulis, kemudian dilanjutkan dengan latihan menulis karangan secara utuh. 18

(b) Pengajaran menulis bisa dimulai dari teori tentang menulis, kemudian dilanjutkan ke praktek menulis, atau sebaliknya. (c) Hal-hal yang ditulis dimulai dengan hal-hal yang dikenal siswa atau berada di lingkungan siswa ke hal-hal yang belum dikenal siswa. (4) Media Media pengajaran menulis bisa diambil dari contoh-contoh karangan yang sudah ada, bisa diambil dari surat kabar atau majalah. 2.2.2 Tujuan Pembelajaran Menulis Menurut Nurchasanah&Widodo (1993:6266), tujuan pembelajaran menulis dapat ditentukan berdasarkan aspek yang diinginkan dicapai oleh siswa. Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut. (1) Tujuan yang bersifat teoretis dan praktis, biasanya diwujudkan dalam pengajaran menulis secara serentak, maksudnya dalam pertemuan pengajaran tertentu siswa diharapkan dapat mencapai tujuan yang bersifat teoretis sekaligus dapat mencapai tujuan yang bersifat praktis. Tujuan yang bersifat teoretis menitikberatkan pembelajaran pada aspek teori menulis sedangkan tujuan yang bersifat praktis menitikberatkan pada aspek praktek menulis. (2) Tujuan berdasarkan wujud tulisan/karangan, maksudnya tujuan pengajaran menulis dapat didasarkan atas wujud tulisan yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Wujud karangan yang dimaksud misalnya siswa diharapkan mampu menulis karangan ilmiah, karangan nonilmiah, karangan yang bersifat pengetahuan, karangan yang bersifat kesusastraan, dll. (3) Tujuan berdasarkan tingkat kognisi yang dicapai, yaitu tujuan yang bersifat ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesia, dan evaluasi. Dalam

19 praktek di kelas, diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai dalam pembelajar di kelas. Siswa (kelas tinggi) sebaiknya mampu hingga tahap evaluasi karena jika seseorang pandai menilai sesuatu itu artinya dia telah memahami apa yang dia nilai. (4) Tujuan langsung dan tidak langsung, di mana tujuan langsungnya adalah agar siswa dapat menulis secara langsung tanpa melalui tahapan kegiatan prasyarat, sedangkan tujuan tidak langsungnya adalah siswa dapat menulis dengan melalui tahapan-tahapan kegiatan prasyarat. (5) Tujuan yang bersifat diskrit dan pragmatik, yakni pengajaran menulis yang bersifat diskrit bertujuan ingin melihat aspek-aspek kemampuan menulis secara terpisah-pisah, sedangkan pengajaran menulis yang bersifat pragmatik bertujuan ingin melihat kemampuan menulis secara utuh, bukan melihat aspek-peraspek. 2.2.3 Evaluasi Pembelajaran Menulis 2.2.3.1 Pengertian Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi dalam Pembelajaran Menulis Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran, assessment dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numeric (Wordpress, 2008). 20

Winkel (1996:477) juga mengatakan bahwa pengukuran merupakan deskripsi kuantitatif tentang keadaan suatu hal sebagaimana adanya atau tentang perilaku yang nampak pada seseorang, atau tentang prestasi. Untuk itu, pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Nurhasanah&Widodo, (1993:72) mengatakan bahwa pengukuran kemampuan menulis adalah proses atau tindakan untuk menentukan kualitas kemampuan menulis. Nurhasanah & Widodo (1993:7274) memaparkan ada empat jenis pengukuran untuk mengukur kemampuan menulis yaitu sebagai berikut. (1) Pengukuran subjektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara memeriksa langsung karangan berdasarkan impresi pemeriksa. (2) Pengukuran objektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara mencocokkan pekerjaan dengan kunci yang ada (3) Pengukuran global, adalah pengukuran yang dilakukan secara global tanpa melihat aspekaspek kemampuan menulis yang mendukungnya agar melihat kemampuan menulis secara utuh. (4) Pengukuran aspek-peraspek, adalah pengukuran kemampuan menulis yang bertujuan untuk melihat kemampuan aspek-peraspek yang mendukung kemampuan menulis secara utuh. Sementara, pengertian asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan (Wordpress, 2008). Sedangkan evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian (Echols&Shadily, 1996:220). Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi 21

yang dapat dikemukakan. Dalam Wordpress (2008), ketiga definisi evaluasi dari sisi terminologis yaitu: (1) suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu. (2) kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. (3) proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap pertanyaan what value untuk evaluasi dan how much untuk pengukuran (Wordpres, 2008). Sedangkan asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Akan tetapi, sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik definisinya berbeda, tetapi dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batasan antara ketiganya dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment). Winkel (1996:475) mengatakan bahwa evaluasi adalah penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan tehadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu. Salah satu kegiatan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan pengukuran. Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pengumpulan data, (3) verifikasi data, (4) analisis data, dan (5) interpretasi data. 22

2.2.3.2 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Menulis Evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria-kritria tertentu. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan atau guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sudjana (2005:3) mengatakan ada tiga fungsi evaluasi yaitu sebagai berikut. (1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan intruksional. (2) Umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran. (3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Sudjana (2005:4) mengatakan bahwa dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki tujuan antara lain sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannnya dalam berbagai bidang studi setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. (2) Mengetahui efektivitas metode pembelajaran yang digunakan dalam upaya untuk membentuk siswa yang berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, maral, dan keterampilan (3) Untuk menentukan tindak lanjut hasil penilaian yaitu dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. (4) Untuk memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke pihakpihak yang berkepentingan seperti pemerintah, masyarakat dan orang tua. 23

2.3 Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X dengan Menggunakan Media Teks Berita 2.3.1 Karangan Eksposisi 2.3.1.1 Pengertian Karangan Eksposisi Kata ekposisi yang diambil dari kata bahasa Inggris ekxposition sebenarnya berasal dari kata bahasa Latin yang berarti membuka atau memulai (to set fourth) (Ahmadi dkk, 1981:7). Eksposisi atau ekspositori juga bisa disebut paparan yaitu suatu paragraf yang menampilkan suatu objek yang peninjauannya tertuju pada satu unsur saja dengan cara penyampaiaan yang menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan (Arifin&Tansai, 2002:129). Seorang penulis tulisan eksposisi akan mengatakan, Saya menceritakan kepada kalian semua kejadian dan peristiwa ini dan menjelaskan agar saudara-saudara dapat memahaminya. (Parera, 1993:5). Dengan demikian Parera berpendapat bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan atau paragraf yang menampilkan suatu objek yang peninjauannya tertuju pada satu unsur saja dengan cara penyampaiaan yang menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan agar pembaca memahaminya. Fulton (dalam Gie,2002:62) mengatakan bahwa tulisan paparan adalah bentuk tulisan yang dengannya orangn melakukan pembeberan yang jelas, memadai dan netral tentang suatu hal yang termasuk dalam bidang pengetahuan manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang menampilkan suatu objek yang peninjauannya tertuju pada satu unsur saja secara jelas, memadai, dan netral sehingga pembaca dapat memahaminya. 24

Sesuai dengan pengertian eksposisi di atas, tujuan dari penulisan eksposisi adalah untuk memberitahu, mengupas, mengurai, atau menerangkan sesuatu. Dalam tulisan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan adalah pemberitahuan dan informasi. Hal tersebut sejalan dengan Ahmadi dkk (1981:7) bahwa tujuan utama penulisan paragraf eksposisi itu hanya semata-mata untuk membagikan informasi dan tidak sama sekali untuk mendesakkan atau memaksakan orang lain untuk menerima pandangan atau pendirian tertentu sebagai sesuatu yang sahih. Untuk itu biasanya tulisan eksposisi dapat disebut sebagai wacana informative. Menurut Ahmadi dkk (1981:7), hal atau sesuatu yang diinformasikan dalam tulisan eksposisi itu bisa berupa hal-hal sebagai berikut. (1) Data faktual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar terjadi atau bersifat historis, tentang bagaimana sesuatu bekerja, tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan, dan sebagainya. (2) Suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta. (3) Atau berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus asalkan tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi. 2.3.1.2 Bentuk-bentuk Khusus Karangan Eksposisi Menurut Ahmadi dkk (1981:1836), ada enam bentuk tulisan eksposisi . Keenam bentuk tersebut adalah: (1) definisi luas, (2) analisis, (3) proses, (4) ringkasan, (5) pertimbangan, (6) laporan. Berikut penjelasan mengenai keenam bentuk paragraf eksposisi tersebut. 25 (1) Definisi Luas Secara umum, definisi itu adalah eksposisi terhadap arti kata-kata. Para pemakai bahasa biasanya selalu membatasi ragam arti kata-kata dalam bahasanya. Semakin jelas pembatasan

arti, baik bagi penulis maupun bagi pembacanya, maka semakin jelas pula komunikasi gagasan atau ide dalam pikiran si penulis kepada pembacanya. Macam definisi ini ada dua yaitu definisi sekalimat dan definisi luas. Untuk bentuk karangan yang dimaksud dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan definisi luas. Pengembangan paragraf dengan definisi luas (extended definition) ini bisa dilakukan secara deduktif mapun induktif. (2) Analisis Analisis ini merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah dengan memecah bagianbagiannya yang logis. Adapun tipe asar dari analisis tersebut yaitu: (a) klasifikasi pokok masalah yang majemuk (diuraikan-digolongkan atas dasar penggolongan yang berlaku sama) (b) klasifikasi pokok masalah yang tunggal (membagi suatu pokok masalah yang tunggal menjadi bagian-bagian berdasarkan aspek yang berbeda) (c) klasifikasi suatu proses. (3) Proses Eksposisi proses merupakan suatu uraian atau penjelasan mengenai bagaimana suatu hal bekerja, terjadi, atau bagaimana mengerjakan sesuatu. Eksposisi proses ini biasanya juga menggunakan definisi untuk menjelaskan istilah-istilah yang belum dipahami oleh pembacanya. 26 (4) Ringkasan Suatu ringkasan merupakan ekspresi yang ketat dari isi utama suatu karangan. Tujuan utama dari suatu ringkasan adalah untuk memberitahu pembaca isi orisinil yang diringkaskan

terutama mengenai suatu pikiran utama dalam karangan aslinya. Ada beberapa sinonim dari suatu ringkasan yaitu sebagai berikut. (a) Ikhtisar, merupakan pemadatan suatu karangan sehingga hanya memaparkan langsung pikiran utamanya . (b) Sinopsis, biasanya digunakan untuk meringkas sebuah cerita dengan tetap memperhatikan alur atau plot ceritanya. (c) Abstrak, adalah ringkasan padat mengenai unsure penting dari suatu eksposisi formal ataupun suatu argummentasi. (d) Parafrase, biasanya berhubungan dengan pusi yaitu mengungkapkan makna asli puisi dalam bahasa yang lebih harfiah (literal). (5) Pertimbangan Review dalam arti khusus adalah suatu uraian informatif tentang isi dan kualitas suatu buku atau karangan. Dalam arti luas, review merupakan suatu kegiatan intelektual yang pada dasarnya mencakup: pemahaman terhadap suatu masalah, mengambil intisari dan memberikan suatu pertimbangan, serta memberikan perkiraan kritis terhadap maslah tersebut. (6) Laporan Laporan merupakan suatu uraian faktual secara tepat dan dapat diperiksa kebenarannya (verifiable) berdasarkan studi yang diteliti terhadap seluk beluk atau penyelidikan langsung terhadap sutu masalah. Suatu laporan harus 27

disajikan dalam bentuk bahasa yang sistematis, tertulis secara jelas, dan tidak emosional. Penulis sebuah laporan harus selektif dalam melaporkan sesuatu. Beberapa ciri laporan yang baik yaitu mencakup ketepatan dan ketelitian (accuragcy), kejelasan (clarity), ringkas (conciseness), lengkap dan lengket (adherence) terhadap suatu sudut pandang yang telah mapan dan teguh 2.3.1.3 Persyaratan dan Teknik Penulisan Karangan Eksposisi

Enno Klamer (dalam Gie, 2002:62) menyatakan bahwa dalam semua tulisan paparan yang efektif hendaknya seseorang memakai rincian detail yang jelas, tajam, dan tertentu serta menyusun setiap alinea berdasarkan satu ide pokok. Dalam kepustakaan karang-mengarang, pada umumnya terdapat tiga serangkai asas tatanan untuk menyusun karangan pemaparan yang baik, yaitu kesatupaduan, pertautan, dan penegasan. (1) Asas kesatupaduan (kekoherensian) Asas kesatupaduan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi harus merupakan satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap unsur karangan itu harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama karangan yang bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:62) mengatakan bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui: (a) menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan (b) membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak bertalian (c) mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak memaparkan secara berlebihan. 28

(2) Asas pertautan (kekohesifan) Asas pertautan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan harus melekat satu sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus mengalir secara lancar dari satu alinea ke alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang lainsehingga merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk mencapai pertautan menurut Joseph D. Gallo dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan: (a) kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau kesimpulan. (b) pengulangan kata (c) pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat (d) urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau sebab-akibat. (3) Asas penegasan Asas penegasan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu tulisan eksposisi harus memperoleh penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau pentingnya. Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Menurut Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:63), penegasan terhadap suatu unsur dalap dilakukan dengan cara: (a) pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan (b) penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir (c) penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas dibandingkan dengan bagian-bagian selebihnya yang kurang penting (d) penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan (e) penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang.

2.3.2 Penggunaan Media Berita dalam Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi 2.3.2.1 Pengertian Media Pembelajaran Penggunaan suatu metode dalam pembelajaran akan mempengaruhi jenis media pengajaran meskipun sebenarnya masih ada berbagai aspek lain yang perlu diperhatikan dalam memilih media. Tujuan penggunaan media dalam proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efisien dan efektif sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau perantara. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:569), media (alat) adalah sarana komunikasi seperti koran, radio televisi, film, poster, dan spanduk. Seperti halnya pandangan E.De Corte (dalam Winkel, 1996:285), media pengajaran diartikan sebagai sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan intruksional. Media pengajaran juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar (Ibrahim&Nana, 2003:112).

2.3.2.2 Fungsi Media Pembelajaran Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2002:15), pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis tehadap siswa. Selanjutnya, Arsyad (2002:2627) menyimpulkan beberapa manfaat praktis dari

penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu: (1) media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, (3) media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dan (4) media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan siswa, serta memugkinkan terjadinya interaksi langsung, antara siswa guru, masyarakat, dan lingkungan. 2.3.2.3 Media Teks Berita Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai oleh siswa sebagaimana halnya dengan ketiga keterampilan lainnya seperti keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca. Cleary (dalam Rahaor, 2006:34) mengemukakan bahwa temuan yang paling mengejutkan dari penelitian mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca luas yang baik dengan menulis yang baik. Untuk itu, agar siswa mampu menulis eksposisi dengan baik maka siswa perlu membaca sebuah informasi yang dalam hal ini yaitu informasi dari koran, majalah, atau bahkan dari internet yang berkaitan dengan topik. Pengertian berita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:108) adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Mariani&Kuncoro memberikan (2001:32) batasan mengenai berita yaitu ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan mengenai definisi berita. Ketiga unsur penting itu yaitu: (1) laporan, (2) kejadian/ peristiwa/pendapat yang menarik dan penting, serta (3) disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu). Pemilihan berita sebagai media pembelajaran menulis eksposisi yaitu agar siswa mempunyai topik untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan eksposisi.

2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan terhadap tulisan mahasiswa, Flower dan Hayes (lewat Tompkins, dalam Kurniawan, 2007), proses menulis meliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) merencanakan (menentukan tujuan untuk mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan (menulis sesuai dengan rencana yang sudah dibuat), dan (3) merevisi (mengevaluasi dan merevisi tulisan). Zuchdi (dalam Kurniawan, 2007) mengatakan bahwa ketiga kegiatan tersebut bukan merupakan tahap-tahap yang linear (bergerak lurus). Hal tersebut karena penulis terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur. Peninjauan kembali tulisan yang telah dihasilkan ini dapat dianggap sebagai komponen keempat dalam proses menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat mengungkapkan gagasan secara logis dan sistematis, tidak mengandung bagian-bagian yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi (keajegan) isi gagasan dapat terjaga. Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (dalam Kurniawan, 2007) menyajikan lima tahap menulis, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draft awalnya. Proses menulis dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media berita terdiri dari fase pramenulis, fase menulis, dan fase pascamenulis. Dalam fase menulis terdapat kegiatan membuat draf, merevisi, dan menyunting. Dalam fase pascamenulis terdapat kegiatan berbagi dengan mempublikasikan hasil tulisan eksposisi. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis, mulai awal sampai akhir menulis seperti berikut.

1) Fase Pramenulis a) Siswa membaca teks berita b) Siswa mendata topik yang bisa dikembangkan dari teks berita c) Siswa membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan sistematis (pembatasan topik). d) Siswa mencari bahan tulisan 2) Fase Menulis a) Siswa mengembangkan kerangka karangan eksposisi dengan ketentuan minimal tiga paragraf. b) Siswa bertanya jawab dan berkonsultasi dengan teman sebangku maupun guru untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi. c) Siswa merevisi dan menyunting kembali karangan eksposisi dengan teman sebangku d) Siswa mengumpulkan draf akhir (hasil tulisan) karangan eksposisi. 3) Fase Pascamenulis a) Siswa mempublikasikan karangan eksposisinya

Di bawah ini merupakan bagan atau alur pelaksanaan pembelajaran menulis karangan eksposisi
Gambar 2.1 Proses Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita Langkah-langkah Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita

Fase Pramenulis
1. Membaca teks berita 2. Mendata topik berdasarkan teks berita

3. Membuat kerangkan karangan eksposisi 4. Mencari bahan tulisan

Fase Menulis
5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi tulisan eksposisi dengan memperhatikan asas menulis

efektif (teknik dan persyaratan penulisan karangan eksposisi) 6. Merevisi dan menyunting karangan eksposisi yang dibuat 7. Membuat draf akhir

Fase Pascamenulis 8. Mempublikasikan karangan eksposisi yang telah dibuat

2.3.4 Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita Evaluasi pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita dilakukan dengan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi pada setiap siklus. Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut Sudjana (2005:62), aspek yang dilihat dalam hasil belajar siswa antara lain sebagai berikut. (1) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

(2) Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa. (3) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah instruksional yang harus dicapai.

(4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya. Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa karangan eksposisi setelah mengikuti tahapan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Hasil belajar yang dicapai siswa mengacu pada indikator sesuai dengan rubrik penilaian hasil belajar menulis karangan eksposisi siswa Evaluasi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengembangkan karangan eksposisi dengan menggunakan media berita. Siswa diharapkan mampu mengembangkan gagasan menjadi paragraf yang utuh, lengkap, logis, dan sistematis. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X yaitu Siswa mampu menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk karangan eksposisi. Menurut Harsiati (2001:2324), indikator bahwa siswa mampu menulis karangan yang utuh, lengkap, logis dan sistematis yaitu: (1) kemampuan membuat kalimat topik, (2) kemampuan mengembangkan kalimat topik, (3) kemampuan memulai sebuah tulisan dengan isi dan gaya sesuai dengan konteks penulisan, (4) kemampuan mengembangkan inti penulisan dengan mengorganisasikan gagasan menjadi sejumlah paragraf / bagian wacana yang memiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan, (5) kemampuan menyusun paragraf secara utuh (memiliki kesatuan), lengkap, dan kohesif, dan (6) kemampuan mengakhiri/menutup tulisan dengan isi dan gaya sesuai konteks, (7) kemampuan menggunakan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan (ejaan, penomoran, tata letak) sesuai dengan konteks penulisan. Aspek kesatuan paragraf yaitu kesatuan isi yang dikandung dalam paragraf, artinya kesatuan isi terlihat dari kesesuaian isi kalimat-kalimat dalam paragraf dengan tujuan penulisan/ ide pokok paragraf (Harsiati, 2001:24). Paragraf dikatakan lengkap jika semua informasi yang harusnya dikemukakan telah dilengkapi, maksudnya paragraf tersebut dikembangkan dengan topik-topik bawahan/ ide penjelas yang cukup lengkap sehingga ide pokok yang dikemukakan menjadi lebih dipahami dan sesuai dengan tujuan penulisan ide/ide pengontrol yang ada dalam kalimat topik (Harsiati, 2001:24). Sedangkan yang dimaksud

dengan kepaduan paragraf adalah hubungan timbal balik yang logis dan teratur, baik antarparagraf maupun antarkalimat yang digunakan untuk menyususn suatu paragraf. Harsiati (2001:24) juga mengatakan bahwa ada tiga indikator bahwa seseorang itu mampu membentuk kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam menyusun paragraf. Kemampuan membentuk kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam menulis sebuah paragraf ditandai dengan (1) kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun leksikal dalam memadukan kalimat dalam paragraf, (2) kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun leksikal dalam memadukan antarparagraf, (3) kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun leksikal dalam memadukan antarbagian wacana. Kemampuan menggunakan bahasa dalam karangan mencakup kemampuan menggunakan diksi, menggunakan kalimat yang efektif, dan penggunaan ejaan serta tanda baca yang sesuai dengan konteks (Harsiati, 2001:25). Sedangkan kemampuan menggunakan sistematika adalah kemampuan menandai judul, peringkat subjudul, atau bagian wacana lain sesuai dengan konteks (Harsiati, 2001:25).

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan sitematika konsep mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan penyelidikan secara sistematis, kritis, dan ilmiah. Pemilihan metode yang akan digunakan dalam sebuah penelitian bergantung pada tujuan penelitian yang dilaksanakan, sifat masalah dan data yang akan diolah, serta berbagai macam kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada Bab III ini dibahas mengenai (1) rancangan penelitian, (2) tahap-tahap penelitian, (3) data dan sumber data, (4) teknik pengumpulan data, (5) teknik analisis data, (6) instrumen penelitian, (7), kriteria keberhasilan dan (8) pengecekan keabsahan data 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menguraikan beberapa hal mengenai (1) pendekatan dan jenis penelitian serta (2) konteks penelitian yang meliputi lokasi penelitian, kelas penelitian, subjek penelitian, mitra peneliti, dan waktu penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang berjudul Peningkatkan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Ancangan penelitian yang akan dilaksanakan ini menggunakan penelitian tindakan kelas karena memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut. Pertama, adanya permasalahan praktis yang ditemui oleh guru pengajar pelajaran Bahasa Indonesia yaitu masalah menulis karangan eksposisi. Kedua, penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti

dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan penilaian pembelajaran. Ketiga, dapat digunakan sebagai refleksi oleh publik.

Secara garis besar, PTK dibagi ke dalam empat tahap yang meliputi tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Secara sederhana, Arikunto (2007:16) menggambarkan tahap-tahap tersebut ke dalam bagan berikut.

Gambar 3.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Arikunto, 2007:16)

Arikunto (2007:612) menyebutkan lima prinsip penelitian tindakan yaitu sebagai berikut. (1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin, yaitu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. Dengan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

demikian, apabila guru akan melakukan beberapa kali penelitian tindakan tidak menimbulkan kerepotan bagi kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya. (2) Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja, yaitu penelitian tindakan didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Penelitian tindakan bersifat dinamis yaitu mengharapkan adanya perubahan. Materi penelitian tindakan biasanya berkaitan dengan penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen. (3) SWOT sebagai dasar berpijak, yaitu penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT yang terdiri atas unsur S-Strength (kekuatan), W-Weakness (kelemahan), OOpportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Dengan berpijak terhadap empat hal tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. (4) Upaya empiris dan sistematik, yaitu merupakan penerapan dari prinsip SWOT. Dengan dilakukannya analisis SWOT, berarti apabila guru melakukan penelitian tindakan maka ia

sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan prisip sistemik (berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem dengan objek yang diteliti). (5) Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan, yaitu penelitian tindakan dalam membuat perencanaan mengikuti prinsip S-Spesifik (khusus), M-Managable (dapat dikelola atau dilaksanakan), A-Acceptable (dapat diterima), R-Realistic (dapat dijangkau), dan T-Time-bound (diikat oleh waktu/ terencana).

3.1.2 Konteks Penelitian Konteks penelitian ini memuat memuat empat hal yaitu (1) lokasi penelitian, (2) kelas penelitian dan subyek penelitian, (3) mitra peneliti, dan (4) waktu penelitian. Berikut uraian mengenai kelima hal tersebut. 3.1.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Taruna Dra. Zulaeha Leces Probolinggo (SMA TDZ) yang beralamat di Jalan Raya Leces A3, Leces-Probolinggo. Sekolah ini merupakan sekolah swasta di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Akan tetapi dari segi kualitas, SMA TDZ dapat disejajarkan dengan SMA negeri yang ada di Probolinggo. Kepala SMA TDZ adalah Drs. Sugeng Haryono, sedangkan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu Wiwik Ariyani, S.Pd dan Untung Nandra S,Pd. Pemilihan SMA TDZ sebagai sekolah yang diteliti didasari oleh tiga alasan. Alasan pertama karena siswa belum memahami langkah-langkah menulis karangan eksposisi. Alasan kedua karena guru belum menggunakan rubrik penilaian untuk pembelajaran menulis karangan eksposisi sehingga tulisan yang dibuat oleh siswa belum dinilai secara otentik. Alasan ketiga

karena selama ini di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis eksposisi dengan menggunakan media teks berita. 3.1.2.2 Kelas Penelitian dan Subjek Penelitian Kelas penelitian ini adalah kelas X karena (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi terdapat di kelas X dan (2) Kelas X merupakan kelas awal di tingkat SMA sehingga diharapkan pembinaan pascapenelitian dapat terus dikembangkan pada kelas selanjutnya. Penelitian ini dipusatkan pada siswa kelas X.2. Ditetapkannya kelas X.2 sebagai subjek penelitian karena atas dasar pertimbangan (1) kemampuan menulis karangan eksposisi di kelas X.2 masih dapat ditingkatkan dan (2) siswa kelas X.2 tergolong siswa yang aktif. Jumlah siswa kelas X.2 yaitu 40 siswa. Akan tetapi yang menjadi sumber data (subjek) adalah siswa yang mengikuti semua jadwal pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Untuk itu, jumlah siswa X.2 SMA TDZ yang menjadi subjek penelitian pada penelitian ini yaitu 34 siswa. 3.1.2.3 Mitra Peneliti Mitra peneliti dalam penelitian ini yaitu guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang bernama Wiwik Ariyani, S.Pd dan teman sejawat yang bernama Dwi Yani Lestari. Ada lima alasan peneliti memilih Wiwik Ariyani, S.Pd sebagai mitra peneliti karena (1) beliau merupakan guru pengajar bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA TDZ, (2) beliau bersikap terbuka untuk menerima pembaharuan dalam pembelajaran demi perbaikan pembelajaran, dan (3) beliau bersedia berkolaborasi dengan peneliti untuk mengamati proses dan hasil pembelajaran dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Alasan mengapa dipilih Dwi Yani Lestari karena (1) dia merupakan mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang yang seangkatan dengan peneliti, (2) dia berkompeten untuk

dijadikan sebagai teman sejawat peneliti dalam penelitian ini karena juga akan melakukan penelitian dalam bidang yang sama dengan peneliti sehingga dia juga mempunyai wawasan yang cukup, dan (3) dia mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan serta kritis dalam menanggapi sesuatu.

3.1.2.4 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2008 hingga Mei 2008. Pratindakan dilaksanakan pada 25 Maret 2008 dan 8 April 2008. Siklus I dilaksanakan pada minggu II dan III. Siklus II dilaksanakan pada Mei minggu II dan III (Lampiran I) 3.2 Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi lima tahap yaitu (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) pengamatan, dan (5) refleksi. 3.2.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X. Pada 26 November 2007, peneliti melakukan studi pendahulan dengan mewawancarai guru bidang studi Bahasa Indonesia SMA TDZ, yaitu Ibu Wiwik. Dari wawancara, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X SMA TDZ belum maksimal. Hasil dari studi pendahuluan yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi masih dilaksanakan secara tradisional, (2) guru tidak menggunakan media selama pembelajaran berlangsung, dan (3) guru tidak memberikan rubrik penilaian dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Dalam hal ini guru hanya mengajarkan pengertian karangan eksposisi tanpa memberikan panduan bagaimana cara menulis

karangan eksposisi yang baik. Dengan demikian, perlu diadakan perbaikan dalam segi strategi pembelajaran. Berpijak dari problematika tersebut, kemudian peneliti bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia merumuskan strategi baru dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X SMA TDZ yang diwujudkan dalam penelitian tindakan kelas dengan guru sebagai kolaborator. 3.2.2 Perencanaan Tindakan Pada tahap ini, peneliti bersama guru secara kolaboratif berdiskusi untuk merancang, menetapkan, dan menyusun rancangan perbaikan terhadap pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Sesuai dengan bagan PTK bahwa dalam setiap siklus tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Kegiatan perencanaan tindakan dilakukan bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia yang dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang ketika tidak ada jam mengajar dan di luar jam sekolah dengan memanfaatkan media komunikasi lewat telepon dan sms. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti memberikan simulasi bayangan atau tanpa siswa di depan guru. Setelah itu, peneliti memaparkan rancangan tindakan yang telah disusun, kemudian meminta guru (kolabolator) untuk memberikan masukan dan perbaikan. Kemudian bersama-sama memutuskan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Jika pada siklus I pembelajaran menulis karangan eksposisi dinilai sudah berhasil maka pada siklus II hanya berupa refleksi dan pemantapan. Jika pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus I belum sepenuhnya

berhasil maka tindakan pada siklus II akan diarahkan untuk memperbaiki kelemahan tindakan pada siklus I. Dalam perencanaan ini, peneliti juga menyiapkan rambu-rambu alat perekam data berupa yang pedoman wawancara, pedoman observasi, dan rubrik penilaian. Alat perekam data tersebut sebagai dokumen dalam melakukan pengamatan dan sumber analisis pada tahap refleksi. 3.2.3 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dilaksanakan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus ditempuh oleh siswa yaitu meliputi fase: (1) prapenulis, (2) menulis, dan (3) pascamenulis. Proses pelaksanaan tindakan akan diuraikan sebagai berikut. 1) Fase Pramenulis a) Siswa membaca teks berita b) Siswa mendata topik yang bisa dikembangkan dari teks berita c) Siswa membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan sistematis (pembatasan topik). 2) Fase Menulis a) Siswa mengembangkan kerangka karangan eksposisi dengan ketentuan minimal tiga paragraf pada lembar kerja yang telah disediakan. b) Siswa bertanya jawab dan berkonsultasi dengan siswa sebangku maupun guru untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi. c) Siswa merevisi dan menyunting kembali karangan eksposisi dengan teman sebangku d) Siswa mengumpulkan draf akhir (hasil tulisan) karangan eksposisi.

3) Fase Pascamenulis a) Siswa mempublikasikan karangan eksposisinya. 3.2.4 Pengamatan Pengamatan (observasi) dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan agar diperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data aktivitas siswa dan data hasil belajar siswa. Dalam hal ini, peneliti dan kolaborator berusaha mengenal, merekam, dan mendokumentasikan semua hal indikator keberhasilan dari proses dan hasil pembelajaran yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak intervensi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Keutuhan hasil pengamatan direkam dalam bentuk lembar observasi atau catatan lapangan. Hasil pengamatan pada tahap pelaksanaan tindakan sangat menentukan ada tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. 3.2.5 Refleksi Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto, 2007:19). Untuk itu, refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti untuk intropeksi dan evaluasi secara total tentang tindakan yang telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan, apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil apa masih membutuhkan perbaikan.

3.3 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti, sedangkan instrumen penunjangnya berupa hasil pengamatan dengan lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi hasil karangan siswa.

1) Lembar Observasi Lembar observasi ini akan digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.2 Lembar Observasi


Deskriptor Keaktifan Siswa Keterangan Hari/ Tgl

Kegiatan Pendahuluan

1. Aktif mengungkapkan pengetahuannya mengenai pengertian karangan eksposisi, karakteristik karangan eksposisi, dan jenis-jenis karangan eksposisi.

2. Aktif mengamati contoh karangan eksposisi. Fase Pramenulis

3. Aktif membaca teks berita.

4. Aktif mendata topik berdasarkan teks berita

5. Aktif membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan sistematis (pembatasan topik). Fase Menulis 6. Aktif mengembangkan kerangka karangan eksposisi dengan ketentuan minimal tiga paragraf .

7. Aktif bertanya jawab dan berkonsultasi dengan siswa sebangku maupun guru untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi.

8. Aktif merevisi (mengoreksi) dan mengoreksi karangan eksposisi dengan teman sebangkunya baik isi maupun tata bahasa serta tata tulisan yang benar.

9. Aktif membuat draf akhir.

Fase Pascamenulis Kegiatan Penutup

10. Aktif mempublikasikan karangan eksposisinya.

11. Aktif mengungkapkan pengalaman dan kesulitannya dalam membuat karangan eksposisi.

12. Aktif menyimpulkan materi hasil pembelajaran.

13. Aktif mengemukakan pendapat tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2) Pedoman Penilaian Hasil Belajar Siswa Pedoman penilaian hasil belajar siswa yang berasal dari rubrik penilaian digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Ada tiga aspek yang dinilai dalam karangan eksposisi yaitu (1) kemampuan menyusun judul, (2) kemampuan mengembangkan paragraf, dan (3) kemampuan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.

Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Hasil Menulis Karangan Eksposisi


Aspek Judul Subaspek Kesesuaian judul dengan isi dan tujuan penulisan Indikator Perumusan judul tepat dan dan sesuai dengan tujuan penulisan dan adanya kespesifikan judul Deskriptor Bagaimana kesesuaian judul dengan isi dan tujuan penulisan (ketepatan perumusan dan spesifik)? a. Sangat sesuai (rumusan tepat dan spesifik) b. Sesuai (rumusan tepat tetapi kurang spesifik) c. Cukup sesuai dengan isi (rumusan kurang tepat, tetapi spesifik) d. Tidak sesuai isi (rumusan tidak tepat, tidak spesifik) Skor 4 3 2 1

Pengembangan Paragraf (isi)

Pemaparan Informasi

Pemaparan karangan sesuai fakta, jelas, memadai, dan netral

Bagaimanakah pemaparan informasi karangan yang telah dibuat? a. Sesuai fakta, sangat jelas, sangat memadai, dan netral b. Sesuai fakta jelas, netral, dan cukup memadai c. Cukup jelas, cukup memadai, dan cukup netral d. Kurang jelas, kurang memadai, kurang netral

4 3 2 1

Kesatupaduan (kekoherensian)

Segenap unsur pada karangan eksposisi harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok ysng bersangkutan.

Bagaimanakah pengembangan gagasan-gagasan pada setiap unsur (kalimat dan paragraf)? a. Sangat koheren (semua unsur mempunyai pertalian dengan gagasan pokok)

4 3 2 1

b. Koheren (ada 1-5 kalimat


yang kurang koheren dengan gagasan pokok) c. Cukup Koheren (ada lebih dari 5 kalimat yang kurang koheren dengan gagasan pokok, tetapi masih terbaca) d. Kurang koheren (ada lebih dari 5 kalimat yang kurang koheren dengan gagasan pokok sehingga tidak terbaca maksudnya) Bagaimana kekohesifan antarparagraf dan antarkalimat dalam karangan? a. Sangat kohesif (semua ide saling berkesinambungan) b. Kohesif (ada sedikit kesalahan dalam penggunaan piranti kohesif) c. Cukup kohesif (ada 25 lima piranti kohesi yang salah) d. Kurang kohesif (banyak terjadi kesalahan dalam penggunaan piranti kohesif sehingga menimbulkan kesalahan

Keterpautan (kekohesifan)

Adanya kesinambungan antarunsur/ide dalam karangan (Ketepatan penggunaan piranti kohesi)

4 3 2 1

pemahaman)

Ketegasan

Kerincian dengan ada hal yang ditonjolkan dan ada penjelasan yang memadai

Bagaimanakah ketegasan setiap gagasan dalam setiap paragraf? (Ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang sangat rinci) a. Sangat tegas (ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang sangat rinci) b. Tegas (ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang banyak tetapi kurang rinci) c. Cukup tegas (ada hal yang ditonjolkan dengan rincian yang sedikit dan kurang) d. Kurang tegas (tidak ada yang ditonjolkan) Bagaimanakah penggunaan EYD dan tanda baca dalam karangan eksposisi yang telah dibuat? a. Terbebas dari kesalahan ejaan dan tanda baca

4 3 2 1

Ejaan dan tanda baca

Penggunaan EYD dan tanda baca

Kesesuaian dengan EYD dan ketepatan penggunaan tanda baca

b. Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, dan tanda baca tetapi tidak mengganggu pemahaman makna c. Banyak terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca sehingga mengganggu pemahaman d. Banyak dijumpai kesalahan ejaan dan tanda baca sehingga paragraf sulit dibaca dan dipahami

3 2 1

Jumlah Skor

Keterangan: Penyekoran = skor yang diperoleh 20

3.4 Data dan Sumber Data Data penelitian ini terdiri dari data awal (pratindakan) atau data pretes, data pelaksanaan tindakan, dan data hasil tindakan (postes). Data awal yaitu data yang digunakan peneliti untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan. Data pelaksanaan tindakan merupakan data rekaman aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siswa kelas X.2 SMA TDZ, baik pada tindakan siklus I maupun siklus II. Data hasil pembelajaran menulis karangan eksposisi adalah hasil tulisan siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan penggunaan media teks berita setelah dilaksanakannya tindakan siklus I dan siklus II.

X 100 %

4 = sangat baik = berhasil 3 = baik = berhasil 2 = cukup = tidak berhasil 1 = kurang = tidak berhasil

85% -100% = sangat baik = berhasil 70% - 84% = baik = berhasil 50% - 69% = cukup = tidak berhasil 0% - 49% = kurang = tidak berhasil 50

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru bidang studi Bahasa Indonesia dan 34 siswa kelas X.2 SMA TDZ. Pencatatan data dilakukan melalui (1) wawancara, (2) observasi, dan (3) studi dokumentasi 3.5 Teknik Pengumpulan Data Seperti yang telah dijelaskan di atas, instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjangnya berupa hasil pengamatan dengan lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi hasil karangan siswa. Kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi dilaksanakan pada saat pengumpulan data yaitu ketika pelaksanaan penelitian kelas, khususnya ketika sebelum, saat, dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian (Moleong, 2005:209). Catatan lapangan dalam penelitian ini berupa lembar observasi. Untuk itu, catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan selama penelitian berlangsung atau selama observasi berlangsung. Hal itu karena peneliti, guru, dan teman sejawat.akan memberikan penilaian terhadap keadaan selama proses pembelajaran menulis paragraf eksposisi berlangsung. Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data yang tidak terekam dalam lembar observasi selama pemberian tindakan. Sedangkan studi dokumentasi diperoleh dari hasil karangan siswa dan rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai hasil kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada setiap siklus penelitian. 3.6 Teknik Analisis Data Tahapan sesudah pengumpulan data yaitu analisis data. Analisis data menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2005:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari, dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan. Analisis menurut Arikunto (2007:132) merupakan usaha untuk memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun ke dalam kategorisasi, mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok: (1) tema apa yang dapat ditemakan dan (2) seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/ tujuan penelitian. Analisis data menurut Bogdan dan Biklen (dalam Santoso, 2004:3) adalah proses memeriksa dan menyusun transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain secara sistematis yang sudah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahamanan peneliti terhadap data-data tersebut yang memungkinkan peneliti dapat mengkomunikasikan temuannya itu kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif. Setelah ditemukan skor masing-masing subaspek yang diperoleh siswa berdasarkan tabel 3.4 kemudian dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut. N = %100xmaksimalSkordiperolehyangSkor

3.7 Kriteria Keberhasilan Penilaian dan pengukuran tingkat keberhasilan dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis eksposisi setelah diberikan tindakan. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari perbandingan hasil pretes (karangan eksposisi sebelum tindakan), hasil siklus I, dan siklus II dengan kriteria tertentu. Jika berdasarkan kriteria yang ditetapkan menunjukkan bahwa hasil siklus II lebih baik dari dari hasil siklus I, dan hasil siklus I lebih baik dari hasil pretes pada kegiatan studi pendahuluan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar meningkat. Berdasarkan analisis data kemampuan menulis karangan eksposisi, kemudian ditentukan tingkat keberhasilannya dengan berpedoman pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5 Pedoman Tingkat Keberhasilan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Eksposisi

Pencapaian

Kualifikasi Simbol

Tingkat Keberhasilan Huruf

85 - 100 70 - 84 50 - 69 0 - 49

A B C D

Sangat baik Baik Cukup Kurang

Berhasil Berhasil Tidak berhasil Tidak berhasil

Dengan didasarkan pada kriteria di atas, maka peningkatan kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siswa kelas X.2 SMA TDZ dikatakan berhasil apabila tingkat penguasaan siswa mencapai 70 84 dengan kategori baik atau 85-100 dengan kategori sangat baik. Akan tetapi jika siswa memperoleh tingkat penguasaan di bawah 70, maka siswa belum dikatakan berhasil.

3.8 Pengecekan Keabsahan Data Data yang sudah diperoleh peneliti dalam penelitian ini harus diperiksa keabsahannya. Tenik pengecekan ulang ini biasa disebut dengan triangulasi data. Pengecekan keabsahan data ini bertujuan untuk memperoleh data yang sahih dan absah yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu ketekunan pengamatan dan pemeriksaan mitra peneliti (kolaborator). Ketekunan pengamatan maksudnya adalah pengecekan keabsahan data dengan cara menyesuaikan antara tahapan yang harus ditempuh dengan tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Pengecekan keabsahan data dengan mitra peneliti maksudnya yaitu berdiskusi dengan mitra peneliti karena ketika

pelaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra untuk memperoleh data sebanyak mungkin saat proses pembelajaran berlangsung.

BAB IV PAPARAN DATA Pada Bab IV ini berisi tentang proses tindakan dan hasil pada (1) studi pendahuluan, (2) tindakan siklus I, dan (2) tindakan siklus II 4.1 Studi Pendahuluan dan Pretes 4.1.1 Proses Pelaksanaan Studi Pendahuluan dan Pretes Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X. Pada 26 November 2007, peneliti melakukan studi pendahulan dengan mewawancarai guru bidang studi Bahasa Indonesia SMA TDZ, yaitu Ibu Wiwik. Berikut kutipan Wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia.
Peneliti : Apakah Ibu selalu menyiapkan RPP sebelum pembelajaran? Guru : Iya. Peneliti : Apa saja kesulitan yang Ibu temui saat membuat RPP? Guru : Perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP sudah dibuat pada awal pembelajaran. Kesulitan yang timbul ketika membuat RPP yaitu biasanya terletak pada ketika saya menentukan metode pembelajaran yang pas. Terkadang setelah RPP dibuat, materi atau media yang dibutuhkan itu tidak ada. Apalagi ini pelajaran Bahasa Indonesia, biasanya saya ambil dari buku. Peneliti : Lalu, untuk pembelajaran menulis, khususnya untuk pembelajaran menulis eksposisi dengan KD yang berbunyi Menulis Gagasan Secara Logis dan Sistematis Dalam Bentuk Paragraf Eksposisi, bagaimana Ibu mengajarkannya kepada siswa? Guru : Untuk pembelajaran menulis eksposisi, saya menggabungnya dengan materi pembelajaran menulis lainnya, seperti pembelajaran menulis paragraf deskriptif, narasi, argumentasi, dan persuasif. Peneliti : Maksud dari menggabungkan materi itu apa, Bu? Guru : Maksudnya, jika di dalam kurikulum untuk materi paragraf argumentasi dan persuasi ada di semester II, maka kelima materi mengenai jenis paragraf, termasuk paragraf eksposisi, saya gabung dan saya ajarkan pada semester I ini. Hal ini supaya siswa bisa mengerti perbedaan dari kelima bentuk paragraf.

Peneliti : Jadi untuk pembelajaran menulis paragraf eksposisi sudah diajarkan ya, Bu? Guru : Oh iya sudah. Peneliti : Bagaimana dengan RPP-nya, Bu? Apa jadi satu? Guru : Untuk RPP-nya, sendiri-sendiri. Peneliti : Boleh saya melihat RPP untuk KD menulis eksposisi, Bu? Guru : Sebentar, saya carikan dulu. Peneliti : Selanjutnya, boleh saya mengetahui hasil atau karangan siswa untuk tulisan eksposisi? Guru : Untuk tugas menulis eksposisi, saya tidak menugaskan kepada siswa. Saya hanya menugaskan kepada siswa untuk menulis narasi dan deskriptif karena anak-anak banyak memilih untuk menulis deskripsi dan narasi. Peneliti : Lalu bagaimana dengan penilaian untuk menulis eksposisi, argumentasi, dan persuasi? Guru : Untuk penilaian argumentasi dan persuasi mungkin saya berikan nanti ketika semester II. Peneliti : Lalu, bagaimana dengan uji kompetensi atau penilaian untuk kemampuan menulis eksposisi? Guru : Mungkin saya akan memberikan tugas pada lain kesempatan. Takut anak-anak jenuh menulis. Ya ini yang merupakan kesulitan buat saya dalam menyusun RPP dan ketika mengaplikasikannya di lapangan. Setelah RPP untuk KD menulis eksposisi sudah ditemukan, maka peneliti membaca RPP tersebut. Peneliti : Jadi, untuk penugasan menulis eksposisi tidak diberikan ya, Bu? Guru : Iya. Mungkin kapan-kapan jika ada materi lain yang pas. Peneliti : Dalam sebuah rencana pembelajaran atau RPP, salah satu komponennya yaitu penilaian, bagaimanakah penilaian yang Ibu buat jika seandainya suatu saat Ibu memberikan tugas menulis paragraf atau wacana eksposisi kepada siswa? Guru : Ya, gimana ya. Mungkin ada masukan? Peneliti : Kalau mungkin ada ijin dari Ibu dan pihak sekolah, saya akan melakukan penelitian di sini tentang menulis paragraf atau wacana eksposisi. Bagaimana, Bu? Guru : Selama sesuai prosedur, saya setuju.

Dari wawancara tersebut diperoleh simpulan bahwa pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X SMA TDZ belum maksimal. Hasil dari studi pendahuluan yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi masih dilaksanakan secara tradisional, hanya

materinya saja yang diajarkan, sedangkan uji kompetensi belum diberikan, (2) guru tidak menggunakan media selama pembelajaran berlangsung, dan (3) guru tidak memberikan rubrik penilaian karangan eksposisi. Dalam hal ini guru hanya mengajarkan pengertian karangan eksposisi tanpa memberikan panduan bagaimana cara menulis karangan eksposisi yang baik. Dengan demikian, perlu diadakan perbaikan dalam segi strategi pembelajaran. Berpijak dari problematika tersebut, kemudian peneliti bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia merumuskan strategi baru dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X.2 SMA TDZ yang diwujudkan dalam penelitian tindakan kelas dengan guru sebagai kolaborator. 56 Setelah melaksanakan studi pendahuluan, kemudian dilaksanakan pretes. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa SMA TDZ kelas X.2 dalam menulis karangan eksposisi. Pretes dilaksanakan pada 25 Maret 2008. Pretes ini dipandu langsung oleh guru Bahasa Indonesia. Jadi, proses belajar-mengajar diatur oleh Ibu Wiwik, sedangkan peneliti hanya sebagai pengamat saja. Pelaksanaan pretes berlangsung selama 2 x 30 menit karena di SMA TDZ sedang diadakan try out untuk anak kelas XII sehingga jam pelajaran pun berkurang. Dalam pretes ini, guru mengulang kembali materi menulis karangan eksposisi. Sebagian besar siswa sudah bisa mendefiniskan pengertian karangan eksposisi. Selanjutnya, guru juga bertanya mengenai macam-macam karangan eksposisi. Sebagian besar siswa menjawab dengan baik. Jawaban dari siswa mengenai macam-macam karangan eksposisi yaitu eksposisi (1) proses, (2) klasifikasi, (3) ilustrasi, dan (4) definisi. Selanjutnya guru menugasi siswa untuk menulis sebuah karangan eksposisi dengan tema bebas. Waktu yang digunakan siswa untuk membuat karangan eksposisi yaitu 45 menit karena 15 menit sebelumnya telah digunakan untuk mengulang materi menulis karangan eksposisi.

4.1.2 Analisis Hasil Kemampuan Awal Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi Analisis kemampuan awal siswa dilakukan dengan menilai karangan siswa yang ditugaskan pada pretes berdasarkan rubrik penilaian menulis karangan eksposisi yang telah dibuat. Ada enam hal yang dinilai dalam sebuah karangan eksposisi, yaitu (1) judul, (2) pemaparan informasi, (3) kesatupaduan, (4) keterpautan, (5) ketegasan, serta (6) ejaan dan tanda baca. Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan eksposisi tahap pretes ternyata diperoleh hasil bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi menunjukkan hanya 14 siswa atau 41,18 % yang mampu (berhasil) menulis karangan eksposisi dengan nilai A dan B. Sedangkan siswa yang belum berhasil mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM) sebanyak 20 siswa atau 58,82%. Rata-rata skor kelas yaitu 66,06 % dengan nilai C (cukup). Hal ini menunjukkan bahwa taraf kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi masih di bawah KKM. Tabel 4.1 merupakan kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis eksposisi pada kegiatan pretes.

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada Pretes No
Nama

Nilai (%)

Kualifikasi

S1

4 2 2 2 2 2 14

58,3

Taraf Keberhasilan Tidak Berhasil

1.
S2 4 2 3 3 2 3 17 70,8 B
Berhasil

2.
S3 3 2 2 3 2 3 15 62,5 C
Tidak Berhasil

3.
S4

4.

S5

0 1 2 2 1 3

37,5

Tidak Berhasil

5.
S6 4 4 4 3 3 3 21 87,5 A
Berhasil

6.
S7 2 2 3 3 2 3 15 62,5 C
Tidak Berhasil

7.
S8 0 2 3 3 2 3 13 54,2 C
Tidak Berhasil

8.
S9

9.
S10 0 3 4 4 3 4 18 75 B
Berhasil

10.
S11 2 2 3 3 2 4 16 66,7 C
Tidak Berhasil

11.
S12 3 2 3 3 2 3 16 66,7 C
Tidak Berhasil

12.
S13 0 3 4 4 3 4 15 62,5 C
Tidak Berhasil

13.
S14 3 3 3 3 4 3 19 79,2 B
Berhasil

14.
S15 0 2 2 3 2 3 12 50 C
Tidak Berhasil

15.
S16 0 2 3 2 3 3 13 54,2 C
Tidak Berhasil

16.
S17

17.
S18 3 2 2 3 2 3 15 62,5 C
Tidak Berhasil

18.
S19 0 3 3 3 4 3 16 66,7 C
Tidak Berhasil

19.

S20

0 2 2 3 2 3 12

50

Tidak Berhasil

20.
S21 4 3 3 3 4 4 21 87,5 A
Berhasil

21.
S22

22.
S23 4 3 4 3 3 3 20 83,3 B
Berhasil

23.
S24 0 3 3 3 3 3 15 62,5 C
Tidak Berhasil

24.
S25 4 2 3 4 3 3 19 79,2 B
Berhasil

25.
S26 3 3 3 3 3 4 19 79,2 B
Berhasil

26.
S27 0 2 3 3 2 3 13 54,2 C
Tidak Berhasil

27.
S28 3 2 3 3 3 3 17 70,8 B
Berhasil

28.
S29 3 3 3 3 3 4 19 79,2 B
Berhasil

29.
S30 4 3 3 2 3 3 18 75 B
Berhasil

30.
S30 0 2 3 3 2 4 14 58,3 C
Tidak Berhasil

31.
S32

32.
S33 0 2 4 3 3 4 16 66,7 C
Tidak Berhasil

33.
S34

34.

S35 2 2 3 3

15 62,5

Tidak Berhasil

35.
S36 4 3 3 3 3 3 19 79,2 B
Berhasil

36.
S37 1 1 2 3 2 3 9 37,5 D
Tidak Berhasil

37.
S38 0 3 3 3 3 3 15 62,5 C
Tidak Berhasil

38.
S39 0 4 3 3 4 3 17 70,8 B
Berhasil

39.
S40 3 3 2 3 3 3 17 70,8 B
Berhasil

40.
Jum-lah Rata-rata
77 73 99 101 90 109

2246 66,06

Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada pretes. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada pretes dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada Pretes No Tingkat Keberhasilan Jumlah Siswa Persentase

1 2 3 4

A (sangat baik) B (baik) C (cukup) D (kurang)

2 12 18 2

5,88% 35,29% 52,94% 5,88%

Dari tabel 4.1 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada pretes. Beikut tabel kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada pretes.
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi Berdasarkan Aspek Penilaian pada Pretes No Aspek Penilaian A (Sangat Baik) Jumlah Siswa B (Baik) C (Cukup) D (Kurang)

Perumusan judul

15

1.

Pemaparan

13

17

2.

Kesatupaduan

21

3.

Keterpautan

27

4.

Ketegasan

15

14

5.

Ejaan dan tanda

25

6. baca

Selanjutnya, dari tabel 4.3 dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek penilaian pada pretes yang terdiri dari jumlah dan persentase siswa yang berhasil dan yang tidak berhasil untuk setiap aspek penilaian.
Tabel 4.4 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Pretes untuk Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi No Aspek Penilaian Berhasil Tidak Berhasil Jumlah Siswa (%) Jumlah Siswa (%)

Perumusan judul

16

47,06

18

52,94

1.

Pemaparan

15

44,12

19

55,88

2. informasi

Kesatupaduan

26

76,47

23,53

3.

Keterpautan

30

88,24

11,76

4.

Ketegasan

19

55,88

15

44,12

5.

Ejaan dan tanda

33

97,06

2,94

6. baca

Dari tabel 4.3 dan tabel 4.4, dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada pretes untuk setiap aspek penilaian. Dari tabel 4.4 di atas, ada dua hal yang belum dikuasai oleh sebagian besar siswa yaitu perumusan judul dan pemaparan informasi pada karangan eksposisi. Ada 18 siswa (52,94%) masih belum berhasil dalam merumuskan judul dan 19 siswa (55,88%) belum berhasil dalam memaparkan informasi. Untuk lebih jelasnya, berikut paparan data mengenai hasil penilaian pembelajaran menulis karangan eksposisi pada tahap pretes.

(1) Aspek Perumusan Judul Pada aspek perumusan judul, ada 8 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 8 siswa yang memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 15 siswa memperoleh kulifikasi D. Dengan demikian ada 16 siswa (47,06%) yang mampu merumuskan judul dengan tepat dan sesuai dengan isi serta tujuan penulisan. Ada 18 siswa (52,94%) yang belum mampu merumuskan judul karangan eksposisi. Bahkan ada 14 siswa yang tidak merumuskan judul pada karangan eksposisinya. Berikut merupakan contoh kutipan judul dari setiap kualifikasi A, B, C, dan D.
Kutipan 1 (judul kualifikasi A) Jurus Jitu Menghilangkan Ketombe (judul S30) Cara Mengajar Guru SMATAR (judul S36) Kutipan 2 (judul kualifikasi B) Toga (judul S3) Kecap (judul S18) Kutipan 3 (judul kualifikasi C) Persipro vs Arema (judul S12) Internet?? Wah.. Gue Banget!! (judul S35) Kutipan 4 (judul kualifikasi D)

Mancing di Rawa (judul S37) Judul yang dirumuskan oleh S37 tidak sesuai dengan tujuan penulisan karangan eksposisi. Judul yang dirumuskan oleh S37 tersebut merupakan judul untuk sebuah karangan narasi. Judul sebuah karangan eksposisi seharusnya provokaktif (dapat menimbulkan keingintahuan) dan menggunakan judul yang sedekat mungkin mengungkapkan maksud penulisan dan isi. Hal ini

sejalan dengan pendapat dari Keraf (1997:128) bahwa judul sebuah tulisan ekspositori biasanya menggunakan judul yang sedekat mungkin mengungkapkan maksud pengarang. (2) Aspek Pengembangan Paragraf (a) Subaspek Pemaparan Informasi Pada subaspek pemaparan informasi ini, kemampuan siswa dikatakan masih kurang karena ada 19 siswa (55,88%) belum mampu memaparkan informasi sesuai fakta secara jelas, memadai, dan netral. Sedangkan siswa yang mampu menuangkan informasi dalam karangan eksposisinya sejumlah 15 siswa (44,12%).
Kutipan 5 Pada saat itu awan sangat mendung, kemungkinan akan terjadi hujan. Tapi semua itu tidak mengurungkan minat Andi untuk memancing di Rawa. Andi langsung mengambil dan menyiapkan peralatannya untuk memancing. Dia tidak sendirian, tetapi mengajak kedua temannya. Mulai dari memasang tali, menyiapkan cacing sebagai umpan, dan juga pelampung kecil juga telah siap untuk dipakai. Akhirnya, mereka pun pergi melewati pematang sawah menuju ke Rawa kecil. ....... (tulisan S37)

Kutipan 5 di atas merupakan contoh pemaparan informasi yang kurang tepat. Kutipan 5 merupakan paragraf narasi. Fakta dari kutipan 5 belum dapat dipercaya. Bisa jadi informasi yang diberikan merupakan informasi rekaan. Pada kutipan 6 di bawah ini merupakan contoh pemaparan informasi yang tepat. Hal ini sesuai pendapat Fulton (dalam Gie, 2002:62) mengenai syarat pemaparan yang baik bahwa salah satu persyaratan bagi pemaparan yang baik yaitu adanya pengetahuan yang jelas dan memadai mengenai pokok-soal yanng bersangkutan.
Kutipan 6 Ketombe memang sangat menjengkelkan. Jika kulit kepala Anda dihinggapi ketombe, cobalah membasminya dengan buah menggkudu (pace). Caranya mudah. Sediakan dua/tiga buah

mengkudu, lalu tambahkan air setengah gelas dan peras. Setelah lumat, saring untuk mendapatkan airnya. Pakailah air perasan buah ini untuk keramas. Biarkan selama lima menit. Setelah itu, cucilah rambut Anda seperti biasa dengan sampo untuk menghilangkan baunya yang kurang sedap. (tulisan S6)

Kutipan 6 tersebut merupakan contoh pemaparan informasi yang baik karena sesuai fakta, jelas, memadai, dan juga netral. Ada fakta bahwa buah mengkudu berkhasiat untuk menghilangkan ketombe. Penjelasan mengenai cara pamanfaatan buah mengkudu sebagai penghilang ketombe juga memadai dan jelas. Penulis juga bersifat netral karena penulis hanya menganjurkan, bukan memaksa pembaca untuk mencoba apa yang telah dijelaskan oleh penulis. (b) Subaspek Kesatupaduan Dari hasil pretes, sebagian besar siswa yaitu 26 siswa (76,47%) sudah mampu menulis karangan eksposisi dengan kekoherensian. Ada 5 siswa dengan kualifikasi A dan 21 siswa dengan kualifikasi B. Sedangkan siswa yang belum mampu menulis karangan eksposisi dengan koherensi yang bagus ada 8 siswa (23,53%) yang semuanya mendapat kualifikasi C. Karangan yang dibuat S6 merupakan contoh karangan eksposisi yang mempunyai koherensi bagus. Kalimat-kalimatnya mengarah ke satu gagasan utama yaitu cara mengatasi ketombe dengan menggunakan mengkudu. Sedangkan contoh karangan eksposisi yang tidak mempunyai koherensi yang baik yaitu karangan yang dibuat oleh S1, S3, S5, S15, S18, S20, S37, dan S40.

Kutipan 7 Sekolah taruna adalah sekolah yg dipandang sebagai sekolah yg paling disiplin dari sekolah yang lain. Ini dipandang oleh sekolah lain karena di Taruna terdapat aturan yg disertai dgn sangsi.

Padahal tidak, sekolah Taruna tidak sesuai dengan julukannya yg dikenal sebagai sekolah yg disiplin. Ini dapat dilihat dari cara berbaris, cara penampilan, pergaulan. (tulisan S5)

(c) Subaspek Keterpautan Untuk subaspek keterpautan, ada 30 siswa (88,24%) sudah mampu menulis karangan eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Ada 4 siswa (11,76%) yang belum mampu menulis karangan eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Contoh karangan eksposisi yang mempunyai keterpautan yang kurang yaitu karangan S1, S5, S16, dan S30. Kesalahan penggunaan piranti kohesi ini karena salah atau tidak memberi piranti kohesi sehingga dapat membingungkan pembaca. Berikut kutipan dari contoh karangan yang mempunyai keterpautan yang kurang.
Kutipan 8 Untuk menjadi orang yang kreatif sangat sulit untuk kita lakukan, kita harus memiliki potensi yang besar, kita harus ulet dalam menghasilkkan suatu karya yangn kita inginkan.Banyak sekali manfaat menjadi orang yang kreatif, hasil karya yang kita buat dapat dijual dengan harga yang mahal apabila karya tersebut menarik, selain itu kita dapat menggunakan barang-barang bekas untuk kita ubah menjadi barang baru, namun tidak mudah untuk membuatnya, karena kita harus benar-benar bisa membuat barang bekas tadi menjadi barang yang bermanfaat bagi masyarakat, misalnya kita dapat memproduksi hiasan dinding, lemari ataupun mainan anak-anak. Oleh karena itu menjadi orang yang kreatif sangat dibutuhkan, karena kita dapat membuka lapangan pekerjaan untuk membantu pengangguran. (Tulilsan S1)

Kutipan 8 di atas mempunyai keterpautan yang kurang. Hal ini ditandai dengan adanya kesalahan dalam penggunaan piranti kohesi. Pada kutipan 8 tampak bahwa S1 menulis apa yang ingin ditulis tanpa memperhatikan penggunaan piranti kohesinya. (d) Subaspek Ketegasan

Subaspek ketegasan dalam sebuah karangan eksposisi ini berkaitan dengan kerincian suatu pokok masalah dijelaskan. Ketegasan bisa ditunjukkan dengan memberikan penjelasan yang mendalam, pengulangan, maupun simpulan. Pada pretes, ada 19 siswa (55,88%) yang sudah menunjukkan ketegasannya dalam karangan eksposisinya. Ada 4 siswa dengan kualifikasi A dan 15 siswa dengan kualifikasi B. Kemudian ada 15 siswa (44,12%) yang belum mampu memberikan penegasan pada karangan eksposisinya yang terdiri dari 14 siswa dengan kualifikasi C dan 1 siswa dengan kualifikasi D. Siswa yang memperoleh kualifikasi C yaitu S5.

Kutipan 9 Sekolah taruna adalah sekolah yg dipandang sebagai sekolah yg paling disiplin dari sekolah yang lain. Ini dipandang oleh sekolah lain karena di Taruna 64 terdapat aturan yg disertai dgn sangsi. Padahal tidak, sekolah Taruna tidak sesuai dengan julukannya yg dikenal sebagai sekolah yg disiplin. Ini dapat dilihat dari cara berbaris, cara penampilan, pergaulan. (Tulisan S5)

Dari kutipan 9 di atas juga dapat dilihat adanya kesalahan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca. Kesalahan dalam hal ejaan misalnya adanya penyingkatan kata dan kesalahan dalam penggunaan huruf kapital pada kata taruna. Sedangkan kesalahan dalam penggunaan tanda baca yaitu penggunaan tanda kutip dua (). (3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca sudah bisa dikatakan baik. Hal ini ditandai dengan adanya 33 siswa (97,06%) mampu menggunaan ejaan dan tanda baca dengan tepat maupun ada sedikit kesalahan tetapi tidak mengganggu pemahaman. Dari 33 siswa

tersebut, 8 siswa terbebas dari kesalahan dengan kualifikasi A dan 25 siswa mendapat kualifikasi B. Sedangkan siswa yang belum bisa dikatakan mampu dalam menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat ada 1 siswa yaitu S1. Kesalahan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca biasanya ketika menulis titik (.) maupun koma (,) atau penulisan singkatan-singkatan. Kutipan 10 merupakan karangan S1.

Kutipan 10 Untuk menjadi orang yanng kratif sangat sulit untuk kita lakukan, kita harus memiliki potensi yang besar, kita harus ulet dalam menghasilkkan suatu karya yangn kita inginkan.Banyak sekali manfaat menjadi orang yang kreatif, hasil karya yang kita buat dapat dijual dengan harga yang mahal apabila karya tersebut menarik, selain itu kita dapat menggunakan barang-barang bekas untuk kita ubah menjadi barang baru, namun tidak mudah untuk membuatnya, karena kita harus benar-benar bisa membuat barang bekas tadi menjadi barang yang bermanfaat bagi masyarakat, misalnya kita dapat memproduksi hiasan dinding, lemari ataupun mainan anak-anak. Oleh karena itu menjadi orang yang kreatif sangat dibutuhkan, karena kita dapat membuka lapangan pekerjaan untuk membantu pengangguran. (Tulilsan S1) 4.2 Siklus I 4.2.1 Proses Tindakan Siklus I 4.2.1.1 Rencana Tindakan Siklus I Kegiatan penelitian siklus I dimulai dengan merencanakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Peneliti merencanakan materi yang akan diajarkan pada pembelajaran menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan media teks berita. Media teks berita yang dimaksud pada siklus I adalah teks berita dari sebuah koran. Pemilihan media teks berita ini bertujuan supaya siswa lebih bisa mengembangkan lagi ide-ide dari sebuah topik

berdasarkan ide utama maupun ide penjelas dari berita yang diangkat, bahkan mampu membuat topik baru yang masih berkaitan dengan teks berita yang dibaca. Dari hasil studi pendahuluan, guru belum melakukan uji kompetensi menulis karangan eksposisi pada siswa. Kemudian dilakukan pretes. Hasil pretes siswa yang dilakukan pada 25 Maret 2008 menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami unsur-unsur dalam sebuah karangan eksposisi dan siswa cenderung bingung mau menulis apa. Hal ini terbukti dari kemampuan siswa dalam membuat judul dan memaparkan informasi yang tergolong kurang. Bahkan ada tulisan yang berupa narasi. Untuk pengembangan paragraf (isi), juga masih kurang. Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa yang hanya satu paragraf. Padahal sebuah karangan eksposisi menuntut adanya kejelasan sehingga paling tidak terdapat tiga paragraf yaitu paragraf pembuka, paragraf penjelas, dan paragraf penutup. Maka dari itu, dipilihlah media teks berita sebagai rangsangan munculnya ide-ide yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis di SMA TDZ. Selain didasarkan pada hasil studi pendahuluan dan hasil pretes siswa dalam menulis karangan eksposisi, hal ini juga sesuai dengan pendapat Cleary dan Linn. Menurut Cleary dan Linn (dalam Rahor, 2006:34) bahwa membaca dan menulis sangat penting bagi pembelajaran yang terjadi di semua disiplin akademik. Cleary dan Linn (dalam Rahor, 2006:34) juga mengatakan bahwa temuan yang paling mengejutkan dari penelitian mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca luas dan baik dengan menulis yang baik. Untuk itu, teks berita yang dipilih adalah teks berita yang berjudul Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek. Guru dan peneliti memilih bacaan ini karena (1) tokek merupakan salah satu primadona di Leces (di daerah sekitar SMA TDZ ada pengusaha tokek), dan (2) guru juga akan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan wawancara dengan pengusaha tokek sehingga diharapkan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan media teks berita ini akan berlangsung dengan baik terkait dengan pemerolehan bahan. Siklus I ini memerlukan waktu 5 x 45 menit (tiga kali pertemuan) untuk pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media berita. Kelas dibagi dalam 10 kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 4 anak.

4.2.1.2 Tindakan dan Observasi Siklus I Pelaksanaan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dilaksanakan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus ditempuh oleh siswa yaitu meliputi fase: (1) pramenulis, (2) menulis, dan (3) pascamenulis. Proses pelaksanaan tindakan akan diuraikan sebagai berikut.

a. Pertemuan I (Fase Pramenulis) Pertemuan I pada siklus I berlangsung pada 12 April 2008 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pada pertemuan I ini siswa diajak untuk mengingat kembali materi menulis karangan eksposisi yang pernah dipelajari pada semester gasal. Selanjutnya siswa ditugaskan untuk menemukan ide pokok dan ide penjelas dari teks berita Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek, serta mendata topik yang bisa dikembangkan dari teks berita tersebut. Sebelum guru memulai pembelajaran, guru mempresensi siswa. Semua siswa hadir. Selanjutnya, guru memulai pelajaran dengan memberikan materi menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan media teks berita. Berikut penjelasan mengenai jalannya pembelajaran pada pertemuan I siklus I tahap Pendahuluan.

(G = Guru, GP = Guru Peneliti, S = Siswa)


GP : Apakah yang dimaksud dengan tulisan eksposisi? S : Tulisan yang memaparkan sesuatu (serentak) GP : Baik. Selanjutnya apa yang dimaksud dengan paparan itu sendiri? S : Menjelaskan, menerangkan, memberitahu. GP : Iya. Tulisan eksposisi itu adalah tulisan untuk menjelaskan sesuatu yang bertujuan untuk memberitahu atau memberi informasi. Lalu, apa saja bentuk-bentuk tulisan eksposisi yang pernah diterangkan? S : Proses, analisis, definisi, ilustrasi, dan lain-lain. (Bersama)

GP : Sebenarnya masih ada beberapa bentuk lagi tulisan eksposisi. Namun sebelum ibu jelaskan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuknya, apa ada yang ditanyakan? S31 : Ibu, saya masih bingung dengan perbedaan antara eksposisi dan deskripsi karena keduanya juga sama-sama menjelaskan atau ada unsur mengilustrasikan sesuatu. GP : Sebelum Ibu menjawab pertanyaan dari kalian, apa ada yang ingin membantu menjawab? S37 : Saya, Bu. Salah tidak apa-apa ya Bu. GP : Tidak ada noda ya tidak belajar. Silahkan! S37 : Eksposisi itu memaparkan suatu fakta misalnya proses pembuatan sesuatu, sedangkan deskripsi adalah bentuk tulisan atau karangan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu objek berdasarkan penglihatan, lebih tepatnya indra (nyata gitu lho, Bu) GP : Tidak salah. Apa ada yang ingin berpendapat lagi? (Tidak ada yang berpendapat lagi.) S : Sama, Bu. GP : Tolong perhatikan transparansi berikut ini! (Kemudian guru menjelaskan pengertian eksposisi) Tulisan eksposisi adalah salah satu jenis tulisan yang bertujuan untuk mengupas, mengurai, atau menerangkan sebuah data faktual misalnya tentang bagaimana sesuatu bekerja, tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan, tentang suatu analisis, atau tentang fakta seseorang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus asalkan tujuan utamanya adalah hanya untuk memberikan informasi. (Transparansi) Tulisan deskripsi yaitu salah satu jenis tulisan yang bertujuan untuk menggambarkan sebuah objek dengan sedemikian rupa misalnya tentang aspek seseorang, suatu tempat, suatu pemandangan, atau yang serupa dengan itu berdasarkan pengalaman pancaindra sehingga dapat menggugah atau menbangkitkan kesan hidup dalam imaji pembaca seolah-olah pembaca dapat merasakan sendiri objek tersebut dengan pancaindranya. (Ditulis di papan tulis) Jadi, jika tulisan eksposisi itu hanya bertujuan hanya untuk memberikan informasi mengenai data faktual, sedangkan tulisan deskripsi yaitu tulisan yang bertujuan untuk membangkitkan imaji pembaca sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan sendiri objek yang di gambarkan dengan pancaindranya. Apa sudah paham? S : Paham, Bu.

GP : Baik selanjutnya, perhatikan transparansi berikut mengenai bentuk-bentuk tulisan eksposisi! (Guru menjelaskan mengenai bentuk-bentuk tulisan eksposisi menurut Ahmadi dkk, 1981:18-36)

Setelah guru menjelaskan pengertian karangan eksposisi dan bentuk-bentuk karangan eksposisi, selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan media teks berita. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa dalam siklus I ini menggunakan teks berita Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek. Guru peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilalui oleh siswa sesuai dengan bagan di bawah ini.

Langkah-langkah Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita

Fase Pramenulis

1. Membaca teks berita 2. Mendata topik berdasarkan teks berita 3. Membuat kerangka karangan eksposisi 4. Mencari bahan tulisan

Fase Menulis

5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan eksposisi dengan memperhatikan asas menulis yang efektif 6. Merevisi dan menyunting karangan eksposisi 7. Membuat draf akhir

Fase Pascamenulis 8. Mempublikasikan karangan eksposisi yang telah dibuat

Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti. Kegiatan inti ini merupakan fase pramenulis. Pada fase pramenulis ini, siswa membaca teks berita Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek, kemudian siswa bersama guru peneliti

mendata topik-topik yang terdapat pada bacaan yang dapat dikembangkan lagi menjadi karangan eksposisi, serta membuat topik lain yang masih berhubungan dengan teks berita. Berikut topik yang telah ditemukan siswa berdasarkan teks berita.

1) Makna bunyi tokek 2) Manfaat tokek (budidaya tokek) 3) Pendistribusian tokek yang telah dikeringkan 4) Cara memburu tokek

Berikut merupakan topik lain yang masih berhubungan dengan teks berita yang dapat dikembangkan menjadi tulisan eksposisi.
1) Kehidupan tokek 2) Ciri-ciri tokek 3) Jenis-jenis tokek 4) Laba atau omzet dari budidaya tokek.

Kegiatan selanjutnya setelah siswa mendata topik yang berkaitan dengan teks berita, maka siswa menyusun kerangka karangan eksposisi dengan topik Tokek. Dalam menyusun kerangka karangan, siswa dibantu oleh guru dan peneliti. Guru dan peneliti berkeliling ke setiap kelompok untuk memberikan masukan. Setelah semua siswa selesai merumuskan kerangka karangan, guru mulai menutup kegiatan pembelajaran dengan melakukan refleksi kegiatan dan penugasan untuk pertemuan selanjutnya. Kegiatan penutup ini dipandu langsung oleh guru bidang studi bahasa Bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan supaya siswa melaksanakan tugas dengan baik. Berikut dialog dalam kelas antara guru dan siswa ketika kegiatan penutup. 70

G : Anak-anak, bagaimana penjelasan yang diberikan oleh Bu Devi? S : Lumayan jelas, Bu! G : Untuk di rumah, tolong kalian cari bahan supaya kalian bisa mengembangkan kerangka karangan kalian. S : Di mana, Bu? G : Kalian masih ingat tugas untuk melakukan wawancara? S : Lupa, Bu! (kelas menjadi gaduh karena siswa pura-pura lupa) G : Lupa apa lupa? Begini, bahan atau informasi mengenai tokek bisa kalian peroleh dari wawancara. Jadi sekalian Ibu menugaskan kalian untuk mewawancarai salah satu pengusaha tokek di Leces, bisa Pak Didik. Jika informasi dari pengusaha tokek tersebut tidak lengkap, kallian harus mencarinya di buku atau di internet. Sudah paham? S10 : lalu untuk tugasnya bagaimana, Bu? G : Untuk tugasnya ya ada dua. Satu menulis laporan wawancara, satu lagi menulis karangan eksposisi. Untuk tugas dari Bu Devi, kalian hanya mencari informasi yang sebanyak-banyaknya mngnenai topik yng akan kalian kembangkan dari kerangka karangan. Begitu ya, Bu? GP : Iya benar. Untuk menulisnya, akan dilakukan pada pertemuan yang akan datang. G : Sudah paham? S : Iya! (kelas menjadi gaduh)

Untuk pertemuan selanjutnya, siswa disuruh mencari dan membawa bahan yang berhubungan dengan kerangka karangan yang dibuat. Pemerolehan bahan bisa dilakukan secara berkelompok maupun individu dan bisa diperoleh dari wawancara, buku, maupun internet. b. Pertemuan II (Fase Menulis) Pertemuan kedua dilaksanakan pada 15 April 2008 dengan alokasi waktu selama 2 x 45 menit. Seperti biasa, sebelum memulai pembelajaran guru selalui mempresensi kehadiran siswa. Ada dua siswa yang tidak mengikuti pembelajaran. Kedua siswa tersebut yaitu S4 dan S22. Kemudian siswa menyimak penjelasan guru peneliti mengenai pembelajaran selanjutnya. Pada pertemuan II ini merupakan tahap menulis karangan eksposisi yaitu siswa mengembangkan

kerangaka karangan. Namun, sebelum siswa mengembangkan kerangka karangannya menjadi karangan eksposisi, guru peneliti menjelaskan asas menulis yang baik dengan memberi contoh sebuah karangan eksposisi yang telah disiapkan oleh peneliti. Karangan eksposisi yang digunakan sebagai model tersebut berjudul Variasi Makanan Havermut
GP : Coba perhatikan tulisan di transparansi berikut ini! Ada bentuk eksposisi apa saja? S : Maksudnya? GP : Paragraf ke-1 dan ke-2 merupakan bentuk eksposisi...? S : Oh, eksposisi definisi. GP : Sedangkan untuk penjelasan mengnenai variasi kue dari havermut termasuk? S : Eksposisi proses. GP : Tepat sekali!

Selanjutnya, siswa menyimak penjelasan guru peneliti mengenai asas menulis efektif. Guru peneliti menjelaskan tiga asas utama menulis efektif dan tiga asas menulis lainnya sesuai pendapat Gie. Selain menjelaskan asas menulis efektif, guru peneliti juga menjelaskan ciri karangan yang baik dan bagaimana mengembangkan kerangka karangan agar menjadi karangan eksposisi yang baik. Sebuah karangan eksposisi yang baik akan menjelaskan topik (bisa berdasarkan judul) secara jelas minimal dengan tiga paragraf sebagai paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup. Syarat paragraf yang baik yaitu terdiri dari satu gagasan utama yang di dalamnya terdapat kalimat utama dan paragraf penjelas. Setelah menjelaskan asas menulis efektif, maka siswa ditugasi untuk mengembangkan kerangka tulisan yang sudah dibuat. Guru dan peneliti memantau pekerjaan siswa dalam mengembangkan kerangka karangan eksposisi. Berikut perintah untuk pertemuan II.
a. Setelah merumuskan kerangka karangan, kembangkanlah kerangka karanganmu menjadi karangan eksposisi yang logis dan sistematis dengan memperhatikan keenam asas menulis yang efektif (kejelasan, keringkasan, ketepatan, kohesi dan koherensi, serta penegasan!

b. Rumuskanlah judul yang sesuai dengan isi tulisanmu! c. Kembangkanlah judul karangan eksposisi berdasarkan kerangka karangan yang telah kamu buat ke dalam minimal tiga paragraf (setiap paragraf mengandung satu gagasan utama dan minimal ada tiga kalimat penjelas). d. Buatlah paragraf: pendahuluan, isi dan penutup dalam tulisanmu.

e. Bekerjasamalah dengan teman sebangkumu untuk merevisi dan menyunting kembali karangan eksposisi dengan teman sebangku!
f. Perhatikan juga EYD dalam karanganmu!

g. Pajanglah hasil tulisanmu di mading kelas dan berikan komentarmu pada tulisan temanmu! (Pertemuan III)
Pada pertemuan kedua ini, alokasi waktu selama 2 x 45 menit dapat dimanfaatkan dengan baik oleh guru dan siswa. Siswa mulai menulis karangan eksposisi setelah menit ke-30. Sebagian besar siswa sudah ada yang langsung menulis karangan eksposisi berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat, tetapi masih ada yang kebingungan dalam mengembangkan kerangka karangannya. Untuk itu, peneliti membantu siswa untuk merumuskan kerangka karangan. Siswa yang masih bingung untuk merumuskan kerangka karangan antara lain yaitu S5, S18, S25, dan S35. Setelah semua siswa menyelesaikan karangannya, kemudian kerangka karangan beserta karangan eksposisinya dikumpulkan. c. Pertemuan III (Fase Pascamenulis) Pertemuan III dilaksanakan pada 19 April 2008 dengan alokasi waktu selama 1 x 45 menit. Awalnya alokasi yang direncanakan yaitu 2 x 45 menit. Namun guru bidang studi meminta supaya dipadatkan jadwal pembelajarannya. Pertemuan III ini merupakan fase pascamenulis yaitu tahap publikasi karya dan pemberian komentar oleh siswa, guru dan peneliti. Hasil karangan eksposisi dipasang di mading kelas (dinding). Selanjutnya, semua siswa beserta guru dan peneliti berkeliling membaca hasil karangan siswa. Setiap siswa berhak memberikan komentar. Untuk itu, setiap siswa ditugasi untuk mencatat kekurangan dan kelebihan karangan temannya secara umum. Setelah 15 menit untuk membaca,

maka siswa diberi waktu untuk mengomentari karangan teman-temannya. Berikut komentar-komentar dari beberapa siswa. S21: Sebaiknya teman-teman itu memperhatikan penulisan EYD dalam menulis. Ini kan tulisan ilmiah. S5 : Tulisannya yang bagus donk biar terbaca! S31: karangan saya juga masih bulet, makanya kalau membuat karangan itu jangan sampai mbulet seperti saya. Satu paragraf harus ada satu gagasan pokoknya. S21: Masukan lagi, alat kohesinya perlu diperhatikan lagi oleh teman-teman GP : Apa yang dikomentari oleh teman-teman kalian memang ada benarnya. Kemarin saya juga sudah membaca tulisan kalian. Ada yang sudah bagus, ada juga yang masih terdapat kekurangan pada karangan kalian. Penggunaan EYD misalnya. Banyak dari kalian yang kurang memperatikannya. Hal kecil memang, tetapi coba kalian lihat karangan milik SI dan S37. Tidak apa-apa ya saya mengomentari tulisannya? S1&S37: Tidak apa-apa! (dibarengi dengan jawaban teman-temannya!) GP: Pada karangan kedua teman kalian, banyak terjadi kesalahan dalam menempatan tanda koma (,) maupun tanda titik (.). Jika kalian baca lagi karangan SI, SI pelit dalam menggunakan tanda koma (,). (GP menunjukkan kesalahan pada karangan SI kepada SI dan siswa yang duduk di bangku barisan depan). Selanjutnya untuk karangan S37, S37 lumayan boros dalam menggunakan tanda koma (,). Alangkah lebih tepatnya jika tanda koma (,) pada paragraf kedua dikurangi. (GP menunjukkan kesalahan S37)

S : (menyimak penjelasan dari GP). GP: Selanjut, untuk karangan yang mbulet menurut S31, itu memang sebaiknya jangan mbulet. Apalagi untuk sebuah tulisan eksposisi. Pemaparannya harus jelas dan memadai. Untuk itu penggunaan piranti kohesi yang katanya S21 dan EYD juga perlu diperhatikan. Selain itu

kesatupaduan atau koherensinya juga jelas. Koherensi ini berkaitan dengan pengembangan gagasan pokok. Maka dari itu, di awal saya sudah menekankan bahwa tulisan kalian paling tidak ada tiga paragraf, setiap paragraf terdapat satu ide pokok dengan penjelasan minimal ada tiga atau ada empat kalimat penjelas. Apa sudah memahami kekurangan masing-masing? S : Iya! GP: Apa ada masukan untuk pembelajaran ini? S1 : Tolong lebih dijelaskan lagi mengenai koheren atau kohesi tadi. GP: Baik, pada kesempatan yang akan datang saya akan memberikan kalian materi mengenai kohesi dan koherensi. Lalu, kalian ingin menulis karangan eksposisi tentang apa? S : teknologi, sains, lingkungan, motor. (siswa menyebutkan keinginan mereka secara serentak sehingga hanya beberepa yang dapat ditangkap oleh peneliti)

Setelah selesai memberi komentar, akhirnya peneliti mengakhiri pertemuan III pada siklus I ini. Semua siswa mengambil tulisannya di mading kelas, kemudian mengumpulkannya kepada peneliti. 4.2.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus I

Kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk kompetensi dasar menulis karangan eksposisi di SMA TDZ yaitu 70%. Ada tiga aspek yang dinilai dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi ini yaitu aspek judul, pengembangan paragraf, serta penggunaan ejaan dan tanda baca. Untuk aspek judul, terdiri dari satu subaspek yaitu kesesuaian antara judul dengan isi karangan dan tujuan penulisan. Untuk aspek pengembangan paragraf eksposisi terdapat empat subaspek yaitu: (1) pemaparan informsi, (2) kepaduan atau kekoherensian setiap unsur karangan dengan gagasan utama, (3) keterpautan atau ketepatan penggunaan piranti kohesi, dan (4) ketegasan isi karangan.

Sedangkan untuk aspek ejaaan dan tanda baca hanya terdiri satu subaspek yaitu kesesuaian penggunaan EYD dan tanda baca pada karangan eksposisi. Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan siswa pada siklus I ternyata kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi menunjukkan 27 siswa (79,41%) telah berhasil menulis karangan eksposisi dengan nilai di atas 70, sedangkan 7 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah 70. Rata-rata nilai kelas yaitu 78,56% dengan kualifikasi B (baik). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis KaranganEksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus I No
Nama

Nilai (%)

Kualifikasi

Taraf Keberhasilan Tidak Berhasil

S1

4 3 2 2 3 2 16

66,7

1.

S2

4 4 3 3 3 3 20

83,3

Berhasil

2.

S3

2 3 2 3 3 3 16

66,7

Tidak Berhasil

3.

S4

4.

S5

2 3 3 3 3 3 17

70,8

Berhasil

5.

S6

4 4 3 3 3 3 20

83,3

Berhasil

6.

S7

4 3 4 3 3 3 20

83,3

Berhasil

7.

S8

3 3 2 3 4 3 16

66,7

Tidak Berhasil

8.

S9

9.

S10

4 4 4 4 4 3 23

95,8

Berhasil

10.

S11

3 3 4 4 3 3 20

83,3

Berhasil

11.

S12

3 3 2 3 3 3 17

70,8

Berhasil

12.

S13

3 3 3 2 3 3 17

70,8

Berhasil

13.

S14

3 2 2 3 3 3 16

66,7

Tidak Berhasil

14.

S15

4 3 2 3 3 3 18

75

Berhasil

15.

S16

3 3 3 3 3 3 18

75

Berhasil

16.

S17

17.

S18

4 3 3 3 3 3 19

79,2

Berhasil

18.

S19 2

16 66,7

Tidak Berhasil

19.

S20 4

22 91,7 A

Berhasil

20.

S21 4

23 95,8 A

Berhasil

21.

S22

22.

S23 4

21 87,5 A

Berhasil

23.

S24 4

19 79,2

Berhasil

24.

S25 4

18

75

Berhasil

25.

S26 4

20 83,3

Berhasil

26.

S27 3

19 79,2

Berhasil

27.

S28 3

20 83,3

Berhasil

28.

S29 3

19 79,2

Berhasil

29.

S30 4

21 87,5 A

Berhasil

30.

S30 3

16 66,7

Tidak Berhasil

31.

S32

32.

S33 4

19 79,2

Berhasil

33.

S34

34.

S35 0

15 62,5

Tidak Berhasil

35.

S36 3

19 79,2

Berhasil

36.

S37 4

19 79,2

Berhasil

37.

S38 4

18

75

Berhasil

38.

S39 4

22 91,7 A

Berhasil

39.

S40 4

22 91,7 A

Berhasil

40.

Jum-lah Rata-rata

116

113

103

101

109

109

2671

78,56

Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus I. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis eksposisi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus I No Tingkat Keberhasilan Jumlah Siswa Persentase

1 2 3 4

A (sangat baik) B (baik) C (cukup) D (kurang)

7 20 7 -

20,59% 58,82% 20,59% -

Dari tabel 4.6 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada siklus I. Kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini. 76
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus I No Aspek Penilaian A (Sangat Baik) Jumlah Siswa B (Baik) C (Cukup) D (Kurang)

Perumusan judul

19

11

1.

Pemaparan

12

21

2. Informasi

Kesatupaduan

10

15

3.

Keterpautan

25

4.

Ketegasan

27

5.

Ejaan dan tanda baca

31

6.

Selanjutnya, dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek penilaian pada siklus I yang terdiri dari jumlah dan persentase siswa yang berhasil maupun yang tidak berhasil untuk setiap aspek penilaian. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Siklus I untuk Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita No Aspek Penilaian Berhasil Tidak Berhasil Jumlah Siswa (%) Jumlah Siswa (%)

Perumusan judul

30

88,24

11,76

1.

Pemaparan

33

97,06

2,94

2. Informasi

Kesatupaduan

25

73,53

26,47

3.

Keterpautan

29

85,29

14,71

4.

Ketegasan

34

100

5.

Ejaan dan tanda

32

94,12

5,88

6. baca

Pada tabel 4.5 di atas, hanya ada 7 siswa (20,59%) yang memperoleh nilai di bawah 70 yaitu . Jika dibandingkan dengan sebelum diberikan tindakan, berarti ada peningkatan hasil. Akan tetapi, untuk setiap hal, khususnya pada perumusan judul, pemaparan informasi, kesatupaduan, keterpautan, dan ejaan masih terdapat siswa yang memperoleh nilai C. Berikut penjelasan untuk kelima hal yang dimaksud. 77

(1) Aspek Perumusan Judul Pada aspek perumusan judul, ada 19 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 11 siswa yang memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 1 siswa memperoleh kulifikasi D. Siswa yang memperoleh kualifikasi D yaitu S35 karena S35 tidak merumuskan judul dalam karangannya. Dengan demikian ada 30 siswa (88,24%) yang mampu merumuskan judul dengan tepat, sesuai dengan isi dan tujuan penulisan. Sedangkan yang belum mampu merumuskan judul karangan eksposisi yang telah dibuat yaitu ada 4 siswa (11,76%).

Kutipan 11 (judul kualifikasi A) Budidaya Tokek Rumah (judul S7) Rahasia di Balik Tubuh Tokek (judul S21) Mengolah Tokek untuk Obat Gatal-gatal (judul S23) Kutipan 12 (judul kualifikasi B) Tokek (judul S29) Kehidupan Tokek Gitu Lho! (judul S18) Kutipan 13(judul kualifikasi C) Rumah Tokek (judul S5)

Judul karangan eksposisi yang dirumuskan oleh S5 tersebut merupakan contoh judul karangan eksposisi dengan kualifikasi C karena rumusan kurang sesuai dengan isi. Jika dilihat dari isi karangan yang dibuat oleh S5, maka judul lain yang bisa dirumuskan yaitu Perbedaan Tokek di Alam dan di Penangkaran karena isi karangan tentang perbedaan antara tokek yang hidup di alam dan tokek yang hidup di penangkaran, bukan tentang informasi rumah tokek. (2) Aspek Pengembangan Paragraf (a) Subaspek Pemaparan Informasi

Pada subaspek pemaparan informasi ini ada 33 (97,06%) siswa berhasil memaparkan informasi dengan jelas dan netral. Namun, ada 1 siswa yang memperoleh kualifikasi C. Siswa yang memperoleh kualifikasi C tersebut adalah S14. Pemaparan informasi S14 kurang memadai dengan simpulan yang tegesa-gesa. S14 berani mengungkapkan pernyataan dengan mengatasnamakan kebanyakan orang.

Kutipan 14 .... Bagi banyak orang tokek digunakan sebagai obat-obatan. Memang, banyak orang yang tidak mengetahui akan hal itu. Tapi sudah banyak terbukti bahwa tokek dapat menyembuhkan penyakit. Salah satunya penyakit gatal-gatal. Seperti halnya oang-orang golongan perekonomian menengah ke bawah, sudah pasti dalam mengobati penyakit mencari alternatif yang terjangkau. Tokek dengan harga yang relatif murah, sudah pasti dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga sekarang tokek banyak diminati, terutama untuk mengobati penyakit. ....... (tulisan S14)

(b) Subaspek Kesatupaduan Pada siklus I ini, ada 9 siswa (26,47%) mendapat kualifikasi C untuk subaspek kesatupaduan. Siswa yang memperoleh kualifikasi C untuk subaspek kesatupaduan pada siklus I ini adalah S1, S3,S 8, S12, S14, S15, S19, S31, dan S35. Kesatupaduan yang baik jika mengarah ke satu gagasan, baik hubungan antarkalimat maupun antarparagraf. Contoh untuk subaspek kesatupaduan yang baik dapat dilihat pada kutipan 15 di bawah ini.

Kutipan 15 Tokek Rumah

Tokek rumah adalah sejenis reptil yang termasuk golongan cecak besar. Tokek ini termasuk dalam suku Gekkonidae. Nama ilmiah tokek rumah adalah Gekko gecko. Atau dalam bahasa lain hewan ini juga disebut sbg teko atau tekek (Bahasa Jawa), Tokek (Bahasa Sunda), Tokai gecko atau tuctoo (Bahasa Inggris). Tokek rumah merupakan cecak yang berukuran besar, berkepala besar, panjang total mencapai 340 mm. Sisi punggungnya kasar, dan dipenuhi dengan bintil besar** , berwarna abu** sampai kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Perutnya bewarna abu** biru keputihan atau kekuningan. Ekor membulat dengan enam baris bintil, belang**. Jari** kaki depan & belakang dilengkapi dengan bantalan penghisap yang disebut scansor yg gunanya u/ melekat pada permukaan yg licin. Tokek ini kerap ditemui di rumah**, terutama di pedesaan dan tepi hutan. Tokek rumah memangsa aneka serangga seperti cecak lainnya yang lebih kecil. 79 Tokek melekatkan telurnya biasanya di celah-celah-celah lubang pohon, retakan batu, dll. Hewan ini tersebar luas mulai dari India Timur, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Cina Selatan & Timur, Thailand, Semenanjung Malaysia & pulau** disekitarnya, serta Indonesia. (Karangan S20)

Karangan S20 sudah memiliki kekoherensian atau kesatupaduan yang bagus. Hal ini ditandai dengan adanya pertalian antara kalimat-kalimat dengan ide pokok paragraf atau antara setiap paragraf dengan gagasan utama karangan yang bersangkutan. (c) Aspek Keterpautan Untuk subaspek keterpautan, 29 siswa (85,29%) sudah mampu menulis karangan eksposisi dengan menggunakan piranti kohesi yang tepat. Ada 5 siswa (14,71%) yang belum mampu menulis karangan eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Kelima siswa tersebut memperoleh kualifikasi C untuk subaspek keterpautan pada siklus I ini. Kelima siswa yang

memperoleh kualifikasi C untuk subaspek keterpautan pada siklus I ini yaitu S1, S13, S25, S31, dan S38. (d) Subaspek Ketegasan Subaspek ketegasan ini berkaitan dengan kerincian suatu pokok masalah yang dijelaskan. Ketegasan bisa ditunjukkan dengan memberikan penjelasan yang mendalam, pengulangan, maupun simpulan. Untuk siklus I, tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi C pada subaspek ketegasan. Ada 7 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 27 siswa memperoleh kualifikasi B. Ketegasan dalam karangan siswa pada siklus I ini ditunjukkan dengan adanya (1) perincian suatu hal misalnya perbedaan maupun persamaan dari jenis tokek, (2) penjelasan mengenai suatu proses misalnya proses pembuatan obat dengan bahan tokek atau cara menangkap tokek. (3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca sudah bisa dikatakan baik. Hal ini ditandai dengan ada 32 siswa (94,12%) mampu menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam karangannya. Ada 1 siswa yang mampu memperoleh kualifikasi A karena ia mampu menulis karangan eksposisi tanpa ada kesalahan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca. Selanjutnya, ada 31 siswa yang memperoleh kualifikasi B. Ada 2 siswa yang memperoleh kualifikasi C karena dalam karangannya masih terdapat banyak kesalahan sehingga terkadang mengganggu pemahaman. Siswa yang memperoleh kualifikasi A untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada siklus I ini yaitu S21. Sedangkan 2 siswa yang memperoleh kualifikasi C yaitu S1 dan S37. 4.2.3 Refleksi Siklus I

Selama pembelajaran berlangsung, siswa sudah dinilai aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ibu Wiwik, selaku guru Bahasa Indonesia yang mengatakan bahwa siswa telah berani ikut serta dalam pembelajaran dengan bertanya maupun merespon pertanyaan, apalagi ketika membahas mengenai isi teks berita dan asas menulis efektif. Akan tetapi, untuk guru peneliti belum menjelaskan secara mendalam mengenai aspek keterpautan, kepaduan, dan ketegasan yang ketiganya merupakan syarat dari teknik menulis pemaparan yang baik (Gie, 2002:62-63). Untuk itu, perlu adanya penjelasan mengenai ketiga asas tersebut terutama mengenai piranti kohesi dalam 81 pembelajaran siklus II nanti. Penjelasan mengenai ketiga asas tersebut dilakukan pada fase pramenulis dan fase menulis sebelum draf akhir. 4.2.4 Identifikasi Masalah Siklus I Setelah siklus I berakhir, peneliti dan guru bahasa Indonesia kelas X.2 SMA TDZ menganalisis proses dan hasil tindakan yang diperoleh. Jika dilihat dari pencapaian skor pada siklus I ini, maka pembelajaran pada siklus I sudah bisa dikatakan berhasil karena 27 siswa (79,41%) telah berhasil mencapai nilai di atas nilai standar minimal. Akan tetapi, ada 7 siswa yang memperoleh nilai di bawah 70. Dengan demikian, perlu adanya upaya perbaikan supaya semua siswa kelas X.2 mampu memperoleh nilai di atas 70. Kegiatan analisis dilakukan untuk menemukan masalah yang dihadapi pada siklus I. Permasalahan-permasalahan yang ada dijadikan acuan bagi guru dan peneliti untuk merencanakan pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus II. Rencana pembelajaran

siklus II merupakan perbaikan dari permasalahan yang ada pada siklus I. Berikut hasil analisis dari perolehan nilai hasil belajar. (1) Pada siklus I, ada siswa masih belum memperhatikan perumusan judul untuk karangan sehingga ada judul yang menggunakan bahasa tidak baku. (2) Pada siklus I, siswa belum memperhatikan subaspek kesatupaduan dan keterpautan. (3) Pada siklus I, masih ada paragraf yang terdiri dari satu kalimat. (4) Pada siklus I ada beberapa siswa masih mengulang kata, kalimat, atau gagasan yang pernah ditulis. (5) Pada siklus I ada beberapa siswa masih salah dalam menggunakan tanda baca dan ejaan.

4.3 Siklus II 4.3.1 Proses Tindakan Siklus II 4.3.1.1 Rencana Tindakan Siklus II Kegiatan penelitian siklus II dimulai dengan merencanakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Peneliti menyusun RPP menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan media teks berita untuk siklus II berdasarkan refleksi dan identifikasi masalah hasil tindakan pada siklus I. Dari hasil refleksi dan hasil belajar siswa, kesulitan siswa dalam menulis karangan eksposisi yaitu ketika mengembangkan tulisan dalam kalimat-kalimat. Ada siswa yang belum mampu menciptakan kekoherensian dan kekohesifan dalam karangan eksposisinya. Untuk itu, pada siklus II ini akan lebih ditekankan pada bagaimana menyusun kalimat-kalimat dalam karangan dan bagaimana penggunaan piranti kohesi yang tepat. Untuk itu, pada pembelajaran siklus II ini siswa akan membuat draf awal untuk disunting dan direvisi.

Sesuai dengan judul penelitian, pada siklus II ini juga menggunakan media teks berita dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Untuk itu, teks berita yang dipilih adalah teks berita yang berjudul Cegah Global Warming, Marisa Tolak Pakai Hairspray. Guru dan peneliti memilih bacaan ini karena (1) topik global warming masih relevan untuk dibahas, dan (2) sesuai masukan dari siswa bahwa teks berita yang dijadikan media adalah teks berita tentang global warming. Pada siklus II ini, alokasi waktu pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media berita (lihat RPP siklus II) yaitu 5 x 45 menit (tiga kali pertemuan). Berbeda dengan siklus I, pada siklus II ini tidak dibentuk kelompok. Hal ini supaya siswa mempunyai usaha sendiri dalam mencari sumber bahan sehingga informasi yang diperoleh akan bervariasi. Kerjasama antarsiswa dilakukan ketika proses revisi dan penyuntingan pada draf awal. 4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Pertemuan I (Fase Pramenulis) Pertemuan I pada siklus II ini dilaksanakan pada Sabtu, 17 Mei 2008. Alokasi waktu untuk pertemuan I ini yaitu 2 x 45 menit. Pada kegiatan pendahuluan, siswa diajak untuk mengingat kembali mengenai materi menulis karangan eksposisi. Berikut penjelasan jalannya pembelajaran menulis karangan eksposisi pada pertemuan I siklus II.
GP : Anak-anak, apa yang dimaksud dengan tulisan eksposisi? S : Tulisan eksposisi merupakan tulisan paparan GP : Ada yang lain? S : Tulisan eksposisi adalah tulisan yang memaparkan sesuatu dengan tujuan untuk memberikan informasi GP : Ada yang lain

S : Tulisan eksposisi itu tulisan yang dibuat supaya pembaca mengetahui informasi yang dipaparkan tanpa maksud untuk mempengaruhi, hanya memaparkan saja. GP : Lalu bagaimana dengan informasi yang dipaparkan dalam sebuah tulisan eksposisi? S : Tulisan eksposisi itu memaparkan informasi dengan jelas, memadai, dan netral. GP : Bagus, sepertinya penjelasan dari saya kemarin tidak hanya lewat saja tetapi juga dipahami oleh kalian. Jadi, bagaimana kesimpulannya mengenai pengertian tulisan/karangan ekspposisi? Ayo siapa yang bisa? Coba kalian rumuskan pengertian dari pendapat keempat teman kalian! S : Tulisan eksposisi itu merupakan tulisan yang memaparkan sesuatu untuk memberikan informasi kepada pembaca secara jelas, memadai dan netral. G : Memang benar, tulisan eksposisi itu yaitu tulisan yang dibuat untuk menjelaskan, memaparkan sesuatu objek secara jelas, memadai, dan netral kepada pembaca supaya pembaca memperoleh informasi.

Selanjutnya, guru peneliti bertanya kembali kepada siswa mengenai asas menulis karangan eksposisi dan tekniknya. Untuk pertanyaan kali ini, ada empat siswa yang mempunyai kemauan untuk menjawab. Akhirnya, dipilihlah satu siswa untuk menjawab. Siswa yang ditunjuk lalu menjawab dengan menyebutkan keenam asas menulis efektif. Setelah itu guru peneliti menjelaskan persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi dengan menggunakan transparansi. Sedangkan untuk materi koherensi dan kohesi, guru peneliti mempersilahkan siswa untuk membaca materi yang telah diberikan guru peneliti kepada siswa sehari sebelumnya karena sebagian besar siswa belum membaca materi yang telah diberikan oleh guru peneliti. Waktu yang diberikan kepada siswa untuk membaca materi kohesi dan koherensi yaitu 10 menit. Setelah 10 menit telah berlalu, selanjutnya guru peneliti menyajikan materi persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi. Berikut materi Persyaratan dan Teknik Penulisan Karangan Eksposisi.

Enno Klamer (dalam Gie, 2002:62) menyatakan bahwa dalam semua tulisan paparan yang efektif hendaknya seseorang memakai rincian detail yang jelas, tajam, dan tertentu serta menyusun setiap alinea berdasarkan satu ide pokok. Dalam kepustakaan karang-mengarang, pada umumnya, terdapat tiga serangkai asas tatanan untuk menyusun karangan pemaparan yang baik, yaitu kesatupaduan, pertautan, dan penegasan. Asas kesatupaduan (kekoherensian) menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi harus merupakan satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap unsur karangan itu harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama karangan yang bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:62) mengatakan bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui: 1. menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan 2. membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak bertalian 3. mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak memaparkan secara berlebihan. Asas pertautan (kekohesifan) menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan harus melekat satu sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus mengalir secara lancar dari satu alinea ke alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang lain sehingga merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk mencapai pertautan menurut Joseph D. Gallo dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan: 1. kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau kesimpulan. 2. pengulangan kata 3. pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat 4. urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau sebab-akibat. Asas penegasan menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu tulisan eksposisi harus memperoleh penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau pentingnya. Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Menurut Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:63), penegasan terhadap suatu unsur dalap dilakukan dengan cara: 1. pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan 2. penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir 3. penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas dibandingkan dengan bagian-bagian selebihnya yang kurang penting

4. penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan 5. penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang. Setelah guru peneliti menjelaskan persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi, kemudian guru peneliti mengingatkan kembali kekurangan-kekurangan pada karangan yang dibuat oleh siswa. Hal ini bertujuan supaya siswa tidak melakukan banyak kesalahan atau bahkan tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah dibuat pada karangannya ketika siklus I. Setelah siswa memahami persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi, serta koherensi dan kohesi sebuah tulisan, selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan inti ini merupakan fase pramenulis. Setiap siswa diberi lembar tugas. Dalam lembar tugas tersebut terdapat teks berita dan langkah-langkah mengerjakan. Berikut lembar tugas pada siklus II ini.

1. Bacalah teks berita Cegah Global Warming, Marisa Tolak Pakai Hairspraydi bawah ini dengan seksama! 2. Apa topik utama dari bacaan di atas? 3. Hal apa saja yang diangkat dalam bacaan di atas yang berkaitan dengan topik utama? 4. Datalah topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan eksposisi! 5. Buatlah kerangka tulisan berdasarkan topik yang kamu pilih! 6. Carilah bahan atau informasi untuk mengembangkan kerangka karanganmu kamu! 7. Kembangkan kerangka karanganmu dengan bahan yang telah kamu peroleh sehingga menjadi wacana eksposisi dengan memperhatikan persyaratan dan teknik menulis eksposisi ke dalam minimal tiga paragraf. (Draf awal) 8. Bekerjasamalah dengan teman sebangkumu untuk merevisi dan menyunting kembali karangan eksposisi dengan teman sebangku! Jangan lupa, berikan judul pada tulisanmu! 9. Kumpulkan karangan kalian! (Draf akhir)

Setelah membaca lembar tugas, guru mengajak siswa untuk mendata topik-topik yang berkaitan dengan topik utama yaitu Global Warming dan Pencegahannya yang dapat

dikembangkan menjadi karangan eksposisi. Topik-topik yang dikemukakan oleh siswa yaitu sebagai berikut.
1) Penyebab Global Warming 2) Kerugian akibat Global warming 3) Bahan Perusak Ozon 4) Cara Mencegah Global Warming 5) Proses Mendaur Ulang Bahan dari Plastik, Kaleng, dan Sterofom.

Topik-topik yang telah dikemukakan oleh siswa tersebut dijabarkan lagi ke dalam gagasangagasan. Hal ini bertujuan (1) sebagai langkah awal untuk menyusun kerangka tulisan dan (2) sebagai upaya perbaikan dari siklus I supaya siswa mampu menulis karangan eksposisi yang baik dengan kekoherensian dan kekohesian. Untuk itu, kerangka karangan yang dibuat siswa berupa gagasan utama pada setiap paragraf atau dengan membuat pertanyan untuk setiap paragraf. Guru juga menekankan kepada siswa bahwa karangan eksposisi yang dibuat minimal tiga paragraf. b. Pertemuan II (Fase Menulis) Pertemuan II pada siklus II ini dilaksanakan pada Sabtu, 24 Mei 2008. Alokasi waktu untuk pertemuan I ini yaitu 2 x 45 menit. Pada pertemuan II siklus II ini merupakan fase menulis. Fase menulis diawali dengan mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat menjadi karangan eksposisi yang logis dan sistematis. Pada fase menulis ini juga terdapat kegiatan menyunting dan merevisi draf awal karangan eksposisi yang telah dibuat. Untuk itu, pada pertemuan II siklus II ini guru juga memberikan penjelasan mengenai rubrik penilaian karangan eksposisi. Waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat yaitu 45 menit, tetapi karena banyak siswa yang belum selesai, maka waktu menulis

ditambah selama 15 menit. Jadi, total waktu yang dibutuhkan untuk menulis kurang lebih selama 60 menit. Selama proses menulis, peneliti berkeliling untuk membantu siswa yang masih mengalami kesulitan. Pada siklus II ini, masalah siswa dalam menulis karangan eskposisi misalnya masalah ejaan dan tanda baca. Setelah siswa menyelesaikan tulisannya, guru peneliti meminta kepada siswa untuk saling menukarkan karangannya kepada teman sebangku. Selanjutnya guru peneliti menjelaskan rubrik penilaian karangan eksposisi. Hal ini dilakukan supaya siswa lebih memahami dan memperhatikan lagi hal-hal penting dalam menulis eksposisi sehingga siswa mampu merevisi dan menyunting karangannya sehingga siswa menghasilkan karangan (draf akhir) yang lebih bagus, baik dilihat dari aspek pembuatan judul, pengembangan paragraf, maupun dalam penggunaan ejaan dan tanda baca. Berikut tabel revisi dan penyuntingan antarteman.

Tabel 4.9 Tabel Revisi dan Penyuntingan Draf Awal Karangan Eksposisi Siklus II Bacalah karangan eksposisi teman kalian, lalu tuliskan komentarmu (sangat baik, baik, cukup, dan kurang) di lembar yang telah disediakan sesuai dengan rubrik di bawah ini! Berikan masukan dan alasan yang logis!
Aspek Judul Pengembangan paragraf Subaspek Komentar

Kesesuaian judul dengan isi Pemaparan Informasi Keterpautan (kekohesifan) Kekoherensian Ketegasan

Ejaan dan tanda baca

Penggunaan EYD dan tanda baca

Untuk penjelasan mengenai tabel 4.9 tersebut, guru peneliti menjelaskan dengan transparansi, sedangkan siswa memperhatikan penjelasan guru peneliti. Hal ini dilakukan supaya penyampaian informasinya lebih maksimal jika dibandingkan dengan siswa membaca petunjuk rubrik penilaian secara individu. Alasan lain mengapa guru peneliti lebih memilih menjelaskan rubrik penilaian ini secara langsung karena: (1) siswa sebelumnya belum melakukan penilaian dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dan (2) sebagai pendalaman materi menulis karangan eksposisi. Penjelasan mengenai tabel 4.9 memerlukan waktu 10 menit. Setelah guru peneliti menjelaskan rubrik penilaian dan siswa memahami bagaimana cara merevisi dan menyunting, maka guru menugasi siswa untuk merevisi dan menyunting karangan eksposisi antarteman dan memberi komentar pada tabel yang telah disediakan. Waktu yang diperlukan siswa untuk merevisi dan menyunting, serta memberi komentar kepada karangan temannya yaitu selama kurang lebih 20 menit (sisa waktu yang ada). Setelah itu, karangan dikumpulkan kepada peneliti. c. Pertemuan III (Fase Menulis dan Fase Pascamenulis) Pertemuan III dilakukan pada 27 Mei 2008 selama 1 x 45 menit. Selanjutnya pada pertemuan III siklus II ini, siswa membuat draf akhir untuk karangan eksposisi berdasarkan masukan-masukan dari teman sebangku. Waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan karangan eksposisinya yaitu kurang lebih 30 menit. Setelah itu, masuk ke fase pascamenulis. Fase pascamenulis ini merupakan fase akhir dari siklus II. Jika dalam siklus I, kegiatan dalam fase pascamenulis yaitu dengan membuat mading kelas yang berisi karangan eksposisi, maka fase pascamenulis pada siklus II ini akan dibuat portofolio. 4.3.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus II

Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan siswa pada siklus II ternyata diketahui ada 34 siswa (100%) telah berhasil menulis karangan eksposisi dengan logis dan sistematis. Hal ini ditandai dengan nilai yang diperoleh siswa dalam menulis karangan eksposisi. Semua siswa (34 siswa) memperoleh nilai di atas 70. Rata-rata kelas pun mengalami peningkatan pada siklus II ini. Rata-rata kelas dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II yaitu 83,21%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kelas dalam menulis karangan eksposisi termasuk kualifikasi B (baik). Tabel 4.10 ini merupakan tabel hasil penilaian kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siklus II. Aspek yang dinilai pun sama seperti pada siklus I.

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II No
Nama

Nilai (%)

Kualifikasi

Taraf Keberhasilan Berhasil

S1

4 4 3 4 3 3 21 87,5

1.

S2

4 3 3 4 3 4 21 87,5

Berhasil

2.

S3

3 2 4 4 3 3 19 79,2

Berhasil

3.

S4

4.

S5

4 3 3 3 3 3 19 79,2

Berhasil

5.

S6

4 3 3 4 4 3 21 87,5

Berhasil

6.

S7

3 3 4 3 4 3 21 87,5

Berhasil

7.

S8

3 2 3 3 3 3 17 70,8

Berhasil

8.

S9

9.

S10

4 4 4 3 4 4 23 95,8

Berhasil

10.

S11

4 3 3 4 3 4 21 87,5

Berhasil

11.

S12

3 3 3 4 3 4 20 83,3

Berhasil

12.

S13

3 3 3 3 3 4 19 79,2

Berhasil

13.

S14

4 2 3 3 3 4 19 79,2

Berhasil

14.

S15

2 3 3 3 3 4 18 75

Berhasil

15.

S16

4 2 3 3 3 4 19 79,2

Berhasil

16.

S17

17.

S18

4 3 3 2 3 3 18 75

Berhasil

18.

S19

2 3 3 4 3 3 18 75

Berhasil

19.

S20

4 3 4 3 3 4 21 87,5

Berhasil

20.

S21

4 4 4 4 4 4 24 100

Berhasil

21.

S22

22.

S23

4 3 4 4 4 4 23 95,8

Berhasil

23.

S24

2 3 3 4 3 3 18 75

Berhasil

24.

S25

4 3 3 4 3 3 20 83,3

Berhasil

25.

S26

4 4 3 3 4 3 21 87,5

Berhasil

26.

S27

3 3 4 3 3 4 21 87,5

Berhasil

27.

S28

4 3 3 3 4 3 20 83,3

Berhasil

28.

S29

4 4 3 3 4 3 21 87,5

Berhasil

29.

S30

3 3 4 3 3 4 20 83,3

Berhasil

30.

S31 3

20 83,3

Berhasil

31.

S32

32.

S33 4

20 83,3

Berhasil

33.

S34

34.

S35 3

19 79,2

Berhasil

35.

S36 4 3

19 79,2

Berhasil

36.

S37 4

20 83,3

Berhasil

37.

S38 3

20 83,3

Berhasil

38.

S39 4

21 87,5 A Berhasil

39.

S40 2

17 70,8

Berhasil

40.

Jum-lah Rata-rata

118

106

111

113

90

114

2829

83,21

Selanjutnya dari tabel 4.10 di atas, dapat diketahui tingkat keberhasilan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.
Tabel 4.11 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II
No Tingkat Keberhasilan Jumlah Siswa Persentase

1 2 3 4

A (sangat baik) B (baik) C (cukup) D (kurang)

13 21 -

38,24 61,76 -

Dari tabel 4.11 di atas dapat ditarik simpulan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi setelah menggunakan media teks berita mengalami peningkatan yang ditandai dengan 34 siswa telah berhasil memperoleh skor di atas 70%. Ada 13 siswa (38,24%) memperoleh kualifikasi A dan ada 21 siswa (61,76%) memperoleh kualifikasi B. Dari tabel 4.11 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap hal berdasarkan rubrik penilaian pada siklus II. Tabel 4.12 di bawah ini merupakan tabel kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada siklus II. 91
Tabel 4.12 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus II No Aspek Penilaian A (Sangat Jumlah Siswa B C D

(Baik) (Cukup) (Kurang)

Baik) Perumusan judul 20 10 4 -

1.

Pemaparan

22

2. Informasi

Kesatupaduan

25

3.

Keterpautan

12

21

4.

Ketegasan

25

5.

Ejaan dan tanda

15

18

6. baca

Dari tabel 4.12 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek penilaian untuk pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian untuk Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II No Aspek Penilaian Berhasil Tidak Berhasil Jumlah Siswa Perumusan judul 30 88,24 (%) Jumlah Siswa 4 11,76 (%)

1.

Pemaparan

30

88,24

11,76

2. Informasi

Kesatupaduan

34

100

3.

Keterpautan

33

97,06

2,94

4.

Ketegasan

34

100

5.

Ejaan dan tanda

34

100

6. baca

Dari tabel 4.12 dan tabel 4.13, ada tiga hal di mana ada siswa yang masih memperoleh kualifikasi C. Ketiga hal tersebut yaitu (1) aspek perumusan judul, (2) subaspek pemaparan informasi, dan (3) subaspek keterpautan. Taraf penguasaan siswa untuk setiap aspek dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II diuraikan sebagai berikut. (1) Aspek Perumusan Judul Untuk aspek perumusan judul, ada 30 siswa (88,24%) telah mampu merumuskan judul dengan tepat. Ada 20 siswa memperoleh kualifikasi A dan 10 siswa memperoleh kualifikasi B. Sedangkan 4 siswa lainnya (11,76%) belum mampu merumuskan judul dengan tepat. Keempat siswa tersebut memperoleh kualifikasi C. Keempat siswa yang memperoleh kualifikasi C pada aspek perumusan judul yaitu S15, S19, S24, dan S40. Kutipan 16 di bawah ini merupakan contoh judul yang tepat.

Kutipan 16 Apa Penyebab Global Warming? (judul S5) Sumber-sumber Penyebab Pemanasan Global (judul S11) Efek Umpan Balik pada Pemanasan Global (judul S37)

(2) Aspek Pengembangan Paragraf (a) Subaspek Pemaparan Informasi Untuk subaspek pemaparan informasi, ada 30 siswa (88,24%) telah mampu memaparkan informasi secara jelas, memadai, dan netral. Ada 8 siswa memperoleh kualifikasi A dan 22 siswa memperoleh kualifikasi B. Ada 4 siswa (11,76%) belum mampu memaparkan informasi secara

jelas, memadai, dan netral. Keempat siswa tersebut memperoleh kualifikasi C. Keempat siswa yang memperoleh kualifikasi C pada subaspek informasi yaitu S3, S8, S14, dan S16. (b) Subaspek Kesatupaduan Untuk subaspek kesatupaduan, semua siswa telah mampu menulis karangan eksposisi dengan kesatupaduan yang sudah bagus. Hal ini ditandai dengan tidak ada siswa yang memperoleh kualifikasi C maupun D untuk subaspek kesatupaduan. Untuk subaspek kesatupaduan ini ada 9 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa yang memperoleh kualifikasi B. (c) Subaspek Keterpautan Untuk subaspek keterpautan, ada 33 siswa (97,06%) yang mampu menulis karangan eksposisi dengan keterpautan yang bagus. Ada 1 siswa masih belum mampu pada subaspek keterpautan. Seorang siswa tersebut yaitu S18. S18 memperoleh kualifikasi C. (d) Subaspek Ketegasan Untuk subaspek ketegasan, semua siswa telah mampu menulis karangan eksposisi dengan ketegasan. Hal ini ditandai dengan tidak ada siswa yang memperoleh kualifikasi C maupun D untuk subaspek ketegasan. Untuk subaspek ketegasan ini ada 9 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa yang memperoleh kualifikasi B. (3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca, tidak ada siswa yang memperoleh kualifikasi C maupun D pada siklus II ini. Pada siklus II ini untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca ada 15 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 18 siswa yang memperoleh kualifikasi B. Kutipan 17 ini merupakan karangan siswa yang sempurna. Karangan pada kutipan 17 ini merupkan karangan milik S21. S21 memperoleh nilai 100 dengan kualifikasi A pada siklus II ini.

Kutipan 17 Di Balik Global Warming Perilaku dan pola hidup manusia saat ini banyak mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca (green house effect), yaitu proses diterimanya energi panas matahari oleh permukaan bumi lebih banyak dibandingkan dengan energi dari permukaan bumi yang dilepaskan ke angkasa. Fenomena 94 tersebut menyebabkan suhu di permukaan bumi selalu meningkat. Efek rumah kaca terjadi karena adanya pencemaran udara di atmosfer, antara lain oleh gas karbondioksida (CO2) dan clorofluorcarbon (CFC). Karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang paling penting karena kelimpahannya di atmosfer paling banyak. Gas ini berasal dari pembakaran berbagai jenis bahan bakar fosil dan pembakaran hutan di berbagai tempat dalam skala besar. Semakin banyak intesitasnya, peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer tak terelakkan. Pemakaian CFC terutama CFC -11 dan CFC-12 telah memberikan kontribusi besar dalam pemanasan global karena dapat merusak lapisan ozon. Gas Klorin merupakan gas yang tidak reaktif sehingga saat gas ini mencapai atmosfer di bagian paling atas dan berinteraksi dengan radiasi UV dan membentuk atom. Klorin. Contoh penggunaan CFC antara lain dalam hairspray, AC, dan freon pada kulkas yang marak digunakan. Efek rumah kaca sebenarnya berfungsi untuk menjaga suhu permukaan bumi yang ratarata sekitar 15 C. Tanpa CO2 dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi diperkiraan menjadi sekitar -25 C. Jadi, nyata sekali bahwa efek rumah kaca sangat penting dalam menentukan kehidupan di bumi. Akan tetapi, peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca yang sangat besar dapat menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga

dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian. Peningkatan inilah yang disebut pemanasan global. (tulisan S21)

Judul sudah sesuai dengan isi dan tujuan menulis karangan eksposisi. Informasi yang dipaparkan oleh S21 sudah memadai dan netral. Koherensi dan kohesi juga sudah bagus karena gagasangagasannya sesuai dengan gagasan utama. Sedangkan untuk ketegasan, S21 pun telah memberikan rincian mengenai efek rumah kaca dan gas-gas yang menyebabkan pemanasan global. 4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Berita

Seperti rumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Untuk mengetahui ada peningkatan atau tidak ada peningkatan, maka perlu dilihat hasil belajar dari pretes, siklus I, hingga siklus II. Tabel 4.14 di bawah ini merupakan tabel hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi.

Tabel 4.14 Perbandingan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Hasil Evaluasi Persentase (%) Pretes Siklus I Rata-rata Kemampuan Siswa dalam Satu Kelas Pencapaian Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Satu Kelas Siklus II

66,06
41,18%

78,56
79,41%

83,21
100%

Jika dilihat dari tabel 4.14, maka dapat dilihat peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan penggunaan media teks berita. Pada pretes, rata-rata kelas hanya 66,06%, sedangkan pada postes siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 78,56%. Bahkan setelah dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II, rata-rata kelas meningkat menjadi 83,21% di mana semua siswa memperoleh nilai di atas 70%. Peningkatan setiap aspek maupun subaspek pada siklus I dan siklus II juga dapat dilihat dari nilai tiap aspek/subaspek dengan rumus dibawah ini. Jumlah skor tiap aspek atau subaspek 136 4.4.1. Peningkatan Tiap Aspek/Subaspek pada Siklus I

Peningkatan untuk setiap aspek maupun subaspek dari pretes ke siklus I dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini.
Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi Siswa dari Pretes ke Siklus I No. Aspek/Subaspek Penilaian Pretes (%) Postes Siklus I (%) Perumusan judul 56,62 85,29 Naik 28,67 Peningkatan (%)

1.

Pemaparan Informasi

53,68

83,09

Naik 29,41

2.

Kesatupaduan

72,79

75,74

Naik 2,95

3.

Keterpautan

74,26

74,26

Tetap

4.

Ketegasan

66,18

80,15

Naik 13,97

5.

Ejaan dan tanda baca

80,15

74,26

Turun 5,89

6.

X 100% 96 Dari tabel 4.15 di atas dapat diketahui seberapa besar peningkatan untuk tiap aspek maupun subaspek penilaian dari pretes ke postes siklus I. Untuk aspek perumusan judul, subaspek pemaparan informasi, dan subaspek ketegasan mengalami peningkatan. Sedangkan untuk subaspek keterpautan tetap, Kemudian untuk aspek ejaan dan tanda baca mengalami penurunan sebesar 5,89%. 4.4.2. Peningkatan Tiap Aspek/Subaspek pada Siklus II

Peningkatan untuk setiap aspek maupun subaspek dari postes siklus I ke postes siklus II dapat dilihat pada tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa pada Postes Siklus I ke Postes Siklus II No. Aspek/Subaspek Penilaian Postes Siklus I (%) Perumusan judul 85,29 Postes Siklus II (%) 86,76 Naik 1,47 Peningkatan (%)

1.

Pemaparan Informasi

83,09

77,94

Turun 5,15

2.

Kesatupaduan

75,74

81,62

Naik 5,88

3.

Keterpautan

74,26

83,09

Naik 8,83

4.

Ketegasan

80,15

81,62

Naik 1,47

5.

Ejaan dan tanda baca

74,26

83,82

Naik 9,56

6.

Dari tabel 4.16 di atas dapat diketahui peningkatan untuk tiap aspek maupun subaspek penilaian dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II ini, hanya subaspek pemaparan informasi saja yang mengalami penurunan sebesar 5,15, tetapi masih dengan kualifikasi B (baik).

BAB V PEMBAHASAN Pada Bab V ini akan disajikan pembahasan hasil penelitian peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan penggunaan media teks berita. Hasil penelitian yang disajikan berupa temuan hasil penelitian tentang hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini telah dilaksanakan proses menulis karangan eksposisi dari fase pramenulis hingga fase pascamenulis. Pada fase pramenulis, siswa diarahkan untuk mengungkapkan pengetahuan mereka mengenai karangan eksposisi. Selanjutnya, siswa ditugaskan untuk membaca teks berita. Hal ini bertujuan supaya siswa memperoleh informasi tambahan yang nantinya dapat digunakan sebagai media untuk memperoleh ide. Hal ini sejalan dengan pendapat Cleary dan Linn (dalam Rahaor, 2006:34) bahwa temuan yang paling mengejutkan dari penelitian mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca luas yang baik dengan menulis yang baik. Untuk itu, agar siswa mampu menulis karangan eksposisi dengan baik maka siswa perlu membaca sebuah informasi. Salah satu sumber informasi yaitu dari koran, bahkan dari internet. Pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi ini berdasarkan urutan yang telah direncanakan di awal pada setiap siklus. Pada masing-masing siklus, yaitu siklus I dan siklus II terdapat beberapa tahapan, mulai dari perencanaan hingga refleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat. Arikunto(2007:16) bahwa secara garis besar, PTK dibagi ke dalam empat tahap yang meliputi tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Kemampuan menulis karangan eksposisi pada fase penulisan merupakan kegiatan lanjutan yang berkaitan erat dengan kegiatan prapenulisan. Pada fase menulis ini, siswa

mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat pada fase pramenulis. Kegiatan menulis karangan eksposisi terdiri atas aspek pembuatan judul, pengembangan paragraf dan aspek tata bahasa. Untuk aspek pengembangan paragraf ini, terdapat subaspek yang terdiri dari pemaparan informasi, kesatupaduan, keterpautan, dan ketegasan (Gie, 2002:62-63). Bahasan hasil temuan penelitian ini tentang (1) hasil belajar sebelum tindakan (pretes), (2) hasil belajar tindakan siklus I, dan (3) hasil belajar tindakan siklus II. Kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi sebelum tindakan hasilnya dinilai rendah. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata yang hanya 66,06% (kualifikasi C) yang terdiri dari 2 siswa memperoleh kualifikasi A, 12 siswa memperoleh kualifikasi B, 18 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 2 siswa memperoleh kualifikasi D. Sedangkan pada siklus I, kemampuan kelas mengalami peningkatan dalam menulis eksposisi. Hal ini terbukti dengan naiknya nilai rata-rata menjadi 78,56% yang terdiri dari 7 siswa memperoleh kualifikasi A, 20 siswa memperoleh kualifikasi B, dan 7 siswa memperoleh kualifikasi C. Kemudian untuk siklus II, rata-rata menjadi 83,21% yang terdiri dari 13 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B. Dengan demikian, pencapaian tingkat keberhasilan siswa dalam satu kelas yaitu 100% berhasil. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai peningkatan setiap aspek penilaian.

5.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Judul Judul merupakan unsur yang penting dalam sebuah karangan. Tidak semua siswa mampu merumuskan judul dengan tepat dan sesuai dengan isi. Pada pretes, hanya ada 8 siswa memperoleh kualifikasi A, 8 siswa memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 15 siswa memperoleh kualifikasi D. Setelah diberikan tindakan dengan penggunaan media teks berita dalam menulis karangan eksposisi, maka pada siklus I terdapat peningkatan

kemampuan siswa dalam merumuskan judul. Hal ini terbukti dengan adanya 19 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 11 siswa yang memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C, dan hanya ada 1 siswa yang memperoleh kualifikasi D. Jika dilihat dari jumlah siswa yang berhasil dalam merumuskan judul (siswa yang mendapat kualifikasi A dan B), maka ada peningkatan jumlah siswa yang mampu merumuskan judul pada karangan eksposisi. Jika pada pretes hanya ada 16 siswa yang mampu merumuskan judul, maka pada siklus I jumlah siswa yang mampu merumuskan judul ada 30 siswa. Untuk aspek merumuskan judul pada siklus II yaitu ada 20 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 10 siswa memperoleh kualifikasi B, dan 4 siswa memperoleh kualifikasi C. Jika dibandingkan dengan siklus I, jumlah siswa yang mampu merumuskan judul pada siklus II ini tetap. Namun terdapat peningkatan jka dibandingkan siklus I. Jika pada siklus I masih ada siswa yang memperoleh kualifikasi D, sedangkan pada siklus II sudah tidak ada siswa yang memperoleh kualifikasi D. Kemampuan siswa dalam merumuskan judul untuk satu kelas ketika pretes yaitu 56,62% dengan kualifikasi C. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek perumusan judul pada siklus I yaitu 85,29% dengan kualifikasi A. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek perumusan judul pada siklus II yaitu 86,76% dengan kualifikasi A. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 28,67% pada siklus I untuk aspek perumusan judul dan peningkatan sebesar 1,47% pada siklus II untuk aspek perumusan judul. 5.2 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Pengembangan Paragraf

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa untuk aspek pengembangan paragraf ini terdapat empat subaspek yang dinilai. Keempat subaspek yang dinilai tersebut yaitu (1) pemaparan, (2) kesatupaduan, (3) keterpautan, dan (4) ketegasan. Keempat hal tersebut sesuai dengan pengertian dan teknik penulisan karangan paparan. Berikut penjelasan dari setiap subaspek pengembangan paragraf. (1) Subaspek Pemaparan Informasi Maurice Garland Fulton (dalam Gie,2002:62) mengatakan bahwa tulisan paparan adalah bentuk tulisan yang dengannya orang melakukan pembeberan yang jelas, memadai dan netral tentang suatu hal yang termasuk dalam bidang pengetahuan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah karangan eksposisi itu menjelaskan sesuatu berdasarkan fakta. Ketika pretes, tidak semua siswa mampu memaparkan informasi atau paparan yang sesuai fakta sehingga informasi yang ada tidak jelas, tidak memadai, dan tidak netral. Pada pretes, ada 15 siswa (44,12%) yang mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan dan ada 19 siswa (55,88%) belum mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan. Kemampuan siswa ketika memaparkan informasi dalam satu kelas pada pretes yaitu 53,68% dengan kualifikasi C. Untuk postes siklus I (setelah menggunakan media teks berita), tidak ada siswa yang memperoleh kualifikasi D. Pada siklus I, ada 33 siswa (97,06%) yang mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan dan ada 1 siswa (2,94%) belum mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan. Kemampuan siswa ketika memaparkan informasi dalam satu kelas pada pretes yaitu 83,09% dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 29,41% dari pretes untuk sub aspek pemaparan informasi.

Selanjutnya, tingkat keberhasilan untuk subaspek pemaparan informasi pada siklus II ini yaitu 30 siswa (88,24%) mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan dan 4 siswa (11,76%) belum mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek pemaparan informasi pada siklus II yaitu 77,94% dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada penurunan sebesar 5,15% dari siklus I. Namun demikian, untuk kualifikasi penilaian tidak ada perubahan karena tetap pada kualifikasi B. (2) Subaspek Kesatupaduan Kesatupaduan pada karangan eksposisi menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi harus merupakan satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap unsur karangan itu harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama karangan yang bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:62) mengatakan bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui: (a) menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan (b) membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak bertalian (c) mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak memaparkan secara berlebihan. Kemampuan siswa dalam subaspek kesatupaduan karangan pun pada pretes (sebelum tindakan) juga dinilai masih kurang. Ada 5 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 21 siswa memperoleh kualifikasi B, dan 8 siswa memperoleh kualifikasi C. Sedangkan pada siklus I, kemampuan siswa untuk subaspek kesatupaduan yaitu 10 siswa memperoleh kualifikasi A, 15 siswa memperoleh kualifikasi B, dan 9 siswa memperoleh kualifikasi C. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada pretes yaitu 72,79% dengan kualifikasi B.

Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada siklus I yaitu 75,74% dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 2,95% untuk subaspek kesatupaduan pada siklus I. Tingkat keberhasilan untuk subaspek kesatupaduan pada siklus I yaitu 73,53%, sedangkan tingkat keberhasilan untuk subaspek kesatupaduan pada siklus II yaitu 100% berhasil. Pada siklus ini, ada 9 orang memperoleh kualifikasi A, dan 25 orang memperoleh kualifikasi B. Dengan hasil yang demikian maka ada peningkatan hasil kemampuan untuk subaspek kesatupaduan pada II. Peningkatan pada subaspek kesatupaduan pada siklus II juga bisa dilihat dari kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan. Jika pada siklus I kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan sebesar 75,74%, maka kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 5,88% menjadi 81,62%.

(3) Subaspek Keterpautan Asas pertautan pada karangan eksposisi menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan harus melekat satu sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus mengalir secara lancar dari satu alinea ke alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang lain sehingga merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk mencapai pertautan menurut Joseph D. Gallo dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan: (a) kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau kesimpulan. (b) pengulangan kata (c) pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat

(d) urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau sebabakibat. Tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesi pada pretes adalah 88,24%dengan 3 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B. Pada postes siklus I, tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesif adalah 85,28% dengan 4 siswa memperoleh kualifikasi A, 25 siswa memperoleh kualifikasi B. Pada postes siklus II, tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesif adalah 97,06% dengan 12 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek keterpautan pada pretes adalah 74,26% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek keterpautan pada siklus I adalah 74,26% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek keterpautan pada siklus II adalah 83,09%. Dengan demikian ada peningkatan untuk subaspek keterpautan setelah tindakan pada siklus II sebesar 8,83%. (4) Subaspek Ketegasan Ketegasan dalam karangan eksposisi menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu tulisan eksposisi harus memperoleh penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau pentingnya. Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:63) mengatakan bahwa penegasan terhadap suatu unsur dapat dilakukan dengan cara: (a) pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan (b) penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir (c) penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas dibandingkan dengan bagian-bagian selebihnya yang kurang penting (d) penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan

(e) penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang. Kemampuan siswa untuk subaspek ketegasan pada pretes termasuk rendah. Hal ini ditandai dengan hasil kemampuan siswa yang masih kurang. Pada pretes, tingkat keberhasilan siswa untuk subaspek ketegasan adalah 55,88% dengan 4 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 15 siswa memperoleh kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk subaspek ketegasan pada postes siklus I adalah 100% dengan 7 siswa memperoleh kualifikasi A dan 27 siswa memperoleh kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk sub aspek ketegasan pada postes siklus II adalah 100% dengan 9 siswa memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa memperoleh kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek ketegasan pada pretes yaitu 66,18% dengan kualifikasi C. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek ketegasan pada siklus I adalah 80,15% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek ketegasan pada siklus II adalah 81,62%. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 13,97% pada siklusI dan peningkatan sebesar 1,47% pada siklus II. 5.3 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Bahasa tulis merupakan salah satu unsur mengarang yang merupakan kendaraan angkut untuk menyampaikan gagasan seseorang kepada pembaca (Gie, 2002:5). Bahasa tulis mencakup sejumlah unsur-unsur bahasa yaitu macam huruf (huruf kecil, huruf besar, sampai huruf miring dalam cetakan), berbagai kata, dan aneka tanda baca (Gie, 2002:39). Segenap unsur bahasa tersebut harus ditulis secara tepat menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku agar gagasan yang

disampaikan dapat dimengerti secara jelas oleh pembaca. Kaidah penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang benar terdapat dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan yang signifikan pada hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi. Peningkatan kemampuan menulis karangan eksposisi dapat dilihat dari kemampuan rata-rata dan kemampuan tiap aspek. Kemampuan rata-rata siswa dalam menulis karangan eksposisi meningkat dari 66,06% menjadi 78,56% pada siklus I dan meningkat sebesar 4,65% menjadi 83,21% pada siklus II. Pencapaian tingkat keberhasilan pun mengalami peningkatan yang signifikan. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus I meningkat dari 41,18% menjadi 79,41% dan meningkat sebesar 20,59% menjadi 100% pada siklus II. Di bawah ini merupakan peningkatan kemampuan menulis karangan eksposisi pada setiap aspek penilaian. (1) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 88,34% pada postes siklus II.

(2) Peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan paragraf yaitu sebagai berikut.

107

(a) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek pemaparan informasi menurun 5,15% tetapi dengan tingkat keberhasilan 88,24% pada postes siklus II. (b) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek kasatupaduan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 5,88% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II. (c) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek keterpautan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 8,83% dengan tingkat keberhasilan 97,06% pada postes siklus II. (d) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek ketegasan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II (3) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 9,56% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II

6.2 Saran Adapun beberapa saran yang bisa peneliti sampaikan sehubungan dengan pembelajaran menulis eksposisi dengan menggunakan media teks berita yang 109

dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Hendaknya guru menggunakan media teks berita dengan topik yang sesuai dengan minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis karangan eksposisi. (2) Alokasi waktu untuk pembelajaran menulis perlu dipertimbangkan mengingat pembelajaran menulis karangan eksposisi merupakan kompetensi dasar yang membutuhkan proses. (3) Sebaiknya siswa juga diajak untuk melakukan penilaian terhadap tugas yang telah dikerjakan sehingga siswa mengetahui dan lebih memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis. Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada pretes adalah 97,06% dengan 8 siswa memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa memperoleh kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes siklus I adalah 94,12% dengan 1 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 31 siswa memperoleh kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes siklus II adalah100% dengan 15 siswa memperoleh kualifikasi A dan 18 siswa memperoleh kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada pretes adalah 80,15% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes siklus I adalah 74,26 dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes siklus II adalah 83,82% dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan kemampuan sebesar 9,56% untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, dkk. 1981. Komposisi Bahasa Indonesia Buku I. Malang: Proyek P3T IKIP Malang. Ahmadi, Mukhsin. 1998. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen P2LPTK. Arifin, Zaenal & Tasai, Amran. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. Suhardjono & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. BSNP. 2006. Standar Isi: Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006. Echols, John & Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi. Harsiati, Titik. 2001. Evaluasi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Komunikatif. Malang: Sastra Indonesia-FS UM. Ibrahim, R & Nana, S.S. 2003. Rencana Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Kurniawan, Kahaerudin. -----. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut. (Online), FBS Universitas Negeri Yogyakarta, (http://www.ialf.edu/%20kipbipa/papers/KaherudinKurniawan.doc, diakses tanggal 27 Desember 2007) Mariani, I.R & Kuncoro, J. 2001. Teknik Mencari dan Menulis Berita. Malang: Pusat Penerbitan UT Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

110 111 Nurchasanah & Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya. Malang: FS UM. Parera. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rahor, Petrus P. 2006. Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi melalu STAD dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Sumbersari II Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Restapaty, Ratna. 2007. Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VII.8 di SMP Negeri 6 Malang Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program S1 Universitas Negeri Malang. Santoso, Anang. 2004. Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif. Makalah disajikan dalam lokakarya Metodelogi Penelitian Kualitatif, Departemen Pendidikan Nasional Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, Malang, 27 29 September 2004. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sukristanto. 2002. Menulis sebagai Sarana Berpikir Kritis Para Siswa. Dalam Sujarwanto(Ed), Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI (halaman 549-558). Yogyakarta: Gama Media. Suyitno, Imam. 1997. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Sumber Belajar, 4(-): 23.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. Wordpress. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Pembelajaran, (Online), Diterbitkan 17 Januari 2008, (http//gurupkn.wordperss.com/2008/01/17/evaluasi pembelajaran, diakses 1 Maret 2008)

You might also like