Professional Documents
Culture Documents
)(
)
dengan pengertian
X = Skor rata-rata dari X
Y = Skor rata-rata dari Y
Rumus 2: Dengan angka kasar
()()
*
()
+*
()
+
Keterangan:
XY
r = Koefisien korelasi product moment antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah responden
X = Skor item angket (variable bebas)
Y = Skor total (variable terikat)
Suatu item dikatakan valid jika r
hitung
> r
tabel
pada derajat bebas yang
sudah ditentukan.
Kriteria:
Antara 0,80 sampai dengan 1,0 = sangat tinggi
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 = tinggi
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 = cukup
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 = rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 = sangat rendah
2. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebagaoi alat ukur atau alat pengumpul
data. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel atau dapat dipercaya bbila
instrumen tersebut memiliki konsistensi di dalam mengukur gejala yang
sama.
Menurur Singarimbu dan Effendi (1995:141), setiap hasil pengukuran
gejala sosial selalu merupakan kombinasi antara hasil pengukuran yang
sesungguhnya ditambah dengan kesalahan pengukuran. Secara rumusan
matematika, keadaan tersebut dapat digambarkan dengan persamaan
berikut.
x
o
= x
t
+ x
e
dengan, x
o
= angka yang diperoleh
x
t
= angka yang sebenarnya
x
e
= kesalahan pengukuran
Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukuran,
dan sebaliknya, semakin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel
alat ukur tersebut. Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui
antara lain dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua.
Bila angka koefisien korelasi (r) dikuadratkan, hasil kuadrat ini disebut
dengan koefisien determinasi yang merupakan petunjuk besarnya hasil
pengukuran yang sebenarnya. Makin tinggi angka korelasi, makin rendah
kesalahan pengukuran. Angka koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1.
Secara garis besar ada dua jenis yaitu:
a. Reliabilitas eksternal
Reliabilitas eksternal maksudnya jika ukuran atau riterianya berada di
luar instrumen. Ada tiga teknik untuk menentukan reliabilitas eksternal
ini.
1) Teknik paralel
Caranya adalah menyusun 2 set instrumen, sama-sama diujicobakan
kepada sekelompok responden (responden mengerjakan dua kali
instrumen yang berbeda). Kemudian kedua hasil uji coba itu
dikorelasikan dengan teknik korelasi di product moment. Tinggi
rendahnya indeks korelasi inilah yang menunjukkan tinggi rendahnya
reliabilitas instrumen.
2) Teknik ulang
Caranya adalah menyusun 1 set soal dan dilaksanakan uji coba dua
kali. Satu set tes diujicobakan dua kali terhadap responden yang sama,
tetapi dengan waktu yang berbeda. Kedua hasil uji coba itu
dikorelasikan (satu sebagai variabel X dan satu sebagai variabel Y).
3) Teknik belah dua (genap dan ganjil, separoh atas dan bawah)
Syarat teknik ini adalah jumlah butir genap, butir harus seimbang.
Skor belahan pertama dikorelasikan dengan skor belahan kedua.
b. Reliabilitas internal
Reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu
kali hasil pengetesan. Pemilihan suatu teknik didasarkan atas bentuk
instrumen dan selera peneliti. Kadangkala penggunaan teknik yang
berbeda menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula, karena
kadangkala dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik datanya, sehingga
dalam perhitungan diperoleh angka yang berbeda sebagai akibat
pembulatan angka. Namun untuk beberapa teknik diperlukan beberapa
syarat tertentu sehingga peneliti tidak dapat begitu saja memilih teknik-
teknik tersebut.
Beberapa teknik mencari reliabilitas internal yaitu:
1) Rumus Spearman-Brown
Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini, peneliti harus
melalui langkah membuat tabel analisis butir soal atau butir
pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor dikelompokkan menjadi dua
berdasarkan belahan bagian soal. Ada 2 cara membelah yaitu belah
ganjil-genap dan belah awal-akhir. Oleh karena inilah maka teknik
Spearman-Brown dalam mencari reliabilitas juga disebut teknik belah
dua.
Dengan teknik belah dua ganjil-genap peneliti mengelompokkan
skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok
skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua. Langkah
selanjutnya adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan
skor belahan kedua, dan akan diperoleh harga
)
dengan
2) Rumus Flanagan
Untuk mencari reliabilitas instrumen dengan menggunakan
rumus Flanagan, kita juga harus melakukan analisis butir dahulu dan
menggunakan teknik belah dua ganjil-genap. Rumusnya adalah:
)
dengan
( )
Untuk semua varians rumusnya adalah:
()
Kadang-kadang V ditulis dengan
dengan
selisih
4) Rumus K-R 20
Apabila peneliti memiliki instrumen dengan jumlah butir
pertanyaan ganjil, maka peneliti tersebut tidak mungkin menggunakan
teknik belah dua untuk pengujian reabilitasnya. Untuk itu kita
menggunakan rumus K-R 20 yaitu:
) (
)
Dengan keterangan;
Reliabilitas instrumen
k = Bayaknya butir pertanyaan
= Varians total
p = Proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi yang
mendapat skor 1)
q =
q = 1-p
5) Rumus K-R 21
K-R adalah singkatan dari Kuder dan Richardson, dua orang
ahli matematika dan statistika. Rumus K-R 21 yaitu:
) (
( )
)
Dengan keterangan :
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
m = skor rata-rata
= varians total
6) Rumus Hoyt
Untuk instrumen yang penyekorannya 1 dan 0 masih ada lagi
cara lain untuk mengetahui reliabilitasnya yaitu dengan rumus Hyot.
Rumusnya ada dua macam yaitu:
atau
Dengan keterangan:
11
r = Reliabilitas instrumen
r
V
= Varians responden
s
V
= Varians sisa
7) Rumus Alpha
Enam jenis teknik untuk mencari reliabilitas yang sudah
dibicarakan hanya dapat digunakan untuk mencari reliabilitas
instrument yang skornya 1 dan 0. Jika dihubungkan dengan pengertian
variabel, hanya untuk skor variabel diskrit. Banyak pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti pemula bagaimana cara mencari reliabilitas
instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai
(misalnya 0-10 atau 0-100) atau yang berbentuk skala 1-3, 1-5, atau 1-
7 dan seterusnya. Beberapa peneliti mengambil langkah pintas yakni
mengubah skor bukan 1 dan 0 menjadi 1 dan 0 misalnya jika skornya
antara 1 sampai dengan 5, asal skor lebih dari, diberi baru 1 dan kalau
kurang dari diberi skor 0.
Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.
Rumus Alpha:
( )
( )
|
|
.
|
\
|
=
2
2
11
1
1
t
b
k
k
r
o
o
()
Dengan
11
r = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
2
b
o = Jumlah varians butir
2
1
o = Varians total
N = Jumlah responden
Kriteria:
Jika 0,80 <
11
r 1,00 maka reliabilitas dikatakan sangat tinggi
Jika 0,60 <
11
r 0,80 maka reliabilitas dikatakan tinggi
Jika 0,40 <
11
r 0,60 maka reliabilitas dikatakan sedang
Jika 0,20 <
11
r 0,40 maka reliabilitas dikatakan rendah
Jika 0,00 <
11
r 0,20 maka reliabilitas dikatakan sangat rendah
8) Melalui Pengamatan (Observasi)
Jika pengamatnya lebih dari dua orang, perlu diadakan
penyamaan antar pengamat sehingga dicapai persamaan persepsi dari
semua pengamat yang akan bekerja mengumpulkan data. Untuk
menentukan toleransi perbedaan hasil pengamatan digunakan teknik
pengetesan reliabilitas pengamatan. Rumus yang paling banyak
digunakan dikemukakan oleh H.J.X. Fernandes (1984:40) yang
dimodifikasi oleh Arikunto (1992:71) seperti berikut.
Keterangan:
KK = Koefisien kesepakatan
S = Sepakat, jumlah kode yang untuk objek yang sama
N
1
= Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
N
2
= Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
3. Objektivitas