You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Tanpa adanya tenaga kerja maka pembangunan nasional tidak mungkin akan dapat terlaksana. Masalah utama dalam bidang ketenagakerjaan, adalah adanya kesenjangan posisi antara pengusaha dan pekerja. Kedudukan pengusaha sebagai yang mempekerjakan buruh rawan menimbulkan konflik antara pengusaha dan pekerja. Adanya jurang terjal antara posisi pengusaha dan buruh ini menimbulkan berbagai ekses terutama bagi para pekerja. Posisi salah satu pihak yang lebih tinggi membuat pihak yang lebih lemah termarjinalkan. Banyak para pekerja yang terdiskriminasi atas ulah oknum pengusaha nakal yang mencari keuntungan. Akibatnya banyak hak-hak dasar para pekerja yang tidak diberikan walau pekerja sudah melakukan kewajibannya. Kaum pekerja sebenarnya mempunyai hak-hak yang dapat

diperjuangkan. Pekerja berhak atas upah yang layak bagi kehidupannya, selain itu para buruh dapat menuntut para pengusaha atas jaminan-jaminan sosial bagi dirinya. Namun yang terjadi, Para pengusaha malah tidak memberikan jaminanjaminan kehidupan bagi pekerjanya tersebut karena mereka menganggap pemberian jaminan bagi kaum buruh hanya akan mengurangi keuntungan mereka. Hal itu diperkuat dengan keengganan para buruh untuk menuntut haknya tersebut, hanya karena tidak ingin kehilangan pekerjaan. Martabat pekerja adalah tentang hak yaitu hak-hak sebagai pekerja/hak asasi manusia. Hak-hak inilah yang sering diselewengkan oleh tindakan semena-mena pengusaha. Untuk mencegah terjadinya tindakan sewenang-wenang oleh pihak pengusaha yang mempekerjakan buruh, maka telah ada suatu payung hukum yang berisi berbagai peraturan untuk melindungi hak-hak para pekerja, salah
1

satunya adalah Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dan masih banyak peraturan lain yang mengatur tentang ketenagakerjaan dan hubungan industrial. Hubungan kerja melalui kontrak, baik kontrak langsung maupun melalui pihak ketiga yang dikenal sebagai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah hubungan kerja yang sudah lama ada di lingkungan ketenagakerjaan di Indonesia. Pada dasarnya hubungan kerja, yaitu hubungan antara pekerja dan pengusaha terjadi setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dengan pengusaha. Di mana pekerja menyatakan kesanggupannya untuk menerima upah dan pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja dengan membayar upah1. Di dalam Pasal 50 UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja. PKWT aturan main nya sudah lama diatur secara legal, melalui UndangUndang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Karena PKWT merupakan hubungan kerja yang berpotensi konflik dalam bidang ketenagakerjaan, maka perlu diketahui dengan jelas batasan dan ramburambu yang ditetapkan oleh perundang-undangan yang berlaku. Memahami peraturan-peraturan perundang-undangan dan mengetahui akibat hukum bilamana terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan, adalah mutlak perlu untuk pekerja yang sehari-hari-nya menangani atau bertanggung jawab atas pelaksanaan PKWT , agar konflik hubungan industrial dapat dihindari. Dalam makalah ini penulis akan menelaah praktek PKWT yang ada di masyarakat. Penulis akan menganalisis secara yuridis PKWT PT. Suksesindo, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa pekerja bagi perusahaan lain. PT Suksesindo mengadakan perjanjian kerja untuk waktu tertentu dengan saudari Swastika Ariestarini yang akan dipekerjakan pada PT .AJBS, swalayan bahan bangunan di Jawa Timur.
1

Imam Soepomo,1999. Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan,hal.88.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang dapat di tarik sebagai rumusan masalah, antara lain:

1. Bagaimana analisis terhadap isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) PT.Suksesindo? 2. Bagaimana ketentuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam PKWT PT.Suksesindo? 3. Bagaimana ketentuan Jamsostek dan asuransi dalam PKWT PT.Suksesindo?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui analisis terhadap isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) PT.Suksesindo. 2. Mengetahui ketentuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam PKWT PT.Suksesindo. 3. Mengetahui ketentuan Jamsostek dan asuransi dalam PKWT PT.Suksesindo.

BAB II TINJAUAN NORMATIF TENTANG PERJANJIAN KERJA DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

A.

PENGERTIAN PERJANJIAN KERJA

Perjanjian kerja diatur dalam Bab IX Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam pasal 1 angka 14 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaan/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja,hak, dan kewajiban para pihak. Kemudian dalam pasal 1 nomor 15 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan,upah dan perintah. Dapat disebutkan bahwa perjanjin kerja harus memenuhi 3 (tiga) unsur , yaitu sebagai berikut: 1. Ada orang di bawah pimpinan orang lain. 2. Penunaian kerja 3. Adanya upah.2 Sebagai suatu Undang-undang yang tujuannya antara lain untuk kesejahteraan

memberikan perlindungan kepada pekerja dalam mewujudkan

dan, meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarga, Undang-undang No. 13 tahun 2003 memberikan panduan mengenai perjanjian kerja. Menurut Undangundang ini perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis maupun lisan. Apabila perjanjian kerja dibuat secara tertulis, maka harus memuat sebagai berikut: 1. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha; 2. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh; 3. jabatan atau jenis pekerjaan;

F.X Djumialdji, 2005, Perjanjian Kerja, Jakarta:Sinar Grafika, hal.7-8

4. tempat pekerjaan; 5. besarnya upah dan cara pembayarannya; 6. syarat -syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh; 7. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; 8. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan 9. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud diatas pada angka 5 dan 6, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan,

perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur bahwa suatu perjanjian dinyatakan sah apabila memenuhi empat syarat, maka dalam hukum ketenagakerjaan secara khusus diatur dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 bahwa kesahan suatu perjanjian kerja harus memenuhi adanya 4 persyaratan sebagai berikut: 1. Kesepakatan kedua belah pihak; 2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum; 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; 4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Suatu perjanjian kerja tentu saja dapat meliputi berbagai jenis pekerjaan, sepanjang pekerjaan tersebut memang diperlukan oleh pemberi kerja. Sedangkan ditinjau dari jangka waktu perjanjian kerja, pemberi kerja dapat saja membuat

perjanjian kerja untuk suatu jangka waktu yang ditetapkan lebih awal atau tidak. Semua ketentuan yang mengatur hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan diatur berdasarkan isi Perjanjian Kerja. Isi perjanjian itu bisa saja mengabaikan ketentuan-ketentuan yang ada dalam UU Ketenagakerjaan sepanjang perusahaan dan karyawan menyepakatinya.

Namun demikian, dalam rangka memberi kepastian hukum kepada pekerja dan pemberi kerja, perjanjian kerja yang dikaitkan dengan jangka waktunya dibagi menjadi 2 (dua) jenis perjanjian kerja. Kedua jenis perjanjian kerja yang diperbolehkan oleh Undang-undang tersebut terdiri atas: 1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) yaitu perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. 2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT) yaitu perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja tetap.

B.

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

1. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Pengertian perjanjian kerja waktu tertentu dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu tersebut dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu disebutkan sebagai berikut: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. PKWT memiliki dasar batasan bahwa jangka waktu perjanjian kerja sudah

ditetapkan dari awal, dibatasi oleh suatu dasar khusus. Dalam Undangundang No. 13 tahun 2003 disebutkan bahwa PKWT didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu3. Jika dibandingkan dengan PKWTT, maka PKWT memiliki keterbatasan, hal ini karena PKWT tersebut tidak bersifat berkelanjutan, sehingga jangka waktu perlindungan kepada pekerja terbatas pada waktu tertentu tersebut. Salah satu upaya agar PKWT tidak diterapkan kepada setiap jenis pekerjaan, Undang-undang memberikan perlindungan dengan pembatasan agar PKWT diterapkan pada situasi-situasi khusus. Hal ini berarti bahwa diluar situasisituasi tersebut, PKWT tidak diperbolehkan. Adapun batasan situasi tersebut, dinyataka dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan sebagai berikut: a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau pekerjaan yan berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. d. perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk

pekerjaan yang bersifat tetap.

2. Isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Bentuk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) berbeda dengan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Bagi PKWT harus dibuat secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan latin serta harus memuat sekurang-kurangnya: a. Nama,alamat perusahaan dan jenis usaha; b. Nama, jenis kelamin,umur,dan alamat pekerja/buruh; c. Jabatan/jenis pekerjaan;

Syarief Bachsir,Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003,Newsletter KAP, Edisi XII/Desember/2009,hal.3

d. Tempat pekerjaan; e. Besarnya upah dan cara pembayarannya; f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh; g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja. h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Perjanjian kerja dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap 3 (tiga) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta pekerja/buruh dan pengusaha masing-masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja. 1 (satu) eksemplar perjanjian kerja waktu tertentu dicatatkan oleh pengusaha kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penandatangan.4 3. Jenis Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Waktu Tertentu Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun . Untuk memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu, pengusaha paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu yang berlaku belum berakhir, telah

memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/buruh yang bersangkutan. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang diperpanjang telah berakhir dapat ditiadakan pembaharuan. Pembaharuan perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh hari) berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama sekali, paling lama 2 (dua) tahun.

F.X Djumialdji, Op.Cit. Hal.22.

b. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Pekerjaan Tertentu 1) PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling lama 3 (tiga) tahun. 2) Dalam hal pekerjann tertentu yang dikerjakan dalam PKWT dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang diperjanjikan,maka PKWT tersebut putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan. 3) Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu harus dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai. 4) Dalam hal PKWT dibuat berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu namun karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan PKWT. 5) Pembaharuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. 6) Selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari, tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha. 7) Para pihak dapat mengatur lain dari ketentuan di atas yang dituangkan dalam perjanjian.

c. PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman. 1) Pekerjaan yang bersifat musiman adalah pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca. a) PKWT hanya dapat dilakukan untuk satu jenis

pekerjaan pada musim tertentu. b) PKWT tidak dapat dilakukan pembaharuan.

2) Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT sebagai pekerjaan musiman. a) PKWT yang dilakukan hanya diberlakukan untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan. b) PKWT tidak dapat dilakukan pembaharuan.

d. PKWT untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru.

1) PKWT dapat dilakukan dengan pekerja/buruh untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. 2) PKWT hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali paling lama 1 (satu) tahun. 3) PKWT tidak dapat dilakukan pembaharuan. 4) PKWT hanya boleh diberlakukan bagi pekerja/buruh yang

melakukan pekerjaan di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan.

10

BAB III ANALISIS YURIDIS ATAS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) ANTARA PT. SUKSESINDO DENGAN SWASTIKA ARIESTARINI

A.

ANALISIS

ISI

PERJANJIAN

KERJA

WAKTU

TERTENTU

(PKWT)

PT.SUKSESINDO. Menurut pasal 54 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis maupun lisan. Apabila perjanjian berikut: 1. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha; 2. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh; 3. jabatan atau jenis pekerjaan; 4. tempat pekerjaan; 5. besarnya upah dan cara pembayarannya; 6. syarat -syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh; 7. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; 8. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan 9. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. kerja dibuat secara tertulis, maka harus memuat sebagai

11

Adapun isi perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) PT. Suksesindo dan saudari Swastika Ariestarini: 1. Komparisi PKWT : Tanggal perjanjian, Identitas para pihak. 2. Isi Perjanjian: a. Pokok perjanjian b. Hak dan kewajiban c. Ketentuan gaji dan absensi d. Jam kerja e. Sanksi dan hal lain-lain f. Jamsostek dan asuransi g. Masa berlaku perjanjian h. Pengakhiran perjanjian kerja 3. Penutup serta tanda tangan para pihak.

Di dalam perjanjian kerja waktu tertentu antara PT. Suksesindo dan saudari Swastika Ariestarini, poin 1 dan 2 sebagai identitas para pihak sudah terpenuhi. PT.Suksesindo yang berkedudukan di Surabaya sebagai pihak pertama dan saudari Swastika Ariestarini sebagai pihak kedua. Adapun analisis terhadap muatan PKWT diatas: 1. Jenis Pekerjaan Dalam PKWT PT. Suksesindo

Untuk poin ketiga berisi jabatan atau jenis pekerjaan bagi saudari Swastika sudah dicantumkan pada bagian komparisi PKWT ini yakni sebagai customer advisor, custodian, cashier, packer dan SPG. Dalam PKWT PT

Suksesindo, memang tidak dispesifikkan terhadap satu pekerjaan saja. Hal ini dikarenakan di dalam praktek (di lapangan) saat pekerja tersebut bekerja di PT. AJBS (sebagai pihak ketiga yang memakai jasa pekerja), nantinya pekerjaan yang telah disebut diatas adalah klasifikasi pekerjaan yang dilakukan oleh saudari Swastika.Dalam praktek pekerjaan sebagai customer advisor,

12

custodian, cashier, packer dan SPG akan di-rolling setiap harinya dengan jadwal tertentu/ piket masing-masing pekerja. Berdasarkan pada Pasal 59 (lima sembilan) UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003,telah ditegaskan dengan rinci, baik dari jenis,sifat, dan kegiatan pekerjaan. Pada pasal tersebut menjelaskan pekerjaan apa saja yang dapat dijadikan objek Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, seperti :

a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Dalam hal ini PKWT PT. Suksesindo memenuhi PKWT yang pekerjaan diperkirakan selesainya dalam waktu yang tidak lama dan paling lama 3 tahun. Dalam pasal 7 PKWT tentang masa berlakunya perjanjian, pekerjaan Swastika Arietarini akan berakhir setahun setelah dimulainya pekerjaan.

2. Tempat dan Waktu Kerja Untuk poin keempat yakni tempat bekerja, telah disebut dalam pasal 1 tentang pokok perjanjian PKWT PT. Sukesindo yakni pekerja akan bekerja pada PT. AJBS untuk melakukan penjagaan pada counter/toko serta cabang-cabang PT. AJBS. Kelemahan PKWT ini adalah tidak jelasnya lokasi tempat pekerja akan bekerja. PT. AJBS memiliki banyak cabang dan toko, intinya pekerja harus mau ditempatkan di cabang PT AJBS yang mana saja. Selain itu mengenai waktu kerja dalam pasal 4 tentang jam kerja hanya disebutkan bahwa Jam Kerja untuk pihak kedua adalah jam kerja sesuai dengan ketentuan pihak PT.AJBS. Tidak ada kejelasan lama waktu kerja atau jam kerja serta waktu mulai kerja. Bahkan jam kerja ditentukan pihak ketiga (PT.
13

AJBS).

Walaupun

memang

pihak

ketigalah

yang

menggunakan

jasa

pekerja,namun seharusnya dijelaskan secara rinci mengenai waktu kerja serta perhitungan jam kerja dan waktu istirahat pekerja sehingga tidak terjadi sengketa karena tidak jelasnya waktu.

3. Besarnya Gaji dan Cara Pembayarannya Dalam pasal 3 PKWT PT. Suksesindo mengenai ketentuan gaji dan absensi menyebutkan bahwa pihak kedua akan menerima gaji sesuai dengan ketentuan pemerintah yakni Upah Minimum Regional (UMR). Namun disini tidak disebutkan secara jelas berapakah ketentuan UMR tersebut, bahkan juga tidak disebutkan secara jelas UMR daerah manakah yang digunakan untuk menentukan gaji para pekerja. Hal ini sangat merugikan para pekerja tentunya. Seharusnya gaji dijelaskan secara rinci besarannya dan juga jika ada perubahan-perubahan gaji seharusnya disebutkan. Gaji adalah bentuk pelaksanaan hak pekerja, sehingga klausula yang tidak seimbang seperti ini merugikan pekerja dengan adanya ketimpangan hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Kepastian hukum bagi pekerja kurang diperhatikan. Untuk mekanisme pembayaran gaji pekerja juga tidak dijelaskan di dalam perjanjian ini apakah diambil secara langsung atau ditransfer ke rekening pekerja. Selain itu dalam pasal 3 poin 3 PKWT, terdapat suatu klausula yang kurang jelas yakni Apabila Pihak kedua tidak dapat melaksanakan tugas tanpa alasan yang jelas atau mangkir selama 1 (satu) hari, maka secara otomatis Pihak kedua menyatakan mengundurkan diri dan Pihak pertama akan memotong upahnya untuk setiap hari kemangkirannya tersebut. Ketidak jelasan klausula terdapat pada bagian Pihak kedua menyatakan mengundurkan diri.

Hak para pekerja diselewengkan dengan

ketentuan sepihak perusahaan tersebut. Walau dengan alasan melindunggi hak pengusaha namun seharusnya tidak secara sepihak mengasumsikan pihak kedua mengundurkan diri.

14

4. Hak dan Kewajiban Pengusaha dan Pekerja/buruh Dalam pasal 2 PKWT PT. Suksesindo ditentukan hak dan kewajiban para pihak. Namun dari enam poin dalam pasal mengenai hak dan kewajiban para pihak tersebut semuanya berisi kewajiban pihak kedua (pekerja) saja. Hanya poin pertama yang menyatakan bahwa ada pemberian gaji sebagai hak pihak kedua, selain itu tidak diatur mengenai kewajiban pihak pertama

(PT.Suksesindo) serta tidak disebut hak-hak lain bagi pihak pekerja. 5. Mulai dan Jangka Waktu Berlakunya Perjanjian Kerja Dalam pasal 7 PKWT PT. Suksesindo dijelaskan mengenai masa berlaku perjanjian yakni perjanjian dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung mulai 13 April 2009 sampai 13 April 2010. Namun kekurangan dari pasal ini adalah tidak dijelaskan klausula perpanjangan PKWT. Jika jangka waktu perjanjiannya habis, PKWT dapat diperpanjang dan diperbaharui kembali. PKWT yang berdasarkan pada jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 tahun, dan setelahnya hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun. Pembaharuan sebagaimana dimaksud pasal 3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. Selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud diatas tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha. Dalam PKWT tidak dikenal adanya masa percobaan kerja. Jika dalam PKWT disyaratkan adanya masa percobaan kerja, maka masa percobaan kerja itu batal demi hukum. Sejak PKWT tersebut didaftarkan pada instansi dinas ketenagakerjaan terkait, hukum tidak mengakui adanya masa percobaan kerja dan karenanya sejak awal masa percobaan tersebut dianggap tidak ada. 6. Pengakhiran PKWT
15

Dalam pasal 8 disebutkan mengenai pengakhiran perjanjian kerja. Dimana disebutkan ketentuan Bahwa pihak kedua tidak akan mengajukan tuntutan/klaim/gugatan berupa apapun dan melepas haknya atas semua hal yang timbul dari hubungan kerja yang ada, seperti uang pesangon,uang jasa atau ganti rugi apapun dari pihak pertama. Hal ini menunjukkan timpangnya kedudukan antara pengusaha dan pekerja, dimana pekerja dibatasi tidak boleh menuntut haknya lagi. Sungguh ironis, padahal pekerja sudah melaksanakan kewajibannya namun malah hak mereka dinomor duakan. Dalam pasal 8 PKWT PT. Suksesindo juga dinyatakan bahwa penyelesaian perjanjian ini para pihak sepakat untuk melepaskan/

mengesampingkan pemberlakuan pasal 1266 dan atau 1267 KUHPerdata. Bunyi pasal 1266 KUH Perdata adalah sebagai berikut: Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Sedangkan Bunyi pasal 1267 KUH Perdata adalah sebagai berikut: Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memasa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian ataukah akan menuntut pembatalan perjanjian disertai penggantian biaya, kerugian, dan bunga,

Dalam hal Pihak Kedua (pekerja) mengundurkan diri, dicantumkan dalam pasal 5 poin 3 tentang sanksi dan lain-lain. Dimana dinyatakan bahwa Apabila pihak kedua ingin mengundurkan diri/berhenti bekerja sebelum berakhirnya masa berlaku perjanjian, maka pihak kedua wajib mengajukan surat

pengunduran diri kepada pihak pertama paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal efektif berhenti bekerja. Namun tidak dijelaskan konsekuensi bagi pekerja terhadap pengunduran diri tersebut. Dalam pasal 62 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa, apabila salah satu pihak mengakhiri
16

hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 Ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/ buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

B. ANALISIS MENGENAI KETENTUAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DALAM PKWT PT.SUKSESINDO. Sehubungan dengan dampak dari PHK yang demikian besar maka perlu adanya mekanisme dan prosedur yang tepat agar kelangsungan hidup buruh tetap terlindungi. Dalam pasal 168 UU Ketenagakerjaan telah diatur : 1. Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturutturut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri . 2. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pekerja/buruh yang bersangkutan berhak menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) dan diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Sedangkan mengenai adanya uang pesangon untuk pekerja, dalam pasal 156 UU Ketenagakerjaan, disebut antara lain : 1. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. 2. Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit , sebagai berikut :
17

a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah; b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah; c. masa kerja 2 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah; d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah; e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah; f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah; g. masa kerja 6 (enam) atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah; h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang darai 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah.

Jika dilihat dari segi PKWT, maka untuk pemberian uang pesangon paling lama untuk masa kerja selama 3 (tiga) tahun. Dari PKWT PT Suksesindo sendiri, alasan PHK ada dalam pasal 5 mengenai sanksi dan hal lain. Namun dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa pihak pertama berhak sewaktu-waktu

mengakhiri perjanjian dengan pihak kedua (pekerja) secara langsung dengan tidak memberikan ganti kerugian apabila pihak kedua melakukan kesalahankesalahan tertentu (pasal 2 poin a sampai poin m). Namun alasan PHK menurut pasal 168 ayat (1) UU Ketenagakerjaan yakni alasan mangkir kerja malah tidak dimasukan dalam perjanjian kerja. Selain itu juga ketentuan pemberian pesangon juga tidak dijelaskan secara rinci, sehingga apabila dalam perjanjian kerja tidak diatur maka dapat menggunakan ketentuan undang-undang serta peraturan perusahaan yang berlaku.

18

C. ANALISIS MENGENAI PEMBERIAN JAMSOSTEK DAN ASURANSI PKWT PT.SUKSESINDO. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sebagai berikut: 1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja. 2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 (enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu). 3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir. 4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu, penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam perjanjian kerja. Adapun jenis program dan dasar penetapan iuran bagi tenaga kerja perjanjian kerja waktu tertentu,yakni:

19

1.

Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja perjanjian kerja waktu tertentu selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut atau lebih wajib mengikutsertakannya dalam program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

2. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja perjanjian kerja waktu tertentu kurang dari 3 (tiga) bulan secara berturut-turut wajib

mengikutsertakannya dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. 3. Dalam hal hubungan kerja tenaga kerja perjanjian kerja waktu tertentu sebagaimana dimaksu dapat di perpanjang sehingga bekerja selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut atau lebih, pengusaha wajib

mengikutsertakannya dalam program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan terhitung mulai perpanjangan perjanjian kerja waktu tertentu. 4. Upah sebulan yang dipergunakan sebagai dasar penetapan iuran bagi tenaga kerja perjanjian kerja waktu tertentu ditetapkan sebesar yang tercantum dalam Perjanjian Kerja.

Dalam PKWT antara PT Suksesindo dan pekerjanya tersebut, ada pengaturan mengenai program jamsostek dan asuransi yakni dalam pasal 6. Namun dalam pasal tersebut hanya dijelaskan iuran jamsostek, tidak dijelaskan mengenai mekanisme pengurusannya.Untuk asuransi juga tidak ada kejelasan asuransi apa yang akan diberikan kepada pekerja.

20

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan atas analisis yang mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) antara PT Suksesindo dan Swastika Ariestarini, dapat penulis simpulkan bahwa: 1. Dalam Perjanjian kerja tersebut masih terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Dalam PKWT tersebut masih ada klausula yang tidak jelas dan timpang terlebih mengenai hak dan kewajiban para pihak, jam kerja bahkan ketentuan gaji yang tidak disebutkan secara rinci. 2. Ketentuan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam PKWT antara PT Suksesindo dan Swastika Ariestarini, hanya mengatur alasan-alasan PHK saja, namun tidak mengatur

mekanisme pemberian pesangon serta bagian pesangon bagi pekerja yang di PHK. 3. Dalam PKWT antara PT Suksesindo dan Swastika

Ariestarini,sudah diatur mengenai iuran Jamsostek. Namun belum diatur mengenai mekanisme dan penjelasan mengenai asuransi bagi para pekerja.
21

B. SARAN 1. Para pengusaha sudah seharusnya memperhatikan kepentingan para pekerja dalam membuat perjanjian kerja. Perjanjian kerja adalah kesepakatan bersama, maka seharusnya kedudukan kedua belah pihak seimbang. Dalam praktek, para pengusaha lebih mengutamakan kepentingannya sehingga terjadi ketimpangan yang merugikan pihak pekerja. Pemerintah harus mengantisipasi hal ini dengan membuat peraturan ketenagakerjaan yang

melindungi pihak pekerja dan pihak pengusaha secara seimbang.

22

You might also like