You are on page 1of 33

MATERI PERKULIAHAN HUTAN KEMASYARAKATAN

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK


TAHUN AKADEMIK 2010/2011 Dosen Ir. SUDIRMAN MUIN, MMA

Materi HKM 1. Telaahan singkat HKM (kilas balik HKM) 2. Konsep HKM 3. Metode Kajian Sosial Forestry 4. Perencanaan HKM

I.

TELAAHAN SINGKAT ARTI KEHUTANAN SOSIAL DAN KEHUTANAN MASYARAKAT

1,.1. Kehutanan Sosial Istilah Social Forestry (Kehutana Sosial) telah diperkenalkan pertama kali tahun 1968 oleh Westoby SF merupakan suatu pendekatan pembangunan kehutanan yang mempunyai tujuan memproduksi manfaat hutan untuk perlindungan dan rekreasi bagi masyarakat. Istilah Soscial Forestry (Kehutanan Sosial) muncul pertama kali tahun 1978 ketika Kongres Kehutanan sedunia ke-8 di Jakarta dengan Tema FOREST FOR PEOPLE (Hutan Untuk Rakyat). Perhutanan sosial (social forestry) sebagai payung dari berbagai bentuk pengelolaan hutan berbasis masyarakat atau yang berorientasi perbaikan kesejahteraan masyarakat. Beberapa Definisi Kehutana Sosial (SF) : 1. Foley dan Barnard (1984) ; SF adalah ilmu dan seni mengenai kayukayuan/pohon atau dan vegetasi lainnya pada semua lahan yang ada dan mengelola hutan yang ada dengan erat sekali melibatkan masyarakat dengan suatu kepentingan pada penyediaan segala macam barang/bahan-bahan dan jasa-jasa untuk individu dan juga masyarakat. 2. Backheti (1984) ; SF adalah suatu kegiatan penanaman kayu di dalam dan sekitar lingkungan manusia. Tujuannya untuk menyediakan secara lokal kebutuhan dasart penduduk dengan penekanan pada kayu.

Perhutanan Sosial (SF) adalah sistem dan bentuk pengelolaan hutan yang melibatkan peran serta berbagai unsur sosial (masyarakat, pemerintah,swasta) yang dapat dilakukan di lahan milik pribadi, umum atau di kawasan hutan yang diijinkan.
Bentuk perhutanan sosial (SF) semua bentuk pengelolaan hutan yang melibatkan peran serta masyarakat baik di kawasan hutan milik negara maupun milik pribadi atau kelompok. Diantaranya sbb : Hutan kemasyarakatan (di kawasan hutan milik negara) Hutan Rakyat (di kawasan hutan milik pribadi/kelompok). Hutan Desa , hutan kampung,hutan adat

Hutan Tanaman Rakyat,

HKM Social Forestry HR

HKM

Kuliah ke-2/Kamis 12/5/2011 Kls A&C Kuliah ke-2/Senin 22/5/2011/Kls B

Prinsip-Prinsip Penting Dalam Perhutanan Sosial

Sistem pengelolaan SF dapat dijabarkan dalam berbagai program dan proyek atau bentuk kegiatan teknis di lapangan. 2. SF tidak dapat dikerjakan hanya oleh satu pihak. 3. Ada kelembagaan atau institusi lokal yang dibangun. 4. Mengakui hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal. 5. Dalam kerjasama dengan pihak swasta harus ada manfaat yang saling menguntungkan secara ekonomis tanpa mengabaikan fungsi hutan dan peran serta kedudukan masyarakat. 6. SF dikembangkan berdasarkan kebutuhan masyarakat. 7. SF tidak hanya mengandalkan hasil hutan kayu akan tetapi HHBK termasuk jasa. TUGAS SAUDARA ; Permasalahan Pengembangan Perhutanan Sosial di Indonesia. Minimal 5 permasalahan . Berikan alasan masing-masing permasalahan.
1.

II. Hutan Kemasyarakatan Hutan Kemasyarakatan Hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat Prinsip dasar pengelolaan HKM Memberdayakan masyarakat Meningkatkan nilai ekonomi, Meningkatkan nilai budaya, Memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelolaa, dan masyarakat setempat. Tanpa mengganggu fungsi pokoknya (menjaga fungsi kawasan ) a.l : Meningkatkan fungsi hutan dan fungsi kawasan. Pemanfaatan kawasan, Pemenafaatan jasa lingkungan Pemanfaatan hasil hutan kayu Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

Tujuan HKM Dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan dengan sistem pendekatan areal kelola (mempunyai kepastian hukum) Hutan menjadi lestari. Masyarakat sejahtera Oleh karena itu Dalam HKM masyarakat diharuskan menanam tanaman dengan sistem Multi demikian (diskusikan)

Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan program HKM adalah keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan HKM harus datang dari masyarakat tanpa ada unsur paksaan. Dalam pelaksanaan program, sangat ditekankan rasa kepemilikan oleh kelompok masyarakat terhadap program HKM yang mereka ikuti. Implikasinya adalah dalam program ini masyarakat tidak mendapat bayaran dari pihak manapun tetapi partisipasi yang dilakukan adalah sukarela. Keuntungan masyarakat mengikuti program HKM : 1. Mendapat akses secara legal kedalam lahan hutan negara selain tentu saja mendapat bantuan teknis dan sedikit subsidi dalam hal penyiapan bibit tanaman. 2. Semua keuntungan ekonomi dan ekologi di masa yang akan datang akan manjadi milik peserta HKM.

II. KONSEP PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN Konsep pengelolaan hutan secara umum adalah bagaimana hutan tersebut LESTARI atau dalam pengelolaan hutan dikenal dengan Sustainable forest management (SFM). SFM adalah pengelolaan hutan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pertanyaannya Bagaimana Menuju Hutan Yang Lestari Tersebut Dua pandangan konsep dalam pengelolaan hutan (Hutan Primer) 1. Kelompok konservasionis Hutan primer yang tersisa dilindungi. 2. Kelompok Pandangan Ekonomis Pengelola hutan cenderung menganggap hutan sebagai sumber utama pasokan kayu khususnya di negara berkembang (Pendapatan ekonomi nasional). Dari kedua pendangan di atas maka perkembangan selanjutnya menyatakan bahwa Hutan dipandang sebagai ekosistem komplek yang harus dikelola sedemikian rupa secara bijaksana sebagai bagian dari bentang alam sehingga diperoleh keseimbangan antara barang dan jasa disamping mengurangi kerusakana lingkungan dalam jangka panjang artinya prinsip SFM harus dijalankan. Pengelolaan hutan dengan memperhatiakn aspirasi dan mengikut sertakan masyarakat menjadi landasan utama (Konsep HKM)

Pengelolaan HKM Pada awal dekade 90-an (Pelita V) berkembang suatu sistem pengelolaan hutan yang mengintegrasikan kepentingan peningkatan kelestarian fungsi hutan dan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat (masyarakat di dalam dan sekitar hutan) yaitu HKM Kosep dasar pengembangan HKM adalah partisifasi aktif masyarakat (masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan). Tujuan nya untuk meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kelestarian fungsi hutan. Komoditas yang bisa dikembangkan adalah aneka usaha kehutanan ataupun jenis tanaman multi guna. HKM lebih menitik beratkan kepada kepentingan mensejahterakan masyarakat. Karena lebih berpihak pada masyarakat,, maka prinsip-prinsip penting dalam pengelolaan HKM sbb : 1. Masyarakat sebagai pelaku utama 2.Masyarakat sebagai pengambil keputusan 3.Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh pengambil keputusan 4. Kepastian hak dan kewajiban semua pihak.

5. Pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau progr 6.Pendekatan didasarkan pada keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya. Potensi Pengembangan HKM Tujuan HKM;meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kelstarian fungsi hutan Hasil hutan dari HKM ada;lah hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan tsb dapat digunakan untuk kebutuhan sendiri atau untuk diusahakan. Oleh karena itu konsepsi HKM adalah mempertemukan semua kepentingan yakni: kesejahteraan masyarakat, produktivitas sumberdaya hutan dan kelestarian fungsi hutan sehingga diharapkan HKM merupakan alternatif solusi dalam kegiatan pengelolaan hutan. Tugas : Kelompok (kuliah Minggu Depan Kumpulkan). Bagaimana potensi pengembangan HKM itu sendiri. (khususnya Kalbar) Mengapa di Kalbar HKM belum berkembang. Apa kendalanya. Bagaimana solusiinya ?. Model HKM yang sesuai untuk wilayah Kalbar/ alasannya .

Kendala Dan Tantangan HKM (kendala umum) 1. Status dan fungsi lahan Kendala HKM di luar hutan milik adalah kepemilikan lahan. Salah satu transformasi masyarakat tradisional menuju modern adalah adanya perubahan orientasi. (Perubahan orientasi memenuhi kebutuhan fisik menuju komersil dan keuntungan yang besar.) Hal ini akan menimbulkan konflik. 2. Tingkat Penguasaan Teknologi Masyarakat Kemampuan manajemen lahan yang dimiliki masyarakat relatif rendah (pengaruh tingkat pendidikan, budaya dan adat istiadat) 3. Model-Model HKM Belum adanya model HKM yang sesuai dengan pradigma baru kehutanan konsep reformatif HKM, terutama untuk lokasi HKM di kawasan produksi hutan alam.

Kendala dan Tantangan Secara Khusus. Kendala Pengembangan HKM di Pedesaan Kelembagaan desa lemah Pola pembagian keuntungan tidak baik

Tidak ada pengelolaan konflik yang efektif


Kurangnya informasi tentang pasar dan biaya transport tinggi Kurangnya peralatan Kendala Pengembangan HKM di Tingkat Kabupaten Pengalaman dan pengetahuan tentang berbafai pola HKM

terbatas Pengembangan HKM membutuhkan banyak tenaga dan pendamping dari ahli kehutanan HKM sulit dikembangkan untuk skala lebih besar. Keraguan bagaimana memadukan HKM dengan tata guna lahan yang ada.

Manfaat HKM Bagi Msyarakat 1. Memberikan kepastian hukum atas hak pengelolaan

2.

3.

4.
5.

kawasan hutan. Sehingga masyarakat/kelompk masyarakat mempunyai kepastian untuk berinvestasi dalam kawasan hutan melalui reboisasi swadaya mereka Menjadi sumber matapencarian dengan memanfaatkan hasil dari kawasan hutan. Keanekaragaman tanaman yang diwajibkan menjadikan kalender musim panen yang dapat menutupi kebutuhan rumah tangga petani . Kegiatan HKM sekaligus menjaga kelsetarian ekosistem (sumber air dll). Terjadinya hubungan dialogis dan harmonis dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya. Adanya peningkatan pendapatan non tunai (dalam bentuk barang /innatura), bentuk pangan dan papan.

Manfaat HKM Bagi Pemerintah


1. 2. 3.

4. 5.

Memberikan sumbangan tidak langsung oleh masyarakat melalui rehabiltasi lahan secara swadaya dan swadana. Adanya peningkatan pendapatan pemerintah daerah untuk pembangunan hutan lestari dan masyarakat sejahtera Kegiatan teknis di lahan HKM yang mewajibakan kelompok melakukan penerapan pengolahan lahan berwawasan konservasi membawa perbaikan pada fungsi hutan Kegiatan HKM berdampak pada pengamanan hutan. Terlaksanakan tertib hukum di lahan HKM.

Manfaat HKM Terhadap Fungsi Hutan dan Restorasi

Habitat 1. Terbentuknya keanekaragaman tanaman (tajuk rendah, sedang dan tinggi). 2. Terjadinya fungsi ekologis dan hidro-orogis melalui pola tanam campuran dan teknis konservasi lahan yang diterapkan. 3. Terjaganya blok perlindungan yang dikelola oleh kelompok pemegang izin HKM. 4. Kegiatan HKM juga menjaga kekayaan alam flora dan fauna yang telah ada sebelumnya, beserta habitanya.

Proses Pemberdayaan yang dilakukan Pihak Pembantu dalam

pengelolaan HKM dalam bentuk : 1. Pendampingan masyarakat dan pendampingan teknis 2. Pelatihan (pembibitan, pemeliharaan, memproduksi). 3. Penyuluhan 4. Bantuan teknis pembibitan, pemeliharaan tegakan, tanaman sela, rehabiltasi hutan, teknis pembukaan lahan. 5. Bantuan informasi dan media 6. Pengembangan kelembagaan 7. Pengembangan SDM 8. Pengembangan jaringan kemitraan (kerjasama dan pemasaran) 9. Pendampingan sistem administrasi kelembagaan 10. Sistem permodalan Materi Kls A/C /26/5/2011 11. Monitoring dan evaluasi.
Materi Kls B / 14 Juni 2011

Metri ke-4/16 Kamis 16 Juni 2011/kls A/B

III. PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT 3.1. Bentuk Kepemilikan SDH 1. Private Property Right (hak kepemilikan pribadi) contohnya hutan rakyat) 2. State Property Right (hak kepemilikan negara) contoh hutan negara : hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi 3. Common Property Right (hak kepemilikan bersama, contohnya adalah hutan adat/ulayat)

3.2. Definisi Hutan Rakyat Hutan Rakyat adalah Hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal 0,25 Ha dengan penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan (> 50 %) dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang (SK. Menhut No. 49/KptsII/1997. UU No 41 Th 1999. Hutan rakyat adalah hutan yang dibebani hak milik. Penanaman pepohonan di tanah milik masyarakat oleh pemiliknya, merupakan salah satu butir kearifan masyarakat dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Terbatasnya kepemilikan tanah, peran hutan rakyat bagi kesejahteraan masyarakat semakin penting.

3.3. Maksud dan Tujuan Pengelolaan Hutan Rakyat Meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna bahan baku kayu untuk industri, kayu pertukangan dan kayu energi Terpeliharanya kondisi tata air dan lingkungan yang baik, khususnya lahan milik rakyat. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kegiatan berusaha dan meningkatkan pendapatan negara. Menberdayakan masyarakat pedesaan

3.4. Prinsip-prinsip Hutan Rakyat Aktor utama pengelola adalah rakyat/masyarakat lokal/adat Lembaga pengelola dibentuk, dilaksanakan dan dikontrol secara langsung oleh rakyat bersangkutan Memiliki wilayah yang jelas dan memiliki kepastian hukum yang mendukungnya Interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya bersifat langsung dan erat Pengetahuan lokal menempati posisi penting dan melandasi kebijaksanaan dan sistem pengelolaan hutan, Teknologi yang dipergunakan diutamakan teknologi lokal Skala produksi tidak dibatasi, kecuali oleh prinsip kelestarian Keanekaragaman hayati mendasari berbagai bidangnya Sistem ekonomi didasarkan atas kesejahteraan bersama

3.5 Pola Pengembangan Hutan Rakyat . 1. Pola Swadaya; Hutan rakyat yang dibangun oleh kelompok atau pereorangan dengan kemampuan modal dan tenaga dari kelompok atau perorangan itu sendiri. Melalui pola ini masyarakat didorong agar mau dan mampu untuk melaksanakan pembuatan hutan rakyat secara swadaya dengan bimbingan teknis kehutanan. 2. Pola subsidi; Hutan rakyat yang dibangun melalui subsidi atau bantuan sebagian atau keseluruhan biaya pembangunannya. Subsidi atau bantuan diberikan oleh pemerintah (melalui Inpres Penghijauan, Padat Karya dan dana bantuan lainnya) atau dari pihak lain yang peduli terhadap pembangunan hutan rakyat.

3. Pola kemitraan (Kredit Usaha Hutan Rakyat); Hutan rakyat dibangun atas kerjasama masyarakat dan dan perusahaan swasta dengan insentif permodalan berupa kresit kepada rakyat dengan bunga ringan. Dasar pertimbangan kerjasam itu adalah pihak perusahaan perlu bahan baku dan masyarakat butuh bantuan modal kerja. Pola kemitraan ini dilakukan dengan memberikan bantuan secar penuh melalui perencanaan sampai dengan membagi hasil usaha secara bijaksana, sesuai kesepakatan antara perusahaan dan masyarakat.

3.6. Strategi Pengembangan Hutan Rakyat Menginventaris hutan rakyat yang telah ada (mengetahui sebaran, letak, luasan, jenis dan perkiraan potensi). Meninventarisir sasaran pengembangan lokasi hutan rakyat. Percontohan pengelolaan HR menurut berbagai kondisi. Penyiapanm sarana perangkat lunak (produk hukum, pedoman, JUKLAK/JUKNIS). Meningkatkan hasil penelitian dan pengembangan HR dalam bentuk metode, teknologi dan teknik pelaksanaan yang tepat bagi pengembangan HR. Memenuhi SDM yang terdidik dan terlatih Menggerakan dan membangkitkan partisipasi masyarakat dan pemngembanga dan pengelolaan HR melalui pembentukan kelompok tani yang dinamis. Penyuluhan kepada masyarakat. Menyamakan persepsi pengelolaan HR. Mendorong terciptanya pasaran hasil HR. Memberikan insentif permodalan dengan bunga yang ringan.

3.7. Pola Pengelolaan Hutan Rakyat 1. Pola Monokultur Pola ini hanya menanam satu jenis pohon dalam suatu hamparan lahan. a. Hutan rakyat sengon di Jawa. b. Hutan rakyat kemiri di Sulawesi Selatan 2. Pola Campuran (Agroforest) Pola campuran atau agroforest ini dilakukan dengan mengkombinasikan antara tanaman kehutanan (jangka panjang) dengan tanaman pertanian (jangka pendek) dalam suatu hamparan lahan dengan pengaturan spasial dan temporal

Contoh : Pola Hutan Rakyat Campuran a. Repong Damar di Pesisir Krui, Lampung b. Kebun Karet Campuran di Jambi c. Tembawang di Kalimantan Barat d. Parak di Maninjau, Sumatera Barat e. Kebun Durian Campuran di Gunung Palung, Kalimantan Barat f. Kebun Pepohonan Campuran di sekitar Bogor, Jawa Barat

3.8. Pedoman Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat 3.8.1. Membuat Perencanaan Teknis. 1. Rencana Teknik Tahunan Rencana indikatif yang menunjukan lokasi, jenis dan volume kegitan . 2. Rencana Kegiatan Rancangan pembuatan tanaman hutan rakyat disusun 1 (satu) tahun sebelum pelaksanaan ( T 1) atau (T -0). Penyusunan rancangan berdasarkan hasil orientasi lapangan, pengukuran/pemetaan calon lokasi serta wawancara dengan masyarakat setempat. Rancangan memuat rancangan teknis dan biaya serta kelembagaan. Rancangan secara operasional sebagai dasar untuk pelaksanaan kegiatan.

3.8.2. Pelaksanaan 1. Persiapan lapangan 1.1. Persiapan Kelembagaan Bentuk kelembagaan dalam bentuk kelompok tani dengan bantuan tenaga pendamping. Kelompok tani tsb diharapkan mampu melaksanakan persiapan pembuatan tanaman hutanrakyat a.l : Mengikuti sosialisasi penyuluhan dan pelatihan Menyiapkan lahan miliknya untuk lokasi hutan rakyat Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan kelompok tani Menyiapkan administrasi kelompok tani Menyusun perangkat/aturan kesepakatan internal kelompok. 1.2. Pembuatan Sarana dan Prasarana Pembuatan gubuk kerja dan papan pengenal di lapangan. Pembuatan jalan dan atau jembatan di dalam lokasi hutan rakyat.

1.3. Penataan Areal Tanaman PAT merupakan pembagian areal/lokasi dalam blok sesuai dengan pembagian kelompok. PAT dengan tahapan sbb : a. Pemancangan tanda batas dan pengukuran lapangan (menentukan letak dan luas yang pasti). b. Pembersihan lapangan dan pengolahan tanah c. Penetuan arah larikan serta pemancangan ajir tanaman sejajar kontur d. Pembuatan piring tanaman di sekeliling ajir e. Pembuatan lubang tanaman (sesuai keperluan). 2. Pembuatan Tanaman. 2.1. Pemilihan jenis tanaman Sesuai kebutuhan masyarakat Sesuai agroklimat. Sesuai permintaan pasar Menguntungan Sesuai kesepakatan kelompok Komposisi jenis tanaman : 70 % tanaman kayu-kayuan dan tanaman unggulan lokal, dan 30 % tanaman serba guna.

2.2. Penanaman 2.2.1. Sistem tumpangsari yakni menggabungan tanaman semusim dengan tanaman pokok kehutanan (kayu-kayuan dan tanaman serba guna). 2.2.2. Sistem cemplongan yakni sustu teknis penanaman dengan pembersihan lapangan tidak secara total (hanya ditempat yang akan ditanam). 2.2.3. Pola Penanaman 1. Pola penanaman di lahan terbuka Baris dan larikan tanaman lurus

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 = Tanaman pokok

Tanaman jalur dengan sistem tumnpangsari

0 0 0

v v v

0 0 0

v v v

0 0 0

v v v

0 0 0

v v v

0 0 0

Keterangan : 0 = tanaman pokok v = tanamam tumpangsari Penanaman searah garis kontur

Garis kontur

v V v

2. Pola tanam di lahan tegalan dan pekarangan a. Baris dan larikan tanaman lurus b. Penanaman pada batas pemilikan lahan c. Penanaman pengkayaan. 2.3. Pemeliharaan a. Pemeliharaan tahun berjalan 1). Penyulaman 2). Penyiangan 3). Pemupukan b. Pemeliharaan tahun pertama dan kedua 1). Penyulaman 2). Penyiangan 3). Pendangiran 4). Pemupukan 5). Pengendalian hama dan penyakit

SAMPAI JUMPA

TERIMA KASIH
SEMOGA SAUDARA BERHASIL

You might also like