You are on page 1of 24

GERAK REFLEKS

A. TUJUAN 1. Mengetahui tempat-tempat pengukuran tendon 2. Mengetahui cara pengukuran refleks tendon 3. Melakukan pemeriksaan refleks tendon 4. Mengetahui lokasi pengecap yang terdapat pada lidah 5. Mengetahui peta rasa yang terdapat pada lidah 6. Menguji rasa pada lidah B. METODOLOGI GERAK REFLEKS Alat dan Bahan Gerak refleks o Stetoskop o Spigmanometer Cara kerja Refleks bisep Buka lengan baju sampai atas siku Tangan OP di miringkan hingga 900 Mencari tendon bisep

Amati gerakan yang terjadi Refleks trisep Buka lengan baju sampai atas siku Tangan OP dalam keadaan adduksi

Pukul dengan paku refleks

Mencari tendon trisep

Amati gerakan yang terjadi


Gerak Refleks

Pukul dengan paku refleks


Page

Refleks Patellar Op duduk dengan kaki menggantung Memukul dengan palu refleks

Mencari tendon patela

Refleks Achilles

Op duduk dengan kaki menggantung fleksi

Melakukan dorso

Memukul dengan palu refleks

1. 2. 3.

Pengecap Alat : Wadah larutan penguji Lidi kapas Peta Lidah Bahan :

1. Larutan gula 2. Larutan garam 3. Larutan kininasulfat 4. Larutan asam cuka

Cara kerja

Op berpuasa selama 15 menitC

Op menunjukan lidah dan di oleskan salah satu bahan tanpa di ketahui

Gerak Refleks

Mencatat hasil

Page

Op di minta menyebutk

an rasa apa dan berada di lidah bagian mana

Gerak Refleks

Page

C.

LANDASAN TEORI

GERAK REFLEKS Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks (Anonim, 2011) Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor (Tri Murtiati, 2009). Berdasarkan Ganong (2009) Kegiatan pada lengkung refleks dimulai di reseptor sensorik sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal-atau-tuntas di saraf aferen (sensorik). Bila potensial aksi ini sampai di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf pusat, dan kegiatan di lengkung refleks ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinaps pada neuron eferen tersebut. Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung refleks sendiri mempunyai satu sinaps antara neuron aferen dan eferen. Lengkung refleks semacam itu dinamakan monosinaptik dan refleks yang terjadi disebut refleks monosinaptik. Lengkung refleks mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron aferen dan eferen dinamakan polisinaptik dan jumlah sinapnya antara dua sampai bebeapa ratus. Pada kedua jenis lengkung refleks, terutama pada lengkung refleks polisinaptik, kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang ( Subliminal fringe ) dan oleh berbagai efek lain (Sherwood, 2001)..

Gerak Refleks

Page

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik, interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhananya memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik (Soesy, 2009). Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang. Pada gerak refleks impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut busur refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. (Anonim, 2009) Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Berikut skema gerak refleks: gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali gerak dengan mekanisme gerak biasa. Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atau dikontrol oleh otak. Sehingga gerak biasa adalah gerak yang disadari (Prasetyo, 2009). Waktu antara pemberian rangsangan hingga timbul jawaban disebut waktu refleks. Kekuatan refleks ditentukan oleh kekuatan rangsang dan lama pemberian rangsang. Menurut (Fitriani,2004) Jenis refleks dikelompokkan berdasarkan :
Gerak Refleks Page

1.Letak reseptor
Refleks eksteroseptif, yaitu rangsangan yang timbul karena rangsangan pada reseptor di permukaan tubuh Refleks interoseptif/viseroseptif, yaitu rangsangan yang timbul karena rangsangan pada alat dalam atau pembuluh darah Refleks propioseptif, yaitu rangsangan yang timbul karena rangsangan pada reseptor di otot rangka, tendon dan sendi (refleks sikap badan)

2. Bagian saraf pusat yang terlibat


Refleks spinal, melibatkan neuron di medulla spinalis, contoh : withdrawal refleks Refleks bulbar, melibatkan neuron di medulla oblongata Refleks kortikal, melibatkan neuron di korteks serebri

3. Ciri jawaban
Refleks motor, efektornya otot dengan jawaban berupa kontraksi atau relaksasi otot Refleks sekretorik, efektornya kelenjar dengan jawaban berupa peningkatan atau penurunan sekresi kelenjar Refleks vasomotor, efektornya pembuluh pembuluh darah berupa vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) atau vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah)

4. Bawaan sejak lahir dan didapat


Refleks tak bersyarat (unconditioned reflex), refleks yang dibawa sejak lahir, contoh : refleks menghisap pada bayi Refleks bersyarat (conditioned reflex), refleks yang didapat selama pertumbuhan dan biasanya berdasarkan pengalaman hidup, contoh : keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat

5. Jumlah neuron yang terlibat


Refleks monosinaps, lengkung refleks paling sederhana, melalui satu sinaps (hanya melalui 2 neuron, satu neuron afferen dan satu neuron efferen yang langsung berhubungan dengan di saraf pusat). Contoh : stretch refleks.

Gerak Refleks

Page

Refleks polisinaps, melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa interneuron yang menghubungkan afferen dan efferen. Kecuali refleks regang, semua refleks melalui lebih dari satu sinaps.

Gerak

refleks

dapat

digunakan

pada

pemeriksaan

neurologi

untuk

mengetahui kerusakan atau pemfungsian dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Keadaan sirkuit refleks dapat sangat bervariasi tergantung pada kondisi seseorang (misalnya terjaga, tidur, koma), pada apa yang dilakukan (misalnya berjalan, berlari, berpikir), pada posisinya dalam ruang dan postur, dan atas faktor lainnya. Informasi-informasi ini berguna bagi dunia farmasi dan kedokteran (Evelyn,2006).

Tingkat Medula Spinalis Kita sering berpendapat bahwa medula spinalis hanya berfungsi menyalurkan isyarat dari perifer ke otak atau sebaliknya. Ternyata setelah transeksi medula spinalis, banyak fungsi medula spinalis tetap berlangsung. Sirkuit neuron pada medula spinalis dapat menyebabkan antara lain gerakan berjalan, withdrawal reflex, refleks mempertahankan tubuh terhadap tarikan gravitasi, serta refleks mempertahankan tubuh terhadap tarikan gravitasi, serta refleks yang mengendalikan pembulh darah lokal dan gerakan gastrointestinal. Tingkat Otak Yang Lebih Rendah (Lower Brain Level) Hampir semua aktifitas tubuh kita yang tak disadari dikendalikan oleh bagian otak yang lebih rendah yaitu medula oblongata, pins mesencephalon, hypotalamus, talamus, cerebelum, dan basal ganglia. Pengendalian tekanan darah arteri dan pernapasan terutama terjadi di medula oblongata dan pons, Pengendalian keseimbangan adalah kombinasi antara fungsi bagian primitif serebelum dan substansi retikuler medula oblongata, pons dan mesencephalon. Refleks makan, seperti salivasi akibat rangsangan rasa makanan dan menjilat bibir, dikendalikan oleh area di medula oblongata, pons, mesencephalon, amygdala dan hipotalamus ; sedangkan berbagai pola emosi seperti marah, keadaan terangsang, aktifitas seksual, reaksi terhadap rasa sakit atau reaksi terhadap perasaan nyaman dapat terjadi tanpa korteks serebri (Tri, Murtiati, 2009). Bila suatu otot rangka dengan persarafan utuh diregangkan, maka ia berkontraksi. Respon ini dinamai refleks regang. Rangsangan yang memulai refleks ini adlah regangan otot dan respon ini merupakan kontraksi otot yang diregangkan.
Gerak Refleks Page

Organ indera ini merukana gelondong otot. Impuls yang berasal di dalam gelendong dihantarkan di dalam susunan saraf pusat oleh serabut sensorik cepat yang lewat langsung ke neuron motorikyang mensarafi otot yang sama. Neurotransmiter pada sinap sentral merupakan glutamat. Refleks regang merupakan refleks monosinap yang terbaik dikenal dan diteliti di dalam badan. Contoh klinik dari refleks regang adalah pengetokan tendon patella membangkitkan sentakan lutut, refleks regang musculus quadriceps femoris, karena pengetokan tendon meregangkan otot (Ganong, 2009).

Gambar 1. Refleks regang Patella (Sumber: http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor Pendamping/Praweda/Biologi/009d.htm/19/03/2011)

Gambar 2 : Reflek pada Achilles, Bisep dan Trisep Sumber : http://widodo-sarono.blogspot.com/2011/07/mengenali-berbagai-gerak-refleks-pada.html

Jika suatu otot diregangkan secara pasif, serat- serat intrafusal di dalam gelendong- gelendong otot juga teregang, terjadi peningkatan pembentukan

Gerak Refleks

Page

potensial aksi di serat aferen yang ujung- ujung sensoriknya berakhir di serat- serat gelendong yang teregang tersebut. Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang empersarafi serat- serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu. Refleks regang ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negatif untuk menahan setiap perubahan pasi panjang otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan (Ganong,2009). Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Setiap kali sendi lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot kuadriseps teregang. Kontraksi yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat reflex regang dengan cepat meluruskan lutut, menahan tungkai tetap terkstensi, sehingga orang yang bersangkutan tetap berdiri tegak. Menurut Juwono (2001) Cara menilai kekuatan otot : Dengan menggunakan angka 0-5 : 0 total 1 2 3 4 5 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh :Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendian yang harus digerakan oleh otot tersebut : Didapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak mamu melawan gaya berat ( gravitasi ) : Dapat menghasilkan gerakan melawan gaya berat : Dismping melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan : Tidak ada kelumpuhan ( Normal ) PENGECAPAN Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang terutama terletak pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecapa pada lidah manusia) dan dalam jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan laringeal dari epiglottis. Kuncup kecap terbenam dari epitel berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel reseptor (Savitri Diah, 1997).
Gerak Refleks Page

Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya 4 jenis sel, yang dapat dikenali dengan mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan mikrovili pada permukaannya. Walaupun fungsinya belum diketahui, mereka dapat membantu aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang dicirikan oleh terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4 adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor dari sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3 (Junqueira, L. Carlos. 1995).

Gambar struktur lidah, jaringan lidah dan taste pore (John Willey and Sons,2000)

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Ada beberapa papilla pada lidah, antara lain: Papillae sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah dari jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papillae sirkumvalata adalah jenis papillae yang terbesar, dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit. Papillae ini tersusun berjejer membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.

Gerak Refleks

Page

Papillae fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk jamur. Papilae filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ-ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam dinding papillae sirkumvalata dan fungiforum. Papilae filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh, daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dan farinx juga bermuatan puting-puting pengecap (Widiastuti.2002).

Hubungan Syaraf Dan Lidah Lidah memiliki pelayanan pensarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat pensarafan dari urat saraf hipoglosus (Saraf otak kedua belas). Daya perasaannya dibagi menjadi perasaan umum, yang menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya, dan rasa pengecap khusus (Savitri Diah, 1997). Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf kranial kelima, sementara impuls indera pengecap bergerak dalam khorda timpani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan saraf kranial ketujuh, yaitu nervus saraf fasialis. Saraf kranial kesembilan, saraf glossofaringeal, membawa, baik impuls perasaan umum, maupun impuls perasaan khusus dari sepertiga posterior lidah. Dengan demikian indera pengecapan lidah dilayani oleh saraf kranial ke lima, ketujuh dan kesembilan, sementara gerakan-gerakannya dipersarafi oleh saraf kranial kedua belas (Savitri Diah, 1997).

Gerak Refleks

Page

Transduksi Rasa Tranduksi setiap pengecap atau rasa pada manusia berbeda-beda. Tranduksi rasa manis : rasa manis dimulai dengan melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP. Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak (Ganong, 2002). Tranduksi rasa asin: rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak (Sunariani et al, 2007) Tranduksi rasa pahit: transtan pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ini akan mengakibatkan Gprotein melepaskan unit , yang pada reseptor indera rasa pengecap pahit ini disebut sebagai Gustducin. Gustducin mengaktifasi ensim sehingga pada keadaan ini menyebabkan tertutupnya saluran K+, kemudian merangsang PLC (phospholipase C) untuk mengaktivasi PIP (fosfo inositol fosfat) menjadi IP3 (inositol trifosfat). IP3 menyebabkan Ca2+ dikeluarkan dari endoplasmik retikulum dan mitokondria sehingga menimbulkan depolarisasi. Peningkatan konsentrasi Ca2+ di dalam sel reseptor rasa pengecap pahit menyebabkan peningkatan rasa pahit dan diteruskan ke memori di dalam otak (Ganong, 2002) Tranduksi rasa asam: tidak sepeti rasa manis dan pahit, ras asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion H. Membran sanyat permeable terhadap proton ini. Masuknya proton dilepaskan ke sinaps.
Gerak Refleks Page

akan membuat depolarisasi akibatnya neotransmiter

Gambar Reseptor Pengecapan (Chan, Felix, 2008).

Gerak Refleks

Page 12

Ambang Pengecapan

(Chan, Felix, 2008)

Variasi, Efek Ikutan dan Kelainan Pengecapan Pada manusia terdapat variasi menarik dalam kemampuan merasakan feniltiokarbamid (PTC). Dalam larutan encer, PTC terasa asam bagi sekitar 70% populasi Kaukasus. Sedangkan sisanya merasakan tidak demikian. mengenai Kelainan Ketidakmampuan merasakan PTC diwariskan sebagai sifat yang resesif otonom. Pemeriksaan sifat-sifat ini berguna dalam penelitian-penelitian genetik manusia. Terdapat protein yang dapat mengubah rasa. Rasa asam dapat diubah menjadi terasa manis. Protein ini disebut dengan mirakulin. pengecapan antara lain ageusia (hilangnya daya pengecapan), hipogeusia (berkurangnya kepekaan pengecapan), dan disgeusia (distori daya pengecapan).

Berbagai penyakit dapat menimbulkan hipogeusia. Selain itu, obat-obatan misalnya kaptopril dan penisilamin, yang mengandung gugus sulfhidril, menyebabkan hilangnya sensasi kecap sementara. Penyebab efek dari senyawa sulfhidril ini tidak diketahui (Ganong,2002).

Gerak Refleks

Page

D. HASIL DATA DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN GERAK REFLEKS Bagian Tubuh Triseps Biseps +2 Patella Achilles +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 -2 +2 +2 +2 +2 +1 Fera +2 Singgih +2 Firdha +2 Baeti -2 Indi +2 Dian -2

a) 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus b) 3+ : hiperaktif c) 2+ : normal d) 1+ : hipoaktif e) 0 : tidak ada reflex

Pelaksanaan praktikum ini sangat penting agar diketahui bagaimana cara memeriksa refleks fisiologis yang ada pada manusia. Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul kontraksi. Respon ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan.Reseptornya adalah kumparan otot (muscel spindle).Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR), Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan Withdrawl refleks.Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu dan respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada refleks triceps gerakannya menjauh (ekstensi) dan merupakan refleks monosinaps. Refleks trisep berupa kontraksi otot triseps. Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketukan pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku, ini akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontarksi otot triseps. Setelah

Gerak Refleks

Page

dilakukan praktikum didapatkan data bahwa untuk perlakuan pada otot triseps menunjukkan adanya perbedaan respon pada setiap OP. Hal ini mungkin disebabkan karena gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu (Pearce, 2006). Selain itu rangsangan yang diberikan dapat diubah menjadi bentuk aksi-aksi yang berbeda oleh reseptor, nah reseptor ini menimbulkan gerakan atau aksi-aksi yang berbeda setiap individu. Untuk OP Fera, Singgih, Indi, dan Firdha menunjukkan bahwa gerak refleks mereka normal. Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps sedikit meningkat (brisk) bila ekstensi ringan dah hiperaktif bila ekstensi siku tersebut tersebar ke atas sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus sementara ( Juwono, 2000). Untuk Baeti dan Dian setelah diberi perlakuan maka responnya akan bergerak mendekati sumbu tubuh. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada refleks triceps gerakannya menjauh. Berdasarkan Juwono ( 2000 ) hal ini bisa disebabkan karena adanya diskus protesio yang terjadi pada daerah supra klavikula dan triseps sehingga reflex trisep menurun secara negative dan dan biseps tidak terganggu. Untuk percobaan yang kedua yaitu gerak reflex pada otot biseps. Ketika dilakukan ketukan pada tendo otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi. Bisep dalam keadaan normal timbul kontraksi otot bisep sedikit meningkat bila terjadi refleksi sebagian dan gerakan pronasi. Bila hiperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu (Juwono,2000). Hasil percobaan adalah untuk semua OP mengalami gerak reflex normal. Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks. Respons normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi biseps. Untuk percobaan ketiga yaitu gerak refleks pada otot patella. Refleks Patella. Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang. Jika pasien terlentang, pengkajian menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respons normal. Untuk hasil praktikum gerak refleks patella, semua OP menunjukkan hasil refleks yang normal. Untuk percobaan keempat yaitu gerak refleks pada otot achilles. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai di- fleksikan pada sendi lutu dan kaki didorsofleksikan.Respon yang terjadi ketika
Gerak Refleks

tendo

Page

Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. Untuk kelima OP menunjukkan refleks yang normal keuali OP Dian. Hal ini mungkin disebabkan karena ada kelainan pada saraf. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Berikut skema gerak refleks: gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali gerak dengan mekanisme gerak biasa. Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atau dikontrol oleh otak. Sehingga gerak biasa adalah gerak yang disadari (Prasetyo, 2009). Refleks dikendalikan oleh saraf tulang belakang atau dasar otak Anda. Informasi tentang peregangan pada tendon diambil oleh reseptor sensorik. Ini saraf sensorik memberikan informasi ke sistem saraf pusat Anda tentang perubahan dalam lingkungan. Tidak seperti reaksi lain di mana Anda memberikan beberapa reaksi tubuh Anda, sumsum tulang belakang dikondisikan untuk mengirim tanggapan langsung ke otot-otot di kaki. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi dan kaki bawah untuk menendang. Pada pasien dengan hypertonia, gerakan itu akan dibesar karena sistem saraf lebih menanggapi kekuatan palu. Jika otot memiliki nada tinggi, otot akan bereaksi berlebihan dengan membuat gerakan bergetar disebut clonus. Bergantian, nada rendah akan mengakibatkan kurangnya terbatas atau gerakan bersama-sama dengan kekuatan palu itu.

PEMBAHASAN PENGECAPAN

Pengecap rasa pada lidah adalah taste buds. Taste buds mengandung poripori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili yang membawa sel gustatori yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili merupakan
Gerak Refleks Page

reseptor permukaan bagi rasa. Reseptor pada pengecapan berupa kemoreseptor yang merupakan bahan kimia tertentu yang jika bertemu dengan reseptor pengecapan akan menghasilkan sinyal saraf untuk dapat merasakan rasa. Reseptor pengecapan manusia terdapat di lidah. Pada lidah tersebut, terdapat bagian-bagian yang memiliki reseptor adekuat terhadap rangsang kemoreseptor yang berbeda-beda. Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu rasa asam, asin, manis, pahit dan umami. Rasa asam sering digunakan untuk mendeteksi keasaman. Rasa asin dapat memodulasi diet untuk kestabilan elektrolit tubuh. Rasa manis penting untuk menambah energi tubuh. Rasa pahit dapat mendeteksi berbagai toksin dan rasa umami digunakan untuk mendeteksi asam amino (Nadhia dkk, 2009). Keempat kemoreseptor tersebut diuji cobakan pada praktikum kali ini. Karena lidah memiliki bagian yang berbeda untuk masing-masing kemoreseptor, berikut merupakan peta lidah dengan bagian yang memiliki reseptor adekuat terhadap masing-masing kemoreseptor. Pada lidah terdapat area yang berbeda-beda untuk merasakan reseptan. Ujung lidah peka terhadap rasa manis. Lidah bagian tepi depan peka terhadap rasa asin. Bagian tepi belakang lidah peka terhadap rasa masam, sedangkan bagian pangkal lidah peka terhadap rasa pahit. Walaupun area tersebut peka terhadap satu rasa, area tersebut masih dapat merasakan rasa lain namun tidak seberapa peka bila dibandingkan oleh satu rasa tersebut (Guyton, 1988).

(http://kedaibuguru.blogspot.com/2011/12/peta-lidah.html

Berdasarkan hasil praktikum untuk kemoreseptor rasa manis, 5 OP menunjukkan bahwa rasa manis sangat dirasakan pada bagian ujung lidah. Sedangkan 1 OP merasakan rasa manis pada bagian tengah lidah. Jika melihat peta lidah di atas, 5 OP sesuai dengan pemetaan reseptor pada lidah. Dan sesuai dengan literatur menurut Guyton (1988). Sedangkan 1 OP lagi tidak sesuai. Rasa
Gerak Refleks Page

manis dipicu oleh oleh konfigurasi tertentu glukosa (Sherwood, 2011). Hal ini dapat dibuktikan karena bahan yang diujikan adalah gula pasir yang merupakan salah satu jenis gula. Transduksi rasa manis dimulai dengan melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan CAMP dari ATP. Terjadinya peningkatan CAMP akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K+ dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada papila pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neutransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak. Kemoreseptor selanjutnya adalah asam. Bahan yang digunakan adalah asam cuka. Asam cuka merupakan bahan kimia sehingga jika mengenai indera pengecap akan timbul sinyal saraf untuk mendeteksi rasa tersebut. Keenam OP sepakat menyatakan bahwa rasa asam sangat dirasakan pada bagian kiri-kanan lidah dan hampir mendekati pangkal. Berdasarkan peta lidah, seharusnya rasa asam lebih dirasakan pada kiri-kanan lidah dan mendekati ujung lidah bukan pangkalnya. Tetapi semua OP merasakan hal yang berbeda. Menurut Guyton (1988) rasa asam sangat dirasakan pada bagian kiri-kanan lidah (tepi) bagian belakang sehingga apa yang dirasakan OP sesuai dengan literatur. Rasa asam terjadi karena konsentrasi proton atau ion H+. Membran sangat permeabel terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat depolarisasi, akibatnya neutransmiter dilepaskan ke sinaps. Seperti yang disebutkan dalam Sherwood (2011), rasa asam disebabkan oleh asam kimia yang mengandung ion hidrogen bebas H+. Depolarisasi sel reseptor eleh tastan asam terjadi karena H+ menghambat saluran K+ di membran sel reseptor. Penurunan perpindahan pasif ion (Sherwood, 2011). Pada pengujian rasa asin digunakan larutan garam dapur. Keenam OP sepakat menyatakan bahwa rasa asin sangat dirasakan pada bagian kiri-kanan lidah mendekati ujung lidah. Jika dilihat berdasarkan peta lidah, hal ini menunjukkan perbedaan. Berdasarkan peta lidah, reseptor adekuat rasa asin sangat dirasakan pada kiri-kanan lidah mendekati pangkalnya. Tetapi berdasarkan Guyton (1988)
Gerak Refleks

K+ bermuatan positif keluar sel

mengurangi negativitas internal sehingga terjadi depolarisasi potensial reseptor

rasa

Page

asin lebih kuat dirasakan pada bagain kiri-kanan (tepi) lidah bagian depan. Rasa asin dibentuk oleh garam terionisasi yang kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa lain selain rasa asin. Garam akan menimbulkan rasa ketika ion natrium (Na+) masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal (atas), selain masuk lewat kanal pada lateral (sisi) sel rasa (Sunariani dkk, 2007). Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak. Untuk pengujian rasa pahit digunakan pil kina yang telah digerus. Keenam OP sepakat bahwa rasa pahit sangat peka dirasakan pada bagian pangkal lidah. Hal ini juga sesuai dengan Guyton (1988) dan peta lidah diatas. Transtan pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ini akan mengakibatkan glikoprotein melepaskan unit , yang terdapat pada reseptor indera rasa pengecap pahit ini disebut sebagai Gustducin. Gustducin mengaktifasi enzim sehingga pada keadaan ini menyebabkan tertutupnya saluran K+, kemudian merangsang PLC (phospholipase C) untuk mengaktivasi PIP (fosfo inositol fosfat) menjadi IP3 (inositol trifosfat). IP3 menyebabkan Ca2+ dikeluarkan dari endoplasmik retikulum dan mitokondria sehingga menimbulkan depolarisasi.Peningkatan konsentrasi Ca2+ di dalam sel reseptor rasa pengecap pahit menyebabkan peningkatan rasa pahit dan diteruskan ke memori di dalam otak (Ganong, 2001). Setiap sel reseptor berespon dengan derajat bervariasi terhadap kelima rasa primer (manis, asam, asin, pahit, dan umami) tetapi umumnya cenderung lebih responsif terhadap satu modalitas saja. Keberagaman diskriminasi rasa diluar rasa primer bergantung pada perbedaan ringan pola perangsangan semua kuncup kecap sebagai respon terhadap berbagai bahan, serupa dengan variasi stimulasi ketiga jenis sel kerucut yang menghasilkan beragam sensasi rasa (Sherwood, 2011). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa reseptor dapat berespon dengan segala modalitas. Ini menandakan bahwa sebenarnya pada seluruh bagian lidah juga dapat merasakan semua rasa primer. Karena pada seluruh bagian lidah terdapat reseptor (papila). Karena fakta ini, adapula referensi yang menyatakan bahwa pemetaan lidah untuk rasa-rasa tertentu tidak sepenuhnya benar. Persepsi rasa yang dirasakan masing-masing OP juga bergantung pada faktor-faktor lain. Faktor tersebut antara lain, suhu, usia, serta faktor psikologis yang berkaitan dengan makanan yang sebelumnya dimakan. Pada faktor usia, menurut Sunariani (2007)
Gerak Refleks Page

menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat berkurangnya jumlah pengecap pada lidah, kehilangan unsur-unsur reseptor juga dapat mengurangi fungsional yang dapat mengurangi turunnya sensasi rasa. Untuk faktor psikologis, sebelum OP diuji coba dengan bahan, selama 15 menit OP diharuskan tidak makan dan minum. Hal ini dilakukan agar rasa bahan yang nanti akan diujikan tidak bias dengan rasa makanan dan minuman yang sebelumnya dikonsumsi. Untuk faktor suhu, suhu yang tinggi akan merusak sel-sel pada kuncup rasa sehingga sensitivitasnya berkurang. Sedangkan suhu yang terlalu dingin akan membius kuncup rasa pada lidah yang juga menyebabkan sensitivitasnya pada rasa akan berkurang.

KESIMPULAN Gerak refleks dapat diiukur pada beberapa tempat pada tubuh seseorang, yaitu

Gerak Refleks

Page

Pengukuran refleks tendon dapat diukur dengan memukul bagian tendon yang diinginkan menggunakan palu refleks dan melihat gerakan yanng diakibatkan oleh pukulan tersebut. Tendon yang ingin dillihat gerak refleksnya dapat ditemukan dengan meraba bagian tendon yag diinginkan. Pengukuran tendon dilakukan pada bagian bisep, trisep, patellar, dan Achilles. Pengukuran refleks tendon dilakukan dengan cara pengetukan dengan ham- mer (palu). Peta rasa lidah yakni : Ujung rasa manis, Pangkal rasa pahit, tepi lidah asin dan ujung tepi asam. Cara menguji rasa pada lidah adalah dengan memberikan zat kimia tertentu dengan perwakilan rasa masing masing (pahit, asam, manis, asin) dengan menggunakan cotton bud dan menggoreskannya sedikit di lidah dan meminta OP untuk menyebutkan rasa yang dialami. Menguji rasa lidah adalah untuk membuktikan bahwa lidah memiliki berbagai reseptor yang peka terhadap berbagai jenis zat kimia yang menghasilkan sensasi yang berbeda beda.

DAFTAR PUSTAKA Adler, Elliot. 2000


Gerak Refleks Page

http://www.bio.davidson.edu/courses/Molbio/MolStudents/spring2000/kazama/res tricted/review.html. Diunduh 30 Maret 2012 21:30. Adler,Elliot.2000.http://www.bio.davidson.edu/courses/Molbio/MolStudents/spring200 0/kazama/restricted/review.html Ahmad H.Asdie, Sp.PD-KE. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Yog- jakarta : UGM. Anonim,2009.http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor Pendamping/Praweda/Biologi/00-9d.htm/19/03/2011 diunduh pada tanggal 28 Maret 2012 Pukul 17.03 Anonim,2011. Asiah,Soesy. 2009. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta. Fitriani Lumongga,,Rika Rokhana, Kemalasari, Paulus Susetyo Wardana, 2004. Identifikasi Sinyal Elektromyograph pada gerak Ekstensi- Fleksi Siku Dengan Metode Konvolusi Dan Jaringan Syaraf Tiruan. ITS : Surabaya. Ganong. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta. Guyton and Hall.1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 15.EGC. Jakarta Guyton, A.C. 1988. Fisiologi Kedokteran. EGC: Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta. http://kedaibuguru.blogspot.com/2011/12/peta-lidah.html. Diunduh pada 1 April 2012 14:30. http://www.pdgi.or.id/assets/jurnal/2/jurnal2Naskah_3_JURNAL_PDGI_Vol_60.pdf . Diunduh 1 April 2012 15:17 http://www.scribd.com/doc/6578595/Sistem-Saraf/20/03/2011. Diunduh tanggal 28 Maret 2012 pukul 17.00.wib John Willey. http://wikis.lib.ncsu.edu/images/6/64/Gustatory.gif . Diunduh 30 Maret 2012 21:00 John Willeyhttp://wikis.lib.ncsu.edu/images/6/64/Gustatory.gif

Juwono.2000. Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. Jakarta : EGC


Gerak Refleks Page

Nadhia, Anis dkk. 2009. Penurunan Sensitivitas Rasa Manis Akibat Pemakaian Pasta Gigi yang Mengandung Sodium Lauryl Sulphate 5%. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya Pearce, E. 2006 .Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta Prasetyo, 2009. http://blog-biologiku.blogspot.com/2010/09/gerak-refleks_18.html. diunduh pada tanggal 1 April 2012 pukul 09.13 wib Pratama, Tomi. 2008. Gerak Refleks Pada Manusia. http://thetom022. wordpress. com /2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia/. Diakses pada Tanggal 1 April 2012 pukul 09.20 wib Sarah . 2010 . Understanding Williams Syndrome http://understandingwilliamssyndrome.blogspot.com/p/muscles-andbones.html.Diunduh tanggal 1 April 2012 Pukul 09.00 wib Sarono, Widodo. 2010. http://widodo-sarono.blogspot.com/2011/07/mengenaliberbagai-gerak-refleks-pada.html. diunduh pada tanggal 28 Maret 2012 pukul 17.20 wib Sherwood, L.2001 .Fisiologi Manusia Dari Sel ke sistem.EGC. Jakarta Sherwood, Laurace.2011.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC: Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta. Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya Sunariani, Jenny dkk. 2007. Perbedaan Persepsi Pengecap Rasa Asin Usia Subur dan Usia Lanjut. Fakultas Diunduh 1 April 2012 15:27. Tri Murtiati, dkk. 2009. Bahan Ajar Anatomi Fisiologi Manusia. UNJ. Jakarta. William, Ganong. 2009. Fisiologi Kedokteran Edisi 21. EGC. Jakarta http://journal.unair.ac.id/filerPDF/perbedaan%20persepsi%20pengecap.pdf.

Gerak Refleks

Page

You might also like