You are on page 1of 7

Makalah Agama Islam

ISLAM DI SULAWESI

Disusun Oleh:

NAMA Andreas Christian Allan Saputra Dwi Rahman Saputra Febriani Rahmadhany Khomisah Syabaniyah Nadya Noorosawati Putri Ayu Sahara Shelby Dwi Anugrah

NIS 091010040 091010237 091010142 091010244 091010162 091010295 091010215

SMA N 1 Kota Tangerang Selatan 2011-2012

A. Pendahuluan
Untuk mempelajari suatu agama, termasuk agama Islam harus bermula dari mempelajari aspek geografis dan geografi persebaran agama-agama dunia. Setelah itu dapat dipahami pula proses kelahiran Islam sebagai salah satu dari agama dunia, terutama yang dilahirkan di Timur Tah, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Ketiganya dikenal sebagai agama langit atau wahyu. Kedua hal itu, geografi persebaran dan persebaran agama itu sendiri. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perkembangan Islam sehingga menjadi salah satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas, harus dikenali lebih dahulu tokoh penerimaan ajaran yang sekaligus menyebarkan ajaran itu, yaitu Muhammad saw., sang pembawa risalah. Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini memaksa Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu watak Islam yang pluralistis yang dimiliki semenjak awal kelahirannya. Agama Islam masuk ke Indonesia melalui proses yang sangat panjang. Berkembangnya ajaran Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lepas dari peranan para pedagang, khususnya para pedagang Islam dari Gujarat dan Persia. Mereka datang ke daerah-daerah di Indonesia untuk berdagang sekaligus menyebarkan Agama Islam. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang tersebut kemudian menyatu dengan masyarakat dan mendirikan kerajaan-kerajaan. Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia. Tokoh-tokoh itu diantaranya, Marcopolo, Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard Wainsted.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sangat terbuka dengan budaya dan agama pendatang. Ketika Islam datang, sebagaian besarmasyarakat Indonesia menerima dengan terbuka. Mereka memeluk Islam tanpa ada paksaan dan penuh dengan kesadaran. Perkembangan penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 M sampai abad ke-16 M secara rinci dapat dilihat dari beberapa daerah salah satunya di Pulau Sulawesi.

B. Perkembangan Islam di Sulawesi


Perkembangan islam di Sulawesi tidak lepas dari peran : 1) Pengaruh Tionghoa Sebagaimana dicatat dalam sumber sejarah bahwa, Islam di Jawa juga disiarkan oleh seorang pelancong Tionghoa Muslim bernama Ma Huan. Ma Huan yang membawa seorang pembesar Tiongkok, kala itu, mengunjungi Tuban, Gresik, dan Surabaya, daerah di pesisir utara Pulau Jawa. Sebangian besar orang Tionghoa di wilayah pesisir utara Pulau Jawa pada tahun 855 M telah memeluk Islam dan orang-orang pribumi yang penyembah berhala ikut memeluk Islam seperti orang Tionggoa itu. Kesadaran orang-orang Melayu memeluk Islam tumbuh dan berkembang di Sulsel tidak lepas dari aktivitas perdagangan yang berlangsung sampai ke kepulauan nusantara terutama di Maluku. Seorang Muslim dari Persi yang pernah mengunjungi belahan timur Indonesia memberikan informasi tentang masuknya Islam di Sulsel. Ia mengatakan bahwa di Sula (Sulawesi) terdapat orang-orang Islam pada waktu itu kira-kira pada akhir abad ke-2 Hijriah. Dia juga yang mengabarkan tentang kehadiran Islam di kalangan masyarakat Sulsel. Menurut dia, Islam di Sulsel juga dibawa sayyid Jamaluddin Akbar Al-Husaini yang datang dari Aceh lewat Jawa (Pajajaran). Sayyid Jamaluddin datang atas undangan raja yang masih beragama Budha, Prabu Wijaya yang memerintah Pajajaran pada tahun 1293-1309. Sayyid Jamaluddin Akbar Al Husaini melanjutkan perjalanan ke Sulsel bersama rombongannya 15 orang. Mereka masuk ke daerah Bugis dan menetap di Ibu Kota Tosorawajo dan meninggal di sana sekitar tahun 1320 M. Inilah suatu bukti

bahwa jauh sebelum Islam diterima secara resmi sebagai agama kerajaan di Sulsel pemahaman Islam sudah ada di masyarakat lewat interaksi sosial dan hubungan dagang antar individu maupun berkelompok. 2) Pedagang Kalau kita melihat dari sumber sejarah, bahwa penyebaran Islam di Indonesia khususnya di Sulsel dilakukan oleh parah saudagar Muslim yang mengadakan kontak dagang antarpulau baik dengan pedagang dalam negeri maupun dengan dagang antarnegara. Dapatlah dipahami bahwa yang mula-mula membawa agama Islam ke Sulsel adalah pelaut-pelaut dari Arab, kemudian saudagar-saudagar India, dan Iran. Selanjutnya Islam disiarkan oleh pedagangpedagang dari Melayu dan dari Jawa. Berdasarkan kajian sejarah Islam sudah berpengaruh di Jawa sekitar tahun 1500-1550 M yaitu pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. Pengaruh Islam semakin kuat setelah Malaka direbut oleh Portugis pada tahun 1511 M. Setelah jatuhnya Malaka ketangan Portugis, semakin banyak kerajaan Islam di Pulau Jawa dan sekitarnya. Kerajaan di pesisir pantai di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulsel dan Maluku mulai berinteraksi dengan pedagangpedagang Melayu yang beragama Islam. Berdirinya kerajaan-kerajaan di pesisir Pulau Jawa sekitar tahun 1500-1550 M berlangsung secara bertahap dan didahului oleh proses islamisasi yang berkesinambungan di kalangan masyarakat. Pada abad ke-16 pelabuhan Gresik mempunyai arti sangat penting dalam perdagangan dan penyebaran agama Islam. Banyak pedagang dari luar Jawa, seperti dari Maluku (ternate, Hitu), Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain datang ke Gresik untuk berdagang dan belajar agama Islam di pesantren Sunan Giri. Setelah kembali kedaerahnya, mereka berusaha menyebarkan agama Islam disertai para santri yang sengaja dikirim secara khusus oleh Sunan Giri. Di antara mereka adalah para pedagang dari Makasar dan Bugis. Maka masuklah agama Islam ke Sulawesi yang diterima oleh penduduk pantai tempat aktivitas perdagangan berlangsung. Agama Islam masuk ke Sulawesi sejak abad ke-16, ISLAM SECARA RESMI DITERIMA OLEH RAJA GOWA-TALLO PADA MALAM JUMAT, 9JUMADIL AWAL 1014 H, ATAU BERTEPATAN DENGAN 22

SEPTEMBER 1605 M. tetapi baru mengalami perkembangan pesat pada abad ke17 setelah raja-raja Gowa dan Tallo menyatakan diri masuk Islam. Raja Gowa yang pertama masuk Islam ialah Daeng Manrabia yang berganti nama Sultan Alauddin Awwalul Islam, sedang Raja Tallo bergelar Sultan Abdullah. Di antarapara muballigh yang banyak berjasa dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di Sulawesi, antara lain: Katib Tunggal, Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang, Datuk Ri Tiro, dan Syekh Yusuf Tajul Khalwati. Dakwah Islamiyah ke Sulawesi berkembang terus sampai ke daerah kerajaan Bugis, Wajo, Sopeng, Sindenreng, Luwu , Paloppo dan lain-lain. Suku Bugis yang terkenal berani, jujur dan suka berterus terang, semula sulit menerima agama Islam. Namun berkat kesungguhan dan keuletan para mubaligh, secara berangsurangsur mereka menjadi penganut Islam yang setia. Pelaut-pelaut Bugis berlayar menjelajah seluruh Indonesia sampai ke Aceh. Di antara mereka adalah pembesar Bugis bernama Daeng Mansur yang di Aceh lebih dikenal dengan panggilan Tengku di Bugis. Salah seorang puterinya bernama puteri Sendi. Ia dikawinkan dengan Sultan Iskandar Muda, raja besar Aceh. Sejak itu hubungan antara AcehBugis sangat erat, sehingga banyak pengaruh budaya Aceh di Bugis. Bentuk rumah dan cara hidup orang Bugis banyak kesamaannya dengan Aceh. Tampaknya hubungan perdagangan yang diperkuat dengan hubungan kekerabatan yang berdasarkan agama Islam itu telah memperkokoh hubungan persatuan antara penduduk di seluruh wilayah Indonesia.

C. Kerajaan Islam di Sulawesi


Kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan Kembar Gowa Tallo tahun 1605 M. Rajanya bernama I. Mallingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama dengan Sultan Abdullah Awwaul Islam. Menyusul di belakangnya, Raja Gowa benrama Sultan Aluddin. Dalam waktu dua tahun, seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Mubalig Islam yang berjasa ialah Abdul Qodir Khatib Tunggal yang bergelar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau, murid Sunan Giri. Seorang Portugis bernama Pinto pada tahun 1544 M menyatakan telah

mengunjungi Sulawesi dan berjumpa dengan pedagang-pedagang (mubalig) Islam dari Malaka dan Patani (Thailand).

D. Sejarah Pendidikan Islam di Sulawesi


Ajaran Islam di Sulawesi sejak dahulu berkembang pesat. Pesantren banyak berdiri dan berkembang dengan pesat pula. Perkembangan itu mulai pesat sejak adanya alim ulama Bugis yang datang dari tanah suci Mekah, yang bermukim di sana beberapa tahun lamanya. Madrasah-madrasah di Sulawesi, diantaranya adalah berikut ini : a. Madrasah Amiriah Islamiah di Bone (Sulawesi Selatan tahun 1933) Madrasah Amiriah Islamiah mempunyai tiga bagian : 1) Bagian Ibtidaiyah, lama pelajarannya tiga tahun (dari kelas I-III). Murid yang diterima adalah anak-anak tamatan SR 4/5 tahun 2) Bagian Tsanawiyah, lama pelajarannya tiga tahun. Murid yang diterima adalah tamatan ibtidaiyah 3) Bagian Muallimin, lama pelajarannya dua tahun (dari kelas I-II). Murid yang diterima adalah tamatan tsanawiyah dengan seleksi. Pada tahun 1952, Madrasah Amiriah Islamiah diubah menjadi Sekolah Menengah Islam (SMI) kemudian pada tahun 1954, SMI diubah menhadi PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama). Syekh H.M. Asad bin H.A, Rasyid adalah seorang ulama besar di Sulawesi, Bugis (1907-1952 M). Ia lahir di Mekah pada tahun 1326 H (1907 M). Pada tahun 1350 H (1931 M), ia mendirikan madrasah, yaitu: Madrasah Wajo Tarbiyah Islamiyah. Kemudian, madrasah ini diubah namanya menjadi Madrasah Asadiyah. Madrasah ini terbagi di atas beberapa tingkat : 1) Tingkat Awaliyah 2) Tingkat Ibtidaiyah 3) Tingkat Tsanawiyah; dan 4) Tingkat Aliyah

b. Madrasah-madrasah Islam di Sulawesi Tengah Madrasah di Sulawesi tengah, diantaranya ialah: 1) Madrasah Al-Khairat Madrasah Al-Khairat didirikan oleh ulama besar Syewkh Al-Idrus, pada tahun 1930 M. 2) Madrasah Tarbiyah Islamiyah Madrasah ini didirikan oleh salah seorang murid Syekh H. M. Asad. 3) Madrasah Daru dawah wal Irsyad (DDI) Madrasah ini didirikan pada tanggal 16 Rabiul Awal 1336 H (7 februari 1947) di Watang Soppeng (Sulawesi).

E. Bukti Peninggalan Islam di Sulawesi


Di Mangallekana, pada abad ke-15, yaitu pada masa pemerintahan Raja Gowa ke- 12 bernama I Monggorai Dg Mammeta Karaeng Bonto Langkasa Tunijallo (1565-1590) dialah yang memberikan fasilitas bagi para pedagang-pedagang Muslim untuk bermukim di sekitar istana kerajaan. Para pedagang juga diberi kemudahan untuk mendirikan masjid di Kampung Mangallekana. Ini merupakan masjid tertua yang pernah berdiri di Sulawesi Selatan.

You might also like