You are on page 1of 4

Tujuan-Tujuan Evaluasi

Menurut Goldstein (1993), evaluasi adalah pengumpulan informasi deskriptif dan penilaian yang relevan secara sistematis untuk membuat keputusan yang efektif mengenai seleksi, adopsi, nilai, dan modifikasi berbagai kegiatan instruksional. Hal penting yang patut dicatat dari definisi ini adalah evaluasi merupakan teknik pengumpulan informasi. Pemilihan strategi atau teknik tertentu dalam pengumpulan informasi dapat bervariasi, disesuaikan dengan tujuan evaluasi itu sendiri. Evaluasi merupakan hal yang penting dalam kontrol kualitas, karena evaluasi dapat menyediakan umpan balik mengenai a. efektivitas metode yang digunakan b. pencapaian tujuan yang ditetapkan baik oleh trainer maupun trainee c. apakah kebutuhan yang diidentifikasi baik pada tingkat individual maupun organisasional dapat dipenuhi. Menurut Easterby-Smith (1986), terdapat tiga tujuan utama dalam evaluasi, yaitu a. Proving, bertujuan untuk membuktikan apakah sesuatu yang terjadi merupakan hasil dari training. b. Improving, menekankan pada apakah program dan aktivitas di masa depan akan menjadi lebih baik daripada sebelumnya c. Learning, karena evaluasi tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran dan perkembangan itu sendiri Bramley dalam Evaluating Training Effectiveness membagi tujuan evaluasi menjadi lima kategori, yaitu feedback evaluation, control evaluation, research evaluation, intervention, dan power games.

A. Feedback Feedback evaluation menyediakan kontrol terhadap kualitas perancangan dan penyampaian aktivitas training. Tujuan utama dari feedback evaluation adalah untuk mengembangkan situasi pembelajaran dan training untuk memperbaiki apa yang ditawarkan. Feedback kepada trainer mengenai efektivitas suatu metode tertentu atau pencapaian tujuan program akan sangat membantu untuk mengembangkan program yang

sedang dilakukan maupun program serupa di masa depan. Informasi-informasi yang harus dikumpulkan untuk feedback evaluation adalah a. sejauh mana tujuan telah dicapai, b. pengukuran pengetahuan, konsep, kemampuan, sikap, dan perilaku sebelum dan sesudah pelatihan, c. detail yang cukup mengenai isi training agar dapat memperkirakan efektivitas setiap topik dalam situasi belajar, d. bukti transfer pembelajaran pada tempat praktek, e. identifikasi mengenai siapa yang paling banyak atau paling sedikit diuntungkan melalui program tersebut, sehingga populasi target program dapat diperjelas. Laporan dari feedback evaluation akan sangat berguna bagi trainer. Karena itu, sangat penting bagi trainer untuk terlibat dalam pengambilan data, agar trainer dapat lebih yakin akan validitas data.

B. Control Control evaluation menghubungkan kebijakan dan praktik dalam pelatihan dengan tujuan organisasional. Control evaluation yang cermat pun mampu menjawab pertanyaan seperti akankah fokus utama dalam pelatihan memberikan solusi yang lebih baik terhadap permasalahan dibandingkan dengan melakukan restrukturisasi departemen atau merancang ulang pekerjaan? Informasi yang dibutuhkan untuk control evaluation adalah a. informasi yang dibutuhkan untuk feedback evaluation, b. pengukuran mengenai seberapa bernilai output dari pelatihan bagi organisasi, c. perhitungan terhadap cost, d. studi perbandingan mengenai kombinasi metode yang berbeda untuk mengatasi masalah Laporan yang didasarkan pada control evaluation dimaksudkan untuk memberi manajer informasi yang dapat membantu mereka dalam membuat keputusan. Laporan ini biasanya dibutuhkan saat timbul kekhawatiran apakah pelatihan yang telah dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang diinginkan.

C. Research Research evaluation dilakukan untuk menambah pengetahuan mengenai prinsipprinsip dan praktik pelatihan. Evaluasi ini dapat diterapkan secara lebih umum dibandingkan feedback evaluation, misalnya studi mengenai cara-cara belajar atau studi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi transfer belajar. Evaluasi ini dapat pula digunakan untuk meningkatkan teknik-teknik yang tersedia untuk tujuan lain, seperti feedback, control, dan intervention. Research evaluation secara khusus berfokus pada isu-isu validitas. Isu validitas ini terbagi ke dalam dua tipe, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal dapat diartikan sebagai sejauh mana ketepatan kita mengambil kesimpulan dari data evaluasi yang tersedia. Sedangkan, validitas eksternal dapat diartikan sebagai sejauh mana kesimpulan yang digambarkan dari situasi eksperimental dapat digeneralisasikan pada situasi lain. Kesulitan dalam evaluasi ini adalah sedikitnya kesempatan untuk menyusun rancangan pelatihan yang menggambarkan kelompok kontrol yang sebenarnya dan time series of observation. Jika tidak ada kelompok kontrol yang sebenarnya, terdapat ancaman terhadap validitas internal yang meliputi: a. Kecenderungan organisasional yang menghasilkan peningkatan level performa melalui faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan program pelatihan b. Beberapa orang memiliki kecenderungan untuk lebih berminat mengikuti program pelatiahn dibandingkan orang yang lain. c. Orang memiliki kecenderungan untuk meningkatkan pengalaman dirinya dengan ataupun tidak melalui pelatihan (Rossi and Freeman, 1989, dalam Bramley, ???) Kesulitan-kesulitan dalam menyediakan control group dapat diatasi dengan menggunakan metode time series dan multiple baselines.

D. Intervention Evaluasi tidak dapat dipandang sebagai aplikasi instrumen pengukuran eksternal yang objektif dan terpisah dari program pelatihan itu sendiri. Akan tetapi, evaluasi merupakan sesuatu yang hampir tidak dapat dihindarkan dalam mempengaruhi bagaimana program pelatihan dipandang dan dapat digunakan dalam menyusun kembali

pembagian tanggung jawab pembelajaran antara trainers, trainee, dan manajer kepegawaian. Intervensi yang direncanakan melalui evaluasi dapat: a. melibatkan line manager pada pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan, b. melibatkan line manager dalam perpanjangan pelatihan setelah event, melalui

debriefing dan bantuan dalam melaksanakan action plan, c. mengubah cara employing manager memilih dan memberi arahan pada orang lain sebelum pelatihan, d. menyebabkan training department memikirkan kembali penyebaran trainer untuk berperan dalam organisasi dan memperkuat peran penghubung. Evaluasi dapat berperan sebagai metode yang kuat untuk melakukan intervensi terhadap prosedur human resource dalam organisasi. Cronbach (1982) mengungkapkan bahwa tujuan evaluasi biasanya berbeda dari investigasi ilmiah. Studi ilmiah berusaha untuk mencapai seperangkat standar penelitian yang akan dinilai oleh sesama akademisi. Sementara itu, evaluasi dirancang untuk mengenali kepentingan sponsor dan stakeholder serta bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat sebanyak mungkin. Standar terhadap evaluasi mungkin akan dinilai mencakup kualitas kontribusinya dalam perkembangan atau pelaksanaan intervensi.

E. Power Games Informasi yang didapatkan dari hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan politis di dalam perusahaan tempat evaluasi dilaksanakan. Walaupun informasi hasil evaluasi dapat digunakan untuk kepentingan tersebut, sebaiknya permainan kekuasaan tidak dijadikan tujuan utama evaluasi. Paling tidak, evaluator harus menyadari bahwa kemungkinan informasi digunakan untuk kepentingan tersebut ada, sehingga informasi yang dikumpulkan pada saat evaluasi merupakan hasil yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan

Sumber : Evaluating Training Effectiveness (Peter Bramley)

You might also like