You are on page 1of 43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (Sel f conept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan hal yang utama yang perlu dipahami karena menyangkut pemahaman, keyakinan serta kepercayaan seseorang tentang dirinya akan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Konsep diri semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui dalam orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuan, interaksi dengan pengalaman dan objek serta keinginannya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya memnyebabkan iya sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang langsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan induvidu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang iya miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung pada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk dilakukan, maka dari itu sengatlah penting untuk seseorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami klien.

B. Tujuan Pembelajaran. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah memahami defenisi konsep diri, mamahami faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, memahami komponen konsep diri, memahami perkembangan konsep diri dan makna konsep diri secara utuh dan kepentingannya bagi anak-anak,remaja,dewasa.

C. Manfaat. Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Mengetahui pengetian konsep diri dan praktis dalam menumbuhkan konsep diri positif bagi anak-anak.

2. Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. 3. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta

lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiritual yang uth dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain. Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri diluspengaruhi oleh pengalaman interpersonal dal kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi

kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stesor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, idea diri, harga diri, identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, mengagali sumber-sumber diri, menetapkan tujuan yang realistik serta bertanggung jawab terhadap tindakan. (Suliswati,dkk,2005) Menurut para ahli : 1. Stuart & Sundeen,1998 Konsep diri merupakan suatu pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain. 2. Sunaryo, 2004 Konsep diri merupakan Cara individu melihat pribadinya secara utuh,menyangkut aspek fisik,emosi, intelektual,sosial dan spritual, termasuk didalamnya persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksinya dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tertentu, serta tujuan, harapan, dan keinginan individu itu sendiri. (Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin,2008)

Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara bertahap, saat bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mempunyai nama sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh-kembang anak. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan dan meniru perilaku orang lain yang diinginkan serta merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau penghargaan yang pantas. Dengan

demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadiaan seseorang. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar bekalang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif bersal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman. Karakter individu dengan konsep diri yang positif 1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman yang gampang besahabat 2. Mampu berfikir dan membuat keputusan 3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang meladaptif. Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stresor, dengan adanya stresor akan menyebabkan ketidakkeseimbangan dalam diri sendiri. Dalam menguasai ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat mambangun ataupun kopik yang bersifat merusak. (Suliswati,dkk,2005)

Respon Rentang Kinsep Diri

Adaptatif

Maldaptif

Aktualisasi Diri

Konsep diri posotif

Harga diri rendah

Kekacauan identitas

Depersonalisasi

GAMBAR . Rentang respon Konsep diri. ( Sumber: Townsend, 1996 ).

Konsep diri mencangkup konsep, keyakinan, dan pendirian yang ada dalam pengetahuan seseorang tentangdirinya sendiri dan yang memengaruhi hubungan individu tersebut dengan orang lain. Konsep diri tidak ada sejak lahir tapi berkembang perlahanlahan sebagai hasil pengalaman unik dengan diri sendiri, dengan orang yang berarti dan dengan sesuatu yang nyata dilingkungan. Bagaimanapun konsep diri bisa atau tidak bisa merefleksikan realita. Pada masa bayi, konsep diri terutama adalah kesadaran tentang eksistensi mandiri seseorang yang dipelajari dimasa lalu sebagai hasil dari kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Proses ini menjadi lebih aktif selama masa toldler ketika anak telah menggali batasan kemampuan mereka dan dampaknya kepada orang lain. Anak usia sekolah lebih menyadari perbedaan diantara orang, lebih sensitif dengan tekanan sosial, dan menjadi lebih sibuk memikirkan masalah kritikan-diri dan evaluasidiri. Selama masalah remaja awal, anak lebih berfokus pada perubah fisik dan emosi yang terjadi dan pada penerimaan teman sebaya. Konsep diri diperjalas selama masa remaja akhir ketika anak muda mengatur konsep diri mereka disekitar nilai, tujuan, dan kompetensi yang didapat selama anak kanak-kanak. (Donna L. Wong, dkk 2009) Adapun teori perkembangan Konsep Diri yaitu secara umum disepakati bahwa konsep diri belum ada sejak lahir tapi berkembang secara bertahap dan juga dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain dan objek disekitarnya. Konsep diri dipelajari dari pengalaman yang unik melalui proses eksplorasi diri sendiri, hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Konsep diri yang berupa totalitas persepsi, penghargaan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendirinya terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang diemban. Konsep diri berkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman dalam keluarga memberikan pengalaman yang positif, individu memeperoleh kemampuan yang berarti serta dapat menemukan aktualisasi diri sehingga individu menyadari potensi yang ada pada dirinya. Pengalaman awal dalam kehidupan keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri

kerenakeluarga dapat kesempatan untuk identifikasi serta penggargaan tentang tujuan, perilaku dan nilai. (Andan,2009)

Adapun Tahap Perkembangan Konsep Diri: Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi kedalam beberapa tahap, yaitu :

1-1 tahun Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Membedakan dirinya dari lingkungan

3-3 tahun Mulai mengatakan apa yang dia sukai dan yang tidak disukai Meningkatkan kemandirian dalam berfikir dan bertindak Menghargai penampilan dan fungsi tubuh Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru, dan bersosialisasi.

3-6 tahun Memiliki inisiatif Mngenali jenis kelamin Meningkatkan kesadaran diri Meningkatkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan perasaan seperti senang, kecewa dan sebagainya. Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga

12-20 tahun Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak lagi dominan Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru Menguatnya identitas nasional Menyadari kekuatan dan kelemahan

20-40 tahun Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain Memiliki perasaan yang stabil positif mengenai diri Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab.

40-60 tahun Dapat menerima perubahan penampilan dan kesehatan fisik Mengevaluasi ulang tujuan hidup Merasa nyaman dengan proses penuaan

Di atas 60 tahun Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya. (A.Aziz Alimul, 2009)

Cara Mengembangkan Konsep Diri Positif Anak. Jika kita memperhatikan rasa cemas, was-was (kwahatir), tak yakin, tubuh gemetar acpkali menjakiti dan menjadi penghambat, ketika anak hendak memulai melakukan sesuatu. Wajah anak pun menunjukan roman tak berdaya dan ketakukan. Padahal, dia belum melakukan apa-apa. Jika anak melakukan sesuatu, suka berhenti ditengah jalan karena rasa tak berdaya anak sedemikian besar sehingga anak mengurungkan niatnya melakukan sesuatu. Gajala-gejala seperti ini tidak hanya sering menghinggapi diri anak, tetapi hampir semua orang yang tidak memiliki percaya diri mengalaminya. Rasa percaya diri ternyata sikap yang paling merugikan dan menunjukkan ketidakcakapan seseorang. Takut salah, taku mengalami kegagalan, takut ditolok dan dada berdebar-debar yang diiringi oleh perasaan tak tenang atau resah sebelum melakukan suatu tindakan, perbuatan, atau kegiatan ternyata telah menyita dan menghabiskan banyak energi sehingga menyebabkan seseorang sering menjadi tidak berhasil, menggurungkan niat melakukan kegiatan atau tidak dapat mengambil suatu keputusann kerena ragu-ragu. (Drs Hendra Surya,2007)

Bahkan, adakalahnya kita dibuat kesal, ketika dia disuruh melakukan sesuatu. Anak malah berusaha keras menghindari atau membangkang melakukan apa yang kita perintahkan tersebut. Anak menghindari melakukan perbuatan yang kita hendaki tersebut dengan berbagai dalih atau kambing hitam. Padahal, semua dalih tersebut untuk menutupi ketakberdayaan dan ketakutan anak untuk melakukan perbuatan yang dibebankan padanya. Kitapun menjadi tertanya-tanya, apa yang salah pada anak? Sebenarnya, gejala tidak percaya diri seperti munculnya ketakutan, keresahan, khawatir, rasa tak yakin yang diiringi dengan dada berdebar-debar kencang dan tubuh gemetar ini bersifat psikis atau lebih mendorong oleh masalah kewiwaan anak dalam merespon ransangan dari luar dirinya. Aktifnya gejala rasa tidak percaya diri anak dapat menekan atau menghambat bekerja/berfungsinya daya nalar anak sehingga anak mengalami kesulitan untuk memusatkan konsentarasi fikiran, melemahkan motivasi dan daya juang anak. Pada akhirnya anak tidak mampu mengaktualisasikan

kemampuannya. Perlu kita ketahui, percaya diri tidak begitu saja melekat pada anak. Kemampuan percaya diri bukan merupakan bawaan lahir atau turunak anak. Terbentuknya kemampuan percaya diri adalah suatu proses belajar bagaimana merespon berbagai ransangan diri luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungannya. Jadi, perlu campur tangan kita untuk mengatasi munculnya gejala tidak percaya diri pada anak. Untuk itulah, kita harus memahami masalah kejiwaan yang menjadi penghambat terbentuknya percaya diri pada anak sehingga kita dapat menentukan tindakan yang tepat untuk membantu menumbuhkan percaya diri pada anak. Mengapa timbul gejala tidak percaya diri pada anak? Munculnya gejala tidak percaya diri pada anak ketika hendak melakukan sesuatu terkait erat dengan persepsi din anak terhadap konsep dirinya sendiri. Bagaimana anak berpikir dan rneniiai dirinya jika dihubungkan dengan apa yang hendak dilakukannya kita. Bagaimana anak mengukur kemungkinan atau kesanggupan anak terhadap kemampuan dirinya dalam menyelesaikan segala sesuatu. TIdak percaya din berarti ungkapan atau pengejawantahan pernyataan ketidakmarnpuan anak untuk melaksanakan atau mengerjakan sesuatu. Anak berpikir dan menilal negatif dininya sendini sehingga timbul perasaan udak menyenangkan dan dorongan/kecenderungan untuk segera menghindari atas apa yang hendak dilakukannya itu. Konsep diri adalah garnbaran, cara pandang,

keyakinan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dininya sendini, meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup dan penampilan diri. Konsep drii ini sangat dipengaruhi oleh gabungan keyakinan karakeristik fisik, psikologis, sosial, aspirasi, prestasi dan bobot emosional yang menyertainya. Melalui konsep diri ini orang bercermin untuk melakukan proses menilai, mengukur atau menakar atas apa yang dimilikinya. (Drs Hendra Surya,2007) Konsep diri inilah yang menentukan perasaan anak dalarn merespon segala rangsangan dari luar, Jika konsep did menilai positif dalam menanggapi rangsangan, sikap anak pun posko dan secara emosional dibebani emosi yang menyenangkan, Ia akan memberi dorongan untuk benindak poskif dalam bentuk penerimaan dan pencarian akan tugasnya atau melakukan sesuatu. Contohnya, Anak akan mendapat upaya jika masih disuruh membeli beras ke warung. (Anak Iangsung melakuhan persepsi untuk merespon rangsangan dun melihat konsep dirinnya akan kesangupannya melakukan tugas tersebut). Ketika pikirannya mengatakan tugas itu mudah respon positif and pun langsisng muncut dun merasa senang akan mendapat upab sehingga and pun setdorong dengan ant usias segera membeli dan mendapaskan hems tenebut walau dengan susabpayah. Sebaliknya, konsep diri anak mengatakan tugas ini dilakukan maka beban emosi yang tidak menyenangkan muncul (seperti nsa takut, talc yakin, talc mampu, bent dan sebagainya), dan mendorong respon negatifdalam bentuk antagonisme atau pengliindaran. Konsep din mi menjadi bahagian penting dad perkembangan kepnibadian anak, sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku. Dengan kata lain, jika persepsi did anak memandang dirinya tidak mampu, tidak berdaya dan hal-hal negatif lain nya, akan mempengaruhi anak dalam melalwkan sesuatu atau berusaha. Misalnya, and midas belajar karena meraca pelajaran terlalu sulk dan tak mampu mempelajarinya sehinga menganggap belajar sepeni kegiasan yang sia-sia saja dan cenderung dihindarinya Sebaliknya flka and merasa yakin mampu belajar dengan baik tentunya di dengan antusias dan glut belajar. Perkembangan konsep din anak mi sangat tergantung dad pematangan pengalaman dan pengetahuan anak Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan anak, persepsi din anak terhadap konsep dininya akan berkembang ke arah yang posko dan produktIf. Begitu juga, kondisi fisik maupun suasana had sangat mempengaruhi

perkembangan konsep diri. Kareaa itu, jika kita memihki anak yang bermasalah dengan percaya dirmya, bukan berarti tidak dapat diatasi. Percaya din iw dapat diarahkan secara positif. ml tergantung sejauh mana kita mau membantu membangun percaya diii anak dan kernauan anak sendini untuk berubah. Di sinilah peranan orang tua untuk mengarahkan pematangan konsep din anak secara terencana dan terarah agar dapat membangun percaya diii anak. (Drs Hendra Surya,2007) Untuk mengarahkan pernatangan konsep diri anak, kita harus mengenal unsur-unsur gabungan dan karakteristik citra fisik, citra psikologis, citra sosiaL, aspirasi, prestasi dan emosional yang membentuk konsep diii, arnara lain 1. Penilaian diri. Penilaian diri ini merupakan cara pandang dan keyakinan unuk menakar atau mengukur terhadap o Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Pengendalian keinginan atau dorongan dari dalam diri ini yang menjadi ukuran yang bersanggupan, keberanian, kebutuhan dan perasaan dalam diri.

Pengendalian dan dorongan dalam diri ini yang memberi pengaruh gambaran konsep diri positif atau negatif. o Suasana hati yang sedang dihayati, seperti senang, bahagia, cemas atau sedih. o Penilaian citra fisik,. Jika penerimaan terhadap kondisi fisik cukup memuaskan, konsep diri dan terbentuk pun positif. (Drs Hendra Surya,2007) Jenis-jenis Konsep Diri Menurut Calhoum dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. 1. Konsep Diri Positif Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang memiliki konsep diri positif yang dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif

10

akan merancang tujuan-tujuan yanbg sesuai dengan relatif, yaitu dengan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan. 2. Konsep Diri Negatif Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu: a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benarbenar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisaterjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. (Akhanggits, 2010)

Konsep Diri Dalam Islam


Allah swt berfirman: Bertaqwalah kepada allah menurut ukuran kemampuan (Qs. At-Taghabun: 16). Ini berarti bahwa allah mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan itulah kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan itulah ia ingin kita berislam. Nabi muhammad SAW bersabda, allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya. Dengan mengetahui kadar kemampuan diri sendiri, kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan. Perintah-perintah dalam islam begitu banyak, seperti menurut ilmu, beribadah, ibadah mahdhah, belajar, berjihad dan sebagainya. Tidak semua perintah dapat kita lakukan dengan cara yang expert (sempurna). Dan karena batas kemampuan itulah mengharuskan kita untuk mimilih fokus tertentu dalam kehidupan kita. Dalam suatu dialaog antara Abu Bakar dan Rasulullah, beliau mengatakan bahwa sesunggunya di surga itu banyak pintu dan tiap orang nanti yang masuk melalui pintu holat, puasa dan sebagainya. Kemudian Abu Bakar bertanya, Adakah orang yng masuk melalui semua pintu itu? Rasululah menjawab, Ada, dan aku berharap kamu adalah salah satu orang diantaranya. ^ Jadi setiap manusia memiliki 2 ciri keterbatasan : 1. Sifat parsial (artinya kita tidak bisa memiliki/menguasai segala bidang

11

2. Dalam lingkar yang sangat persial itu kemampuan kita juga terbatas. Misalnya dalambidang kedokteran, namun kita pun tetap saja terbatas dalam penguasaan bidang kedokteran itu. Dalam konteks keterbatasan itulah allah mengatakan dalam QS.Al Baqarah 2:286, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesenggupannya, hanya saja ibadah-ibadah yang sudah tepat waktu dan kepastiannya seperti sholat lima waktu, alah telah mengukur kemampuan manusia dan pada dasarnya manusia memang sanggup melakukannya. Sebab semuah perintah yang sifatnya wajib khususnya fardu ain dan waktunya sudah ditentukan, dalam penghitungan allah pasti manusia bisa melakukannya. Oleh sebab itu perintah-perintah dibuat dalam urutan-urutannya. Sabda Rasulullah di atas berguna bagi kita untuk : 1. Menentukan fokus-fokus nilai islam yang akan diperkuat 2. Memahami diri kita dan membantu dalam menentukan posisi kehidupan sosial Kesalahan orang dalam bergaul adalah karena tidak-mampuan dalam memposisikan dirinya dalam kehidupan soaial. Inin merupakan kesalahan umum. Jadi dengan demikian memahamu keterbatasan diri adalah bagian dari perintah islam. Kesan yang ada selama ini dalam benak orang-orang muslim adalah semua urusan mengembangkan diri adalah urusan psikologi dan sekolah pengembangan diri. Padahal, justru islam akan sangat menganjurkan dan menekankan masalah ini pada awalnya. Karena itu ada yang menarik pada sejarah islam. Umar memiliki fisik yang sangat besar, jago berkelahi dan perang, tetapi tidak pernah sekalipun ditunjuk menjadi pemimpin perqang. Usamah yang berusia 16 tahun pernah ditugaskan memimpin perang. Mengapa? Kerena umar tidak hanya bisa memimpin pasukan perang tapi juga negara, dan untuk itulah ia siapkan. Jadi orang yang memiliki kualitas A jangan diberi tugas B. Ada 3 langkah dalam menyerap islam, yaitu: a. Memiliki konsep diri yang jelas b. Memahami islam sebagai pengisi wadah tersebut c. Melakukan pengadaptasian antara konsep diri dengan konsep islam. (Aina Zahra, 2006)

Gangguan jiwa dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah) dalam perspektif AlQuran. Jiwa dalam bahas arab adalah Nafs. Kata Nafs dalam AL-Quran mempunyai aneka makna, seperti antara lain maksud surat Al-Maidah ayat 32, dilain sisi ia menunjuk

12

kepada apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku seperti maksu kandungan firman allah:

Sesunggunya allah tidak mengubah keadaan satu masyarakat, sehingga mereka mengubah apa yang dapat dalam diri mereka (Qs Al-Rad [13]: 11)

Kata nafs digunakan juga untuk menunjukkan kepada diri tuhan seperti dalam firman-nya. Dalam surat Al-Anam [6]: 19 :

Secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan tentang manusia, menunjuk kepada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Dalam pandangan Al-Quran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Quran dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. (Taylor dalam Agustiani, 2006)

Faktor yang mempengaruhi Konsep diri


Tingkat pekembangan dan kematangan Dukungan mental, pertumbuhan dan perlakuan terdapat anak akan mempengaruhi konep diri mereka. Sering perkembangannya, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri individu akan mengalami perubahan. Sebagaimana contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang, sedangkan anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan menggali hal-hal baru.

13

Keluarga dan budaya Individu sering mengadopsi nilai yang terkait dengan konsep diri dari orang-orang yang terdekat dengan dirinya. Dalam konteks ini, anak-anak banyak mendapat pengaruh nilai dari budaya dan keluarga tempat ia tinggal. Selanjutnya, perasaan akan diri mereka akan banayk dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perasaan akan diri ini akan terganggu saat anak harus membedakan anatara harapan orang tua, budaya, dan harapan teman sebaya.

Faktor ekternal dan internal Kekuatan dan perkembangan individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri mereka. Pada dasarnya, individu memiliki dua sumber kekuatan, yakni sumber ekternal dan sumber internal. Sumber ekternal meliputi dukungan masyarakat yang ditunjang dengan kekuatan ekonomi yang memadai. Sedangkan sumber internal meliputi kepercayaan diri dan nilai-nilai yang dimiliki.

Pengalaman Ada kecenderungan bahwa konsep diri yang tinggi berasal dari pengalaman masa lalu yang sukses. Demikian pula sebaliknya, riwayat kegagalan masa lalu akan membuat konsep diri menjadi rendah. Sebagai contoh, individu yang pernah mengalami kegagalan. Sedangkan individu yang pernah mengecap kesuksesan akan memiliki konsep diri yang lebih positif.

Penyakit Kondisi sakit juga dapat mempengar5uhi konsep diri seseorang. Seseorang wanita yang menjalani operasi mastekomi mengkin akan mengaggap dirinya kurang menarik, dan ini akan mempengaruhi caranya dalam bertindak dan menilai diri sendiri.

Stresor Stersor dapat memperkuat konsep diri seseorang apabila ia mampu mengatasinya dengan sukses. Si sisi lain, stresor juga dapat meyebabkan respon mal-adaptif, seperti akan menarik diri, anseitas, bahkan akan menyalahgunakan zat. Mekanisme koping yang gagal dapat menyebabkan seseorang merasa cemas, menarik diri, depresi, mudah tersinggung, rasa bersalah, marah dan, dan hal ini akan menpengaruhi konsep diri mereka. (Wahit Igbal Mubarak dan Chayatin 2008)

14

Komponen Konsep Diri


Gambaran citra diri (body image) mencangkup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan,dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memiliki akar psikologi yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia Citra diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan

perkembangan yang normal seperti pubertas dan pemuaan terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain itu, citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang. Misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya. Konsep diri terbagi atas : 1. Gambaran Citra Diri Gambaran atau citra diri (body image) mencangkup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas,femininitas dan maskualinitas, keremajaan, kesehatan dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memeliki akar psikolog yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia. Citra diri mempengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya 2. Harga Diri Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.

15

3. Peran Peran adalah serangkaian perilau yang diharapkan oleh msyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat dipenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi harapann atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang. 4. Identitas Diri Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sendiri suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan dan keunikan dibandingkan dengan orang lain. Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seorang dari orang lain mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang lain. Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan mencangkup orlentasi seksual. (A.Aziz Alimul, 2009)

Stresor Mempengaruhi Konsep Diri. Resor menentang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres adalah kehilangan dan meneruskan norma dari kehidupan, bukan hasil spesifik seesorang atau respons khas tehadap seseuatu. Proses normal dari kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor. Perubahan yang terjadi dalam ksehatan fisik, spiritual, emosional, seksual, kekeluargaan dan sesiokultural dapat menyebabkan stres. Stresor konsep diri adalah segala perubahan nyata atau dicerap yang mengancam identitas, citra tubuh, harga diri, perialaku peran. Individu yang berada bereaksi terhadap situasi yang sama dengan tingkat stres yang beragam. Perepsepsi tentang stresor adalah faktor penting yang mempengaruhi respons terhadap stresor tersebut. Semua orang mempengaruhi pola perilaku yang biasanya memberikan cara untuk menghadapi atau menghadapi stesor , dengan demikian memberikan metode untuk koping terhadap stresor dimasa akan datang. Dengan demikian, beberapa orang dikerahkan oleh ncaman yang dicerap dan membutuhkan bantuan dari orang lain. (Potter & Perry, 2005)

16

Stres berkepanjangan atau stres yang dicerap dengan menipiskan emampuan adaptif . setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stresor yang mempengaruhi konsep diri. Perubahan fisik dalam tubuh menyebabkan oerubahan citra tubuh, dimana identitas dan harga diri juga dapat dipengaruhi. (Potter & Perry, 2005)

KESEHATAN Stresor fisik dan emosional

Konsep diri : identitas Citra tubuh Harga diri Fungsi peran

Stresor fisik dan emosional

PENYAKIT

Stresor Identitas
Identitas didefinisian sebagai pengorganisasian prinsip dari sistem kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, komunitas, dan konsistensi dari kepribadian. Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup. Masa remaja dalah waktu dimana banyak terjadi perubahan, yang menyebabkan ketidaksamaan dan asistas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stresor dapat timbul pada setiap area ini atau sebagai akibat dari konflik diantara mereka. Seorang defasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil karenanya konsep diri lebih berkembang lebih kuat.

17

Stesor kultular dan sosial dibanding stresor personal dapat mempunyai dampak lebih besar pada identitas orang dewasa. Misalnya, seorang dewasa harus memutuskan antara karir dan pernikahan, kerja sama dan kompetisi, atau ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Tanda perkembangan lainnya seperti awal terjadinya menstruasi, pubertas, menopause, pensiun, penurunan kemampuan fisik, dan faktor lain yang berkaitan dengan faktor penuaan dapat juga mempengaruhi identitas.

Stersor Citra Tubuh


Perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi bagian tubuh akan bertumbuhkan perubahan dalam citra tubuh. Perubahan dalam penampilan tubuh, seperti amputasi atau perubahan penampilan wajah, adalah stesor yang sangat jelas mempengaruhi citra tubuh. Mastektomi, kolostomi, dan ileostomi mengubah penampilan dan fungsi tubuh, meski perubahan tersebut tidak terlihat orang lain, perubahan tersebut tidak tampak ketika individu bersangkutan mengenakan pakaian. Meskipun tidak terlihat dari orang lain, perubahan tubuh ini memunyai efek signifikan pada individu. Penyakit kronis seperti penyait jantung dan ginjal mencangkup perubahan fungsi, dimana tubuh tidak lagi berfungsi pada tingkat optimal. Bahkan perubahan tubuh normal akibat progres perkembangan normal dapat mempengruhi citra tubuh. Selain itu, kehamilan dan penambahan atau penurunan berat badan yang signifikan mengubah citra tubuh, seperti juga halnya kemoterapi dan terapi radiasi. Persepsi seseorang tentang perubahan tubuh dapat dipengaruhi oleh bagaimana perubahan tersebut terjadi. Paralisis yang sisebabkan oleh cedera saat perang memungkinkan dapat diterima; veteran perang mungkin diperlukan sebagai pahlawan dan dihargai karena kebaraniannya; sumber dari pemerintah tersedia dari program rehabilitas. Namun demikian seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintas ketika dalam keadaan mabuk dan menderita paralisis mungkin mendapat respons yang berbeda dari masyarakatnya. Makna dari kehilangan fungsi atau perubahan dalam penampilkan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang perubahan yang dialaminya. Citra tubuh terdiri atas elemen ideal dan nyata. Misalnya, jika citra tubuh seseorang wanita memasukkan payudara sebagai elemen ideal, maka kehilangan payudara akibat mestoktomi mungkinakan menjadi perubahan yang sangat signifikan. (Potter & Perry, 2005)

18

Stersor Harga Diri Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai. Orang dengan harga diri rendah sering merasa tidak dicintai dan sering mengalami depresi dan ansietas. Harga diri berfluktuasi sesuai dengan kondisi sekitarnya. Meskipun inti dasar dari perasaan negatif dan positif dipertahankan. Banyak stresor mempengaruhi harga iri seorang bayi, usia bermain, persekolahan, dan remaja. Ketidak mampuan untuk memenuhi harapan orang tua, kritik yang tajam, hukuman yang tidak konsisten, persaingan antar-saudara sekandung, dan kekalahan berulang dapat menurunkan tingkat nilai-diri. Stresor yang mempengaruhi harga diri pada orang dewasa mencangkup ketidakberhasilan dalam pekerjaan dan kegagalan dalam berhubungan. Penyakit, pembedahan, atau kecelakaan yang mengubah pola hidup dapat juga menurungkan perasaan nilai diri. Penyakit kronis seperti diabetik, artritis, dan disfungsi jantung membutuhkan perubahan dalam pola perilaku yang telah lama diterima dan dijalani. Jika perubahan lambat dan progresif, maka individu dapat mempunyai kesampatan untuk mengantisipasi berduka. Namun demikian, perubahan mendadak dalam kesehatan lebih mungkin menciptakan situasi yang kritis. Makin kronis suatu penyakit yang mengganggu kemampuaan untuk terlibat dalam aktivitas yang menunjang perasaan berharga atau berhasil, makin besar pengaruhnya pada harga diri.

Stersor Peran
Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang bekaitan dengan fungsi seseorang individu dalam berbagai kelompok sosial. Sepanjang hidup orang menjalani berbagai perubahan peran. Perubahan normal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan. Transisi situasi terjadi ketika orang tua, pasangan hidup, atau teman dekat meninggal atau orang pindah rumah, menikah, bercerai, atau ganti pekerjaan. Transisi sehat sakit adalah gerakan diri kesadaran sehat atau sejahtera kearah sakit atau sebaliknya. Masingmasing dari transisi ini dapat mengancam konsep diri, yang mengakibatkan konflik peran, ambiguitas peran atau ketegangan peran. Penting sekali artinya untuk mrngenali bahwa perpindahan sepanjang kontinum dari sakit kesejahtera sama menegangkannya seperti perpindahan dari sejahtera kesakit (Potter & Perry, 2005)

19

Gangguan Konsep Diri : * Faktor Predisposisi Faktor Predisposisi gangguan citra tubuh: a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi) b. Perubahan Ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit). c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh. d. Prosedur pengobatan seperti radiasi,kemoterapi,transplantasi. (Suliswati,dkk,2005) Faktor Predisposisi gangguan harga diri: a. Penolakan dari orang lain. b. Kurang penghargaan. c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarantg, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten. d. Persaingan antar saudara e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang. f. Tidak mencapai standar yang ditentukan.

Faktor Predisposisi gangguan peran: a. Tradisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat-sakit. b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi. c. Keraguan peran, ketika individu kurang mengetahuinya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai. d. Peran yang terlalu banyak.

Faktor Predisposisi gangguan identitas diri : a. Ketidakpercayaan orang tua pada anak. b. Tekanan dari teman sebaya. c. Perubahan struktur sosial.

20

* Faktor Presipitasi Trauma Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit untuk menyusuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiyayaan fisik ,seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.

Ketegangan Peran Ketegangan peran adalah peran frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya . Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik nperan, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Pada pe jalanan kehidupan, individu sering menghadapi transisi peran yang bergam. Transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi dan sehat-sakit. Transisi peran perkembangan, setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda, hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri. Transisi Peran Situasi, Perubahan jumlah anggota keluarga baik pertambahan atau pengurangan melalui kelahiran atau kematian. Transisi Sehat Sakit, Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri. Pergeseran kondisi kesehatan individu yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh. Perubahan akibat tindakan pembedakan yang dapat terlihat seperti kolostomi atau gastrostomi atau yang tidak kelihatan seperti histerektomi. (Suliswati,dkk,2005) Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kosep Diri Pengkajian Pengakajian menyeluruh tentang konsep diri berfokus pada lima komponen, akan tetapi sebelum memulai pengkajian tersebut, ada baiknya pembina hubugan saling percaya dan kerja sama terlebih dahulu dengan klien , selain itu perawat juga harus mengidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi konsep diri klien. Penerapan Diagnosa.

21

Menurut NANDA (2003), label diagnosis keperawatan yang berkaitan langsung dengan konsep diri adalah : Gangguan citra tubuh Ketidakefektifan penampilan peran Harga diri rendah kronis

Sedangkan diagnosis tambahan yang bisa diterapkan pada klien dengan masalah konsep diri meliputi: Penyesuaian, Gangguan Ansietas Citra tubuh, gangguan Komunikasi, Hambatan verbal Koping, ketidakefektifan Keputusan Identitas personal, Gangguan Kesepuian, resiko Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan, resiko Penampilan peran, Ketidakefektifan Defisit perawatan diri Harga diri, Resiko rendah situasional Harga diri, Rendah situasional Persepsi sensori, Gangguan Pola seksualitas, Ketidakefektifan Interaksi sosial, Hambatan Isolasi sosial Distres spritual Proses pikir, Gangguan Perilaku kekerasan, Resiko terhadap diri sendiri

Pencernaan dan implementasi Tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan konsep diri bervariasi, bergantung pada diagnosis dan batasan karakteristik masing-masing individu. Sedangkan intervensi keperawatan untuk meningkatkan konsep diri yang

22

positif meliputi upaya membantu klien mengidentifikasi area kekuatan mereka dan mengavaluasi diri serta mengubah perilaku mereka. 1. Gangguan citra tubuh Yang berhubungan dengan : perubahan penampilan, sekunder akibat (kehilangan anggota tubuh, kehilangan fungsi tubuh, penuaan, penyakit kronis, hospitalisasi, pembedahan, komoterapi). Persepsi yang tidak realitas tentang penampilan, skunder akibat (psikosis, anoreksia nervosa, bulimia). Pengaruh (sebutkan) pada penampilan (obasitas,kehamilan,imobilitas).

Kriteria Hasil Individu akan mengimplementasikan pola koping yang baru dan menyempaikan serta menunjukkan penerimaan atas penampilannya (berhias pakaian, postur, pola makan, penampilan diri).

Indikator Memperlihatkan kesediaan dan kemampuan untuk menjalankan kembali tanggung jawab perawatan diri/peran. Hubungan yang baru atau membangun kembali hubungan dengan sistem pendukung yang ada.

Intervensi Umum Bina Hubungan saling percaya antara perawat dan klien o o o o o Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya, terutama tentang perasaan, pikiran, dan pandangannya mengenai diri sendiri. Kenali perasaan bermusuhan, berduka, takut, dan ketergantungan yang klien tunjukan, dan ajarkan starategi koping guna menghadapi emisi tersebut. Dorong klien untuk mengajukan prtanyaan tentang masalah kesehartan, pengobatan, kemajuan dan progrosis penyakit. Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan sebelumnya. Hindari melontarkan kritikan kepada klien

23

Dorong klien untuk mendekatkan diri dengan keyakinan dan nilai-nilai spritual yang di anut.

Dorongan klien untuk meningkatkan interaksi sosial. o o o o o o o Dorong klien untuk bergerak Hindari upaya untuk perlindungan yang berlebihan terhadap klien, tetapi batasi tuntutan yang dibuat untuknya Persiapkan orang terdekat klien dalam menghadapi berbagai perubahan fisik dan emosional. Anjurkan kawan dan orang terdekat untuk mengunjunginya. Dorong klien untuk menghubungi teman atau keluarga melalui telepon atau surat. Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman bersama orang-orang yang pernah mengalami pengalaman serupa Diskusikan bersama sistem pendukung klien tentang perlunya penyampaian nilai dan arti klien bagi mereka. Berikan intervensi khusus sesuai dengan sesuatu yang dihadapi klien. Untuk klien yang kehilangan anggota tubuh atau fungsi tubu o o Kaji arti kehilangan bagi klien dan orang terdekat kliean Gali dan luruskan kesalahpahaman dan mitos tentang kehilangan anggota tubuh atau fungsi tubuh, atas kemampuan untuk berfungsi dengan kodisi tersebut. o o o o o o o Antisipasi respons klien terhadap peristiwa yang kehilangan yang berupa penolakan, syok, marah dan depresi. Waspadai pengaruh respon orang lain terhadap peristiwa kehilangan; dorong orang terdekat klien untuk berbagi perasaan. Gunakan metode bermain peran untuk membantu klien menyampaikan perasaannya. Gali arternatif yang realitis dan berikan dukungan pada klien. Gali dan kekuatan dan sumber-sember yang klien miliki. Bantu klien dengan memberikan revolusi begi perubahan citra tubuh akibat pembedahan. Dukung sejumlah aktifitas yang dapat menjalankan seluruh tanggug jawab perawatan diri secara bertahap, jika memungkinkan. Lakukan penyuluhan kesehatan, sesuai indikasi. 24

o o

Jelaskan tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan Ajarkan berbagai strategi untuk sehat.

Rasional Kontak sering yang dilakukan oleh pemberi asuhan menunjukkan penerimaan dan dapat meningkatkan rasa percaya klien. Klien mungkinragu-ragu untuk mendekati staf karena konsep diri yang negatif Interaksi sosial dapat memperkuat kesan bahwa klien diterima dan bahwa sistem pendukung sebelumnya masih ada. Mengekspresikan perasaan dan persepsi yang dimiliki akan meningkatan kewaspadaan diri klien serta membantu perawat merencanakan interveksi yang efektif guna memenuhi kebutuhan klien. Mengidentifikasi karasteristik serta kmekuatan personal dapat membantu klien berfokus pada karasteristik positif yang mendukukng keseluruhan konsep diri, dan bukan hanya pada perubahan citra tubuh yang dialami. Diskusi yang jujur dan terbuka-mengungkapkan bahwa sejumlah perubahan akan terjadi, tetapi dapat diatasi-meningkatkan perasaan kontrol klien. Partisipasi klien dalam perawatan diri dan perencanaan mendukung koping yang positif terhadap perubahan yang terjadi. Konseling dengan tenaga bprofesional ditunjukan untuk klien dengan kekuatan ego yang rendah dan sumber koping yang tidak adekuat. Peningkatan interaksi sosial melalui keterlibatan klien disejumlah kelompok memungkinkannya menerima stimulas sosial dan intelektual yanga akan meningkatkan harga dirinya.

2. Harga diri rendah kronis Yang berhubungan dengan : Perubahan penampilan, gaya hidup, peran dan respon orang lain. Perasaan terabaikan atau gagal, skunder. Hubungan yang tidak memuaskan. Kehamilan remaja. Pembedaan gender pada pola membesarkan anak Pengalaman menghadapi tindak kekerasan orang tua

25

Kehilangan peran dan tanggung jawab.

Kriteria Hasil Individu akan mengidentifikasi aspek positif tentang dirinya dan mangaku bebas dari berbagai gejala depresi.

Indikator Momodifikasi penghargaan-diri yang berlebihan dan tidak realitas. Penyampaikan penerimaan atas keterbatasan yang ada Menyampaikan persepsi yang tidak menghakimi tentang diri sendiri. Mengurasi perilaku menyiksa diri sendiri. Mulai mengambil resiko verbal dan perilaku.

Intervensi Umum Bantu klien mengurangi tingkat kecemasan saat ini Bagi dukungan pada klien, dan jaringan menghakiminya. Tingkat sense of self klien. o o o o o o o o o o o o o Tunjukan perhatian Hormati ruang pribadi klien Pejelas interpretasi anda tentang apa yang klien katakan atau alami Bantu klien untuk mengmukakan apa yang ungkapkannya secara nonverbal Beri perhatian pada klien, terutama untuk perilakunya yang baru Dukung kebiasaan fisik yang baik Berikan semangat pada klien saat iya berupaya menyelesaikan sebuah tugas atau keterampilan. Berikan umpan balik yang positif dan melakukan latihan pembangunan Ajarkan dan dorong klien untuk melakukan mendapatkan privasi Bantu klien membentuk ikatan personal yang tepat

Dorong klien menggunakan sumber koping yang ada Identifikasi area kekuatan pribadi klien Sampaikan hasil pengamatan anda pada klien Beri kesempatan klien untuk terlibat dalam aktivitas tersebut.

26

Bantu klien mengungkapkan pertanyaan positif maupun negatif. o o o o o o o o o o o o Gunakan pertanyaan dan pertanyaan terbuka Katkan Dorong klien untuk mrngungkapkan pertanyaan positif maupun negatif Gunakan gerakan, seni, dan musik sebagain sarana ekspresi Beri kesempatan klien untuk melakukan sosialisasi yang positif Dorong klien untuk menghubungi teman dan orang terdekatnya melalui telepon atau surat Libatkan klien dalam berbagai aktifitas, terutama yang menggunakan kekuatan Jangan biarkan klien mengisolasi diri sendiri Sertakan klien dalam terapi kelompok pendukung Ajarkan klien berbagai keterampilan sosial sesuai dengan kebutuhan Dukung partisipasi klien untuk berbagi pengalaman serupa bersama Tentukan batasan untuk perilaku yang bermasalah seperti agresi, higiene yang buruk, ruminasi, dan pemikiran bunuh diri. Persiapan klien untuk mengembangkan keterampilan sosial dan vokasional Bentuk upaya eksporasi-diri saat kecemasan klien brkurang dan rasa percaya telah terbina.

Rasional Individu dengan harga diri rendah biasanya mengalami kecemasan dan ketakutan. Strategi yang diberikan berfokus pada upaya membantu klien menilai kembali perasaan negatif tentang dirinya dan mengidentifikasi berbagai atribut yang positif. Mamberikan peluan bagi klien untuk sukses dapat meningkatkan harga dirinya. Upaya melibatkan klien dalam berbagai kegiatan penting untuk membantunya mengembangkan tanggung jawab utama bagi perilakunya sendiri Menyempaikan penerimaan terhadap perasaan klien dapat meningkatkan penerimaan dirinya. ( Wahit Iqbal Mubarak dan Chayatin, 2008)

27

Membangun Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran yang memiliki orang tentang dirinya sendiri. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri, karakteristik fisik, psokologis, sosial dan emosional, aspirasi, dan prestasi. Semua konsep diri mencangkup citra fisik yang psikologis diri. Konsep diri anak didasarkan atas keyakinan anak mengenai pendapat orang-orang dekat (orang tua, guru, teman) tentang dirinya. Kalau orang-orang dekat tadi menyenanginya, ia akan berfikir tentang dirinya. (Munawir Yusuf, 2006)

Pikiran Emosi Penampilan Fisik Kesesuaian/ tidak dengan jenis kelamin

Citra Psikologis Individu Tunggal Citra Fisisk

28

Kesesuaian/ tidak dengan jenis kelamin Kesesuaian/ tidak dengan jenis kelamin Kesesuaian/ tidak dengan jenis kelamin

Citra Fisisk

Konsep diri adalah bagian dari pola kepribadian dan merupakan bagian penting dalam kepribadian. Stabilnya konsep diri akan mempermudah pemahaman anak tentang dirinya sendiri. Stabilnya konsep diri akan mempermudah pemahaman anak tentang dirinya sendiri. Kestabilan konsep diri anak bisa didapatkan melalui adalanya kesamaan pandangan dari guru, orang tua, dan teman tentang dirinya.

Kepercayaan

Sosialisasi Bagus

Konsep Diri Positif

Harga Diri

Realitas

29

Tidak Mampu

Sisialisasi Kurang

Konsep Diri Positif

Rendah Diri

Ragu-Ragu

Kesadaran diri biasanya terjadi karena pandangan antara guru, orang tua, dan teman tentang diri anak. Inti dari pola kepribadian andalah konsep diri anak dan konsep ini mempengaruhi berbagai sifat. Peran unsur bawaan dalam perkembangan konsep diri ditentukan oleh cara anak menginterprestasikan perlakuan orang lain. Anak yang lebih pandai menginterprestasikan perasaan orang terhadap dirinya. Sebaliknya, anak yang kurang cerdas sulit menginterprestasikan perasaan orang terhadap dirinya berdasarkan yang dikatakan atau dilakukan orang lain. Pada waktu bayi masih berusia beberapa tahun, ia mulai memberi respons kepada orang. Cara orang memperlakukan dirinya akan mempunyai pengaruh yang sangat mendasar pada konsep diri yang sangat mendasar pada konsep diri yang ia kembangkan dan penyusaiannya terhadap orang. Menurut Erikson, masa bayi merupakan waktu berkembangnya kepercayaan atau ketidakpercayaan dasar. Sesuatu yang dikembangkan akan menentukan bayi bereaksi terhadap orang dan situasi, bukan pada saat itu, melainkan sepanjang hidupnya. (Munawir Yusuf, 2006) Anak yang terlalu sering menjadi korban olok-olok teman sebayanya akan mudah resah dan bereaksi sebagai anak yang tertekan, entah dengan menangis, marah atau sekedar merengek. Biasanya ia akan menjadi sensitif. Anak yang merasa dirinya buruk dan tidak seseorang pun menyukanya akan menyebabkan anak yang mempunyai konsep diri yang buruk. Tanda-tanda anak yang buruk adalah sebagai berikut. 1. Menjadi resah dan marah bila diberi tahu ia balik. 2. Mengerjakan hal-haln yang buruk. 3. Tidak terpengaruh atau bahkan senang jika dikatakan nakal. 4. Kebiasaan-kebiasaan yang buruk.

30

Beberapa hal yang menyebabkan anak mengembangkan konsep diri yang buruk antara lain. 1. Anak sering dikatakan jelek. 2. Jarang dipuji. 3. Kurang diperhatikan kebutuhannya. 4. Diharapkan terlalu banyak, padahal kemampuannya terbatas. Jadi, dari satu sudut pandang, setiap pemeriksaan yang meminta subjek untuk membuat laporan kognitif atau evaluatif tentang segala aspek yang relatif abadi dari diri mungkin dapat ditafsirkan menjadi studi konsep diri. maka semua penelitian menggunakan persediaan kepribadian atau wawancara mengacu pada diri karakteristik mungkin telah dimasukkan. Namun, dalam mengumpulkan bahan pada setiap topik. (Ruth C.While, 1979) Memang tidak dipungkiri bahwasannya jumlah aktivis islam semakin hari semakin bertambah banyak. Tapi yang menjadi catatan penting disini adalah bahwa beban dakwah ini belumloah seimbang dengan jumlah para pemikul bebannya-para aktivitas islam. Bahkan waktu punseakakn tidak cukup untuk dipergunakan secara sempurna untuk dakwah ini.. dakwah yang mungkin usianya jauh melebihi usia manusia itu sendiri. Karena itu dibutuhkan kemampuan tarbaik manusia untuk mengembangkan dakwah ini. Kemampuan itu yaitu kemampuan yang seyogyanya dimiliki setiap manusia dengan spesifiknya masing-masing. Kemudian kita akan berfikir bagaimana setelkah kemampuan terbaik itu bisa terlatih dan ternyata tidak mempengaruhi beban dakwah yang tidak seimbang ini. Seakan apa yang kita lakukan mempengaruhi sedikit pun beban dakwah ini. Dalam diri manusia rupanya terdapat dua buah kekuatan yaitu quwwatul khair yang merupakan kekuatan kebaikan, sering disebut sisi positif maupun tindakan positif dari kita. Sedangkan quwwatul syar, merupakan kebalikan dari quwwatul khair yaitu, kekuatan kesehatan dalam diri manusia. Yang dimaksud menajemen diri dalam pandangan islam adalah bagaimana memaksimalkan quwwatul khair dalam diri kita dan mematikan quwwatul syar atau minimal menguranginya sekecil mungkin. Untuk membangun konsep diri yang kuat nan kokok tidak bisa serta merta dibuat dengan instan, namun merupakan suatu proses yang berat dan lama dan dimana semua proses berat dan lama itu akan terasa ringan dengan keistiqomahan atau dalam bahasa lain melalui kebiasaan-kebiasaan yang mapu membawa manusia membangun konsep diri yang benar.

31

Pertama, kebiasaan itikaf. itikaf membantu jika membuat pemahaman diri yang sangat mendalam. Dengan pemahaman diri yang mendalam maka akan diperoleh ketenangan, dan ketenangan itu adalah pintu keterarahan. Ketika kita sudah memiliki keterarahan makan bisa dipastikan tindakan kita, emosi kita dan kecil apapun hal yang kita lakuakan berada dalam kontrol kesadaran kita. Kedua, kebiasaan berfikir. Jelas kebiasaan ini erat hebungannya dengan penambahan kapasitas bagi manusia. Telah banyak dijelaskan dalam Al-Quran tentang hal ini. Kita bahkan bisa melakukan kebiasaan ini dimana saja dan kapan saja. Ketiga, keterampilan berbicara. Dalam hal ini jangna diartikan kebiasaan banyak bicara meskipun lihai dan indah karena berbicara itu bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi bisa membawa kebaikan tapi bila kita salah mengarahkan pisau itu maka kitalah yang akan kena. Rasulullah SAW pernah bersabda : Barang Siapa yang bermain kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia mengatakan yang baik atau diam. Keempat, Kebiasaan untuk serius. Q.S Al Hadiid : 16 merupakan ayat teguran kepada orang islam yang masih sering bercandah dalam berdawah. Karena dakwah islam ini adalah dakwah serius, yang harus kita lakukan adalah memadukan segala daya dan kekuatan dan mengkostentrasikannya dalam sebuah tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Kelima, pertaubatan berkala yaitu semacam muhasabah tetapi secara berskala. Sekaligus mahasabah ini bisa dijasikan koreksi pada diri kita selama ini. Ali Bin Abi Thalib menganjurkan supaya tiap pekan kita menulis kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan dan keburukan-keburukan yang juga telah kita lakukan supaya kita dapat membuat komprasi keduanya dan kemudian memperbaruhi taubat. Kelima kebiasaan itu merupakan salah satu dari banyaknya instrumen dalam rangka membangun konsep diri seorang muslim. (Akhanggits,2010)

Unsur-Unsur Konsep Diri A. Perbedaan Jenis Kelamin Pada Usia 3-4 tahun, anak sadar akan jenis kelaminanya dan menggunakan tandatanda, seperti potongan rambut dan pakaian untuk membedakannya.kesadarannya akan perbedaan, minat, bakat, dan prestasi berkembang setelah anak masuk sekolah, secara berangsur akan ada bobot kesadaran mengenai kejahatan dan kewanitaan.

32

B. Peran Menurut Jenis Kelamin Anak belajar perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya dengan cara beridentifikasi dengan orang tuanya lewat pendidikan atau tekanan orang tua. Kemudian anak beridentifikasi dengan lingkungan dan media massa. Sikap sosial terhadap peran kedua jenis kelamin menjadi bagian yang penting terhadap konsep diri anak.

C. Perbedaan Kelas Sosial Anak persekolahan mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang dimiliki orang dan cara orang hidup. Ia belajar bahwa hal-hal tersebut berkaitan dengan pekerjaan orang tuanya dan orang tertentu dianggap kaya atau miskin. Mereka menambahkan arti itu pada konsep dirinya. Makin baik penerimaan sosial bagi anak, makin besar bobot emosional yang ia berikan pada keanggotaan kelas sosial. Perlakuan yang tepat akan memberikan kepercayaan diri anak untuk berkembang. Dorongan kepada anak untuk memiliki keberanian tanpa terlalu banyak tekanan akan membangunnya menjadi anak yang memiliki konsep diri dan kepribadian yang bagus. Anak-anak yang menarik diri akan makin terpuruk jika konsep diri mereka tidak segera dibangun. Mereka menarik diri dari lingkungan sosial sekitar pada dasarnya karena konsep diri mareka yang buruk. Konsep diri adalah inti dari kepribadian. Jadi, kepribadian anak yang menarik diri yang tampak sehari-hari dalam berinteraksi sosial hanyalah kepribadian yang buruk. Tentu hal ini sangat tidak diinginkan, baik dari orang tua maupun guru. Untuk memperbaiki kepribadiannya, orang tua atau guru lebih baik tahu terlebih dahulu tentang pola kepribadian anak. Menurut Thomas A.S. Chess & H.G Birch, pola kepribadian merupakan bentukan dari temperamen dan lingkungan yang terus-menerus saling memengaruhi. Jika kedua pengaruh itu harmonis, orang dapat mengharapkan perkembangan anak yang baik. Jika pengaruh itu tidak harmonis, masalah perilaku akan muncul. Faktor bawaan tentu saja sudah tidak bisa kita ubah, tetapi kita dapat mengubah dua faktor lainnya sebagai penentu kepribadian anak, yaitu faktor pengalaman awal anak dilingkungan keluarga dan pengalaman anak dilingkungan lain. (Munawir Yusuf, 2006) Konsep Diri & Kopetensi Kompetensi itu adalah kemampuan seseorang dalam mentrasfer akil dan pengetahuan terhadap situasi baru, lingkungan baru atau tugas-tugas baru. Lalu apa hubungannya dengan konsep diri? Dari defenisi diatas dapat dilihat hubungan itu sangat

33

jelas. Kalau anda punya keahlian atau pengetahuan yang bagus dibidang tertentu, namun anda minder, kira-kira apa yang terjadi? Keminderan anda akan mengalahkan keahlian dan pengetahuan anda. Hubungan antara konsep-diri dan kompetensi itu bertemu pada titik yang dijelaskan melalui istilah-istilah dibawah ini 1. Kepercayaan diri (self-confidence). Orang yang kompoten memiliki kepercayaan-diri yang bagus. Untuk memiliki kepercayaan ini diperlukan konsep-diri yang bagus. Dalam teori kompotensi, ada sejumlah istilah yang pengertiannya kira-kira sama dengan kepercayaan diri ini. Beberpa istilah diantaranya: o Decisivenness o Ego strenght o Independence o Strong-self concept o Willing to take responsibility 2. kendali-diri (self-control). Orang yang kompoten pasti memiliki kemampuan yang bagus dalam mengendalikan-diri. Kendali-diri terkait dengan bagaimana orang punya persepsi terhadap dirinya. Orang yang punya persepsi lemah biasanya seelalu menuding, menyalah atau mendandalkan orang lain. Sebaiknya, orang yang persepsinya kuat lebih memfokuskan perhatiannya pada dirinya (kemampuan, peluang, kapasitas, dst) 3. Keharmonian-diri (interoersonal skill). Orang yang kompoten punya kemampuan dalam menciptakan hubungan yang harmonis dengan dirinya, ini kerap disebut dengan istilah interpersonal skill atau keahlian dalam menjalin hubungan dengan diri sendiri (ke dalam). Untuk bisa menciptakan hubungan seperti ini diperlukan konsep diri yang bagus. Banyangkan kalau misalnya anda punya konsep-diri negatif. Apakah akibatnya? Pasti kesimpulannya yang akan tercetak adalah tidak bisa menerima diri sendiri secara utuh, konflik-diri, kufur-diri, dan semisalnya. Hubungan semacam ini, selain bisa menganggu hubungan kita dengan orang lain. Orang yang harmonis denagn dirinya akan harmonis pula dengan orang lain. (Cereer,Business & Life, 2007) Konsep Diri & Proses Keperawatan Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif dan subjektif yang berfokus pada stesor konsep diri baik yang aktual maupun potensial dan perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Contoh stresor yang mungkin dirasakan perawat selama mengumpulkan riwayat keperawatan termasuk kehilangan pekerjaan, awitan penyakit kronis, atau tuna wisma. Data objektif selanjutnya termasuk perilaku

34

yang diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi terhadap perubahan citra tubuh, keengganan untuk mencoba hal-hal baru, dan intekasi verbal dan non verbal antara klien dengan orang lain. Data pengkajian membutuhkan interprestasi yang cermat oleh

perawat. Klien dengan batasan karakteristik untuk ganguan kosep diri mungkin menunjukkkan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan defenisi identitas, citra tubuh, harga tubuh, atau kinerja peran. Peristiwa yang mempunyai dampak pada diri menimbulkan stresor pada konsep diri. Jika stresor cukup besar, atau jika stresor ditimbulkan pada klien dalam priode yang cukup lama, maka klien akan menjadi

simpomatis. (Potter & Perry, 2005)

Dimensi-Dimensi Konsep Diri


Calhoum dan acocella menjelaskan bahwa konsep diri terbagi atas tiga dimensi yaiutu meliputi : 1. Pengetahu8an terhadap diri sendiri yaitu seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku pekerjaan dan lain-lain, yang kemudian menjadi daftar julukan yang menempatkan seorang kedalam kelompok sosial, kelompok umur, kelompok suku bangsa maupun kelompo-kelompok tertentu lainnya. 2. Setelah orang tua, kelompok teman sebaya juga cukup mempengaruhi konsep diri individu. Penerimaan maupun penolakan kelompok teman sebaya terhadap seorang anak akan berpengaruh pada konsep diri anak tersebut. Peran yang diukir anak dalam kelompok sebayanya dapat memberi pengaruh yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri dan peran ini, bersama dengan penilaian diri yang dimilikinya akan cenderung terus berlangsung dalam hubungan sosialo ketika ia dewasa. 3. Sama seperti orang tua dan teman sebaya, masyarakat juga memberitahu individu bagaimana mendefenisikan diri sendiri. Penilaian dan pengharapan masyarakat terhadap individu dapat masuk kedalam konsep diri individu dan individu akan berprilaku sesuai dengan pengharapan tersebut. 4. Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar dapat didefenisikan sebagai perubahan psikologis yang relatif permanen yang terjadi dalam diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman. Dalam mempelajari konsep diri, terdapat tiga faktor utama yang harus dipertimbangkan, yaitu : aosiasi, ganjaran dan motivasi. (Taylor dalam Agustiana, 2006)

35

Sumber Informasi Untuk Konsep Diri.


Calloun dan Acecella (1990) mengungkapkan ada beberapa sumber informasi untuk konsep diri seseorang yaitu: 1. Orang Tua Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami dan yang paling berpengaruh. Orang tua sangat penting bagi seorang anak, sehingga apa yang mereka komunikasikan akan lebih berpengaruh daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya. Orang tua memberikan arus informasi yang konstan mengenai diri anak. Orang tua juga membantu dalam menetapkan pengharapan serta mengerjakan anak bagaimana menilai diri sendiri. Pengharapan dan penilaian tersebut akan terus terbawa sampai anak menjadi dewasa. 2. Teman Sebaya Setelah orang tua atau kelompok teman sebaya juga cukup mempengaruhi konsep diri individu. Penerimaan maupun penolakan sekolompok teman sebaya atau terhadap seseorang anak dalam kelompok teman sebayanya dapat memberi pengaruh yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri dan peranan ini, bersama dengan penilaian diri yang dimilikinya akan cenderung terus berlangsung dalam hubungan sosial ketika ia dewasa. 3. Masyarakat Sama seperti orang tua dan teman sebaya, masyarakat juga memberitahu individu bagaimana mendefenisikan diri sendiri. Penilaian dan pengharapan masyarakat terhadap individu dapat masuk kedalam konsep diri individu dan individu akan berprilaku sesuai dengan penghargaan tersebut. 4. Belajar Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar dapat didevenisikan sebagai perubahan psikologis yang relatif permanen yang terjadi dalam diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman. Dalam mempelajari konsep diri, terdapat tiga faktor utama yang harus dipertimbangkan, yaitu: asosiasi, ganjaran dan motivasi. (Taylor dalam Agustiana, 2006)

36

bukan untuk mengatakan dua konstruksi tidak berhubungan atau bahwa konsep diri harus dipandang sebagai terpisah dan independen dari konteksnya, melainkan itu berarti bahwa studi menyelidiki baik membangun cenderung memiliki penekanan yang berbeda dan fokus. Namun, konsep diri dapat ia mengerti sebagai dasar yang mendasari di mana seorang individu membangun identitas mereka dalam kaitannya dengan konteks yang spesifik. Konsep diri adalah "mobile" inti kesadaran diri bahwa seseorang memegang dan membawa bersama mereka ke berbagai konteks yang berbeda; identitas ini kemudian dibangun di dasar sebuah individu konsep diri tapi lebih mengutamakan hubungan antara individu rasa diri dan konteks sosial tertentu atau komunitas praktek. Berbagai identitas Seorang pelajar yang hkely pada gilirannya mempengaruhi mereka konsep diri dan dua yang paling mungkin terbaik dipahami sebagai timbal balik saling terkait. Diagram di atas (Gambar 2.1) yang Dimaksudkan untuk memfasilitasi pemahaman tentang bagaimana buku ini conceives konsep diri dan hubungannya dengan diri ini terkait konstruksi lainnya: Pertama, diagram mendefinisikan konsep diri sebagai termasuk kognitif dan afektif diri keyakinan. Ini menunjukkan bagaimana konsep diri adalah membangun lebih global yang subsumes konstruksi lainnya psikologis lebih erat domain-spesifik, seperti self-efficacy. aspek kepercayaan diri L2 linguistik dan pengetahuan orang. Di latar belakang. semua konstruksi diri dipandang sebagai kontribusi untuk berbagai tingkat untuk merasakan dunia individu harga diri. Akhirnya, diagram menggambarkan bagaimana konsep diri membentuk dasar dari mana seorang individu membangun identitas mereka dalam kaitannya dengan konteks tertentu, nyata atau dibayangkan. Semua konstruksi dipengaruhi oleh konteks sociocuitural, pendidikan dan berbagai pribadi. (Sarah Mercer, 2011)

37

Meskipun model ini menunjukkan bahwa seorang individu membawa mereka konsep diri dengan mereka ke dalam setiap konteks dan interaksi, harus jelas bahwa itu dapat berubah untuk berbagai tingkat sebagai hasilnya dan tidak boleh ia dipandang sebagai konstruksi statis meskipun mungkin mempertahankan tingkat tertentu stabilitas. Umumnya, baik peneliti dan pendidik manfaat dari definisi yang jelas dan pemahaman konstruksi diri dan, dengan demikian, ada kebutuhan untuk penelitian untuk dia tepat dan spesifik dalam penggunaan diri yang berhubungan dengan istilah. Meskipun ada banyak titik persimpangan dan daerah kesamaan antara konstruksi yang berbeda, memang. beberapa mungkin mempertanyakan sampai sejauh mana itu adalah possthk. untuk membedakan mahal di antara mereka, sifat dinamis dari konsep diri tergantung pada konteks (lihat, misalnya, I-Iarter 1998). sebagai akan sejalan dengan lebih soeiokonstruktivis pendekatan untuk mempelajari konstruksi diri (Martin 2007). Tapi kita yet5 studi yang mengambil pendekatan yang lebih terletak untuk memeriksa variasi kontekstual dan pengaruh tetap relatif jarang. Kedua, pertanyaan mendasar telah diajukan tentang apakah konsep diri memang secara hirarkis terstruktur sama sekali, atau apakah struktur hirarkis mungkin sebenarnya mencerminkan prosedur statistik dari mana kaki telah muncul. Karena dominasi lapangan dengan metode kuantitatif, sebagian besar menggunakan semua sama diri deskripsi kuesioner, disarankan agar pendekatan, penelitian berbeda secara kualitatif berorientasi dapat memberikan interpretasi alternatif dan wawasan untuk melengkapi temuan dari studi yang ada. Secara khusus, mengingat kompleksitas yang melekat pada konsep diri sebagai konstruksi mental, pendekatan penelitian kualitatif juga mungkin akan lebih cocok untuk menangkap beberapa kompleksitas ini di situ seperti yang fenomenologis dialami individu dan dengan demikian juga mengungkapkan variasi antar pelajar mungkin. Konsep Diri dalam Domain Bahasa Asing Dalam psikologi, sebagian besar penelitian melihat domain lisan telah berfokus pada diri-konstruksi dalam kaitannya dengan LI (lihat, misalnya Marsh dan Yeung 1998;. Pajures dan Valiante 1997; Pajares dkk 2000;. Schunk 20031, dan memiliki menjadi hanya sejumlah studi yang telah meneliti konstruk berkaitan dengan domain FLL (Lau et al, 1999; Marsh et di 2000a, 2001;. Ycung dan Wong 2004) dalam satu studi tersebut, Yeung dan Wong (2004).

38

Joana Umum Bahasa Self Melanjutkan analisis dengan turun Marsh dan (1985) model hirarki Shavelson dalam hal kekhususan meningkat, relevan berikutnya konsep diri seseorang akan mencapai akan menjadi "verbal konsep diri akademis". Di Marsh et al, 's (1988) elaborasi teoritis dari Marsh dan Shavelsen (1985) model, penulis menyarankan segi ini terutama akan menggolongkan bahasa berbasis keterampilan, seperti bahasa ibu (biasanya diwakili b bahasa Inggris) dan bahasa asing sebagai subyek% baik d seperti sejarah dan geografi. Biasanya penekanan dalam riset ini domain akademik erbal telah hampir secara eksklusif pada ibu (LI) kemampuan lidah, dengan sedikit penelitian memeriksa setiap aspek yang terpisah lain dari domain ini. Dalam studi ini, saya telah memilih untuk merujuk pada tingkat konsep diri sebagai "bahasa umum konsep diri" karena dua alasan: pertama, untuk menekankan fokus dalam penelitian ini di domain umum bahasa umum yang menyatukan keyakinan tentang baik asing bahasa dan bahasa ibu konsep diri dan kedua, untuk mencerminkan tidak adanya dalam pengaturan penelitian lainnya seharusnya bahasa berbasis mata pelajaran yang disarankan oleh model, seperti sejarah dan geografi. Keberadaan domain bahasa umum tersirat dalam data melalui cara Joana mengungkapkan keyakinan tentang kemampuan bahasa pada umumnya dan dalam cara di mana ia membandingkan dirinya Li ((krman; keterampilan dan asing nya bahasa keterampilan, terutama dalam konteks tertentu: Umumnya. Joana tampaknya membuat hubungan yang jelas antara kemampuan bahasa ibu dan bunga dalam bahasa Jerman dan keputusannya untuk belajar bahasa asing. Memang, dia bahkan tidak merasa perlu untuk memperluas ini atau menjelaskan hubungan yang dirasakan, karena tampaknya menjadi jelas baginya, sebagai ekstrak data di bawah ini menunjukkan. konsep diri tidak ada tetapi lebih karena itu mungkin tidak dipandang relevan oleh peserta didik dalam konteks ini, atau itu mungkin tidak lagi relevan untuk tingkat lanjutan dari peserta didik untuk siapa lebih domain-spesifik konsep diri mungkin lebih dominan (ci. Harter 1999a, 2006; Jacobs ci tahun 2002:. Marsh dan Ayotte 2003). Penelitian lebih lanjut oleh karena itu diperlukan dengan berbagai tingkat peserta didik untuk mengeksplorasi sejauh mana individu mungkin memiliki berbeda Li dan L2 konsep diri dan apakah ada mungkin ia konteks tertentu di mana peserta didik dapat memilih untuk merujuk kepada bahasa umum konsep diri. (Sarah Mercer, 2011)

39

BAB III SOAL LATIHAN

1.

Apakah yang dimaksud dengan Konsep diri (self consept)?

2.

Sebutkan Jenis-Jenis Konsep Diri!

3.

Konsep Diri Positif Anak dapat diperoleh dengan...

4.

Apa saja yang menyebabkan anak mengembangkan konsep dirinyang buruk!

5.

Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri!

40

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

: Keseimbangan berbagai Konsep Diri ; Gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri sangat mempengaruhi kesehatan individu. Kerena dengan individu konsep diri yang baik/sehat akan memiliki keseimbangan dalam kehidupan. Faktor-faktor penting yang terdapat dalam konsep diri memiliki fungsi pemahaman kita terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri setiap individu. Mengaktualisasikan sikap-sikap secara tepat, baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain sebagai suatu pengolahan dasar pemikiran yang positif.

Saran

: Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agar diaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengerti dan menghargai sesama manusia lebih baik

41

DAFTAR PUSTAKA

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC

Wong, Donna L., Dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediaktrik, Jakarta: EGC

Hidayat, A.Aziz Alimun (2002). Kubutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1. Jakarta: EGC

Surya, Hendra. (2007). Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo

Yusuf, Munafir & Intan safitri. (2006). Bereaksi Menarik Diri. Solo: Tiga Serangkai

Baedyan.(2007). Kompotensi Kunci Dalam Berprestasi. Jakarta: Bee Media Indonesia

Wylie, Ruth C. (1979). The Self Concept, Volume 2. USA: Nebraska Press

Mercer, Sarah. (2011). New York: Springer

http://andaners.wordpress.com/2009/04/20/konsep-diri-self-concept.html

http://ainamq.multiply.com/journal/item/115-show_interstitial.html

http://akhanggit.wordpress.com/2010/07/12/membentuk-konsep-diri.html

http://naifu.wordpress.com/2010/07/02/gangguan-jiwa.com

42

http:www.foxisofware.com

43

You might also like