You are on page 1of 3

Akar masalah penyebab PT.

DI bangkrut

Pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an Dirgantara Indonesia mulai menunjukkan kebangkitannya kembali, banyak pesanan dari luar negeri seperti Thailand, Malaysia, Brunei, Korea, Filipina dan lain-lain. Meskipun begitu, karena dinilai tidak mampu membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya, DI dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 September 2007. Namun pada tanggal 24 Oktober 2007 keputusan pailit tersebut dibatalkan. Meskipun kepailitan dibatalkan, PT DI masih saja menghadapi masalah keuangan, yang memengaruhi pembayaran gaji karyawan, sehingga sering terlambat dibayar. Bahkan, tunjangan kesehatan karyawan pun dihentikan akibat perusahaan menunggak pembayaran kepada Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, sebesar 3 milyar rupiah.
PT. DI dinyatakan pailit sebab utamanya adalah karena ketidakmampuan PT DI untuk membayar lunas utang yang telah jatuh tempo. PT DI diketahui berhutang pada BPPN sebesar Rp. 1,7 T dan kepada mantan karyawan (pesangon dan jaminanhari tua) sebanyak 4500 karyawan. Ada beberapa penyebab hutang PT DI begitu besar, yaitu : 1. Overheat cost yang terlalu tinggi PT. DI memperkerjakan 9000 orang tenaga kerja dimana setiap bulannya PT. DI mengeluarkan Rp. 23 M untuk membayar gaji. 2. Permintaan terlalu rendah Dengan permintaan yang rendah dan overheat cost yang tinggi maka menyebabkan tingkat keuntungan kurang signifikan. 3. Strategi bisnis yang kurang memadai Karena kurangnya modal, PT DI lebih banyak mengambil proyek subkontrak dimana PT DI hanya menjadi pelaksana dari pemilik modal yang memenangkan tender sehingga sharing untuk benefitnya menjadi terlalu kecil. 4. Banyak target yang tidak dapat dipenuhioleh PT DI PT DI menerima banyak pesanan, namun dengan sumber daya yang dimiliki PT DI tidak mampu memproduksi pesanan pesawat sesuai tenggat yang ditentukan sehingga terkena penalty cost akibat perjanjian yang tidak dapat dipenuhi. 5. Sertifikasi FAA belum didapat Untuk mendapatkan sertifikat FAA, diperlukan 4 sampai 6 protoype pesawat ang perlu dibuat untuk diajukan kepada FAA, namun tidak ada modal yang cukup untuk membuat prototype tersebut sehingga sulit mendapatkan sertifikat FAA

6. Banyak menggunakan bahan baku impor Contoh untuk membuat die casting dperlukan fiber yang harus diimpor, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya operasional PT DI

Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa secara teknologi/SDM, PT DI bukannya tidak mumpuni, terbukti dari teknologi pesawat yang mampu dibangggakan dan bersaing dengan perusahaan besar lainnya karena NC-212 dan CN-235 telah diproduksi 150 unit dan dipesan berbagai negara.

Krisis yang dialami PT Dirgantara Indonesia (PT DI) bukan sekedar masalah keuangan. PT DI saat ini sangat memerlukan kepercayaan konsumen dalam negeri. Ini akan sangat membantu PT DI untuk keluar dari masalah yang membelitnya. Masalah yang utama sebenarnya PT DI membutuhkan pekerjaan dan kepercayaan dalam negeri. Mau disuntik dana berapapun kalau tidak dibutuhkan sama saja, akhirnya hancur juga,"kata Direktur Direktorat Pengembangan Bisnis dan Teknologi Dita Ardonni Jafri. Hingga saat ini PT DI masih mendapatkan proyek rutin dari luar negeri seperti Korea dan Turki. namun masih tidak mampu mencukupi kebutuhan PT DI sehingga diperlukan pasar yang lebih luas. Dalam bussiness plan PT DI terus melakukan penawaran ke luar negeri. Hal tersebut dikarenakan konsumen dalam negeri pun kurang menaruh kepercayaan terhadap PT DI. Minimnya kepercayaan dalam negeri pada PT DI, berpengaruh pada konsumen PT DI di luar negeri. Masalah lain yang sedang dihadapi PT DI adalah persoalan pembukuan diharapkan pemerintah membantu membereskan utang-utang lama PT DI sehingga perusahaan tetap bisa berjalan. Alasan PT DI patut dibanggakan

Setelah delapan tahun berganti nama menjadi PT. DI, akhirnya perusahaan ini terus berkembang sedikit demi sedikit. Berbagai produk PT. DI, mulai dari pesawat terbang komersial hingga peralatan militer, mulai dipercaya oleh berbagai negara. Produknya pun bertambah, tidak hanya pesawat. PT. DI sudah mampu membuat roket, torpedo, panser ringan, hingga hovercraft dan radar.Beberapa proyek juga kini tengah dijalani oleh PT. DI sebagai perusahaan pembuat pesawat terbang.

Memang, program N250 dan pengembangan N2130 belum bisa dilanjutkan, karena tidak tersedianya dana yang cukup untuk kedua progema pesawat nasional tersebut. Namun, PT. DI tidakberputus asa untuk mengembangkan sebuah pesawat nasional baru. Belakangan ini, PT. DI tanpa diketahui banyak pihak sedang melakukan penelitian dan pengembangan sebuah pesawat baru, yakni pesawat N219. N219 diprediksikan akan dibangun untuk keperluan penerbangan perintis dan menggantikan pesawat perintis yang telah berumur tua yang ada di Indonesia, khususnya Indonesia bagian timur yang mengandalkan penerbangan perintis sebagai transportasinya. Pesawat turboprop masih dalam tahap preliminary design ini, rencananya akan dapat lepas landas dan mendarat di bandara yang hanya memiliki panjang landasan 800 meter. Itu artinya banyak landasan di kawasan Indonesia timur dapat dicapai. Dengan adanya pesawat ini, dimasa mendatang diharpakan transportasi Indonesia timur dapat semakin lancar dan perekonomiannya pun berkembang pesat. Bisa dikatakan, proyek ini akan menjadi proyek PT. DI yang paling prestisius di masa kini. Pemesanan sembilan unit pesawat CN295 oleh Kementerian Pertahanan merupakan momen berharga untuk menyehatkan industri kedirgantaraan nasional. Kita berharap, dengan adanya proyek N219, PT. DI akan memperoleh kembali masa-masa jayanya seperti dahulu ketika dipmpin B.J. Habibie. Tentunya harus dengan adanya dukungan dari pemerintah, yang telah berjanji akan mulai mengembangkan industri pertahanan dalam negeri, agar tidak bergantung pada produk militer dari luar negeri.

You might also like