You are on page 1of 2

Konferensi Asia-Afrika merupakan pertemuan antara 29 negara-negara yang berada di benua asia-afrika yang diadakan di kota Bandung pada

tanggal 18 sampai 24 April tahun 1955. Tujuan konferensi tersebut adalah untuk mencari kesepakatan terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan kolonialisme, rasialisme dan menyatukan kesepakatan dalam mengambil langkah-langkah dalam mengembangkan perekonomian Negara-negara Asia-Afrika serta menciptakan perdamaian dunia. Pada awalnya, konferensi ini diadakan dengan berbagai macam pertemuan-pertemuan. Didasari oleh pemikiran Perdana Mentri Indonesia pada saat itu, mr. Ali Sastroamidjojo yang menyatakan bahwa perlunya sebuah kerjasama antara Negara-negara Asia-Afrika untuk menciptakan perdamaian dunia. Hal tersebut ia sampaikan di depan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia pada tanggal 23 Agustus 1953. Tepat 6 hari setelah Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang baru berusia 8 tahun. Pada saat itu, momentum untuk mempertahankan kemerdekaan menjadi tujuan yang paling utama dengan adanya pernyataan perang dingin (perang memberikan pengaruh) antara dua Negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dan selama seminggu, pada tanggal 25 April sampai 2 Mei 1954, diadakan pertemuan-pertemuan untuk mengadakan kerjasama antar Negara-negara asia-afrika. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan 4 negara, yaitu India, Pakistan, Myanmar (Burma dahulunya), dan Indonesia. Beberapa bulan kemudian, dalam rangka mematangkan ide untuk mengadakan konferensi Asia-Afrika maka diadakan pertemuan selama 2 hari, tepatnya pada tanggal 28-29 Desember 1954 di Kota bogor. Pertemuan yang dikenal dengan Persidangan Bogor secara khusus membahas mengenai perumusan konferensi, termasuk tujuan dan latar belakang serta siapa saja Negara-negara yang akan diundang. Dan setelah itu, pada tanggal 18-24 April 1955, Konferensi Asia-Afrika dilaksanakan di kota bandung di gedung merdeka. Konferensi diketuai oleh perwakilan dari Negara Indonesia, yaitu Perdana Mentri Ali Sastroamidjojo dan dibuka secara resmi oleh Presiden Soekarno yang merupakan Presiden Indonesia pada saat itu. Semua Negara yang hadir, kecuali jepang, merupakan Negara-negara yang digolongkan sebagai Negara underdeveloped, dan banyak diantaranya yang baru saja memperoleh kemerdekaannya. Di antara kedua puluh Sembilan Negara-negara yang diundang tidak termasuk Cina (pada saat itu Cina Nasionalis), Israel, Uni Afrika selatan dan Uni soviet yang sebagian wilayahnya ada di benua asia. Konferensi yang berlangsung dalam semangat persahabatan saling harga-menghargai tersebut akhirnya dapat menghasilkan apa yang dikenal dengan Bandung declaration atau Dasasila Bandung, yang antara lain menegaskan; Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam piagam PBB. Menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa.

Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam persoalan-persoalan yang ada di dalam negeri Negara lain. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahakan diri sendiri secara sendirian atau secara kolektif yang sesuai dengan piagam PBB. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu dari Negara-negara besar. Dan tidak melakukan tekanan terhadap Negara lain. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik sesuatu Negara. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti misalnya perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum atau cara-cara lain menurut pilihan dari pihak-pihak yang bersangkutan, sesuai dengan piagam PBB. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional. Dan tepat 50 tahun setelah konferensi Asia-Afrika pertama kali dibuka pada tahung 1955, tahun 2005 kemarin kembali diadakan sebuah pertemuan di kota bandung dan Jakarta pada tanggal 19-24 April 2005. Pertemuan itu diadakan untuk memperingati 50 tahun konferensi Asia-Afrika. Dan sembari mengingat kenangan lama, perjuangan bersama para perwakilan yang diundang pada pertemuan tersebut diajak ke Gedung Merdeka Bandung. Dan bahkan, Sekretaris Jendral PBB pada saat itu, Kofi Annan juga turut berpartisipasi.

You might also like