You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Berdirinya suatu Negara tidak lepas dari adanya wilayah, pemerintah, serta warga Negara. Dari masa ke masa mulai dari masa kerajaan, penjajahan, hingga kemerdekaan kemudian dimulai dari era orde lama, orde baru, hingga reformasi masalah hak dan kewajiban warga Negara sangat diperhitungkan. Hal-hal yang menyangkut hak serta kewajiban warga Negara berpengaruh pada eksistensi, persatuan, serta kedaulatan suatu Negara. Bicara mengenai kewarganegaraan tentunya tidak lepas dari asasasas dari kewarganegaraan itu sendiri. Asas Ius Sanguine maupun Ius Soli serta asas bipatride dan apatride sempat menjadi permasalahan klasik di Indonesia. Perlunya mahasiswa mengetahui hak dan kewajiban warga Negara serta aspek-aspek yang mendukung hak kewajiban tersebut sehingga tersusunlah makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan warga Negara, penduduk dan apa kaitannya dengan Negara? 2. Apa dan bagaimana asas-asas kewarganegaraan di Indonesia? 3. Apa itu pewarganegaraan? 4. Bagaimana sejarah kewarganegaraan di Indonesia? 5. Seperti apa hak dan kewwajiban warga Negara menurut UUD 1945? 6. Apa yang dimaksud dengan bela Negara? C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh mengenai hak dan kewajiban warga Negara, asas-asas kewarganegaraan, pewarganegaraan, sejarah kewarganegaraan di Indonesia, hingga pada upaya bela Negara, serta untuk memenuhi tugas akhir dari Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

1 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

D. Manfaat Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai hak dan kewajiban warga Negara serta pengaplikasian dari UUD 1945 mengenai hak dan kewajiban warga Negara. E. Sistematika Sistematika makalah dibagi dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi menjadi sub bab, yakni sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan Bab II Landasan Teori Bab III Penutup, berisi simpulan

2 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Warga Negara dan Penduduk Syarat-syarat utama berdirinya suatu Negara merdeka adalah harus memiliki wilayah tertentu, ada rakyat yang mendiami secara tetap wilayah tersebut, da nada pemerintah yang berdaulat. Ketiga syarat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan ketika suatu Negara dikatakan merdeka. Tidak mungkin suatu Negara berdiri tanpa ada wilayah dan rakyat yang tetap, namun bila Negara itu tidak memiliki kedaulatan pemerintah secara nasional, maka Negara itu belum dapat disebut sebagai Negara merdeka. Di dalam sebuah Negara terdapat sebutan warga Negara, penduduk, orang asing, rakyat, dan masyarakat. Kesemua hal tersebut memiliki objek yang sama tetapi status dan maknanya berbeda. Warga Negara adalah orang yang menetap di suatu wilayah tertentu dan berhubungan dengan Negara. Dalam hubungan antara warganegara dan Negara, warganegara memiliki kewajiban-kewajiban terhadap Negara dan sebaliknya warganegara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh Negara. Di dalam UUD 1945 pasal 26 ayat 1,yang menjadi warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan oleh undang-undang sebagai warga Negara.. seseorang yang memiliki status warga Negara mempunyai hubungan yang tidak terputus dengan negaranya meskipun ia bertempat tinggal di luar negeri. Orang asing merupakan orang warga Negara lain yang berdomisili di Indonesia dengan status jelas (legal) dan/atau orang yang tinggal di Indonesia tetapi memiliki status kewarganegaraan yang tidak jelas (illegal). Pengertian penduduk menurut UUD 1945 pasal 26 ayat 2 Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk mencakup setiap orang yang berdomisili di Indonesia. Warga Negara

3 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

Indonesia yang tidak berdomisili di Indonesia tidak dikatakan sebagai penduduk Indonesia.

B. Asas-asas Kewarganegaraan dan Pewarganegaraan Sesuai Undang-Undang No.12 tahun 2006 bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 maka asas kewarganegaraan meliputi asas kewarganegaraan umum atau universal yaitu asas ius sanguinis, ius soli, dan campuran. Adapun asas yang dianut dalam UU No. 12 tahun2006 adalah berikut ini. 1. Asas Ius Soli Adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran. Bagi negara indonesia penentuan yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang tersebut. 2. Asas Ius Sanguinis Adalah penenuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan atau pertalian darah. Artinya penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kewarganegaraan orang tuanya, bukan berdasarkan negara tempat tinggalnya. 3. Asas Kewarganegaraan Tunggal Adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang. 4. Asas Kewaganegaraan Ganda Terbatas Adalah asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anakanak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam undangundang ini merupakan suatu pengecualian. Namun ada suatu negara dalam menentukan kewarganegaraannya hanya menggunakan asas ius

4 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

soli atau ius sanguinis saja, maka dapat mengakibatkan dua kemungkinan yang terjadi yaitu bipatride dan apatride. Bipatride (dwi kewarganegaraan) yaitu kewarganegaraan

rangkap/ganda. Dengan demikian mengakibatkan ketidakpastian status orang yang bersangkutan dan kerumitan administrasi tentang kewarganegaraan tersebut. Apatride (tanpa kewarganegaraan) yaitu seseorang tanpa memiliki kewarganegaraan. Dengan demikian keadaan apatride ini mengakibatkan seseorang tidak akan mendapat perlindungan dari negara manapun juga. Contoh negara yang menerapkan asas ius soli adalah Amerika Serikat, sedangkan yang menerapkan asas ius sanguinis adalah Cina. Seorang warga negara Cina yang meahirkan anak di Amerika Serikat, menurut asas yang dianut oleh masing-masing negara tersebut memiliki dua kewarganegaraan yaitu warga negara Amerika Serikat dan warga negara Cina. Sebaliknya warga negara Amerika Serikat yang melahirkan seorang anak di Cina menurut asas tersebut tidak memiliki kewarganegaraan (apatride). Untuk mengatasi kesulitan di atas diadakan perundingan dengan negara lain untuk menentukan pewarganegaraan seseorang terdapat 2 macam stetsel yaitu stetsel pasif dan aktif. Stetsel pasif adalah semua penduduk diakui sebagai warga negara kecuali ia menolak menjadi warga negara atau hak repudiasi. Stetsel aktif adalah untuk menjadi warga negara seseorang harus menggunakan hak opsi atau hak untuk memilih menjadi warga negara.

Pewarganegaraan (Naturalisasi) Negara Republik Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing (bukan warga negara) untuk menjadi warga negara. Dalam hal permohonan kewarganegaraan atau naturalisasi. Naturalisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu naturalisasi biasa dan istimewa. 1. Naturalisasi Biasa Persyaratan menjadi kewarganegaraan Republik Indonesia menurut undang-undang kewarganegaran adalah sebagai berikut:

5 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin Pada waktu pengajuan permohonan sudah bertempat tinggal diwilayah negara sedikitnya 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.

Sehat jasmani dan rohani. Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Tidak pernah dijatuhi pidana karena tindak pidana yang diancam sanksi penjara 1 tahun atau lebih. Tidak menjadi berkewarganegaraan ganda. Mempunyai pekerjaan atau penghasilan tetap. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara sebesar ketentuan peraturan pemerintah.

2. Naturlisasi Istimewa (Luar Biasa) Nauralisasi istemewa di neara RI dapat diberikan kepada warga negara asing yang status kewarganegaraannya sebagai berikut: Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing. Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI. Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya yang WNI, atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas berakibat anak berkewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun atau sudah kawin. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada pjabat dengan melampirkan dokumen sebbagaimana ditentukan dalam perundang-undangan.

6 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

Perbuatan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3 tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.

Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan pernyataannya sendiri (permohonan) untuk menjadi warga negara RI, atau dapat diminta oleh negara RI. Kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia. Cara ini diberikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

3. Akibat Pewarganegaraan Pewarganegaraan membawa akibat hukum pasangan kawin campuran dan anak-anaknya yang menjadi warga negara karena pewarganegaraan. Berikut adalah akibat dari pewarganegaraan: Setiap orang yang bukan WNI diperlakukan seperti orang asing. Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikat perkawinan sah tidak menyebabkan kehilangan status

kewarganegaraan itu. Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan RI turut

memperoleh kewarganegaraan RI. Seorang anak yang lahir dari perkawinan WNA dan WNI tanpa memandang kedudukan hukukm ayahnya baik sah maupun tidak sebelum usia 18 tahun memiliki kewarganegaran ganda. Setelah 18 tahun diharuskan memilih kewaranegaraan. Anak yang lahir di wilayah negara RI yang saat lahir tidak jelas kedudukan orang tuanya atau tidak diketahui orang tuanya merupakan kewarganegaraan RI. Anak dibawah usia 5 tahun telah ditetapkan secara sah sebagai anak WNA berdasarkan pengadilan, tetap diakui sebagai WNI.

7 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

C. Sejarah Kewarganegaraan di Indonesia Kronologi Orde Lama (era Soekarno) 1946 - Indonesia pada tahun 1946 telah jelas mengundangkan bahwa Indonesia menganut azas ius soli. Siapa saja yang lahir di Indonesia adalah warga negara Indonesia. Dengan demikian, secara otomatis, orang Tionghoa yang ada di Indonesia sejak Proklamasi 1945 adalah WNI suku Tionghoa. 1949 - Belanda mengharuskan Indonesia mendasarkan peraturan kewarganegaraannya ke zaman kolonial bila ingin mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda. Orang Tionghoa di Indonesia kembali diharuskan memilih ingin jadi WNI atau tidak. 1955 - Perjanjian Dwi Kewarganegaraan antara RRC dan Indonesia ditandatangani. Karena ada klaim dari Mao Zedong bahwa RRC menganut azas ius sanguinis, siapa yang lahir membawa marga Tionghoa (keturunan dari laki-laki Tionghoa) maka ia otomatis menjadi warga negara Tiongkok. (Hal ini merupakan alasan politik untuk menggalang dukungan dari kalangan Tionghoa perantauan seperti yang dilakukan oleh ROC Taiwan (nasionalis)). Di KAA Bandung, Zhou Enlai menyatakan bahwa keturunan Tionghoa di Indonesia berutang kesetiaan pada negara leluhur. Mao di satu pihak meluncurkan kebijakan ini, namun di lain pihak merasa keturunan Tionghoa di luar negeri adalah masih memihak kepada ROC yang nasionalis. 1958 - Perjanjian dituangkan dalam UU, menegaskan bahwa orang Tionghoa di Indonesia kembali diperbolehkan memilih

kewarganegaraan Tiongkok atau Indonesia. Batas waktu pemilihan sampai pada tahun 1962. Yang memilih menjadi WNI tunggal harus menyatakan diri melepaskan kewarganegaraan Tiongkok.

8 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

Orde Baru (era Soeharto) 1969 - Perjanjian Dwi Kewarganegaraan dibatalkan. Yang memegang surat pernyataan Dwi Kewarganegaraan menjadi stateless (tidak memiliki kewarganegaraan) bila tidak menyatakan keinginan menjadi WNI. 1978 - Peraturan Menteri Kehakiman mewajibkan SBKRI bagi warga Tionghoa. 1983 - Keputusan Menteri Kehakiman , menegaskan bahwa SBKRI hanya wajib bagi mereka yang mengambil surat pernyataan Dwi Kewarganegaraan lalu menyatakan keinginan menjadi WNI. Jadi bagi WNI tunggal dan keturunannya (yang telah menyatakan menjadi WNI tunggal sebelum tahun 1962 dan yang keturunan mereka, serta semua orang Tionghoa yang lahir setelah tahun 1962) tidak diperlukan SBKRI. 1992 - Keputusan Menteri Kehakiman , menegaskan bahwa anak2 keturunan dari orang Tionghoa pemegang SBKRI cukup menyertakan SBKRI orang tua sebagai bukti mereka adalah WNI. 1996 - Penyertaan SBKRI tidak diberlakukan lagi atas Keputusan Presiden. Namun tidak banyak yang tahu karena kurangnya sosialisasi. Era Reformasi 1999 - Keputusan Presiden tahun 1996 itu diperkuat sekali lagi dengan Instruksi Presiden tahun 1999. Perkembangan terakhir Pada tanggal 8 Juli 1996, Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia. Di pasal 4 butir 2 berbunyi, "Bagi warga negara Republik Indonesia yang telah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau Kartu Keluarga (KK), atau Akte Kelahiran, pemenuhan kebutuhan persyaratan untuk kepentingan tertentu tersebut cukup menggunakan Kartu Tanda Penduduk, atau Kartu Keluarga (KK), atau Akte Kelahiran tersebut."

9 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

Sedangkan pasal 5 berbunyi, "Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka segala peraturan perundang-undangan yang untuk kepentingan tertentu mempersyaratkan SBKRI, dinyatakan tidak berlaku lagi." Pada 1999, dikeluarkan Instruksi Presiden No 4/1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden No 56/1996 yang menginstruksikan tidak berlakunya SBKRI bagi etnis Tionghoa yang sudah menjadi WNI. D. Kewarganegaraan Indonesia Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional. Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah : 1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI 2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI 3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya 4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut 5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI 6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI

10 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin 8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya 9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui 10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya 11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan bersangkutan 12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi : 1. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing 2. Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan 3. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia 4. Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI. Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai berikut: memberikan kewarganegaraan kepada anak yang

11 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia 2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia. Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas, dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses pewarganegaraan. Dari UU ini terlihat bahwa secara prinsip Republik Indonesia menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis; ditambah dengan ius soli terbatas (lihat poin 8-10) dan kewarganegaraan ganda terbatas (poin 11).

E. Hak dan Kewajiban Warga Negara menurut UUD 1945 Semua persoalan warga Negara diatur dalam konstitusi Negara UUD 1945 dan berbasis pada filosofis Negara termasuk hak dan kewajiban warga Negara. Pasal-pasal dalam UUD 1945 yang mencakup hak dan kewajiban warga Negara antara lain pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33, dan 34. Pasal 27 ayat 1 Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya Pasal 27 ayat 2 Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 27 ayat 3 Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara Pasal 28 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undangundang Pasal 28A-28J mengenai Hak Asasi Manusia

12 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

Pasal 29 ayat2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu Pasal 30 ayat 1 Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara Pasal 31 ayat 1 Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan Pasal 31 ayat 2 Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya Pasal 34 ayat 1 Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.

F. Hak dan Kewajiban Bela Negara Pembelaan Negara atau bela Negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi warga Negara Indonesia, usaha pembelaan Negara berdasarkan atas keyakinan pada Pancasila sebagai dasar Negara dan berpijak pada UUD 1945 sebagai konstitusi Negara. Wujud dari usaha bela Negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga Negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan Negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan pasal 27 ayat 3 pada UUD 1945 Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara. Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan Negara yang mencakup dua arti. Pertama, bahwa setiap warga Negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan Negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap warga Negara harus turut serta dalam setiap usaha

13 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

pembelaan Negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masingmasing. Usaha pembelaan Negara bertumpu pada kesadaran setiap warga Negara akan hak dan kewajibannya. Kesadaran ini perlu ditumbuhkan dan dipelihara melalui motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan Negara. Proses motivasi diangap berhasil jika setiap warga Negara memahami keunggulan dan kelebihan Negara dan bangsanya serta memiliki rasa bangga terhadapnya. Selain itu warga Negara hendaknya juga memahami segala macam kemungkinan ancaman terhadap eksistensi bangsa dan Negara Indonesia. Dalam hal ini warga Negara sepatutnya mengetahui pengalaman sejarah perjuangan RI, kedudukan wilayah geografis nusantara, keadaan penduduk, kekayaan sumber daya alam, kekayaan warisan budaya, perkembangan dan kemajuan IPTEK, serta kemungkinan timbulnya bencana perang.

14 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

BAB III PENUTUP A. Simpulan Warga Negara merupakan unsur penting terbentuknya suatu Negara. Negara belum dikatakan utuh jika tidak memiliki warga Negara, wilayah, serta pemerintah. Warga Negara di sini memiliki hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan Negara yang diatur dalam konstitusi Negara UUD 1945. Berbicara mengenai warga Negara, tidak lepas dari asas kewarganegaraan yang dari jaman kerajaan hingga reformasi masih menjadi perhatian utama. Dari jaman ke jaman pengakuan kewarganegaraan mengalami proses perubahan kebijakan hingga pada tahun 2006 pemerintah mengeluarkan UU untuk menengahi permasalahan kewarganegaraan. Dalam peranannya, warga Negara tidaklah lepas dari peran bela Negara. Upaya bela Negara memerlukan kesadaran tiap warga Negara dan kesadaran itu harus ditumbuhkan serta dipelihara dari waktu ke waktu.

15 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan http://utarikusuma.wordpress.com/2012/04/25/asas-kewarganegaraan-danpewarganegaraan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Bukti_Kewarganegaraan_Republik_Indonesia Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Paradigma: Yogyakarta. Tim Redaksi Nuansa Aulia. 2011. Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemennya. Nuansa Aulia: Bandung.

16 | Hak dan Kewajiban Warga Negara

You might also like