You are on page 1of 52

EDISI 3 TAHUN 2010

Hari Habitat 2010


Menuju Kota dan
Kehidupan Lebih Baik
Undang-Undang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
Pertemuan Anggota Biro
APMCHUD
(Asia Pacic Ministerial Conference
on Housing and Urban Development)
Bali, 29-30 November 2010
2
Selamat bertemu kembali pembaca kami yang setia. Sepan-
jang bulan September sampai pertengahan Desember 2010,
banyak peristiwa penting dan besar terkait dengan pemba-
ngunan perumahan di Indonesia dan luar negeri. Semisal
puncak acara peringatan Hari Perumahan Nasional (Haper-
nas), yang walaupun sebenarnya Hapernas jatuh pada tang-
gal 25 Agustus 2010 namun perayaan puncaknya baru pada
tanggal 22 September 2010. Hal paling penting dari puncak
perayaan tersebut adalah diluncurkannya logo baru Kemen-
terian Perumahan Rakyat. Semoga keberadaan logo baru
ini akan menghadirkan semangat baru, ide baru, komitmen
terbarukan tidak hanya bagi seluruh jajaran pegawai Kemen-
terian Perumahan Rakyat tetapi juga pemangku kepentingan
lainnya. Pada saat bersamaan juga diumumkan pemenang
penghargaan Adiupaya Puritama, yaitu penghargaan yang
diberikan kepada pemerintah, swasta, dan perorangan yang
berjasa pada pembangunan perumahan di Indonesia. Mudah-
mudahan penghargaan ini berdampak pada percepatan pem-
bangunan perumahan dan permukiman di Indonesia.
Di penghujung tahun ada satu lagi peristiwa yang cukup pen-
ting di kawasan Asia Pasik, yaitu pertemuan tingkat menteri
anggota Biro APMCHUD (..ia Pacifc Mivi.teria Covferevce ov
ov.ivg ava |rbav Dereovevt) yang terdiri dari 7 negara yang
diketuai oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat, Suharso
Monoarfa. Pertemuan ini menjadi penting dan bermakna
khususnya bagi Indonesia, karena saat ini Indonesia menjadi
ketua. Semoga kesempatan ini bisa kita manfaatkan sebesar-
besarnya.
Walaupun telah berulangkali diperingati tetapi kami selalu
tidak bosan-bosannya berupaya mengingatkan bahwa pada
hari Senin minggu pertama bulan Oktober setiap tahun diper-
ingati Hari Habitat Dunia, yang tahun ini jatuh pada tanggal
4 Oktober. Habitat, secara sederhananya adalah rumah, ma-
nusia dan lingkungan. Diperingati setiap tahun untuk meng-
ingatkan kita semua bahwa banyak masalah yang dihadapi
dan jawabannya tergantung dari sikap kita. Mulai dari permu-
kiman kumuh, kekurangan air-sanitasi-listrik, polusi udara,
pemanasan global dan seterusnya. Tahun ini Hari Habitat ber-
tema etter Cit,, etter ife atau diterjemahkan menjadi Menuju
Kota dan Kehidupan Lebih Baik. Diharapkan berangkat dari
rumah yang layak, akan terbentuk kota dan kehidupan lebih
baik. Rumah tidak diartikan sekedar siknya saja tetapi ter-
masuk penghuninya. Keluarga sejahtera berawal dari rumah
yang layak.
Semua hal tersebut tidak luput dari perhatian vforvv. Ha-
rapannya, vforvv dapat berperan sebagai salah satu sumber
informasi dan pengetahuan sehingga pada akhirnya menjadi
bagian dari pengelolaan pengetahuan (voreage vavagevevt)
perumahan dan permukiman di Indonesia.
Selamat membaca. Foto cover depan: Humas Kemenpera
Redaksi menerima artikel, berita, karikatur yang terkait bi-
dang perumahan rakyat dari pembaca. Lampirkan gambar/
foto dan identitas penulis ke alamat email redaksi. Naskah
ditulis maksimal 5 halaman A4, Arial 12.
Redaksi juga menerima saran maupun tanggapan terkait
bidang perumahan rakyat ke email inforum@gmail.com
atau saran dan pengaduan di www.kemenpera.go.id
Pelindung :
Menteri Negara Perumahan Rakyat
Penasehat Redaksi:
Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat
Penanggungjawab:
Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran
Kementerian Perumahan Rakyat
Redaksi :
Eko Suhendratma, S.Si., MA
Udi Indriyonoto
Penyunting dan Penyelaras Naskah :
Jeffry, S Kom
Tri Pudji Astuti, M.Si.
Reporter :
Ristyan Mega Putra, S.Sos.
Desain dan Produksi :
Akbar Pandu Pratamalistya, S.Sos.
Bagian Administrasi :
Fenty Meilisya Syafril
Nurul Prihatin
Devi Ismiyanti
Bagian Distribusi :
Ruby Marchelinus
Pustika Chandra Kasih, S.Sos.
Sri Rahmi Purnamasari, S.Sos.
Alamat Redaksi Inforum:
Bagian Humas dan Protokol
Kementerian Perumahan Rakyat
Jln. Raden Patah I No. 1 Lantai 3 Wing 3
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telp/Fax : (021) 724687
Email : inforum@gmail.com
Website : www.kemenpera.go.id
Edisi 3
Tahun 2010
3
Isu Hijau
Saat ini, masalah pembangunan sering dikaitkan dengan
isu berkelanjutan atau hijau. Kita sudah sering melihat,
ada beberapa majalah yang mengetengahkan arsitektur
atau perancangan hijau namun skalanya sangat mikro
yaitu pada rumah atau bangunan individu. Sementara itu,
terkait pembangunan perumahan dan permukiman, se-
pertinya isu hijau ini kurang diangkat, termasuk di majalah
vforvv ini.
Semoga ke depannya vforvv dapat mengetengahkan in-
formasi terkait pembangunan perumahan dan permu-
kiman yang hijau dan ramah lingkungan.
Tyas Yogyakarta
ari. 1,a.,
1eriva a.ib bav,a ata. .arav ,avg aiirivav. ebevarv,a te-
ab aaa beberaa ivi.iatif terait ervvabav bi;av .eerti aaav,a
evberiav evgbargaav vvtv evgevbavg ,avg ravab ivg vvgav.
evoga ivi.iatifivi.iatif ter.ebvt aav aaat avi taviav ai
vforvv eai.i vevaatavg.
Tulisan Mahasiswa
Yth. Redaksi Inforum,
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir di jurusan perenca-
naan wilayah dan kota dan saat ini saya sedang menyusun
skripsi yang mengangkat topik terkait evaluasi kebijakan
pembangunan perumahan 1:3:6. Banyak rekan saya di
kampus yang juga menulis skripsi dengan topik terkait
perumahan, sayangnya tulisan-tulisan tersebut jarang di-
publikasikan secara luas.
Apakah majalah Inforum memungkinkan untuk mener-
bitkan tulisan-tulisan dari mahasiswa? Atau menge-
tengahkan abstraksi atau bahkan ringkasan hasil peneli-
tian, skripsi, tesis atau disertasi mahasiswa.
Anjar Bandung
ar. .v;ar
Reaa.i vforvv .avgat terbva vvtv veveriva tvi.av aari ara
vaba.i.ra. 1evtv .a;a vvtv evvi.av ai va;aab avi, forvat-
v,a barv. ai.e.vaiav terebib aabvv. iaav vvtv verivga.
tvi.av avaa vev;aai .eitar 1.0002.000 ata vvtv evvaiav
aiirivav e vforvv. 1eriva a.ib.
Hari Perumahan Nasional
Setiap tahun Hari Perumahan Nasional selalu diperingati.
Meski mengusung judul nasional, sepertinya gaung dari
peringatan ini hanya ada di pusat saja. Masyarakat luas,
termasuk di daerah menjadi kurang mengerti makna dan
tujuan dari adanya peringatan ini. Saya berharap per-
ingatan Hari Perumahan Nasional tidak menjadi sekedar
upacara seremonial belaka. Tetapi betul betul dipahami
maknanya terutama oleh pemerintah di daerah.
Angga Surabaya
Berlangganan
Sepertinya belum banyak majalah di Indonesia yang secara
khusus membahas mengenai kebijakan pembangunan pe-
rumahan. Kebanyakan majalah yang terbit lebih fokus pada
rea e.tate. Kehadiran vforvv mestinya dapat memberikan
angin segar dan dapat menjadi media alternatif.
Sayangnya, majalah Inforum ini agak sulit diperoleh. Ba-
gaimana caranya berlangganan majalah Inforum?.
Ketut Rudi Denpasar
ar. Ketvt Rvai,
1eriva a.ib ata. are.ia.i ,avg aiberiav. Kareva aa,a ;avgav
eaar ,avg va.ib terbata., .aat ivi bevv aivvvgivav vvtv ber-
avggavav vforvv. |vtv bi.a vevga.e. vforvv, .vaa bi.a aa-
tavg e erv.taaav aaerab atav aiva. ,avg vevavgavi ervvab
av aav ervvivav ai aaerab .vaa. Ma;aab vforvv ;vga bi.a
aia.e. veavi .itv. ,avg beraavatav ai btt:,,evevera.go.ia.
Tambahan Halaman
Yth. Redaksi vforvv
Saya belum lama menjadi pembaca vforvv. Itu pun tidak
sengaja membaca di salah satu ruang tunggu kementerian
di Jakarta. Isinya cukup menarik tetapi sebaiknya juga me-
muat tentang pembangunan perumahan skala masyarakat.
Kalau memang memungkinkan sebaiknya ditambah saja
jumlah halamannya.
Rudy K. Depok
ar. Rva,
1eriva a.ib va.vavv,a. .av ita erbatiav. Mvaabvv-
aabav aaav ratv tiaa ava agi i.i vforvv bi.a ebib rariatif
aav baavavv,a vv bertavbab.
4
Wawancara Khusus Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA.
Semua Memiliki Visi yang Sama
Bagaimana Masyarakat Bisa Sejahtera
Dari Redaksi 02
Surat Pembaca 03
Daftar Isi 04
Laporan Utama 06
Wawancara Khusus 16
Wacana 20
Liputan Utama 25
Liputan 32
Intermezzo 36
Pengelolaan Pengetahuan 37
Fakta 44
Praktek Unggulan 45
Galeri Foto 48
Agenda 49
Selamat Datang Undang-
Undang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
Menyambut Kelahiran UU PKP:
Undang-Undang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
6 20
Hari Habitat 2010 - Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik
Menpera Ajak BUMN untuk Sukseskan
Program Perumahan Rakyat
Badan Usaha Milik Negara BUMN
diharapkan dapat ikut serta dalam
menyukseskan program perumahan
rakyat baik melalui program Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP) maupun melalui program Cor-
porate Social Responsibility (CSR)-nya.
32
Tahun 2010 ini Hari Habitat
memfokuskan temanya untuk
membuat kota menjadi tempat

baik. Di Indonesia Hari Habitat


tapi bermakna.
Berbicara tentang Revisi Undang-
Undang No. 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman
yang telah selesai dilaksanakan
pada akhir Desember 2010

tentang sudah terpenuhi atau

undang-undang baru ini. Inforum
berkesempatan berbincang dengan
Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA. Staf
Ahli Menteri Negara Perumahan
Rakyat bidang Otonomi Daerah
k
Panja RUU Perkim Kemenpera.
25
Akhir tahun 2010 mungkin membawa
angin segar bagi perkembangan
perumahan di Indonesia. DPR

melakukan revisi terhadap UU No.
4 Tahun 1992. UU Perumahan dan
Kawasan Permukiman diharapkan
mampu menjawab berbagai persoalan
yang kini ada di tengah-tengah
masyarakat.
Secara umum muatan UU PKP

dibandingkan UU PP, tapi apakah
amanat yang terdapat dalam UU PKP

yang ada?
Laporan Utama
Wacana
Liputan Utama
Liputan
16
Edisi 3
Tahun 2010
5
Tips Renovasi Rumah
dengan Hemat
S







l


36
Intermezzo
Kilas Balik Perumahan
Rakyat 1900 - 2000
u




37
Info Buku
Peraturan Presiden No. 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah
n 1



k n 1

8!

39 Info Regulasi
www.kemenpera.go.id
S


kLMLnL8A


42
Info Situs
Hari Habitat Dunia: Meningkatkan Kepedu-
lian Bersama untuk Masa Depan Habitat
kL
l



8
S
kL



45 Praktek Unggulan
49
Agenda
SOLO
Memberdayakan Sektor
Informal, Mengelola
Pedagang Kaki Lima
P P u World Habitat Day
S
C P P u

88



66
Laporan Utama
A
khirnya pemangku
kepentingan atau seti-
daknya pemerintah
kini dapat bernafas
lega. Undang-Undang
tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (UU PKP) akhirnya
disahkan oleh DPR dalam Rapat
Paripurna DPR RI pada tanggal 17
Desember 2010.
Menteri Negara Perumahan Rakyat
(Menpera), Suharso Monoarfa, pada
kesempatan saat menyampaikan
Pendapat Akhir Presiden terhadap
RancanganUndang-Undang (RUU)
tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman dalam Rapat Paripurna
DPR RI tersebut di Gedung Nusan-
tara II DPR, mengatakan perumahan
dan kawasan permukiman merupa-
kan penegasan politik hukum nasio-
nal di bidang perumahan dan ka-
wasan permukiman.
Lebih lanjut, Menpera menambah-
kan, pemerintah dalam hal ini mem-
berikan apresiasi yang setinggi-ting-
ginya kepada DPR RI yang telah
mengambil inisatif dan menyelesai-
kan RUU tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman ini.
Dalam UU ini, ungkap Menpera,
setidaknya ada beberapa hal penting
yang diharapkan dapat mendorong
peningkatan program di sektor pro-
perti Indonesia.
Pertama, perumahan dan kawasan
permukiman didenisikan sebagai
satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan peru-
mahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan per-
baikan, peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, penda-
naan dan pembiayaan, dan peran
serta masyarakat.
Penyelenggaraan perumahan meru-
pakan tanggung jawab negara, dan
pembinaannya dilaksanakan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah,
katanya.
Selamat Datang
Undang-Undang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
Sumber foto: Humas Kemenpera
Edisi 3
Tahun 2010
7
Edisi 3
Tahun 2010
7
Kedua, adanya pembagian tugas dan
wewenang pemerintah dalam melak-
sanakan pembinaan penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukim-
an sepenuhnya mengacu kepada oto-
nomi daerah dan kemandirian daerah
serta pembagian dan pemisahan
fungsi regulator dan operator.
Ketiga, pemenuhan kebutuhan ru-
mah sebagai kebutuhan dasar manu-
sia Indonesia dilaksanakan melalui
penyelenggaraan perumahan yang
melibatkan pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau badan hukum serta
peran serta masyarakat.
UU ini diorientasikan dalam rangka
menjamin kepastian bermukim yang
menjamin hak setiap warga negara
untuk menempati, menikmati, dan
atau memiliki rumah yang layak da-
lam lingkungan yang sehat, aman, se-
rasi dan teratur, tandasnya.
Undang-Undang tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman ini secara
keseluruhan mencerminkan adanya
keberpihakan yang kuat sekaligus
memberikan kepastian bermukim
terhadap masyarakat berpenghasilan
rendah, ujar Menpera.
Untuk memastikan ketersediaan ru-
mah bagi MBR, imbuh Menpera,
dirinya juga berharap badan hukum
yang melakukan pembangunan peru-
mahan wajib mewujudkan peruma-
han dengan hunian berimbang.
Materi Baru dalam UU Perumah-
an dan Kawasan Permukian
Undang Undang PKP terdiri dari 18
bab dan 167 pasal, yang menunjuk-
kan cukup banyaknya materi yang di-
cakup. Berbeda dengan Undang Un-
dang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman yang
relatif lebih ringkas, hanya terdiri dari
10 bab dan 42 pasal.
Perbedaan utama dari UU Perumah-
an dan Kawasan Permukiman (UU
PKP) dengan pendahulunya adalah
kondisi yang melatar belakangi kela-
hirannya. Pada saat undang-undang
perkim (lama) diundangkan, era oto-
nomi daerah belum dimulai sehingga
perumahan belum merupakan urus-
an wajib pemerintah daerah. UUD
tahun 1945 juga belum diamande-
men. Selain itu, kondisi perumahan
dan termasuk juga perkotaan belum
serumit saat ini.
Pembangunan perumahan yang te-
lah menjadi urusan wajib pemerin-
tah daerah sebagaimana tercantum
dalam PP Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Peme-
rintahan antara Pemerintah, Peme-
rintahan Daerah Provinsi, dan Pe-
merintah Daerah Kabupaten/Kota,
kemudian menjadikan materi tentang
tugas dan wewenang dibahas secara
rinci untuk masing-masing tingkatan
pemerintahan mulai dari Pemerintah,
pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten/kota. Materi tugas dan
wewenang tercantum dalam satu bab
khusus dan 7 pasal.
Tidak sebagaimana lazimnya pada
bagian Menimbang yang bersifat
normatif, pada UU PKP selain hal
normatif juga mencantumkan pe-
negasan tentang rumah sebagai ke-
butuhan dasar dan berperan strategis
dalam pembentukan watak bangsa.
Selain itu, dicantumkan juga negara
bertanggungjawab dalam penyeleng-
garaan PKP, disertai perlunya peme-
rintah lebih berperan dalam menye-
diakan dan memberikan kemudahan
dan bantuan bagi masyarakat. Bahkan
juga mencantumkan pengakuan ter-
jadinya kondisi masyarakat yang sulit
memperoleh rumah yang layak dan
terjangkau sebagai akibat kurangnya
perhatian kepada kepentingan MBR.
Melengkapi banyaknya materi baru,
beberapa istilah baru terkait juga
diperkenalkan, yang tidak terdapat
dalam undang undang lama seperti
perumahan dan kawasan permukim-
an, hirarki penanganan (rumah, pe-
rumahan, kawasan permukiman,
lingkungan hunian, permukiman),
penyelenggaraan perumahan dan ka-
wasan permukiman, kategori rumah
(rumah komersial, swadaya, umum,
khusus, negara), permukiman ku-
muh, perumahan kumuh, pendana-
an, pembiayaan, penyelenggara (seti-
ap orang, badan hukum, pemerintah
pusat, pemerintah daerah, menteri),
dan MBR.
Hal yang baru dan paling mendasar
adalah ditetapkannya lingkup peng-
aturan penyelenggaraan PKP. Pene-
tapan lingkup pengaturan ini bahkan
secara rinci dalam 11 bab dan 142
pasal, sehingga dapat dikatakan isi
undang undang ini adalah tentang
penyelenggaraan perumahan dan ka-
wasan permukiman. Penjelasan lebih
mendalam tentang materi undang
undang pada bagian lain edisi ini.
Hal paling utama yang terlihat berbe-
da, bahwa UU PKP secara jelas men-
cantumkan ruang lingkup penyeleng-
garaan perumahan yaitu pembinaan,
tugas dan wewenang, penyeleng-
garaan perumahan dan kawasan per-
mukiman itu sendiri, pemeliharaan
dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap peru-
mahan kumuh dan permukiman ku-
muh, penyediaan tanah, pendanaan
dan pembiayaan, hak dan kewajiban,
serta peran masyarakat. Keseluruhan
S l
88
Laporan Utama
lingkup penyelenggaraan ini dirinci
dalam bab tersendiri.
Hal baru lainnya yang terlihat sig-
nikan diantaranya adalah ,i, seiring
dengan era otonomi daerah, peran
Pemerintah, pemerintah propinsi
dan pemerintah kabupaten/kota
diatur secara jelas; (ii) mencantum-
kan peraturan pelaksanaan tidak
hanya dalam bentuk peraturan pe-
merintah dan keputusan menteri
tetapi bahkan peraturan daerah; (iii)
walaupun masalah kekumuhan da-
lam UU Perkim telah tercantum,
namun UU PKP lebih maju karena
juga memasukkan ide pencegahan
kekumuhan; (iv) pemisahan penda-
naan dan pembiayaan. Pengenalan
materi sistem pembiayaan terkait
dengan telah diluncurkannya Fasili-
tas Likuditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP); (v) pengaturan penghunian
oleh orang asing telah terakomodasi,
walaupun termasuk salah satu pasal
yang cukup kontroversial; (vi) terkait
dengan peran serta masyarakat, ter-
lihat lebih maju dengan menjelaskan
secara rinci bentuk peran serta terse-
but. Termasuk adanya keleluasaan
membentuk forum pengembangan
perumahan dan kawasan permukim-
an, yang fungsi dan unsurnya diatur
khusus dalam 2 ayat tersendiri; (vii)
penerapan larangan yang bersifat me-
nyeluruh yang mencakup masyarakat,
pejabat pemerintah, dan pelaku lain-
nya; (viii) sanksi yang lebih rinci, ter-
masuk sanksi administratif.
Selain itu, UU PKP juga menga-
manatkan penyusunan undang-un-
dang rumah susun dan undang-un-
dang tabungan perumahan.
Walaupun banyak yang menyoroti
bahwa penulisan UU PKP masih
kurang tertata, tetapi masih jauh le-
bih baik dibanding UU Perkim. Da-
lam UU PKP, pengkategorian bab
dan pasal sudah lebih baik
Pelibatan Pemangku
Kepentingan
Kritik yang juga banyak didengung-
kan adalah kurangnya keterlibatan
pemangku kepentingan dalam proses
penyusunan. Kritik ini tidak sepenuh-
nya benar dengan mempertimbang-
kan telah diselenggarakannya kegi-
atan jaring pendapat (vbic bearivg).
Walaupun mungkin belum sebanyak
yang diinginkan tetapi paling tidak
tercatat 3 (tiga) kali jaring pendapat
yaitu (i) Jaring Pendapat Komisi V
DPR RI yang berlangsung di Medan
dan Makassar pada tanggal 7 dan 9
Februari 2010. Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia mengi-
rimkan 2 (dua) tim yang terdiri dari
14 orang anggota untuk melakukan
Jaring Pendapat ke Provinsi Sumatera
Utara dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Jaring pendapat ini ditujukan untuk
menyerap aspirasi atas RUU tersebut
dari seluruh pemangku kepentingan
terkait di Provinsi tersebut; (ii) Dis-
kusi Kelompok Terfokus Interdep
dengan Komisi V DPR RI pada
tanggal 12 Februari 2010. Komisi
V DPR-RI juga melakukan kegiatan
diskusi dengan Sekretaris Kemente-
rian Perumahan Rakyat, civitas aka-
demika dari fakultas hukum, jurusan
teknik sipil, jurusan teknik lingkung-
an, fakultas teknik arsitektur Institut
Teknologi Bandung dan Universitas
Padjajaran, Dirjen Cipta Karya Ke-
menterian Pekerjaan Umum, Ketua
Umum DPP REI, Direktur Utama
Bank Tabungan Negara, Ketua
Umum APERSI, Ketua Umum IAP,
dan Ketua Umum MP3I; (iii) Diskusi
Kelompok Terfokus yang diseleng-
garakan Kemenpera dengan meng-
undang para pakar pada tanggal 22
Februari 2010. Kegiatan tersebut
dihadiri oleh perguruan tinggi, pe-
mangku kepentingan perumahan dan
instansi pemerintah. Dari perguruan
tinggi dihadiri oleh wakil Universitas
Andalas, UGM, ITB. Pemangku ke-
pentingan perumahan diwakili oleh
BTN, Perum Perumnas, DPP REI,
DPP APERSI, MP3I, Ikatan Arsitek
Indonesia, dan Ikatan Ahli Peren-
cana. Pihak Pemerintah terdiri dari
Kementerian Perumahan Rakyat, Ba-
dan Pertanahan Nasional, Kemente-
rian Dalam Negeri, dan Kementerian
Pekerjaan Umum.
Selain itu, tidak terhitung kegiatan
diskusi berskala lebih kecil seperti
misalnya yang diselenggarakan oleh
Forum Wartawan Perumahan Rakyat
(Forwapera), seperti misalnya Dis-
kusi Penguatan Lembaga Peruma-
han untuk Penyediaan Perumahan
Bagi MBR: Kajian RUU Perumahan
dan Permukiman di Jakarta, pada
Desember 2010, dan diskusi Mem-
bedah RUU Perkim dalam Menjawab
Tantangan Pembangunan Perumah-
an ke Depan pada Oktober 2010.
Tidak Ada Gading
yang Tak Retak
Terlepas dari kelengkapan materi
yang tercakup dalam UU PKP, masih
terdapat kritik yang ditujukan pada
S l
Edisi 3
Tahun 2010
9
Edisi 3
Tahun 2010
9
keberadaan undang-undang ini. Kri-
tik paling tajam terutama menyang-
kut prosesnya yang dianggap kurang
melibatkan pemangku kepentingan.
Walaupun sebenarnya kegiatan jaring
pendapat telah dilaksanakan pada be-
berapa kesempatan.
Menyangkut isinya, kritikan utama
adalah kesulitan memahami materi
dalam waktu singkat terutama karena
keterkaitan antarbab dan antarpasal
kurang terlihat. Disarankan agar
dibuatkan semacam pemetaan dalam
bentuk bagan berdasarkan kategori
materi sehingga keterkaitan antarbab
antarpasal dapat terlihat jelas.
Terkait dengan kepedulian pada
MBR, dikatakan bahwa undang-un-
dang ini masih kurang memberi per-
hatian. Walaupun sebenarnya kalau
dicermati bahkan pasal-pasal yang
menyangkut MBR terkesan banyak
sekali. Bahkan pada semua bab terda-
pat pasal yang terkait tentang MBR.
Bagi kelompok pelaku pembangun-
an perumahan swadaya, substansi
undang-undang dinilai cenderung
berpihak kepada pengembang kare-
na UU tersebut gagal mengatur se-
cara jelas tentang perlindungan dan
pemberdayaan perumahan swadaya.
Padahal, mayoritas kebutuhan peru-
mahan di Indonesia dipenuhi sendiri
oleh masyarakat. Walaupun jika di-
simak, dalam UU PKP Pasal 15 ayat
p dinyatakan bahwa pemerintah ka-
bupaten/kota dalam melaksanakan
pembinaan mempunyai tugas salah
satunya memberikan pendamping-
an bagi orang perseorangan yang
melakukan pembangunan rumah
swadaya
Dilain pihak, para pengembang me-
nyatakan banyak ancaman baik pi-
dana maupun denda bagi pengem-
bang jika melanggar ketentuan yang
berlaku. Mestinya yang diberi sanksi
adalah penghambat, bukan semata-
mata para pengembang. Kritik ini
juga kurang jelas mengacu kepada
siapa. Walaupun demikian, dalam
pasal yang mengatur sanksi, semua
pemangku kepentingan baik pejabat,
perorangan, maupun badan hukum
yang melanggar larangan yang ter-
cantum dalam undang undang akan
dikenai sanksi baik administratif
maupun pidana.
Ada pula yang menyatakan substansi
UU berpotensi menimbulkan krimi-
nalisasi terhadap masyarakat. Ini
antara lain terkait adanya sanksi bagi
masyarakat yang menolak relokasi
atau penggusuran. Padahal relokasi
dilakukan berdasar alasan yang jelas,
demi kepentingan umum, yang telah
di atur dalam undang undang. Se-
hingga sanksi tersebut harusnya dili-
hat sebagai upaya penegakan hukum
tanpa pandang bulu.
Sepertinya justru masalah utama da-
lam penyusunan undang undang ini
adalah tidak terjalin komunikasi yang
memadai diantara pemangku kepen-
tingan sehingga banyak kritik yang
disampaikan pada dasarnya telah
terakomodasi atau sebagian terako-
modasi.
Kembali lagi bahwa tidak satu apapun
yang sempurna di dunia ini. Demiki-
an pula halnya dengan Undang-Un-
dang PKP. Jika terdapat kekurangan,
hal tersebut dapat disempurnakan
melalui jalur yang disediakan untuk
itu. Apakah melalui ;vaicia rerier ke
Mahkamah Konstitusi, atau penyem-
purnaan melalui Peraturan Pemerin-
tah atau peraturan pelaksanaan lain-
nya yang akan segera disusun.
Pekerjaan Rumah
Terselesaikannya undang-undang ini
bukan akhir dari pekerjaan buat
Sumber foto: Humas Kemenpera
10 10
Laporan Utama
pemerintah dan pemangku kepen-
tingan lainnya tetapi bahkan masih
menunggu banyak pekerjaan rumah.
Dalam undang-undang diamanatkan
dilakukannya penyusunan peraturan
perundang-undangan, yang meliputi
(i) 2 (dua) undang-undang yaitu un-
dang undang tentang rumah susun
dan undang undang tabungan peru-
mahan; (ii) 5 (lima) peraturan peme-
rintah; (iii) 5 (lima) peraturan daerah;
dan (iv) 3 (tiga) peraturan menteri.
Terkecuali penyusunan undang-un-
dang, jangka waktu yang diberikan
undang undang untuk memenuhi
pekerjaan rumah tersebut hanya se-
tahun sejak undang undang ini ber-
laku. Jadi bisa dibayangkan betapa
sibuknya pemerintah nantinya.
Selain pekerjaan rumah tersebut di
atas, terdapat beberapa pekerjaan
rumah yang tidak ditetapkan jangka
waktunya tetapi tentunya juga sebaik-
nya diselesaikan dalam waktu dekat.
Berdasar pasal 7 dikatakan perenca-
naan perumahan dan kawasan per-
mukiman termuat dan ditetapkan
dalam RPJP, RPJM, dan rencana ta-
hunan. Pada tingkat nasional, sebe-
narnya perencanaan PKP telah tera-
komodasi dalam RPJP dan RPJM,
termasuk rencana tahunan. Namun
yang perlu mendapat perhatian ada-
lah sejauhmana perencanaan PKP di
tingkat propinsi dan kabupaten/kota
telah terakomodasi dalam RPJP dan
RPJM daerah. Atau bahkan mungkin
perencanaannya PKP nya sendiri be-
lum tersedia. Ini yang akan menjadi
pekerjaan rumah besar dengan mem-
pertimbangkan terdapat lebih dari
500 propinsi dan kabupaten/kota.
Beberapa tugas Pemerintah lainnya
menyangkut pembinaan di bidang
PKP adalah merumuskan dan me-
netapkan (i) kebijakan dan strategi
nasional; (ii) kebijakan nasional ten-
tang pendayagunaan dan peman-
faatan hasil rekayasa teknologi; (iii)
kebijakan nasional tentang penye-
diaan kasiba dan lisiba. Pemerintah
propinsi menindaklanjuti dengan
menyusun kebijakan dan strategi di
tingkat propinsi. Kemudian peme-
rintah kabupaten/kota menyusun
dan melaksanakannya. Khusus di
propinsi dan kabupaten/kota, pe-
merintah setempat sesuai dengan
tingkatannya ditugaskan menyusun
rencana pembangunan dan pengem-
bangan perumahan dan kawasan
permukiman pada lintas kabupaten/
kota dan kabupaten/kota yang men-
jadi pengganti Rencana Pembangun-
an dan Pengembangan Perumahan
dan Permukiman di Daerah (RP4D).
Kewajiban lainnya terkait peran
masyarakat adalah membentuk fo-
rum pengembangan PKP di setiap
tingkatan pemerintahan. Pada saat
ini di tingkat nasional sedang dalam
proses pembentukan Kelompok
Kerja Perumahan yang dapat men-
jadi embrio forum tersebut.
Dalam rangka menjaga kualitas pe-
nyelenggaraan pembangunan PKP,
pemerintah juga ditugaskan untuk
melakukan sertikasi, kualikasi,
klasikasi dan registrasi keahlian ke-
pada perorangan atau badan penye-
lenggara pembangunan PKP.
Terakhir tentunya merupakan kegi-
atan yang tak terpisahkan dari ke-
beradaan UU PKP adalah sosialisasi
Undang-Undang PKP kepada selu-
ruh pemangku kepentingan baik di
tingkat nasional, provinsi, dan kabu-
paten/kota, baik pemerintah mau-
pun non pemerintah.
Masih panjang perjalanan sebelum
kemudian UU PKP benar-benar
terlaksana di lapangan. Apapun itu,
semuanya dimulai dari langkah kecil.
Dimulai saat ini agar tidak kehilangan
momentum (OM).
Kewajiban lainnya
terkait peran
masyarakat adalah
membentuk forum
pengembangan PKP
di setiap tingkatan
pemerintahan.
S l
11
U
ndang Undang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
terdiri dari 18 bab dan 167
pasal, namun tulisan berikut ini tidak
akan menyajikan secara keseluruhan
isi undang undang tetapi hanya isu
yang dianggap penting saja.
'HQLVL3HQWLQJ
Dalam UU PKP banyak diperkenal-
kan istilah baru, diantaranya adalah (i)
ervvabav aav ara.av ervviv av ada-
lah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan pe-
rumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan per-
baikan, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh, penyediaan
tanah, pendanaan dan sistem pembi-
ayaan, serta peran masyarakat; (ii) e-
rvvabav adalah kumpulan rumah se-
bagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana,
dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni;
(iii) ara.av ervviv av adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar ka-
wasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan; (iv)
ivgvvgav bvviav adalah bagian dari
kawasan permukiman yang terdiri
atas lebih dari satu satuan permukim-
an; (v) ervvivav adalah bagian
dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumah-
an yang mempunyai prasarana, sa-
rana, utilitas umum, serta mempu-
nyai penunjang kegiatan fungsi lain
di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan; (vi) ev,eevggaraav erv-
vabav aav ara.av ervvivav adalah
kegiatan perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan, dan pengendalian, ter-
masuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat
yang terkoordinasi dan terpadu; (vii)
rvvab adalah bangunan gedung yang
berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan kelu-
arga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemi-
liknya; (viii) rvvab over.ia adalah
rumah yang diselenggarakan dengan
tujuan mendapatkan keuntungan;
(ix) rvvab .raaa,a adalah rumah yang
dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat; (x) rvvab vvvv adalah
rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah;
(xi) rvvab bv.v. adalah rumah yang
diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus; (xii) rvvab vegara
adalah rumah yang dimiliki negara
dan berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga serta penunjang pelaksana-
an tugas pejabat dan/atau pegawai
negeri; (xiii) ervvivav vvvb adalah
permukiman yang tidak layak huni
karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang
tinggi, dan kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang tidak me-
menuhi syarat; (xiv) ervvabav vvvb
adalah perumahan yang mengalami
penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian; (xv) evaavaav adalah
penyediaan sumber daya keuangan
yang berasal dari anggaran penda-
patan dan belanja negara, anggaran
pendapatan dan belanja daerah, dan/
atau sumber dana lain yang dibelan-
jakan untuk penyelenggaraan peru-
mahan dan kawasan permukiman
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; (xvi) evbi-
a,aav adalah setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau seti-
ap pengeluaran yang akan diterima
kembali untuk kepentingan penye-
lenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman baik yang berasal dari
dana masyarakat, tabungan perumah-
an, maupun sumber dana lainnya.
Membedah
Undang Undang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
Edisi 3
Tahun 2010
S l
12
Laporan Utama
Bagian Menimbang yang Tidak
Normatif
Kemajuan lain yang terlihat jelas ada-
lah adanya keberanian pihak peme-
rintah untuk mencantumkan dalam
bagian menimbang beberapa hal
prinsip yaitu (i) setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, ber-
tempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan se-
hat, yang merupakan kebutuhan
dasar manusia; (ii) hunian yang layak
berperan dalam pembentukan watak
serta kepribadian bangsa; (iii) negara
bertanggungjawab menyelenggara-
kan perumahan dan kawasan permu-
kiman sehingga tercapai kondisi pada
item (i); (iv) pemerintah perlu lebih
berperan dalam menyediakan dan
memberikan kemudahan dan ban-
tuan; (v) pertumbuhan dan pemba-
ngunan wilayah kurang memperhati-
kan keseimbangan bagi kepentingan
MBR sehingga masyarakat sulit
memperoleh rumah yang layak dan
terjangkau. Keseluruhan hal yang ter-
cantum dalam bagian menimbang te-
lah menunjukkan bahwa roh undang-
undang ini sudah sejalan dengan
UUD Negara Republik Indonesia
1945 hasil amandemen, dan Undang
Undang Nomor 39 Tahun 1999 ten-
tang Hak Asasi Manusia, yang me-
negaskan rumah sebagai kebutuhan
dasar bahkan bagian dari hak asasi
manusia. Termasuk juga, pengakuan
bahwa rumah tidak hanya terkait as-
pek sik saja tetapi juga pembentuk-
an watak bangsa. Hal yang paling
mendasar adalah adanya pengakuan
bahwa negara bertanggungjawab dan
pemerintah perlu lebih berperan da-
lam penyelenggaran perumahan dan
kawasan permukiman. Tentunya pe-
nyebutan secara implisit kelalaian
pemerintah sehingga masyarakat ke-
sulitan memperoleh rumah yang layak
dan terjangkau patut diapresiasi.
PKP Bukan Hanya Tanggung
Jawab Pemerintah
Ide bahwa penyelenggaran perumah-
an dan kawasan permukiman bukan
hanya menjadi aovaiv pemerintah
terlihat jelas dalam bagian asas dan
tujuan. Sebagaimana tercantum pada
salah satu tujuannya yaitu member-
dayakan para pemangku kepentingan
bidang pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman. Semen-
tara salah satu asasnya adalah kemi-
traan. Hal ini akan semakin jelas
dalam bab terkait penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permu-
kiman (Bab III sampai Bab XII),
khususnya pada Bab XI tentang Hak
dan Kewajiban dan Bab XII tentang
Peran Masyarakat. Terkait hak dan
kewajiban digunakan frasa setiap
orang berhak dan berkewajiban dan
seterusnya. Sementara terkait peran
masyarakat dikatakan bahwa penye-
lenggaraan perumahan dan kawasan
perrmukiman dilakukan oleh peme-
rintah dan pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat berupa
memberi masukan dalam tahapan
penyusunan rencana, pelaksanaan
pembangunan, pemanfaatan, peme-
liharaan dan perbaikan, dan pengen-
dalian. Bahkan lebih jauh lagi keter-
libatan masyarakat diwadahi melalui
forum pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman yang ang-
gotanya baik dari pemerintah mau-
pun pemangku kepentingan lainnya.
Penegasan Fungsi dan Wewe-
nang
UU PKP secara tegas membedakan
tugas dan wewenang dari setiap ting-
katan pemerintahan. Hal ini sesuai
dengan nuansa era otonomi. Dian-
tara beragamnya tugas pemerintah,
tugas merumuskan, menetapkan dan
mengawasi pelaksanaan kebijakan dan
strategi nasional menjadi yang paling
krusial. Tugas lainnya yang relatif
baru adalah melakukan sertikasi,
kualikasi, klasikasi dan registrasi
keahlian kepada orang atau badan
hukum. Terkait peningkatan kuali-
tas SDM dan penyelenggaraan PKP,
pemerintah bertugas menyelenggara-
kan pendidikan dan pelatihan serta
penelitian dan pengembangan PKP.
Tugas yang terkait langsung dengan
terwujudnya perumahan MBR ada-
lah mengalokasikan dana dan/atau
biaya pembangunan dan memfasili-
tasi penyediaan PKP. Secara umum
tugas pemerintah provinsi sama de-
ngan pemerintah. Perbedaannya ha-
nya pemerintah provinsi ditugaskan
menyusun rencana pembangunan
dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman tingkat
provinsi. Rencana ini dikenal sebagai
Rencana Pembangunan dan Pengem-
bangan Perumahan dan Permukiman
di Daerah (RP4D). Tugas pemerintah
kabupaten/kota sedikit berbeda, le-
bih bersifat operasional, seperti mem-
berikan pendampingan bagi orang
perseorangan yang melakukan pem-
bangunan rumah swadaya dan me-
netapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Wewenang yang diberikan kepada pe-
merintah diantaranya adalah menyu-
sun dan menetapkan norma, stan-
dar, pedoman dan kriteria (NSPK),
menyusun dan menyediakan basis
data, menyusun dan menyempurna-
kan peraturan peundang-undangan,
memberdayakan pemangku kepen-
tingan, melakukan koordinasi, mem-
fasilitasi kemitraan, melakukan evalu-
asi, memfasilitasi peningkatan kualitas
perumahan dan permukiman kumuh.
Secara umum wewenang pemerintah
propinsi dan pemerintah kabupaten/
kota tidak berbeda kecuali bahwa pe-
merintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota mengoordinasikan
pencadangan atau penyediaan tanah
pada daerahnya masing-masing. Se-
cara khusus, pemerintah kabupaten/
kota menyediakan prasarana dan
sarana bagi MBR, dan menetapkan
lokasi perumahn dan permukiman
kumuh
Masyarakat Berpendapatan Ren-
dah (MBR) Tidak Terabaikan
Sebagaimana sering didengungkan
bahwa masih sekitar 8 juta rumah
tangga di Indonesia yang belum me-
nempati rumah layak huni (2010).
Walaupun tidak tersedia data yang
Edisi 3
Tahun 2010
13
valid, tetapi sewajarnya jika kemu-
dian sebagian terbesar dari jumlah
tersebut adalah MBR. Hal ini disa-
dari sepenuhnya oleh penyusun un-
dang-undang ini, sehingga terlihat
jelas keberpihakan terhadap MBR.
Ini juga sekaligus menjawab kritik-
an dan kekhawatiran dari banyak
orang.
Dimulai dengan penegasan ten-
tang tugas pemerintah, pemerintah
propinsi, pemerintah kabupaten/
kota untuk mengalokasikan dana
dan/atau biaya pembangunan untuk
mendukung terwujudnya perumahan
bagi MBR; memfasilitasi penyediaan
perumahan dan permukiman bagi
masyarakat, terutama bagi MBR.
Sementara pemerintah kabupaten/
kota memperoleh wewenang untuk
mencadangkan/menyediakan tanah
untuk pembangunan perumahan
bagi MBR yang kemudian dikoordi-
nasikan oleh pemerintah propinsi.
Perijinan pun termasuk yang dimu-
dahkan, sehingga ketika kemudian
ada badan hukum yang mengajukan
perijinan bagi pembangunan peru-
mahan MBR, menjadi kewajiban bagi
pemerintah daerah memberi kemu-
dahan.
Dalam pasal 54 ayat (1) secara tegas
dinyatakan bahwa pemerintah wajib
memenuhi kebutuhan rumah bagi
MBR. Walaupun ini tidak berarti
pemerintah membangunkan lang-
sung tetapi pemerintah dapat mem-
beri kemudahan dan/atau bantuan
pembangunan dan perolehan rumah
bagi MBR berupa subsidi perolehan
rumah, stimulan rumah swadaya, in-
sentif perpajakan, perijinan, asuransi
dan penjaminan, penyediaan tanah,
sertikasi tanah dan,atau prasarana,
sarana dan utilitas. Secara khusus juga
dinyatakan bahwa pemerintah dan/
atau pemerintah daerah wajib mem-
berikan kemudahan pembangunan
dan perolehan perumahan melalui
program perencanaan pembangun-
an perumahan secara bertahap dan
berkelanjutan.
Terkait pembiayaan, badan hukum
yang ditugasi wajib menjamin ke-
tersediaan dana murah jangka pan-
jang, kemudahan dalam mendapat-
kan akses kredit, dan keterjangkauan
dalam membangun, memperbaiki,
dan memiliki rumah. Pemerintah dan
pemerintah daerah sendiri memberi-
kan kemudahan dan/atau bantuan
pembiayaan untuk pembangunan
dan perolehan rumah umum dan ru-
mah swadaya bagi MBR.
Kekumuhan Mendapat Perhatian
Sebagaimana disadari oleh semua
pihak bahwa masalah kekumuhan
merupakan salah satu tantangan
yang perlu dihadapi oleh pemerin-
tah. Sampai saat ini tercatat luasan
permukiman kumuh telah mencapai
57.000 ha. Hal ini disadari betul oleh
para pihak penyusun undang-undang
ini. Dimulai dengan penetapan pihak
yang bertanggungjawab terhadap hal
ini. Sebagaimana dinyatakan pada
pasal 94 ayat 2 bahwa pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman
kumuh wajib dilakukan oleh Peme-
rintah, pemerintah daerah, dan/atau
setiap orang. Terlihat jelas bahwa
bukan hanya sekedar penanganan
perumahan dan permukiman ku-
muh tetapi juga termasuk pencegah-
annya.
Turut ditetapkan juga kriteria keku-
muhan yaitu (i) ketidakteraturan dan
kepadatan bangunan yang tinggi; (ii)
ketidaklengkapan prasarana, sarana,
dan utilitas umum; (iii) penurunan
kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana
dan utilitas umum; dan (iv) pem-
bangunan rumah, perumahan, dan
permukiman yang tidak sesuai de-
ngan rencana tata ruang wilayah.
Terkait pencegahan kekumuhan, di-
laksanakan melalui pengawasan dan
pengendalian dan pemberdayaan
masyarakat. Hal yang menarik ada-
lah dilibatkannya masyarakat dalam
pencegahan kekumuhan melalui
upaya pemberdayaan berupa pen-
dampingan dan pelayanan informasi.
Bentuk pendampingan berupa pem-
bimbingan, penyuluhan, dan bantuan
teknis untuk mewujudkan kesadaran
masyarakat dalam mencegah tumbuh
berkembangnya perumahan kumuh
dan permukiman kumuh. Sementara
pelayanan informasi dalam bentuk
pemberitaan hal-hal terkait upaya
pencegahan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, meliputi ren-
cana tata ruang, perizinan, standar
perumahan dan permukiman.
Terkait dengan kegiatan peremajaan
dan permukiman kembali, masyarakat
terdampak diberi tempat penam-
pungan sementara, dan keseluruhan
prosesnya melibatkan masyarakat.
Pengenalan Sistem Pembiayaan
Beberapa hal penting yang tercantum
terkait pendanaan dan pembiayaan
diantaranya adalah (i) sumber pen-
danaan berasal dari APBN, APBD
dan sumber lain yang dimungkinkan
peraturan; (ii) prinsip pembiayaan
baik berdasarkan prinsip konvensio-
nal atau prinsip syariah melalui pembi-
ayaan primer dan sekunder perumah-
an; (iii) lembaga pembiayaan dapat
Anatomi
Undang Undang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
Undang undang ini terdiri dari
18 bab dan 167 pasal.
Bab I Ketentuan Umum
Bab II Azas, Tujuan dan Lingkup Pengaturan
Bab III Pembinaan
Bab IV Tugas dan Wewenang
Bab V Penyelenggaraan Perumahan
Bab VI Penyelenggaraan Kawasan Permukiman
Bab VII Pemeliharaan dan Perbaikan
Bab VIII Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
terhadap Perumahan kumuh dan
Permukiman Kumuh
Bab IX Penyediaan Tanah
Bab X Pendanaan dan Sistem Pembiayaan
Bab XI Hak dan Kewajiban
Bab XII Peran Masyarakat
Bab XIII Larangan
Bab XIV Penyelesaian Sengketa
8 xv S A
Bab XVI Ketentuan Pidana
Bab XVII Ketentuan Peralihan
Bab XVIII Ketentuan Penutup
14
Laporan Utama
dibentuk baik oleh pemerintah mau-
pun pemerintah daerah; (iv) badan
hukum pembiayaan yang terkait ru-
mah umum dan swadaya diwajibkan
dapat menjamin ketersediaan dana
murah jangka panjang, kemudahan
akses bagi MBR, keterjangkauan da-
lam membangun, memperbaiki atau
memiliki rumah; (v) pemupukan dana
dapat berasal dari dana masyarakat,
dana tabungan perumahan atau dana
lainnya; (vi) secara khusus dicantum-
kan tentang pemberian kemudahan
dan/atau bantuan pembiayaan un-
tuk pembangunan dan perolehan
rumah umum dan rumah swadaya
bagi MBR. Walaupun patut diingat
bahwa sesuai dengan prinsip pembi-
ayaan, dana yang diterima oleh MBR
harus dikembalikan lagi. Bagian ini
menjadi payung pelaksanaan Fasili-
tas Likuiditas Pembiayaan Perumah-
an.
Keterlibatan Masyarakat Menjadi
Suatu Keniscayaan
Keterlibatan masyarakat secara tegas
dinyatakan merupakan bagian dari
ruang lingkup penyelenggaraan pe-
rumahan dan kawasan permukiman
(Pasal 4). Sebagai penegasan, secara
khusus disiapkan bab tersendiri ten-
tang peran masyarakat (Bab XII).
Penyelenggaraan perumahan dan ka-
wasan permukiman dilakukan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah
dengan melibatkan peran masyarakat.
Bentuk keterlibatan tersebut adalah
dengan memberikan masukan dalam
penyusunan rencana pembangunan,
pelaksanaan pembangunan, peman-
faatan, pemeliharaan dan perbaikan,
dan/atau pengendalian penyeleng-
garaan perumahan dan kawasan per-
mukiman.
Bahkan kemudian keterlibatan
masyarakat diwadahi dalam forum
pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman, yang ber-
fungsi menampung dan menyalur-
kan aspirasi masyarakat, membahas
dan merumuskan pemikiran arah
pengembangan penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukim-
an, meningkatkan peran dan peng-
awasan masyarakat, memberikan
masukan kepada Pemerintah; dan/
atau melakukan peran arbitrase dan
mediasi di bidang penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukim-
an. Anggotanya terdiri dari unsur
pemerintah, asosiasi perusahaan
penyelenggara PKP, asosiasi profesi
penyelenggara PKP, asosiasi peru-
sahaan barang dan jasa mitra usaha
penyelenggara PKP, pakar di bidang
PKP; dan/atau lembaga swadaya
masyarakat dan/atau yang mewakili
konsumen yang berkaitan dengan
penyelenggaraan PKP.
Terkait penanganan kumuh, pene-
tapan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh wajib didahu-
lui proses pendataan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah dengan me-
libatkan peran masyarakat. Pada saat
penanganan kumuh seperti perema-
jaan pun dilakukan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan melibatkan
peran masyarakat. Termasuk lokasi
yang akan ditentukan sebagai tempat
untuk pemukiman kembali ditetap-
kan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat.
Dimana Ada Hak Di Situ Ada
Kewajiban
Hak dan kewajiban pun telah diatur
dalam UU PKP. Adapun hak setiap
orang adalah menempati, menikmati
dan/atau memiliki/memperoleh ru-
mah yang layak termasuk lingkung-
annya, melakukan pembangunan,
memperoleh informasi, memper-
oleh manfaat, memperoleh peng-
gantian yang layak atas kerugian
yang dialami secara langsung, dan
mengajukan gugatan perwakilan ke
pengadilan terhadap hal yang meru-
gikan masyarakat. Sementara kewa-
jibannya adalah menjaga keamanan,
ketertiban, kebersihan, dan kesehat-
an; turut mencegah terjadinya hal
yang merugikan dan membahayakan
kepentingan orang lain dan/atau ke-
pentingan umum; menjaga dan me-
melihara prasarana, sarana dan utili-
tas; dan mengawasi pemanfaatan dan
berfungsinya PSU. Menyimak hak
dan kewajiban ini, terlihat jelas bahwa
penyelenggaraan PKP menjadi tang-
gung jawab tidak hanya pemerintah
tetapi setiap orang.
Larangan dan Sanksi
Pengaturan tentang larangan men-
cakup semua pihak baik perorangan,
badan hukum termasuk juga pejabat
pemerintah. Secara umum, hal yang
dilarang adalah tindakan yang ber-
tentangan dengan aturan penyeleng-
garaan PKP. Sebagai contoh, pejabat
dilarang mengeluarkan izin pemba-
ngunan rumah, perumahan, dan/
atau permukiman yang tidak sesuai
dengan fungsi dan pemanfaatan ru-
ang. Hal yang menarik, keberpihak-
an pada MBR bahkan mengakibat-
kan larangan menjual kaveling tanah
matang tanpa rumah kepada badan
hukum dapat dikecualikan ketika me-
nyangkut pembangunan perumahan
untuk MBR.
Sanksi terhadap pelanggaran terse-
but berupa sanksi administratif mu-
lai dari sekedar peringatan tertulis,
pencabutan izin, sampai penutupan
lokasi. Sementara sanksi pidana mulai
dari paling ringan berupa denda Rp.
50 juta sampai paling besar Rp. 50
Miliar. Bentuk pidana penjara bahkan
sampai 5 tahun. Melihat sanksi yang
diterapkan, terlihat bahwa pemerin-
tah serius dalam menangani penye-
lenggaraan PKP (OM).
Penyelenggaraan
perumahan dan kawasan
permukiman dilakukan
oleh pemerintah dan
pemerintah daerah
dengan melibatkan peran
masyarakat.
Edisi 3
Tahun 2010
15
Edisi 3
Tahun 2010
15
M
eski pemerintah dan DPR
menyatakan bahwa RUU Per-
kim sudah komprehensif dan
mengakomodir masyarakat berpenda-
patan rendah (MBR), terdapat beberapa
penolakan yang keras dari berbagai ka-
langan terkait substansi dari RUU PKP
(kini UU). Penolakan datang antara lain
dari akademisi dan pegiat perumahan
yang menuntut agar RUU ini dimatang-
kan dulu substansinya sebelum disah-
kan.
Hal-hal yang menjadi aspek yang diperdebatkan antara
lain adalah mengenai: (1) Tidak dimuatnya sistem pe-
nyediaan rumah yang menjamin tujuan merumahkan
rakyat secara adil dan layak tercapai; (2) RUU Perkim
-
mahan berbasis komunitas; (3) Adanya pasal kriminal-
isasi bagi pelaku perumahan swadaya informal, dan (4)
M
pembahasan. Keempat hal ini merupakan kajian yang
dilakukan oleh ahli dari ITB, UI, Untar dan pegiat Per-
kim-HAM.
S
secara resmi, Inforum juga mencatat beberapa kri-

pernyataan di media massa, maupun dalam diskusi
yang secara khusus membahas rancangan undang-un-
dang ini. Diantaranya adalah:
8uu

-
M
pasal-pasal dalam RUU tersebut belum mengakomo-
dasi masalah perumahan secara keseluruhan dan ter-
integrasi.
S -
kan bahwa badan usaha atau perorangan dilarang un-
tuk menjual kavling tanah kosong. Ketentuan ini diang-
gap akan merugikan pengembang dan juga konsumen
atau masyarakat yang kurang mam-
pu.
Daya beli konsumen Indonesia
terbatas, terutama masyarakat ka-
langan menengah ke bawah. Pe-
luang pengembang untuk menjual
pun akan berkurang karena pasal
tersebut.
S -
lai cenderung berpihak kepada
pengembang karena UU tersebut
gagal mengatur secara jelas tentang
perlindungan dan pemberdayaan perumahan swadaya.
Padahal, mayoritas kebutuhan perumahan di Indone-
sia dipenuhi sendiri oleh masyarakat. Dilain pihak, para
pengembang menyatakan banyak ancaman baik pidana
maupun denda bagi pengembang jika melanggar keten-
M
penghambat, bukan semata-mata para pengembang.
S uu
terhadap masyarakat. Ini antara lain terkait adanya
sanksi bagi masyarakat yang menolak relokasi atau
penggusuran.
Beberapa pernyataan dalam undang-undang ini
mengambang sehingga pengaturannya harus ditafsir-
kan sendiri dari pasal-pasal yang ada. Misalnya tentang
jenis perumahan, kecuali rumah khusus dan rumah
-
aturannya. Juga pernyataan tentang luas minimum 36
A
membangun lebih kecil ataukah menjadi sasaran pe-
ningkatan kualitas, masih perlu dijabarkan lebih lanjut.
u
menyatakan bahwa penulisan UU ini masih kurang baik
sehingga agak sulit untuk memahami dengan baik.
Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami
keseluruhan materi undang-undang ini.
Apapun, langkah telah diayun. Lebih baik bergerak ke
depan dengan membenahi undang-undang ini sambil
jalan (LNP/OM).
Catatan Kontroversi RUU PKP
S l
16
Wawancara Khusus
B
erbicara tentang revisi Undang-Undang No. 4
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukim-
an yang telah selesai dilaksanakan pada akhir
Desember 2010 tidak terlepas dari perdebatan tentang
sudah terpenuhi atau tidaknya aspirasi masyarakat dalam
undang-undang baru ini. vforvv berkesempatan berbin-
cang dengan Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA. Staf Ahli
Menteri Negara Perumahan Rakyat bidang Otonomi
Daerah yang juga bertindak sebagai Ketua Panja RUU
Perkim Kemenpera untuk mengetahui lebih dalam ba-
gaimana proses lahirnya Undang-undang Perumahan dan
Kawasan Permukiman yang baru ini.
|a,a reri.i || Periv .eertiv,a teab beravg.vvg ava.
^avvv .eertiv,a bav,a evaaa. avai evvaiav DPR
vevga;vav R|| Periv veavi ba
ivi.iatif. Daatab aa ;ea.av
ro.e.v,a.
RUU ini inisiatif DPR. ^ab...
pada intinya kita ingin kondisi
perumahan dan permukiman ke
depan seperti yang kita cita-
citakan bersama, artinya
mempunyai suatu
idealisme ke depan
kita harus seperti apa. Jadi tidak hanya merevisi saja tapi
harus ada visi kita ke depan perumahan itu kita idealkan
seperti apa? Oleh sebab itu, pemikiran-pemikiran ke
depan inilah yang lebih mewarnai undang-undang ini.
Jadi kalau agak lama masalahnya adalah demikian, RUU
ini diformulasikan atau diusulkan dengan bacgrovva
kondisi nasional yang berbeda dengan UU No. 4 Tahun
1992. UU No. 4 Tahun 1992 mempunyai bacgrovva
kondisi ekonomi nasional yang lebih baik, bantuan luar
negeri untuk perumahan juga ada, sehingga pada saat itu
kondisi perumahan di Indonesia sedang boovivg. Artinya
industri perumahan berjalan dengan cepat sementara
masyarakat memiliki tingkat ekonomi yang cukup baik,
pada waktu itu aevava dan sv,-nya itu seperti bola
salju bagus sekali, tetapi pada saat krisis terjadi sebuah
titik balik sehingga kondisi perumahan dan permukiman
menuju titik nadir yang terendah atau istilah teknisnya
.vv.
Oleh sebab itu pemikiran pada saat kita merumuskan
undang-undang, agar jangan sampai kita mengulangi
kesalahan-kesalahan di masa lalu, karena itulah diskusinya
menjadi panjang. Tapi sebenarnya waktu yang dibutuh-
kan tob tidak begitu lama sebenarnya, karena kita meng-
gunakan 2 masa persidangan. Dua masa persidangan ini
selesai sampai dengan 90% yang 10% terakhir adalah
masa persidangan ke-3, jadi sebetulnya tidak terlalu
lama. Menurut penilaian saya pribadi ini tergolong cepat
karena dimulai pada awal tahun 2010 dan disahkan
oleh paripurna pada tahun 2010 akhir. Hanya pemba-
hasannya sangat intensif. Hampir setiap pembahasan
setiap bulannya berlangsung hingga malam hari
bahkan di belakang hari berlangsung hingga subuh.
Karena memang masalahnya cukup berat. Dan
undang-undang yang baru ini
jauh lebih komprehensif dari
pada undang-undang yang
lama. Dalam undang-undang
yang lama permukiman hanya
berbicara soal KASIBA, yang
sekarang tidak, subtansi yang
Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA. - Staf Ahli Menteri Negara Perumahan Rakyat bidang Otonomi Daerah selaku Ketua Panitia Kerja RUU
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kemenpera.
Semua Memiliki Visi yang Sama Bagaimana
Masyarakat Bisa Sejahtera
Sumber foto: BPA
Edisi 3
Tahun 2010
17
Edisi 3
Tahun 2010
17
lebih luas, pembiayaan lebih luas, pengadaan tanah lebih
luas, jadi memang .coe-nya pengaturan ke depan ini
adalah lebih luas.
agaivava ro.e. ,avg ter;aai ai .i.i everivtab aaav vevavg-
gai aaav,a ivi.iatif DPR ivi.
Saya kira dalam menanggapi adanya inisiatif kita ber-
terima kasih sekali pada DPR. Ada beberapa keuntungan
jika ini merupakan inisiatif DPR. Kalau ini inisiatif DPR,
berarti dalam pembahasan tidak ada fraksi, pandangan
umum terhadap konsep dari RUU tidak dibagi ke dalam
fraksi, meskipun fraksi-fraksi itu
diberikan hak juga. Kalau inisia-
tornya datang dari pemerintah
itu biasanya lama dalam proses
interdep. ^ab saat ini interdep-
nya langsung kita tangani dalam
menyusun DIM atau Daftar In-
ventarisasi Masalah sesuai dengan
aspirasi sektor. Itu relatif lebih
cepat, hanya menyusun DIM, kita
tidak diskusi lagi.
av,a riti ,avg vev,ataav babra ro.e. ev,v.vvav ||
ivi vravg terbva. agaivava aa vevavggai riti ivi.
Saya kira ini hanya masalah komunikasi saja. Proses
ini sudah sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2004, DPR
sudah melakukan yang namanya uji publik. Uji publiknya
dilakukan di Makassar, Medan, dan Jakarta. Pada saat uji
publik, Pemerintah Daerah, DPRD, dan .taeboaer. yang
ada di wilayah-wilayah itu diundang. Sehingga kalau itu
dikatakan kurang terbuka, menurut saya sudah terbuka,
karena saya ikut dalam beberapa kali uji publik tersebut.
Bahkan pada saat uji publik dilakukan di Jakarta kita
mengundang beberapa pakar. Pakar tersebut beberapa
kali kita undang untuk memberikan masukan-masukan
dan kemudian masukan-masukan tersebut kita rangkum
dan kemudian kita rumuskan bersama dengan Tim Ahli
DPR dan proses ini tidak hanya sekali tapi kita lakukan
berulang kali. Tidak hanya pakar, kita juga meminta
masukan dari LSM. Hanya dalam proses meminta penda-
pat dari kelompok-kelompok masyarakat kita lumayan
sulit menyimpulkan apa yang dimaui oleh masyarakat
karena beberapa pendapat yang dikemukankan sering
kali mengambil contoh dari kasus. Misalnya kasus ini
beginikasus itu begitu. Padahal kita sebenarnya ingin
melihat sebenarnya kasus-kasus tersebut jika ditarik suatu
benang merah ada apa sih?
^ab kalau mereka merasa kasus-kasus mereka tidak da-
pat tertampung mereka akan merasa diacuhkan, padahal
kalau mereka mau melihat benang merahnya, sebenarnya
kasus-kasus yang ada memiliki sebuah benang merah
sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan misalnya
ternyata yang perlu dinormalkan adalah yang ini. Jadi
bahasanya saja yang tidak sama, bahasa norma kita
harus menormakan semua yang ada, tapi sebetulnya kita
menampung semua aspirasi mereka. Jadi kalau ada yang
merasa kurang terwadahi ya mungkin itu hanya perasaan
saja. Tapi dalam prosesnya kita sudah melibatkan pakar,
masyarakat hingga birokrat. Bahkan karena ini dimulai
dari DPR, DPR yang mulai
mendekati birokrat.
ebevarv,a aa erbeaaav vevaa.ar
avtara || Periv ,avg ava aav
,avg barv. .a ,avg vevaa.ari
ter;aaiv,a ervbabav vava.
Ada banyak masalah-masalah
perumahan yang tidak bisa terse-
lesaikan dengan undang-undang
lama. Undang-undang lama
tidak mengatur masalah pembiayaan, masalah pengadaan
tanah di undang-undang yang baru hal ini diatur, bah-
kan tentang peran serta masyarakat ada 1 bab tersendiri.
Kalau dulu hanya sedikit. Peran dari pemerintah harus
memfasilitas ini. Jadi bukannya pemerintah lalu memba-
ngun rumah, tidak demikan, peran pemerintah tetap saja
menjadi fasilitator, dan yang dulu tidak ada adalah pasal-
pasal tentang larangan. Pasal-pasal larangan ini berfungsi
melindungi masyarakat agar bermukim atau bertempat
m

a
,a
te
A
p
le
la
... yang dulu tidak
ada adalah pasal-
pasal tentang
larangan.
S l
18 18
Wawancara Khusus
tinggal di daerah yang berbahaya. Misalnya daerah dekat
sutet, itu kita larang agar masyarakat tidak membuat
rumah di situ, atau di daerah yang miring atau berpotensi
longsor maka undang-undang itu mencegah, seperti-
nya memang kejam tapi sebenarnya ini adalah upaya
melindungi masyarakat. Undang-undang yang dulu juga
penekanannya adalah Pembangunan Skala Besar atau
KASIBA, jadi UU yang lama pasal 17 sampai dengan 24
mengaturnya hanya KASIBA saja. Nah yang baru KA-
SIBA itu hanya sebagian kecil saja. Dan kita jamin ke de-
pan nanti tidak boleh ada rumah
yang dibangun tanpa memenuhi
syarat, sehingga kita yakin ke
depan rumah yang dibangun itu
memenuhi syarat, syarat lingkung-
an maupun syarat konstruksinya
ataupun kesehatannya.
Kalau mengenai perubahan
nama begini, sebelumnya kalimat
perumahan dan permukiman itu
seolah-olah bahwa perumahan dan permukiman itu tidak
terkait dengan yang namanya pembangunan perko-
taan atau vrbav aereovevt. Aspirasi yang sekarang baik
pemerintah maupun DPR, sebetulnya perumahan yang
sekarang berkembang ini cenderung untuk membentuk
kota yang tidak teratur. Ada pemisahan rumah adalah
rumah dan kota adalah kota. Sekarang kita mempunyai
pemikiran ke depan perumahan ini adalah bagian di
dalam pembangunan perkotaan. Jadi mestinya kalau
dalam bahasa Inggris ov.ivg ava |rbav Dereovevt .ct.
Masalahnya sekarang pada saat kita vrbav aereovevt,
ini sesuatu yang baru. Pada saat penyesuaian dengan
undang-undang terutama yang terkait dengan penataan
ruang, harmonisasinya adalah bov.ivg-nya tetap vrbav
aereovevt -nya diganti dengan yang namanya kawasan
permukiman. ^ab kawasan permukiman ini kalau boleh
saya terjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah vvav
ettevevt. Dan vvav ettevevt itu bisa berbentuk perko-
taan atau bisa berbentuk perdesaan. ^ab perumahan itu
adalah bagian dari perkotaan atau bagian dari perdesaan.
Sehingga secara terstruktur antara perumahan kemudian
perkotaan terjalin menjadi satu. Oleh sebab itu kalau mau
bagus sebenarnya ov.ivg ava |rbav Dereovevt, tapi lalu
diterjemahkan ke bahasa Indonesia, ov.ivg-nya Peruma-
han, |rbav Dereovevt -nya karena kita harus harmonisasi
dengan undang-undang lain maka komprominya menjadi
Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan rumah tidak
boleh lepas dari pembangunan perkotaan.
.v aa ,avg vev;aai agevaa evbaba.av ,avg aivg aot.
Untuk isu yang paling aot dalam pengambilan keputus-
annya sampai di detik-detik terakhir adalah masalah
pengaturan kepemilikan orang asing. Jadi kita berharap
dengan orang asing dapat memiliki rumah bukan tanah
itu menjadikan perdebatan yang sangat-sangat aot. Kalau
ada orang asing yang ingin membeli rumah harapan-
nya adalah pengembang akan membangun rumah yang
mampu dibeli masyarakat. Jadi silahkan ambil roft dari
orang asing, hasil roft itulah
yang kemudian digunakan sebagai
subsidi untuk masyarakat Indo-
nesia. Jadi kita tidak merugikan
pengembang sebenarnya. Tetapi
ada satu konsep tentang ta-
nah, bahwa tanah itu tidak bisa
dipisahkan antara rumah dan ba-
ngunan. liloso undang-undang
pertanahan adalah begitu, jadi
asas perlekatan di undang-undang
pertanahan bahwa di atas tanah selama itu digunakan
adalah masih bagian dari tanah.
Lalu muncul kekhawatiran jika orang asing boleh memi-
liki bangunan dengan sendirinya secara otomatis memi-
liki tanah, maka kedaulatan kita akan terampas. Misalnya
ada suatu komplek perumahan yang dimiliki orang asing
itu dijaga sedemikian rupa orang Indonesia tidak boleh
masuk, itu namanya kedaulatan kita terampas. Perdebat-
an tentang ini lama sekali, akhirnya diambil kompromi
dihilangkan kata memiliki menjadi orang asing dapat
memiliki rumah dengan hak sewa, sehingga kekhawatir-
an soal kedaulatan kita terampas di negara sendiri dapat
dihilangkan. Ini yang sangat aot, yang lain relatif antara
DPR dan pemerintah cepat penyatuannya. Sampai detik
terakhir masih alot sehingga perlu adanya konsultasi de-
ngan fraksi dan Bapak Menteri pun harus berkonsultasi
dengan Presiden.
.aab eberaaaav || ,avg barv ivi aav aaat vevaorovg
ev,ee.aiav bacog ervvabav. agaivava carav,a.
acog ini kesenjangan antara yang mencari rumah de-
ngan rumah yang tersedia. Rumah yang tersedia jum-
lahnya kurang dari pada orang yang mencari rumah,
kesenjangan ini kita sebut bacog. Kita samakan dulu
persepsinya. Untuk itu, kita harus mengejar membangun
lebih cepat lagi dari pada laju pertumbuhan kebutuhan.
Selama ini intervensi pemerintah baru terbatas kepada
pemberian kredit kepemilikan rumah. Dulu bahkan basis
y
s
n
p
a
n
d
n
p
a
... perumahan ini
adalah bagian di
dalam pembangunan
perkotaan.
Edisi 3
Tahun 2010
19
Edisi 3
Tahun 2010
19
hukumnya tidak ada, semua hanya berdasarkan Pera-
turan Menteri (PERMEN), sekarang sudah diberikan
dasar dalam undang-undang ini, pemerintah memberikan
kemudahan bagi masyarakat untuk memiliki rumah yang
disebut dengan rumah umum, karena rumah umum itu
adalah rumah yang dibangun untuk memenuhi kebutuh-
an Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Harapannya kemudahan-kemudahan yang diberikan
pemerintah dapat berupa subsidi di dalam pembiayaan,
dapat berupa stimulan, dapat berupa sarana prasarana
umum. Bahkan ke depan kita berharap Pemerintah
Daerah menyediakan tanah, dengan itu ava co.t bisa
dikurangi sehingga kita dapat menekan co.t di biaya
produksi. Di lain pihak, kita juga memberikan, dan seka-
rang sudah jalan, masyarakat diberikan semacam pinjam-
an. Jadi satu co.t-nya reavce kemudian masyarakat diberi-
kan kemampuan untuk membelinya dengan pinjaman
melalui dana yang namanya FLPP. Harapannya ke depan
nanti pemenuhan rumah bisa lebih cepat dari yang
sekarang. Pembangunan rumah swadaya juga diberikan
stimulan, terkadang memang pemerintah sedikit vvaere.tivate
terhadap masyarakat, ternyata berdasarkan pengalaman saya
.bare masyarakat untuk pembangunan rumah swadaya
lebih besar dari pada pemerintah. Di undang-undang
yang lama Rumah Swadaya belum terakomodir, yang
sekarang ada. Dengan berbagai cara bersama peran pe-
merintah dan masyarakat, harapannya laju pertumbuhan
kebutuhan dengan laju penyediaan akan bisa sejalan.
ee.aiv,a || Pervvabav aav Kara.av Pervvivav va.ib
vev,i.aav bav,a eer;aav rvvab. .a agi ,avg barv.
aia.avaav oeb everivtab.
Yang pertama, kita harus menyusun Rencana Pera-
turan Pemerintah atau RPP, karena dalam UU itu ada
20 amanah RPP yang harus diselesaikan dalam waktu 1
tahun. Kedua, membentuk kelembagaan dalam 2 tahun.
Ketiga, menyusun Peraturan Daerah untuk melaksana-
kan undang-undang ini dan itu semua memerlukan
sosialisasi. ^ab sosialisasi yang dimaksud salah satunya
adalah memberikan penjabaran tentang pasal-pasal yang
berkaitan dengan pidana. Sosialisasi juga harus sampai
ke penegak hukum. Selain ini, pararel mengerjakan PP,
kita sudah membentuk kelompok-kelompok kerja. Dari
20 amanah itu, sementara kita kelompokkan menjadi 5
kelompok. Bisa saja nantinya ter-reavce menjadi 3. Justru
sekarang feeabac dari masyarakat yang tidak tertampung
dalam undang-undang, kita masukan ke dalam PP. Dalam
penyusunan RPP nanti, kita akan melakukan penjaring-
an pendapat dari masyarakat, sehingga yang kurang
detail dari undang-undang dapat masuk ke dalam RPP,
harapannya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
undang-undang ini menjadi lebih baik.
.a evgaavav ,avg aivg bere.av aaav ro.e. ev,v.vvav
|| ivi.
Saya belajar berkompromi. Kenapa? Karena terkadang
pemikiran saya sangat-sangat akademis. Pada level pe-
neliti logika saya berjalan, tetapi pada saat saya berbicara
dengan orang-orang politis, aspirasi lebih kuat. Kom-
promi inilah yang menurut saya sangat menarik, kadang-
kadang orang akademis berkata bagaimana sih ini orang
politisi, ini kok begini-beginibegini-beginimestinya
hitungannya begini orang politis akan bilang nanti dulu
itu hitungan ya hitungan tapi nanti dulu ada hal yang
lain. Nah itulah pentingnya obb, dan disitulah pertemuan
antara aspirasi dan akademis, negosiasi keduanya sangat
menarik dan itu sangat aot. Itu pengalaman yang sangat
menarik buat saya, di situlah seninya. Saya bangga bisa
ikut berproses di dalamnya. Saya terharu sekali karena se-
mua memiliki visi yang sama bagaimana masyarakat bisa
sejahtera melalui undang-undang ini. Itu yang membuat
saya berkesan karena itu merupakan suatu perjuangan
yang buat saya sangat mulia.
S l S l
20 20
Wacana
T
amat sudah riwayat UU
Nomor 4 Tahun 1992
tentang Per umahan
dan Permukiman (UU
PP) yang bakal digan-
tikan oleh UU PKP. Penderitaan
UU PP, yang terkatung-katung se-
lama lebih dari 18 tahun akhirnya di-
akhiri dengan diterimanya RUU PKP
oleh sidang pleno DPR tanggal 17
Desember 2010 yang baru saja ber-
lalu. Meski diprotes, didesak untuk
ditunda dan diancam dengan ,vaicia
rerier, realitanya toh RUU PKP jauh
lebih maju daripada UU PP.
UU PP mengatur perumahan ala
kadarnya karena pada waktu itu pe-
mikiran terkonsentrasi pada kawasan
siap bangun (Kasiba) sebagai upaya
untuk mencegah perkembangan per-
mukiman yang terfragmentasi dan
sepotong-sepotong. Pada awal ta-
hun 90an pembangunan perumahan
dengan luas cuma beberapa hektar
tumbuh dengan pesat dan marak
terutama di sekitar Jakarta. Walau-
pun apabila dijumlah luas yang te-
lah mencapai skala kota, tetapi tidak
berwujud sebagai suatu kota. Ham-
paran luas yang mencapai ratuasan
hektar hanya membuahkan kum-
pulan kompleks perumahan yang
berakibat tidak esiennya peng-
gunaan tanah, prasarana dan juga
gagal membangun suatu kesatuan
sosial perkotaan. Kondisi acak kini
makin tampak nyata sehingga untuk
mencari rumah di kawasan tersebut
seperti mencari jarum di jerami. Jati
diri masyarakat lebih ditentukan oleh
nama kompleksnya daripada nama
kotanya. Orang lebih merasa seba-
gai warga Kemang Pratama daripada
warga Bekasi, sebagai misal.
Pada waktu itu para penggagas UU
PP juga risau karena meskipun ada
pembatasan pengembangan 300 hek-
tar, ternyata pihak swasta berhasil
mengorganisasikan diri untuk me-
nguasai sampai 6.000 hektar. Dari sisi
pengembangan kota perkembangan
permukiman skala besar ini memang
lebih baik ketimbang pembangunan
inkremental, tetapi karena sifat ko-
mersialnya pembangunan ini justru
menimbulkan kantong kemewahan
yang mempertajam segregasi sosial.
Komersialisasi tempat tinggal ini me-
nyebabkan rumah hanya diperuntuk-
kan bagi yang mampu beli dan bukan
untuk yang butuh rumah. Hal inilah
yang menginspirasi adanya kawasan
siap bangun yang dikendalikan pe-
merintah yang dituangkan dalam
UU PP.
Semangat mengatur
Kasiba ini tidak su-
rut oleh reformasi. PP tentang Ka-
siba diterbitkan tahun 1999, tujuh
tahun setelah terbitnya UU PP. Pera-
turan Pemerintah Nomor 80 Tahun
1999 tentang Kasiba dan Lisiba yang
Berdiri Sendiri (BS), yang ditanda ta-
ngani oleh Presiden Habibie tersebut,
mengakomodasi semangat desentra-
lisasi dan pengendalian tanah, tetapi
kurang memperhatikan kelemahan
institusional yang ada. Realita bahwa
puluhan permukiman skala besar te-
lah digarap badan usaha swasta de-
ngan sikap komersialnya juga tidak
mendapat perhatian. Karena itu PP
Kasiba Lisiba BS ini tidak pernah
bisa diimplementasikan. PP ini hanya
melengkapi ketidak efektifan UU
No mor 4 Tahun 1992.
Menyambut kehadiran UU PKP:
Undang-Undang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
Oleh:
Tjuk Kuswartojo
Pemerhati perumahan, perkotaan dan lingkungan hidup.
S l
Edisi 3
Tahun 2010
21
Edisi 3
Tahun 2010
21
Suasana penyelenggaraan negara
pada masa kelahiran UU PP memang
merupakan salah satu sebab mengapa
UU PP tidak efektif. Pada masa orde
baru, undang-undang memang hanya
menjadi aksesori penyelenggaraan
negara. Aktivitas kementerian peru-
mahan lebih banyak ditujukan pada
sasaran yang ditetapkan Repelita.
Upaya mencapai sasaran sekian ratus
ribu rumah yang harus dicapai dalam
sekian tahun membawa konsekuensi
upaya untuk mengimplementasikan
UU sangat minim. Selama tujuh ta-
hun baru satu peraturan pelaksanaan
diterbitkan, itupun tidak bisa diim-
plementasikan. Karena itu, dapat di-
pastikan bahwa tidak akan ada yang
gusar apabila UU PP diganti dengan
UU PKP.
UU PKP:
Apanya yang Lebih Maju.
Dibanding dengan UU PP, UU PKP
memuat banyak sekali perbaikan dan
hal baru yang lebih sesuai dengan
realita sosial dan institusional yang
akan dibawa pada masa depan yang
dicita-citakan. Hanya beberapa hal
saja yang dicatat dalam tulisan ini.
Dari jumlah pasalnya saja sudah ke-
lihatan kemajuan UU PKP. UU PP
hanya terdiri dari 41 pasal, sedang
UU PKP terdiri dari 167 pasal. Arti-
nya apa yang diatur oleh UU PKP
jauh lebih banyak dan juga kebih rin-
ci daripada yang diatur dalam UU PP.
Kedua, UU tersebut memang meng-
atur perumahan dan permukiman
sebagai kata benda, tetapi UU PKP
menjadikan kata benda bermakna
lebih mendalam dan lebih melu-
as. Sebagai contoh UU PKP telah
memperkaya apa arti rumah dengan
pernyataan Rumah adalah bangunan
gedung yang berfungsi sebagai tem-
pat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan har-
kat dan martabat penghuninya, serta
aset bagi pemiliknya. Sedangkan UU
PP, mengartikan rumah adalah se-
mua bangunan yang berfungsi seba-
gai tempat tinggal dan sarana pembi-
naan keluarga. Kini statistik
harus merumuskan kembali
bagaimana mengklasikasikan dan
mendata rumah dengan denisi baru
ini.
Apakah bov.ivg atau perumahan
meru pakan kata benda atau kerja
(merumahkan yang menekankan
pada prosesnya), pernah menjadi wa-
cana internasional tahun 70an yang
berujung pada digunakannya istilah
bvvav .ettevevt. UU PKP mengom-
promikannya dengan memaknai pe-
rumahan sebagai benda hasil upaya.
Artinya meskipun obyek pengaturan-
nya benda tetapi yang lebih penting
lagi adalah upaya atau proses untuk
mewujudkan, memelihara dan mem-
perbaiki benda itu. Karena itu peng-
aturan tentang proses menjadi sa-
ngat dominan dalam UU PKP yang
disebut dengan istilah pembinaan,
pembagian tugas dan wewenang, pe-
nyelenggaraan, peningkatan kualitas
dan pencegahan kemerosotannya.
UU PKP lebih memperjelas dan
mempertegas pembagian tugas dan
wewenang antara pemerintah (na-
sional), provinsi dan kabupaten kota.
Ujung tombak pelaksanaan adalah
pemerintah kabupaten kota dengan
demikian dapat diharapkan lebih se-
suai dengan masalah dan potensi yang
dihadapi daerah. Pemerintah (na-
sional) mengatur, membina, meng-
awasi dan memfasilitasi peningkatan
kemampuan daerah. Sedang provinsi
menjembatani kota/kabupaten dan
memperantarai dangan pemerintah
nasional.
UU PKP memberi porsi yang lumayan
besar pada penyelenggaraan kawasan
permukiman yang memang sesuai
dengan judulnya. Kawasan permu-
kiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau ling-
kungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Dengan ketentuan
umum ini, kawasan permukiman bisa
dianggap lebih luas dari kota. Apalagi
yang dicoba diatur bukan hanya pem-
bangunan baru seperti konsep Kasi-
ba/Lisiba tetapi juga pengembangan
yang ada dan pembangunan kembali.
Penyelenggaraan kawasan permu-
kiman ini antara lain juga dibebani
tanggung jawab menjamin kepastian
bermukim.
Pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh diatur dalam 11
pasal yang masih akan diatur lebih
lanjut dengan peraturan pelaksana-
annya. Tentang peningkatan kualitas
permukiman UU PKP memberi
arahan bahwa dalam upaya pening-
katan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh,
pemerintah dan/atau pemerintah
daerah menetapkan kebijakan, strate-
gi, serta pola-pola penanganan yang
manusiawi, berbudaya, berkeadilan,
dan ekonomis (pasal 99).
Soal pertanahan, yang tidak tersentuh
oleh UU PP dalam UU PKP diatur
dalam 13 pasal. Pada bab tentang
penyediaan tanah, UU PKP menga-
manatkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya bertanggung jawab
atas ketersediaan tanah untuk pem-
bangunan perumahan dan kawasan
permukiman (pasal 104). Ini mem-
perkuat dan memberi makna pada
rencana tata ruang yang selama ini
sering menjadi dokumen yang tidak
bunyi. UU PKP juga mengamanat-
kan agar konsoldasi tanah yang se-
lama ini hanya menjadi wacana dan
eksperimen bakal dibumikan dalam
aksi nyata yang akan diatur dengan
peraturan pemerintah.
UU PKP
memuat banyak
sekali perbaikan dan hal
baru yang lebih sesuai
dengan realita sosial.
22 22
UU PKP juga memberi arahan ten-
tang pendanaan dan pembiayaan
yang secara eksplisit ditujukan pada
masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR). Pengaturan pendanaan dan
sistem pembiayaan ini terkait de-
ngan pasal 54 sampai pasal 55 yang
mengatur kemudahan pembangunan
dan perolehan rumah bagi MBR.
Catatan Penutup:
Harapan dan Kekhawatiran.
Ada beberapa hal yang dimuat da-
lam UU PKP ini yang dibiarkan se-
bagai pernyataaan saja sedang peng-
aturannya harus ditafsirkan sendiri
dari pasal-pasal yang ada. Misalnya
tentang jenis perumahan, kecuali ru-
mah khusus dan rumah negara, jenis
rumah lain tidak secara eksplisit ada
pengaturannya. Juga pernyataan ten-
tang luas minimum 36 m
2
seperti
tidak berlanjut. Apakah ada larang-
an untuk membangun lebih kecil
ataukah menjadi sasaran peningkatan
kualitas, masih perlu dijabarkan lebih
lanjut.
Secara umum muatan UU PKP cu-
kup komprehensif dan relatif rinci.
Ini memang memberi harapan tetapi
mungkin juga menimbulkan kekha-
watiran yang masih tersembunyi
atau telah termanifes. Diantara para
penyelenggara perumahan dan ka-
wasan permukiman mungkin ada
yang menaruh harapan besar bahwa
perumahan dan permukiman menja-
di salah satu pusat perhatian pemba-
ngunan dan penyelenggaraan negara.
Walaupun demikian bukan mustahil
ada yang khawatir bahwa amanat UU
tidak mampu dilaksanakan oleh in-
stitusi yang ada.
Kalangan yang sementara ini menda-
pat barokah karena kelemahan insti-
tusi memang patut khawatir. Karena
dengan UU PKP, pelanggaran ter-
hadap kriteria, spesikasi, persyara-
tan, parasarana, sarana, dan utilitas
umum dapat dikenakan sanksi pi-
dana. Kriteria dan persyaratan terse-
but mestinya termasuk apa yang
ditetapkan Menteri seperti kriteria
MBR, hunian berimbang dan keten-
tuan lain yang akan diatur dengan
peraturan pemerintah perancangan
dan perencanaan. Bahkan transaksi
yang tidak jujur telah diantisipasi
oleh UU PKP ini dan telah disiap-
kan rambu-rambunya. Ini semua
berarti keprofesionalan akan men-
jadi prasyarat penting bagi pelaku
pembangunan perumahan. Artinya
asosiasi pelaku pembangunan peru-
mahan juga harus menjadi wahana
peningkatan kapasitas.
Dengan UU ini ada kemungkinan
beberapa pemerintah daerah kha-
watir tidak dapat melaksanakan tu-
gasnya, tetapi mungkin juga ada yang
menyambut dengan antusias karena
mendapat payung undang-undang
atas gagasan dan upayanya. Apa yang
penting untuk diperhatikan adalah
cara dan jalur yang harus ditempuh
untuk melakukan tindak penangan-
an perumahan dan kawasan permu-
kiman, utamanya dalam peremajaan
dan relokasi permukiman.
Kehkawatiran yang sudah muncul
dipermukaan adalah digunakannya
UU ini untuk mengkriminalkan kaum
papa yang berswadaya secara tepaksa
menempati lokasi yang dianggap
melanggar aturan. Kekhawatiran ini
mestinya bisa diredam sendiri de-
ngan tekad mengawal, mengawasi
dan berpartisipasi aktif konstruktif
dalam perumusan peraturan pelaksa-
naannya, peraturan daerah yang me-
netapkan lokasi yang dianggap layak.
Untuk itu, UU PKP memang perlu
dipelajari secara seksama.
Bandung, Desember 2010.
S l
Edisi 3
Tahun 2010
23
K
ementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)
melakukan peluncuran logo baru Kemente-
rian pada kegiatan Resepsi Peringatan Hari
Perumahan Nasional Tahun 2010 di Hotel
Sultan, Jakarta (22/9) malam. Peluncuran
logo baru Kemenpera dilakukan langsung oleh Menteri
Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa
didampingi oleh dua mantan Menteri Perumahan Rakyat,
Mohammad Yusuf Asyari dan Cosmas Batubara, Sekretaris
Kemenpera Iskandar Saleh dan Ketua Panitia Hapernas 2010
Jamil Anshari serta pejabat Eselon I. Peluncuran logo baru ini
juga disaksikan langsung oleh seluruh perwakilan mitra kerja
Kementerian seperti DPR RI, asosiasi pengembang REI,
APERSI, MP3I, Bapertarum PNS, PT Jamsostek, PT SMF
serta BTN.
Menpera mengungkapkan, adanya logo baru ini diharapkan
dapat memberikan semangat baru baik di lingkup Kemen-
pera sendiri maupun para pemangku kepentingan bidang
perumahan dalam melaksanakan pembangunan perumahan
bagi masyarakat. Logo baru Kemenpera ini diharapkan
dapat menjadi pemacu semangat kita semua untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat, ujarnya saat memberikan
sambutan pada Resepsi Peringatan Hari Perumahan Nasional
(Hapernas) tahun 2010.
Sebelumnya, Ketua Panitia Hapernas 2010 Jamil Anshari
menerangkan, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Peru-
mahan Rakyat Nomor 44 Tahun 2010, tentang Penghargaan
Desain Logo, Kementerian Perumahan Rakyat memutuskan
pemenang berdasarkan kriteria-kriteria yaitu originalitas,
kesesuaian dengan kekinian (futuristik), mudah diaplikasi-
kan, relevansi dengan tupoksi Kemenpera dan unsur instansi
Pemerintah.
Lebih lanjut, Jamil Anshari menerangkan, dari 114 usulan de-
sain logo maka ditetapkan 2 (dua) terbaik yang didesain oleh
Duardi Prihandiko sebagai pemenang utama dan Faher Er
Razi sebagai pemenang Harapan Satu. Desain logo ini telah
mendapat persetujuan dari Direktur Hak Cipta, Desain Indus-
tri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang,
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor HKI.2-HI.01.06-29
tanggal 21 September 2010 perihal Permohonan Pendapat
Hukum.
Liputan Utama
Hari Perumahan Rakyat 2010:
Bentuk LOGO
8 L 1.
secara teori mempunyai kehandalan dalam struk-
tur serta mencerminkan 3 pelaku pembangunan
perumahan rakyat, yang saling bersinergi memba-
ngun, yaitu Badan/Dunia Usaha, Masyarakat, dan
Pemerintah/Pemerintah Daerah (Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota)
8 2.
yang menggambarkan lingkungan hunian yang 1)
berupa rumah sejahtera; 2) lingkungan hunian
yang sehat; dan 3) terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, baik yang berupa rumah (perumahan)
tapak (horizontal) mapupun rumah (perumahan)

S - 3.
bentuk atap-atap rumah yang menggambarkan
salah satu fungsi rumah yaitu sebagai tempat ber-
lindung, serta menunjukkan karakter rumah Indo-

lokal.
- 4.
L
-
jasama di dalam Kementerian Perumahan Rakyat
baik secara internal maupun dengan pihak ekster-
nal.
8 5.
perlindungan terhadap kehidupan di dalamnya.
Warna LOGO
Warna Hijau: lambang bermakna kesuburan, per- 1.
tumbuhan, kehidupan, dan berwawasan lingkung-
an.
Warna Kuning-kehijauan: Kuning dalam peta tata 2.
-
mukiman. Kuning-kehijauan melambangkan pem-

berwawasan lingkungan.
Kemenpera Luncurkan Logo Baru
LOGO
24
Liputan Utama
Adanya logo baru ini diharapkan
dapat memberikan ivage melalui
penggambaran simbolik kepada se-
luruh masyarakat tentang perumah-
an dan permukiman yang mampu
memenuhi kebutuhan dasar ma-
nusia, dapat melindungi dan me-
nyejahterakan dan bersahabat serta
mendorong pemerintah kota/kabu-
paten untuk mengupayakan (mem-
fasilitasi) rumah sebagai kebutuhan
dasar masyarakat Indonesia yang
layak terjangkau dan berkelanjutan,
katanya.
Rumah Sejahtera Melalui Sinergi-
tas Pusat Daerah
Dalam peringatan puncak Hapernas
2010 ini, Menpera juga meminta
kepada setiap kepala daerah un-
tuk memberikan perhatian khusus
terkait program perumahan di dae-
rah. Pernyataan Menpera ini sejalan
dengan tema Hapernas 2010 yaitu
Wujudkan Rumah Sejahtera Melalui
Sinergitas PusatDaerah. Untuk itu,
Kemenpera siap membantu peme-
rintah daerah dengan memberikan
Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang
perumahan mulai 2011 mendatang.
Dengan demikian, pemda juga perlu
memiliki tata ruang serta zonasi yang
pasti untuk lahan perumahan.
Terkait dengan pembiayaan peru-
mahan, Menpera kembali men-
jelaskan tentang kebijakan fasilitas
likuiditas pembiayaan perumahan
(FLPP). Dengan demikian, suku
bunga KPR Sejahtera bisa ditekan
hingga .ivge aigit selama masa tenor
sehingga masyarakat berpenghasilan
menengah bawah dapat menjangkau
harga rumah.
Saya harap ke depan baik pemba-
ngunan perumahan di daerah bisa
terus ditingkatkan. Untuk itu saya
mengajak seluruh kepala daerah
untuk dapat memenuhi kebutuhan
rumah bagi masyarakatnya. Sebab
setiap orang pasti membutuhkan
rumah baik sebagai tempat tinggal
maupun menunjukkan prestasi da-
lam kehidupan sosialnya, terangnya.
Penghargaan Adiupaya Puritama
Dalam kesempatan yang sama, se-
bagai bentuk apresiasi terhadap para
mitra kerja serta pemerintah daerah
yang memberikan kontribusi dalam
program pembangunan perumahan,
Menpera juga memberikan peng-
hargaan Adiupaya Puritama Tahun
2010, kepada Pemerintah Daerah,
Pelaku Pembangunan Perumahan
Sederhana Berwawasan Lingkungan,
Pengelola dan Pemanfaat Rusunawa,
dan Lembaga Penerbit Kredit/Pem-
biayaan (LKPP).
Proses penjurian dalam penghargaan
ini didasarkan pada delapan krite-
ria yaitu rencana strategis daerah
(Renstrada), penilaian oleh asosiasi,
realisasi pengembangan perumah-
an, kelembagaan pengembangan
perumahan, pembiayaan pengem-
bangan perumahan, pemberdayaan/
kemitraan masyarakat dan pengem-
bang, lingkungan, terobosan dan
inovasi. Penghargaan ini diharapkan
dapat mendorong dan memotivasi
peningkatan upaya penyelenggaraan
pengembangan program perumahan
dan permukiman di daerah-daerah.
(vva. Kevevera)
Kelompok Pemerintah Daerah
a. Kategori Pemerintah Kota Metropolitan/Besar
1. Pemerintah Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan
2. Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta
3. Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau
b. Kategori Pemerintah Kota Menengah/Kecil
1. Pemerintah Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh
2. Pemerintah Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat
3. Pemerintah Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah
c. Kategori Pemerintah Kabupaten
1. Pemerintah Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
2. Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan
3. Pemerintah Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta
d. Kategori Pembina Pemerintah Kota Metropolitan/Besar
1. Provinsi Sumatera Selatan
2. Provinsi DKI Jakarta
3. Pemerintah Provinsi Riau
e. Kategori Pembina Pemerintah Kota Menengah/Kecil
1. Pemerintah Provinsi Aceh
2. Pemerintah Provinsi Jawa Barat
3. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
f. Kategori Pembina Pemerintah Kabupaten
1. Pemerintah Provinsi Jawa Timur
2. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
3. Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta
Kelompok Pelaku Pembangunan Perumahan Sederhana Berwawasan Lingkungan
a. Kategori RSH Bersubsidi Kelompok Perumahan 100 500 Unit
1 L S M C l C k C! 8
b. Kategori RSH Bersubsidi Kelompok Perumahan diatas 500 Unit
1 8 1 u 8 M 8 k M! 1
Kelompok Pengelolaan dan Pemanfaatan Rusunawa
a. Kategori Rusunawa Mahasiswa
1. Pengelola Rusunawa Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya
2. Pengelola Rusunawa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Kota Malang
3. Pengelola Rusunawa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kota Jakarta
b. Kategori Rusunawa Pekerja
8 8 L k 1 ! k 8
8 M k 8 C 8 k 8
DAFTAR PENGHARGAAN ADIUPAYA PURITAMA
Edisi 3
Tahun 2010
25
Edisi 3
Tahun 2010
25
S
ebagaimana tahun-tahun
sebelumnya, tahun 2010
ini, Indonesia kembali
ikut berpartisipasi dalam
peringatan Hari Habitat
Dunia. Seperti juga penyelenggaraan
Hari Habitat Dunia untuk beberapa
tahun terakhir ini, penyelenggaraan
tahun ini diselenggarakan secara
bersama-sama oleh Kementerian Pe-
rumahan Rakyat dan Kementerian
Pekerjaan Umum dan dipusatkan di
Jakarta. Untuk peringatan tahun sebe-
lumnya pada tahun 2008, Hari Habi-
tat Dunia diselenggarakan di Bali dan
pada tahun 2009, Hari Habitat Dunia
diselenggarakan di kota Palembang.
Dalam konferensi pers yang dise-
lenggarakan tepat pada Hari Habitat
Dunia 2010 yang jatuh pada Senin, 4
Oktober 2010, Menteri Negara Pe-
rumahan Rakyat, Suharso Monoarfa
mengungkapkan bahwa rumah layak
huni adalah sebuah isu Hak Asasi
Manusia (HAM) yang memerlukan
perhatian khusus dari pemerintah dan
permukiman yang lebih baik merupa-
kan tanggung jawab bersama untuk
masa depan. Pernyataan ini tentu-
nya sejalan dengan misi dari Agenda
Habitat, yaitu hunian layak untuk se-
mua dan urbanisasi berkelanjutan.
Pesan Hari Habitat Dunia 2010
Setiap tahun, PBB menentukan tema-
tema dari peringatan Hari Habitat
Dunia. Tahun ini, dengan meng-
angkat tema etter Cit,, etter ife
atau Menuju Kota dan Kehidup-
an Lebih Baik. Peringatan kali ini
berusaha menekankan pada pen-
tingnya kualitas kota untuk menun-
jang kehidupan yang lebih baik, yang
dapat mendorong potensi dan pe-
luang, mengurangi kesenjangan serta
menyediakan hunian yang layak bagi
seluruh lapisan masyarakat.
Dalam pesan global UN Habitat yang
disampaikan oleh Inga Bjrk-Klevby
(...i.tavt ecretar,Cevera of tbe |vit-
ea ^atiov. ava Devt, ecvtire Direc-
tor, UN-HABITAT), untuk menuju
kehidupan yang lebih baik tersebut,
perlu adanya perwujudan kota yang
lebih cerdas atau .varter cit,. Inga
mengemukakan, hanya kota yang
cerdas yang akan dapat memberikan
kehidupan yang lebih baik bagi war-
ganya. Dalam menuju .varter cit, un-
tuk kehidupan yang lebih baik terse-
but, ada lima langkah strategis yang
dihimbau oleh UN Habitat yaitu: (1)
Memperbaiki kualitas hidup khusus-
nya pada perumahan yang berada di
bawah standar, (2) Berinvestasi dalam
modal manusia sebagai prasyarat dari
distribusi dan pembangunan perko-
taan yang lebih adil, (3) Mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat
yang berkelanjutan melalui program
padat karya dan jejaring pengaman
sosial, (4) Meningkatkan partisipasi
politik dalam dialog dan pengam-
bilan keputusan sebagai dasar dari
demokrasi, dan (5) Meningkatkan
keterlibatan budaya melalui pemba-
ngunan berbasis budaya untuk menu-
ju keharmonisan. Kelima langkah ini
diharapkan menjadi katalis penting
untuk mewujudkan kehidupan yang
lebih baik bagi semua.
Kegiatan Hari Habitat Dunia
2010 di Indonesia
Di Indonesia, Peringatan Hari Habi-
tat Dunia tahun 2010 diselenggara-
kan dengan maksud untuk mening-
katkan kepedulian semua pihak baik
Hari Habitat Dunia 2010
Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik
Sumber foto: Humas Kemenpera
26 26
Liputan Utama
pemerintah pusat maupun daerah,
pihak swasta, perguruan tinggi, serta
masyarakat. Hari Habitat Dunia juga
bertujuan untuk mendorong timbul-
nya pemikiran baru atas kondisi per-
mukiman saat ini. Selanjutnya, per-
ingatan Hari Habitat Dunia Tahun
2010 bertujuan untuk memberikan
pemahaman ke masyarakat mengenai
isu perumahan dan permukiman ser-
ta mendorong peran serta pemangku
kepentingan bidang perumahan dan
permukiman dalam kegiatan yang
mendukung peningkatan pemahaman
akan makna Hari Habitat Dunia dan
implementasi Agenda Habitat, teru-
tama generasi muda karena tanggung
jawab keberlanjutan dunia di masa
depan berada di tangan mereka.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
pantas jika rangkaian peringatan Hari
Habitat Dunia diwarnai dengan kegi-
atan antara lain berupa Seminar dan
!or.bo, Jambore Sanitasi, Pelun-
curan Buku sebagai acara puncak dan
juga kegiatan Yovtb |rbav orvv un-
tuk kaum muda di ITS Surabaya. Di
luar kegiatan-kegiatan tersebut, Hari
Habitat Dunia juga diperkenalkan ke
masyarakat umum melalui kampanye
media baik melalui televisi, radio, me-
dia cetak, maupun internet.
Peningkatan Pengetahuan
Permukiman untuk Menuju
Kota yang Lebih Baik
Puncak Hari Habitat Dunia 2010
diadakan pada Senin, 18 Oktober
2010 dan ditandai dengan pelun-
curan, pameran dan bedah buku
Kilas Balik Perumahan 1900-2000
dan Mengusik Tata Penyelengga-
raan Lingkungan Hidup dan Pemu-
kiman. Peringatan Hari Habitat
Dunia melalui peluncuran buku ini
memang berbeda dengan peringat-
an Hari Habitat Dunia pada tahun-
tahun sebelumnya. Ketua Tim Pelak-
sana Peringatan Hari Habitat Dunia
2010, Oswar Mungkasa menjelaskan,
adanya peluncuran buku dalam per-
ingatan HHD 2010 ini diharapkan
dapat lebih bermanfaat serta ber-
dampak jangka panjang khususnya
dalam penanganan masalah peru-
mahan dan permukiman. Selain itu,
terbitnya buku ini merupakan awal
bersama dalam mengatasi kelemahan
terbesar kita dalam hal pendokumen-
tasian proses dan hasil pembangunan
perumahan.
Menteri Negara Perumahan Rakyat
yang memberikan sambutan dalam
acara ini mengharapkan penerbitan
buku bisa menjadi inspirasi bagi ge-
nerasi muda selanjutnya dalam peren-
canaan dan perancangan perumahan
dan permukiman yang lebih inovatif
dan kreatif. Kegiatan puncak melalui
peluncuran buku ini memang bertu-
juan untuk meningkatkan pengeta-
huan atas permukiman sebagai dasar
menuju kota yang lebih baik. Turut
memberi sambutan adalah Menteri
Pekerjaan Umum. Peluncuran buku
secara resmi ditandai dengan penye-
rahan buku kepada para .taeboaer
yang terdiri dari pelaksana pemba-
ngunan, akademisi, LSM, media serta
sesepuh dilanjutkan dengan bedah
buku yang menghadirkan pembahas
dari berbagai kalangan.
Bedah Buku yang pertama adalah
tentang buku Kilas Balik Perumahan
Rakyat 19002000 yang membahas
perumahan di Indonesia dalam bebe-
rapa periode dalam abad ke-20. Hadir
sebagai penyaji adalah penulis buku
yaitu Bambang Eryudhawan dan Ark.
Djauhari Sumintardja dengan pem-
bahas adalah Prof. Sandi Siregar dari
Universitas Katolik Parahyangan dan
Dr. Ing. Jo Santoso dari Universitas
Tarumanegara. Bedah buku sesi per-
tama ini dimoderatori oleh Dr. Eko
D. Heripoerwanto, Asisten Deputi
Prasarana, Sarana dan Utilitas pada
Deputi Perumahan Formal, Kemen-
terian Perumahan Rakyat.
Sesi kedua Bedah Buku kemudian
membahas buku Mengusik Tata
Penyelenggaraan Lingkungan Hidup
dan Pemukiman yang ditulis oleh
Tjuk Kuswartojo atau yang bernama
asli Kuswartojo Budiharjo. Bedah
buku sesi ini menghadirkan pemba-
has yaitu Prof. Bakti Setiawan dari
UGM dan drs. Andrinof Chaniago
M.Si. dari UI dengan Hetifah Sjaifu-
dian MPP, Ph.D. yang juga merupa-
kan anggota DPR RI Komisi X hadir
sebagai moderator.
Buku Mengusik Tata Penyeleng-
garaan Lingkungan Hidup dan Pe-
mukiman ini merupakan kumpulan
Sumber foto: Humas Kemenpera
Edisi 3
Tahun 2010
27
Edisi 3
Tahun 2010
27
tulisan Tjuk Kuswartojo sejak tahun
1980-an hingga awal abad 21 dan ter-
diri dari 2 jilid buku. Jilid I dari buku
ini membahas tentang Pembangunan
dan Lingkungan Hidup dan Jilid II
adalah tentang Perumahan dan Per-
mukiman. Dalam sesi bedah buku
yang diselenggarakan tanggal 18 Ok-
tober 2010 tersebut, secara khusus
para pembahas mengulas bagian Jilid
II yang berisi tulisan-tulisan terkait
peran pemerintah sebagai unsur
penting penyelenggaraan dan pe-
ngelolaan lingkungan
hidup, perkotaan dan
permukiman.
Rangkaian Kegiatan
Hari Habitat 2010
Selain peluncuran buku
sebagai acara pun-
cak, peringatan Hari
Habitat Dunia 2010
juga disertai dengan
aneka kegiatan lain-
nya. Rangkaian Per-
ingatan Hari Habitat
Dunia 2010 diawali dengan kegiat-
an Seminar Nasional Habitat 2010
etter Cit,, etter ife yang dige-
lar di Hotel Sultan, Jakarta pada 30
September 2010. Seminar dengan
tema Konsep Penanganan Peru-
mahan dan Permukiman Perkotaan
yang Humanis dan Berkelanjutan ini
membahas kota dari aspek kelayakan
huni baik aspek sosial, ekonomi,
keamanan dan lingkungan. Seminar
ini diselenggarakan oleh Deputi For-
mal Kementerian Perumahan Rakyat
dan menghadirkan pembicara antara
lain Mantan Menteri Kimpraswil,
Erna Witoelar, Pengamat Sosiologi
Perkotaan Imam B. Prasodjo, Ketua
Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia
(IAP) Iman Soedrajat dan juga per-
wakilan dari pemerintah kota Yogya-
karta, Manado, dan Palembang.
Terkait dengan sanitasi, pada 12-16
Oktober 2010, Direktorat Jenderal
Cipta Karya menyelenggarakan ke-
giatan Jambore Sanitasi di Wisma Hi-
jau Cimanggis dengan tajuk Peduli
Sanitasi, Peduli Kualitas Air. Peserta
Jambore Sanitasi terdiri dari 128
pelajar dari 32 provinsi di Indonesia.
Dalam sambutan pembukaannya,
Menteri Pekerjaan Umum Djoko
Kirmanto mengungkapkan bahwa
Jambore Sanitasi merupakan kampa-
nye nasional yang berfokus pada anak
sebagai titik sentral. Mereka diharap-
kan dapat menjadi agen perubahan di
daerah masing-masing. Sebagai rang-
kaian Jambore Sanitasi, diadakan juga
tur dengan peserta dari siswa SD di
sekitar Cimanggis ke !a.te !ater 1reat-
vevt Lippo Karawaci dalam rangka
mengenalkan secara dini pengelolaan
air limbah kepada anak SD.
Pada Minggu pagi, 17 Oktober 2010,
di selenggarakan Kegiatan vv ie
(Sepeda Santai) Habitat. Kegiatan ini
dilepas oleh Menteri Perumahan Rak-
yat dan diikuti sekitar 150 orang peserta
baik dari unsur pimpinan Kementerian
maupun karyawan serta karyawati di
lingkungan Kementerian Perumahan
Rakyat dan Kementerian Pekerjaan
Umum. Sepeda santai ini mengambil
rute Bundaran Senayan, Jalan Sudirman
kemudian melalui Bundaran HI dan
kembali ke Kantor Kemenpera. Saat
berada di Bundaran HI, para peserta
membagi-bagikan stiker tentang HHD
2010 kepada masyarakat umum untuk
lebih mengenalkan tentang Hari Habi-
tat Dunia.
Kegiatan lain yang menjadi bagian
dari Rangkaian Peringatan Hari
Habitat Dunia 2010 adalah !or.bo
Nasional yang diselenggarakan oleh
Direktorat Pembangunan Permukim-
an dan Direktorat Penataan Bangun-
an Lingkungan, Cipta Karya, Ke-
menterian PU yang diselenggarakan
pada 26 Oktober 2010 di Kemen-
terian PU. !or.bo bertajuk Daya
Dukung Perkotaan dan Adaptasi
Perubahan Iklim ini menghadirkan
pembicara antara lain Onno W. Pur-
bo dan Imam B. Praso-
djo. Dalam ror.bo ini
diadakan juga dua kelas
paralel yang terdiri dari
kelas Menata Bangunan
dan Lingkungan Menuju
Kota Yang Berkualitas
dan Penataan Kawasan
Kumuh yang Menjawab
Tantangan Perubahan
Iklim.
Sebagai penutup rangkai-
an Hari Habitat Tahun
ini, diselenggarakan kegiatan Yovtb
|rbav orvv di ITS Surabaya. Dalam
acara yang berlangsung dua hari yaitu
pada 8-9 November 2010 ini, Menteri
Perumahan Rakyat Suharso Mono-
arfa dan Walikota Surabaya Tri Ris-
maharini memberikan kuliah umum
kepada sekitar 300 mahasiswa.
Kuliah umum ini kemudian dilanjut-
kan dengan kunjungan lapangan ke
kampung Tempe, Sukomanunggal,
Surabaya. Pada hari kedua, Kegiatan
Yovtb |rbav orvv diisi dengan disku-
si yang mengundang para pakar dan
diskusi diantara kaum muda sendiri
untuk membahas tindak lanjut YUF
ke depannya.
Yovtb |rbav orvv sebagai penutup
rangkaian Hari Habitat Dunia ini
mempertegas bahwa untuk menuju
kota dan kehidupan lebih baik, ke-
berlanjutan masa depan perkotaan
dunia berada di tangan kaum muda
(LNP)
Sumber foto: Humas Kemenpera
28
T
ujuh negara yang tergabung dalam Biro Ke-3
Konferensi Menteri Perumahan dan Pembangun-
an Perkotaan Asia Pasik ,APMCIUD,Asia Pa-
cifc Mivi.teria Covferevce ov ov.ivg ava |rbav Dereovevt)
yaitu Indonesia, Fiji, Korea Selatan, Iran, Irak, Pakistan,
dan India sepakat untuk menindaklanjuti Deklarasi Solo
melalui penguatan tiap kelompok kerja. Kesepakatan
tersebut diambil dalam Rapat Pertama Biro Ke-3 APM-
CHUD yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 29 Novem-
ber 2010.
Deklarasi Solo ditetapkan bulan Juni yang lalu dalam
Konferensi APMCHUD di Solo. Pesan utama dari De-
klarasi Solo tersebut pada dasarnya adalah mendorong
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan peru-
mahan dan urbanisasi yang berkelanjutan. Deklarasi Solo
juga menekankan pada peningkatan kerjasama regional
dalam pembangunan perkotaan di kawasan Asia Pasik.
APMCHUD sendiri merupakan forum komunikasi yang
beranggotakan 68 negara kawasan Asia Pasik dengan
tujuan untuk menjadi foca oivt pengetahuan global dan
fasilitator pembangunan permukiman berkelanjutan. Per-
temuan APMCHUD yang pertama dimulai pada tahun
2006 di New Delhi, India dan pertemuan yang kedua di-
lakukan pada tahun 2008 di Teheran, Iran. APMCHUD
didukung oleh UN-Habitat dan telah menghasilkan tiga
deklarasi termasuk Deklarasi Solo. Selain melakukan per-
temuan setiap dua tahun sekali, forum ini juga diselingi
beberapa Rapat Biro diantara tiap pertemuan utama.
Pada konferensi di Solo, Deklarasi Solo menjadi deklarasi
utama yang disepakati dan dilengkapi dengan Rencana
Implementasi Solo yang memuat rencana aksi yang lebih
rinci. Dalam kedua dokumen tersebut terdapat rumusan
pembahasan yang dilakukan oleh lima Kelompok Kerja
- masing-masing mengusung isu spesik dalam pemba-
ngunan perumahan dan urbanisasi berkelanjutan. Dalam
konferensi tersebut, Indonesia juga ditetapkan sebagai
Ketua Biro APMCHUD Ke-3 yang diwakili oleh Menteri
Negara Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa. Sebelum-
nya, Biro APMCHUD ke-2 diketuai oleh Republik Islam
Iran dan Biro APMCHUD yang pertama diketuai oleh
Republik India.
Rapat Biro APMCHUD
Pada Rapat Pertama Biro APMCHUD Ke-3, kegiatan
dan keberlanjutan Kelompok Kerja menjadi pokok pem-
Negara Anggota Biro APMCHUD
Menindaklanjuti Deklarasi Solo
Liputan Utama
Sumber foto: Humas Kemenpera
Edisi 3
Tahun 2010
29
bahasan yang penting, ungkap Ketua Biro APMCHUD
Ke-3, Suharso Monoarfa, yang juga merupakan Menteri
Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Biro me-
mutuskan untuk mendorong tindak lanjut Deklarasi Solo
melalui kelima Kelompok Kerja APMCHUD.
Kelompok Kerja yang pertama dari APMCHUD me-
nangani tentang Perencanaan dan Manajemen Kota dan
Pedesaan. Disadari, peran serta masyarakat penting mulai
dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi kegi-
atan pembangunan perumahan, terlebih-lebih di daerah
perkotaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk
tinggi seperti di kawasan Asia Pasik.
Kelompok Kerja yang kedua menangani mengenai Pe-
ningkatan Kualitas Permukiman Kumuh dan Informal.
Dalam pembahasan pada isu ini, ditekankan bahwa un-
tuk dapat berperan aktif secara efektif, masyarakat yang
menempati atau hendak menempati permukiman kumuh
perlu diberdayakan dalam berbagai segi kehidupan, ter-
masuk di dalamnya terkait dengan ekonomi perkotaan
(vrbav ecovov,).
Kelompok Kerja yang Ke-3 dalam APMCHUD mena-
ngani tentang Pelaksanaan MDGs untuk Air dan Sanitasi.
Dari berbagai proyek peningkatan infrastruktur air bersih
dan sanitasi, tampak bahwa keterlibatan masyarakat untuk
menjaga kesinambungan penyediaan air bersih dan fasili-
tas sanitasi sangatlah penting.
Kelompok Kerja yang ke-
empat menangani tentang
Pembiayaan Perumahan
yang Berkelanjutan. Ber-
bagai negara APMCHUD
memiliki program pembi-
ayaan yang berpihak kepada
masyarakat berpenghasilan
menengah dan rendah yang
sukses. Untuk itu, Kelompok
Kerja yang keempat medo-
rong adanya kegiatan tukar-
menukar pengalaman serta
informasi.
Kelompok Kerja yang kelima atau terakhir memiliki
tema Pembangunan Perkotaan dengan fokus pada Ben-
cana Alam. Beberapa negara APMCHUD baru-baru ini
mengalami bencana alam yang memberikan pengalaman
kepada mereka dalam menangani pembangunan kembali
sektor perumahannya. Lebih jauh, ada beberapa kota di
negara-negara APMCHUD yang lebih rentan terhadap
perubahan iklim dunia. Karena itu, Kelompok Kerja ini
mendorong kerja sama dalam bidang penanganan ben-
cana alam dan perubahan iklim.
Pada Rapat Pertama Biro APMCHUD Ke-3 di Bali ini,
jelas Suharso Monoarfa, negara-negara anggota telah
mengambil inisiatif untuk memimpin pengembangan
Kelompok Kerja. Republik Islam Iran diharapkan akan
memimpin pengembangan Kelompok Kerja yang Kedua
yaitu terkait permukiman kumuh. Republik Korea akan
mengatur perkembangan kegiatan Kelompok Kerja yang
Keempat terkait pembiayaan perumahan. Indonesia sen-
diri akan mengoordinasikan kegiatan Kelompok Kerja
yang Kelima yaitu mengenai pembangunan perkotaan
berkelanjutan yang terkait dengan bencana alam dan per-
ubahan iklim.
Perkembangan APMCHUD
Lebih jauh, rapat ini juga membahas perkembangan AP-
MCHUD sendiri. Delegasi dari negara-negara anggota
sepakat untuk membina hubungan dengan organisasi dan
jaringan yang juga mendorong pemberdayaan masyarakat
dalam pembangunan perkotaan dan urbanisasi, baik di
tingkat internasional maupun di dalam negeri negara-
negara APMCHUD.
Dengan demikian, ungkap Suharso Monoarfa, efek-
tiitas dan esiensi gerakan pemberdayaan masyarakat
dalam pembangunan perkotaan dan urbanisasi dapat di-
tingkatkan.
Lebih jauh, Pimpinan Delegasi Republik Indonesia, Iskan-
dar Saleh, yang juga merupa-
kan Sekretaris Kementerian
Perumahan Rakyat, menjelas-
kan, Kita dan berbagai ne-
gara APMCHUD telah me-
miliki kelompok kerja, forum
dan jaringan yang bergerak
dalam bidang pembangunan
perkotaan dan urbanisasi.
Misalnya saja, Indonesia telah
memiliki Kelompok Kerja
Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (Pokja AMPL)
yang menangani air minum
dan penyehatan lingkungan, yang menghimpun berbagai
unsur masyarakat, pemerintah dan swasta, serta mendo-
rong pengembangan sinergi berbagai program terkait.
Rapat Pertama Biro APMCHUD Ke-3 di Nusa Dua,
Bali telah menghasilkan berbagai keputusan penting bagi
perkembangan APMCHUD. Rapat berikutnya direncana-
kan akan berlangsung pada pertemuan UN abitat Cor-
ervivg Covvci di Nairobi, Kenya pada April 2011 ;vva.
Kevevera)
Sumber foto: Humas Kemenpera
30
Liputan
S
ebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urus-
an Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/
Kota, yang menegaskan bahwa pembangunan bidang peru-
mahan dan permukiman merupakan urusan wajib peme-
rintah daerah. Namun demikian, pembangunan perumahan
dan permukiman bersifat kongkuren yang berarti masih ter-
dapat hal yang membutuhkan sinergitas antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu melalui program
dekonsentrasi, Kemenpera berusaha meningkatkan peran
pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan sinergitas
pusat-daerah dalam pembangunan perumahan dan permu-
kiman.
Program Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun
2010
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Peme-
rintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau
kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu. Kegiatan dalam
Dekonsentrasi tahun 2010 yang dilimpahkan kepada 33
provinsi di Indonesia meliputi dua kegiatan utama yaitu (i)
Sosialisasi Kebijakan Bidang Perumahan; dan (ii) Pendataan
dan Monitoring Bidang Perumahan.
Sosialisasi kebijakan bidang perumahan bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman pemerintah daerah terhadap
arah kebijakan Kemenpera dalam pembangunan perumahan
dan permukiman. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pelaksana Dekonsentrasi
Provinsi dan dihadiri pemangku kepentingan lainnya yang
berkaitan dengan bidang perumahan dan permukiman baik
di provinsi maupun di kabupaten/kota. Dalam kegiatan so-
sialisasi ini dipaparkan Rencana Strategis (Renstra) Kemen-
pera dan instrumen kebijakan/program dari masing-masing
kedeputian. Selain pemaparan dari narasumber, forum ini
juga diwarnai dengan diskusi interaktif antara narasumber
dan peserta mengenai isu-isu dan permasalahan pemba-
ngunan bidang perumahan dan permukiman di daerah.
Untuk kegiatan pendataan dan monitoring bidang perumah-
an, sebelum dilakukan pendataan dan monitoring ke daerah,
kegiatan ini diawali dengan pembekalan teknis berupa bim-
bingan teknis kepada tim pelaksana yang terpilih yang ter-
diri dari staf pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Dari
pelaksanaan kegiatan ini diharapkan pemerintah provinsi/
kabupaten/kota akan mendapatkan data pembangunan
perumahan terkini yang berguna untuk mengetahui kon-
disi perumahan dan permukiman baik di provinsi maupun
kabupaten/kota. Di akhir kegiatan pendataan, dilakukan
konsinyasi pendataan untuk memvalidasi data perumahan
yang telah didapatkan.
Melengkapi kegiatan Dekonsentrasi, Kemenpera memberi-
kan pembinaan kepada pemerintah provinsi melalui kegi-
atan sosialisasi dekonsentrasi tahun 2010 dan bimbingan
teknis (bimtek) kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Pelaksana Dekonsentrasi Provinsi di In-
donesia. Kegiatan sosialisasi dekonsentrasi bertujuan untuk
memberikan gambaran umum tentang pelaksanaan Dekon-
sentrasi Tahun 2010, sementara itu bimtek bertujuan untuk
melatih pemerintah daerah dalam penyusunan laporan
sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiat-
an dekonsentrasi. Selama pelaksanaan kegiatan Dekon-
sentrasi di provinsi, Kemenpera secara aktif melakukan
pendampingan dalam bentuk penugasan narasumber untuk
kegiatan terkait dan bantuan konsultasi teknis bagi pemerin-
tah provinsi yang membutuhkan. Hal ini dirasakan perlu
sebagai bentuk perwujudan sinergitas pusat-daerah dalam
pembangunan perumahan dan permukiman.
Rencana Kegiatan Program Dekonsentrasi Lingkup
Kemenpera Tahun 2011
Untuk kegiatan Program Dekonsentrasi Tahun 2011,
akan difokuskan pada penanganan isu utama pemba-
ngunan perumahan dan permukiman di daerah, yaitu (i)
masih kurangnya kesadaran akan pentingnya perumahan
dan permukiman; (ii) masih lemahnya koordinasi diantara
pemangku kepentingan; (iii) masih belum memadainya
kapasitas pemerintah daerah; (iv) masih belum tersedianya
dokumen perencanaan perumahan dan permukiman yang
terpadu. Penanganannya dilaksanakan melalui dua kegiatan
utama yaitu (a) sosialisasi kebijakan bidang perumahan; dan
(b) peningkatan kapasitas pemerintah daerah.
Sosialisasi kebijakan bidang perumahan pada tahun 2011
memiliki tujuan yang sama dengan tujuan dekonsentrasi
sebelumnya, namun pada Tahun 2011 materi sosialisasi
dibedakan antara materi bagi pengambil keputusan dan ma-
teri bagi pelaksana. Selain itu, juga dilaksanakan pertemuan
khusus dengan pimpinan daerah sebelum acara sosialisasi.
Perubahan yang mendasar pada kegiatan Dekonsentrasi
2011 yaitu direncanakannya rangkaian kegiatan
peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang dimulai
dengan fasilitasi pembentukan forum koordinasi diantara
pemangku kepentingan pembangunan perumahan
(kelompok kerja perumahan/pokja perumahan) di
daerah kemudian dilanjutkan dengan kegiatan fasilitasi
perencanaan pembangunan perumahan yang terdiri dari
manajemen pendataan; penyempurnaan dan pemaduan
dokumen perencanaan; dan vovitorivg dan evaluasi (monev)
pembangunan perumahan dan permukiman (Eris)
Peningkatan Sinergitas Pemerintah Pusat-Daerah
Melalui Program Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat
Edisi 3
Tahun 2010
31
S
ebanyak 62 Kabupaten/Kota di
22 Provinsi akan mendapatkan
DAK Bidang Perumahan dan
Permukiman Tahun 2011. DAK ini
bertujuan meningkatkan tersedianya
rumah yang layak huni dan terjangkau
bagi Masyarakat Berpenghasilan Me-
nengah (MBM) dan Masyarakat Ber-
penghasilan Rendah (MBR) di dalam
kawasan perumahan dan permukiman
yang didukung oleh prasarana dan
sarana serta utilitas yang memadai.
Daerah penerima DAK tersebut
merupakan daerah yang telah lolos
Kriteria Umum, Kriteria Khusus
dan Kriteria Teknis DAK Bidang
Perumahan dan permukiman. Kriteria
Umum dan Kriteria Khusus diten-
tukan oleh Kementerian Keuangan,
sedangkan Kriteria Teknis ditentukan
oleh Kemenpera.
Sebagai salah satu dari 5 bidang baru
DAK Tahun 2011, konsep DAK
Bidang Perumahan dan Permukiman
Tahun 2011, telah disampaikan oleh
Kepala Biro Perencanaan dan Ang-
garan Kemenpera, Oswar Muadzin
Mungkasa, dalam acara Sosialisasi
Kebijakan Dana Alokasi Khusus
(DAK) Tahun 2011, yang diseleng-
garakan oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK),
Kementerian Keuangan dengan
mengundang Bappeda Kabupaten/
Kota dan Bappeda Provinsi di seluruh
Indonesia. Kegiatan Sosialisasi ini di-
selenggarakan di empat regional, yaitu
Regional I di Yogyakarta pada 27-28
Oktober 2010, Regional II di Batam,
Kepulauan Riau pada 3-4 November
2010, Regional III di Surabaya pada
tanggal 10-11 November 2010, dan
Regional IV di Jakarta pada tanggal
19-20 November 2010.
Visi DAK Bidang Perumahan dan
Permukiman ini adalah Terwujudnya
Hunian Yang Layak di dalam Kawasan
Perumahan dan Permukiman (yang
didukung dengan Prasarana, Sarana
dan Utilitas yang memadai). Sedang-
kan misinya adalah meningkatkan
ketersediaan rumah layak huni dan
terjangkau didalam lingkungan yang
sehat dan aman serta didukung oleh
prasarana, sarana dan utilitas yang
memadai. Arah Kebijakan sesuai
yang tercantum dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Tahun 2011, yaitu
meningkatkan penyediaan PSU ka-
wasan perumahan dan permukiman
sebagai stimulan untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi
MBM dan MBR di daerah.
Lingkup kegiatan DAK Bidang Pe-
rumahan dan Permukiman ini adalah
pembangunan PSU yang meliputi: Ja-
ringan Air Minum, Air Limbah (tangki
septik komunal), Jaringan Listrik, dan
Penerangan Jalan Umum.
Diharapkan dengan terbangunnya
PSU tersebut akan menurunkan harga
rumah sekaligus menstimulan pem-
bangunan rumah baru untuk MBM/
MBR di kabupaten/kota. Sehingga
keluaran yang ingin dicapai adalah
dengan terbangunnya PSU kawasan
perumahan dan permukiman akan
terbangun 24.000 unit rumah. Alokasi
sebesar Rp.150.000.000.000,00 (sera-
tus lima puluh milyar rupiah).
Untuk tahun 2011, Kriteria Teknis
yang digunakan (1) kepadatan pen-
duduk, (2) angka bacog perumahan,
(3) kesiapan lokasi perumahan kota
(dengan fokus sasaran kabupaten/
kota yang telah menetapkan lokasi
pembangunan kawasan perumahan
dan permukiman, sudah memiliki
Rencana Rinci Tata Ruang/.iteav
kawasan perumahan, dan sudah
menetapkan Perda Tata Ruang), serta
(4) memiliki rencana pembangunan
rumah tahun 2011.
Dari hasil perhitungan berdasarkan
Kriteria Umum, Kriteria Khusus, dan
Kriteria Teknis yang dilakukan oleh
DJPK, penerima DAK Bidang Peru-
mahan dan Permukiman Tahun 2011
adalah sebanyak 62 Kabupaten/Kota
yang tersebar di 22 Provinsi. Alokasi
terbesar adalah Kabupaten Bogor
sebesar Rp. 5,253 Milyar dan alokasi
terkecil adalah Kota Banjar Baru sebe-
sar Rp. 1,186 Milyar.
Untuk mengetahui informasi kabupat-
en/kota penerima DAK Bidang Peru-
mahan dan Permukiman Tahun 2011,
dapat diakses melalui website http://
www.bpa.kemenpera.go.id (Ika).
Dukung
Pembangunan
Rumah bagi MBR,
Kemenpera Luncurkan
DAK Bidang Perumahan dan
Permukiman Tahun 2011
Sumber foto: Humas Kemenpera
32
B
adan Usaha Milik Negara
BUMN diharapkan dapat ikut
serta dalam menyukseskan
program perumahan rakyat baik
melalui program Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (FLPP)
maupun melalui program Cororate
ocia Re.ov.ibiit, (CSR)-nya. Hal
ini disampaikan Menpera Suharso
Monoarfa disela-sela peresmian
Rumah Susun Sejahtera Sewa Pekerja
Jamsostek di Kawasan Industri Kabil,
Batam, Kepulauan Riau Jumat (8/10)
Menpera Suharso Monoarfa
mengajak BUMN untuk bisa
menciptakan sistem pembiayaan
perumahan dengan dana jangka
panjang dan murah terutama bagi
masyarakat berpenghasilan menengah
kebawah. Dari program tersebut
diharapkan terhimpun dana jangka
panjang yang cukup besar untuk
perumahan dengan suku bunga tetap.
Kebutuhan rumah di Indonesia
saat ini, khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan menengah bawah
diperkirakan sekitar 8 juta unit.
Adapun pertambahan kebutuhan
rumah setiap tahunnya berkisar
710.000 unit rumah. Oleh karenanya
Menpera Suharso Monoarfa mengajak
BUMN untuk berpartisipasi dalam
program CSR nya untuk bersinergi
dengan program pembangunan baru
dan peningkatan kualitas perumahan
swadaya yang di jalankan oleh
pemerintah.
Upaya untuk lebih menyinergikan
program CSR yang dimiliki oleh
BUMN diharapkan selain dapat
sebagai bagian dari tanggung jawab
sosial bagi perusahaan juga diharapkan
dapat mengurangi permukiman
kumuh yang terus bertambah setiap
tahunnya. Pada tahun 2009 tercatat
57.000 ha luasan permukiman kumuh
atau naik 3.000 ha dari 54.000 pada
tahun 2004 lalu
Pada kesempatan yang sama Direktur
Utama Jamsostek, Hotbonar
Sinaga, mengatakan pembangunan
rusunawa ini merupakan upaya untuk
meningkatkan manfaat kepesertaan
dalam program Jamsostek melalui
program peningkatan kesejahteraan
peserta (DPKP) sebagai bagian dari
tanggungjawab sosial perusahaan
(cororate .ocia re.ov.ibiit,CSR).
Setiap tahunnya, Jamsostek
menyisihkan 5-10 persen dari laba
bersih untuk CSR yang dilaksanakan
melalui DPKP serta program
kemitraan dan bina lingkungan
(PKBL).
Beberapa waktu lalu Kemenpera dan
Kementerian BUMN juga sepakat
untuk mengadakan kerjasama
dalam rangka pemanfaatan tanah
milik BUMN untuk percepatan
pembangunan rumah susun sejahtera
di kawasan perkotaan bagi masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah.
Menurut Menpera, pemanfaatan
lahan milik BUMN dapat menjadi
bagian dari konsolidasi tanah
milik pemerintah serta membantu
pemerintah dalam penyediaan bank
tanah (ava bavivg). Lebih lanjut
Menpera mengingatkan bahwa
rumah layak huni adalah sebuah isu
Hak Asasi Manusia (HAM) yang
memerlukan perhatian khusus dari
semua pihak dan harus diselesaikan
oleh seluruh pemangku kepentingan
bidang perumahan dan permukiman.
Liputan
Menpera Ajak BUMN untuk
Sukseskan Program Perumahan Rakyat
Rumah layak huni
memerlukan perhatian
khusus dari
semua pihak.
Sumber foto: Humas Kemenpera
Edisi 3
Tahun 2010
33
P
ara cendekia dan Profesional
muda diharapkan bersama
dengan seluruh pemangku ke-
pentingan perumahan untuk menemu-
kan pengetahuan tentang bagaimana
menjawab tantangan pembangunan
perumahan dan permukiman di
Indonesia saat ini. Karena perumahan
merupakan gabungan dari beberapa
displin ilmu baik disiplin ilmu teknika
dan ilmu ekonomi khususnya perko-
taan, lingkungan, dan wilayah. Hal
ini disampaikan Menpera Suharso
Monoarfa dalam orasi ilmiahnya
dalam Upacara Dies Natalies XII
dan Wisuda XIX STEKPI di Jakarta,
Sabtu (23/10)
Menpera Suharso Monoarfa juga
mengatakan perspektif pemikiran
perkotaan telah menggugah para
cendekia dan menjadikan ilmu sebagai
sektor atau sekedar pembagian
lapangan kerja. Tantangan kehidupan
yang dijalani dalam kehidupan di ru-
mah dan permukiman akan memaksa
penduduk untuk berkir secara lintas
disiplin dan keilmuan, dalam perspek-
tif pembangunan bangsa secara jangka
panjang.
Tantangan perumahan kita tak
mungkin diselesaikan hanya dengan
kebijakan tentang penataan ruang
sik, atau menetapkan standar ba-
ngunan dan infrastruktur. Memang
hal ini harus ada dan harus ditetap-
kan dengan baik sebagai prasyarat
dasar kebijakan yang benar. Namun
kenyataan di lapangan, pada akhirnya
akan menuntut jawaban: atas biaya
siapa, dari sumber mana, dan seberapa
terjangkau, ungkap Menpera
Pemerintah mulai tahun ini merefor-
masi kebijakan pembiayaan perumah-
an bagi masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah melalui fasilitas
likuiditas pembiayaan perumahan.
Dengan mekanisme ini diharapkan
dapat menurunkan tingkat suku bunga
hingga satu digit atau di bawah 10
persen tetap selama masa tenor.
Menpera juga menambahkan sejak
dekade sebelum krisis ekonomi dan
dekade masa reformasi, bidang peru-
mahan dan permukiman di Indone-
sia menunjukkan beberapa fenomena
menarik diantaranya keterbukaan
ekonomi telah memberi kesempatan
kepada pemilik modal dalam sektor
perumahan yang tidak lagi didominasi
oleh pemerintah. Selain itu, mening-
katnya peran investasi swasta, ter-
masuk modal asing ke sektor peru-
mahan, properti dan infrastruktur.
Perumahan juga bukan lagi menjadi
sektor tersendiri melainkan menjadi
bagian integral dengan pembangun-
an infrastruktur, dan lebih jauh lagi,
menjadi bagian dari pembangungan
perkotaan dan pengembangan wilyah.
Keterlibatan langsung masyarakat,
demokratisasi dan keterbukaan infor-
masi telah menjadikan perumahan dan
pembangunan wilayah sebagai urusan
publik yang bersifat terbuka.
Hal itu membuat perumahan bukan
lagi hanya urusan bangunan dan kein-
sinyuran tetapi menjadi bagian penting
dari kebijakan ekonomi, keuangan,
dan skal. Peranan para ahli ekonomi,
terutama ekonomi perkotaan, menjadi
sangat penting dalam merumuskan
pemikiran kebijakan perumahan dan
pembangunan kota.
Dengan upaya semua pihak di-
harapkan dapat mewujudkan perko-
taan strategik jangka panjang, untuk
sekaligus membangun budaya baru
bangsa Indonesia yang lebih mengota
;vrbaviea), kosmopolitan, terbuka,
kreatif, dan kompetitif, tambah Men-
pera. (vva. Kevevera)
Menpera Ajak Cendekia
dan Profesional
Muda Bersama Jawab Tantangan Pembangunan Perumahan
Sumber foto: Humas Kemenpera
34
M
enteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera)
Suharso Monoarfa meminta agar pemerintah
daerah memberikan dorongan dan insentif pada
pengembang yang menerapkan konsep greev roert,. Para
pengembang yang menerapkan konsep berpihak lingkungan
hidup ini perlu mendapat dukungan banyak pihak untuk
mengurangi adanya pemanasan global. Hal ini diungkap
dalam sambutan Menpera saat menyerahkan Creev Proert,
.rara 2010 di Hotel Manhattan, Jakarta, Selasa (14/12).
Suharso menjelaskan pentingnya perhatian pada isu-isu
greev roert, dan Indonesia termasuk negara yang ikut serta
dalam usaha memulihkan bola bumi kita dari pemanasan
global.
Hal ini juga terkait dengan RUU Perkim yang masih dibahas
di DPR karena di dalam salah satu bab RUU tersebut diatur
pula tentang pencegahan dan peningkatan kualitas hunian
yang terkait dengan kekumuhan. Dengan adanya norma-
norma ini yang sifatnya meminta masyarakat untuk lebih
peduli pada aspek pencegahan dan pemulihan daerah ku-
muh, maka diharapkan kualitas kehidupan hunian di daerah
masyarakat tersebut dapat meningkat. Diharapkan pemu-
lihan tersebut tidak hanya bersifat sosial ekonomi tetapi
juga bersifat lingkungan hidup. Dengan demikian, terdapat
ruang ai.re.i bagi pemerintah daerah untuk memberikan
insentif ataupun disinsentif tersebut. Pemerintah daerah
tersebut yang nantinya yang akan mendapatkan penilaian
terhadap keberhasilan penanganan kekumuhan. Untuk itu,
Menpera menghimbau para pemerintah daerah untuk mem-
berikan apresiasi lebih dan insentif yang tepat bagi pengem-
bang yang sudah menerapkan konsep greev roert, ini.
Pengembang rea e.tate adalah kegiatan yang mengubah tata
guna lahan. Rea e.tate juga menciptakan konsentrasi ba-
ngunan dan mobilitas baru yang meningkatkan penggunaan
energi, namun kegiatan ini juga memiliki tanggung jawab
moral dan sosial untuk mengurangi laju pemanasan global.
Inilah yang melatarbelakangi penganugerahan Creev Proert,
.rara sejak tahun 2009 oleh majalah ov.ivg .tate.
Kriteria penilaian penghargaan ini antara lain pengembang
perumahan mengikuti peraturan perundang-undangan; me-
nyediakan sistem pengolahan sampah dengan prinsip 3R;
menerapkan pengelolaan air dengan prinsip 4R; menyedia-
kan infrastruktur; menyediakan akses yang mudah ke moda
transportasi massal; mengalokasikan ruang terbuka hijau
minimal 30%; mempunyai desain rumah inovatif, berempati
dan memberikan solusi pada lingkungan dengan membatasi
lahan terbangun; dan membangun partisipasi warga untuk
berbudaya greev.
Selain itu diberikan pula penghargaan pada BNI dan BTN
untuk dukungannya terhadap ajang penghargaan ini.
Liputan
Menpera Minta Pemda
Berikan Insentif pada Pengembang Hijau
(Green Property)
Sumber foto: Humas Kemenpera nAMA LMLnAnC
Pemenang Kategori Perak:
n S S 1 C
S u k C 8 !
dan Maple Residence Summarecon Bekasi.
Pemenang Kategori Perunggu:
Kota Baru Parahyangan, Cluster Sutera Onyx Alam
Sutera Serpong, Banjar Taman Ayun Puri Bali
Sawangan Depok, Cluster Pine Forest Sentul City,
Cluster Malibu di Kota Deltamas Cikarang, Cluster
Eugenia Puri Botanical Residence Jakbar Cluster Asia
1 k P l 8 C C
Tranqulity Modern Hill Pondok Cabe, dan Cluster
C C C W 1
Edisi 3
Tahun 2010
35
M
enpera Suharso Monoarfa
meminta Pemerintah daerah
dapat menggratiskan biaya
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
untuk pembangunan rumah sejahtera
bagi masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR). Pasalnya IMB saat
ini menambah biaya pembangunan
sekitar 8 persen hingga 20 persen dari
total biaya pembangunan.
Saat ini sudah ada surat edaran (SE)
dari Mendagri kepada setiap Pemda
agar IMB untuk rumah bagi MBR di
gratiskan. Untuk itu saya minta Pemda
bisa segera melaksanakannya, ujar
Suharso Monoarfa saat menjadi pem-
bicara utama pada kegiatan Rakerda
DPD REI Jakarta 2010 bertemakan
Bersama Menyelaraskan Regulasi
Industri Properti di Hotel Nikko,
Jakarta, Rabu (27/10).
Menurut Menpera, jika biaya IMB
bagi pembangunan rumah MBR dapat
digratiskan, maka diperkirakan harga
rumah yang dijual oleh pengembang
bisa lebih murah. Berdasarkan hitungan
yang dilakukan oleh Kemenpera, ong-
kos IMB yang ada saat ini menambah
biaya ongkos pembangunan rumah
sekitar 8 persen hingga 20 persen.
Selain itu, Menpera juga berharap
proses pengurusan IMB bisa diperce-
pat dan tanpa berbelit-belit. Dengan
demikian, baik pengembang mau-
pun masyarakat umum tidak perlu
menunggu waktu terlalu lama untuk
mengurus IMB.
Pengurusan perijinan IMB di Jakarta
saja waktunya masih cukup lama yakni
sekitar 1 tahun bahkan ada yang sam-
pai 2 tahun. Ke depan tentunya proses
perijinan IMB ini harus dipersingkat,
tandasnya.
Lebih lanjut, Menpera menuturkan,
pihaknya saat ini telah menjalin ker-
jasama dengan KPK dan BPKP untuk
mengatasi lamanya proses perijinan
tersebut. Selain itu, pihaknya juga
telah melakukan peninjauan langsung
ke sejumlah lokasi di Indonesia untuk
melihat sejauh mana proses perijinan
IMB di daerah. Beberapa daerah terse-
but di Medan, Surabaya dan Bandung.
Masalah IMB, ungkap Menpera, juga
tengah di bahas dalam pembahasan
RUU Perkim. Dirinya berharap de-
ngan pembahasan RUU Perkim, ke
depan pengurusan IMB bisa di pang-
kas secepatnya dan digratiskan.
Lebih lanjut, Menpera mengungkap-
kan, pihaknya ke depan juga akan
berupaya mengatur DED (Deti
vgiveerivg De.igv) untuk pembangu-
nan rumah sejahtera tapak. Hal ini
dilakukan agar material yang digu-
nakan untuk membangun sebuah
rumah tidak terlalu banyak terbuang.
Sedangkan untuk ornamen arsitektur
tidak terlalu diperlukan karena akan
menambah biaya pembangunan.
Sebab masyarakat lebih membutuhkan
fungsi rumah ketimbang desain arsitek
yang berlebihan.
Saya ingin agar ke depan ubin yang
digunakan untuk membangun sebuah
rumah tidak terlalu banyak di potong.
Dan mungkin jendela untuk pem-
bangunan rumah bisa menggunakan
alumunium.
Menpera Minta Pemda
Gratiskan Biaya IMB
... pengurusan
IMB bisa
di pangkas
secepatnya dan
digratiskan.
Sumber foto: Humas Kemenpera
36
Intermezzo
Tips Renovasi Rumah dengan
Hemat
A
8
rumah dengan hemat dan berkualitas:
zTentukan konsep tentang
renovasi secara matang
Pada tahap ini, kita menentukan bagian rumah mana saja
yang ingin kita perbaiki, bagaimana desainnya, apakah kita
8
ingin menggunakan material lama tentu harus dibongkar
S
desain berguna agar hasilnya sesuai dengan yang kita
k -
bongkarnya sehingga biaya yang dikeluarkan lebih banyak.
Dengan mengetahui konsep dengan matang juga mem-
bantu tukang mengerjakan dengan lebih cepat.
zTentukan bahan bangunan dan kualitas
material bangunan yang akan digunakan
8
menggunakan barang-barang berkualitas sedang atau
barang bekas. Bila kita memilih dengan cermat, kita dapat
menemukan barang bekas tapi berkualitas baik.
Penggunaan barang-barang berkualitas sedang misalnya
untuk keramik lantai, kayu-kayu, kusen, atau cat interior.
Keramik yang dipasang dengan teknik yang baik dapat
menghasilkan lantai yang indah walaupun menggunakan
keramik kualitas sedang. Sedangkan bagian-bagian yang
wajib menggunakan barang-barang dengan kualitas baik
adalah pada bagian fondasi rumah, pipa air yang ditanam,
struktur bangunan, rangka atap. Dapat dibayangkan bila
pada bagian tadi terjadi kebocoran atau rusak, tentu kita

uang lagi. Untuk cat eksterior juga disarankan menggu-
nakan kualitas baik karena bagian luar rumah biasanya
terkena hujan, teriknya matahari atau udara lembab.
zMenghilangkan satu bagian
pekerjaan renovasi
?
bagian pekerjaan, sehingga waktu yang digunakan lebih
cepat dan dapat menghemat biaya. Misalnya tembok
tanpa diplester yang dapat membuat tembok tampak
alami, atau mengecat tanpa di plamur.
zPemilihan cara pembayaran
Cara pembayaran umumnya terbagi dua, yaitu borongan
8
direnovasi dan kita sudah mengetahui konsep renovasi
secara matang, maka lebih baik kita menggunakan sistem
borongan. Sebaliknya, bila konsep renovasi kita belum
jelas kita dapat membayar tukang secara harian.
zPilih waktu yang tepat untuk renovasi
Renovasi sebaiknya jangan dilakukan saat musim hujan,
karena pada musim ini tukang yang mengerjakan dapat
menemui kesulitan. Selain itu, untuk bagian yang berada
di luar yang sedang direnovasi menjadi sulit kering dan
bahkan bisa menjadi rusak.
Dengan menerapkan jurus-jurus tadi, semoga kita bisa

rumah.
(DVD, dari berbagai sumber)
S

Edisi 3
Tahun 2010
37
D
alam rangka peningkatan pengetahuan akan
permukiman, peringatan Hari Habitat Dunia 2010
dipuncaki dengan peluncuran dua buah buku.
Salah satu buku yang diluncurkan adalah buku berjudul
Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900-2000. Buku Kilas
Balik Perumahan Rakyat 1900 2000 ini merupakan karya
tim penulis yaitu Ark Djauhari Sumintardja (Kepala Pusat
Dokumentasi Arsitektur), Bambang Eryudhawan
(Wakil Ketua IAI), dan Cor Passchier
(Arsitek Belanda, penerima penghar-
gaan UNLSCO Asia Pacic Ieritage
Award). Buku ini membahas perumahan
di beberapa periode dalam abad ke-20 di
Indonesia dan terdiri dari tiga bagian.
Bagian pertama buku ini disusun oleh
Cor Passchier yang mengangkat fokus
pada usaha Pemerintah Belanda dalam
mengatasi masalah perumahan rakyat.
Passchier secara khusus pun mengulas
permasalahan di kampung-kampung kota
ketika kemudian Pemerintah Belanda me-
nekankan pada perencanaan kota sebagai
basis tindakan yang terpadu.
Bagian kedua yang disusun oleh Bam-
bang Eryudhawan hadir dalam bentuk
antologi yang secara kronologis me-
nampilkan tulisan-tulisan terpilih tentang
dinamika sejarah perumahan rakyat di
Indonesia. Melalui antologi ini, pembaca
diharapkan dapat dengan mudah me-
mahami dinamika sejarah di masa lalu
yang terkait dengan pengadaan perumah-
an rakyat. Pada bagian ini, antara lain, pembaca dapat
menemukan cuplikan pidato bung Hatta pada pembukaan
kongres Perumahan Rakayat Tahun 1952, naskah rumah
minimum dan proyek Cempaka Putih, perumahan murah
Depok, hingga tulisan tentang Kavovg vrorevevt Prograv
(KIP) di Surabaya, dan berbagai tulisan lainnya.
Pada bagian terakhir yang ditulis oleh Ark. Djauhari, disam-
paikan penelusuran perkembangan perumahan rakyat pada
akhir kemerdekaan hingga akhir abad 20. Dengan cermat,
Djauhari Sumintardja meliput tonggak-tonggak bersejarah
dalam perjalanan bangsa Indonesia yang berjuang me-
menuhi kebutuhan perumahan bagi rakyat kecil.
Buku setebal 201 halaman ini dilengkapi dengan berbagai
foto dan gambar yang menarik dan mampu melengkapi
tulisan-tulisan yang ada. Dengan adanya kelengkapan secara
visual, buku ini dapat memberikan gambaran yang lebih
jelas tentang perkembangan perumahan rakyat di Indone-
sia. Gambar-gambar tersebut contohnya antara lain adalah
gambar detil rencana perumahan di Kampung Mlaten,
Semarang oleh Karsten (1925), peta rencana kota baru
Kebayoran (1953), serta rancangan proyek
Pulo Mas (1962) yang tidak banyak dike-
tahui oleh masyarakat awam.
Dalam peringatan puncak Hari Habitat
Dunia yang digelar pada Senin, 18 Ok-
tober 2010, buku ini juga turut dibedah
dengan mengundang pembedah buku
yaitu Prof. Sandi Siregar dari Universitas
Parahyangan dan Dr. Jo Santoso dari
Universitas Tarumanegara. Prof. Sandi
Siregar mengungkapkan bahwa meski
buku ini masih perlu penyempurnaan
dan koreksi terutama dalam penyelarasan
antarbab, pada dasarnya buku ini baik
untuk dibaca seluruh kalangan, tidak
terbatas pada para pemangku kepenting-
an di bidang perumahan saja, tapi bisa
menjadi referensi bagi berbagai kalangan.
Sementara itu, Jo Santoso memberikan
kritik mengenai perlunya penjelasan
dan penegasan mengenai rentang waktu
dalam penjabaran buku ini.
Secara garis besar, meski masih me-
nyimpan beberapa kekurangan seperti
telah disebutkan oleh para pembedah buku serta masih
minimnya misal mengenai catatan tentang peran Perum
Perumnas atau catatan tentang kelembagaan perumahan di
Indonesia, kehadiran buku ini tetap patut untuk diapresiasi.
Di tengah langkanya literatur tentang sejarah perumahan
dan permukiman di Indonesia, buku ini dapat memicu
munculnya kepedulian masyarakat akan sejarah perumah-
an dan permukiman di Indonesia. Buku ini diharapkan
dapat juga memicu munculnya literatur lain tentang sejarah
perumahan di Indonesia sehingga dapat lebih memperkaya
khasanah pengetahuan perumahan dan permukiman di
Indonesia (LNP).
Pengelolaan Pengetahuan Info Buku
Kilas Balik Perumahan Rakyat
1900-2000 (201 halaman)
Penulis:
Bambang Eryudhawan,
Cor Passchier, Djauhari
Sumintardja
Penerbit:
Kementerian Perumahan
Rakyat dan Pusat
Dokumentasi Arsitektur, 2010
Kilas Balik
Perumahan Rakyat 1900-2000
a
K
38
Info CD
Pengelolaan Pengetahuan
K
ebutuhan pokok manusia tidak akan terlepas dari
pangan, papan, dan sandang. Guna menyelaraskan
kebutuhan pokok tersebut, berbagai
upaya dilakukan oleh masyarakat termasuk oleh
pemerintah. Salah satu segmen masyarakat
yang cukup signikan adalah mahasiswa yang
tersebar di seluruh Indonesia, baik yang
berasal dari lembaga pendidikan tinggi negeri
ataupun swasta. Bentuk perhatian pemerintah
terhadap kebutuhan papan mahasiswa
diantaranya adalah dengan dikeluarkannya
kebijakan yang mengatur mengenai bantuan
rumah susun sederhana sewa bagi mahasiswa pada
lembaga pendidikan berasrama. Salah satu regulasi
tersebut adalah Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Nomor : 9/PERMEN/M/2008 Tentang Pedoman Bantuan
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pada Lembaga
Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama.
Berdasarkan peraturan tersebut, mahasiswa, siswa, santri
serta pendidik dan tenaga kependidikan yang menginginkan
tinggal atau menghuni rumah susun sederhana sewa harus
merupakan golongan masyarakat yang berpenghasilan
rendah, sehingga sangat memerlukan bantuan
kemudahan dari pemerintah. Selaras dengan itu,
bantuan pembangunan Rusunawa dimaksudkan
guna memberikan asilitas bantuan sik
bangunan, sehingga dapat memotivasi lembaga
pendidikan tinggi, lembaga pendidikan
berasrama untuk memenuhi kebutuhan asrama
bagi mahasiswa dan hunian bagi pendidik
ataupun tenaga kependidikan.
CD ini berisi Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Nomor: 9/PERMEN/M/2008. CD ini sangat
bermanfaat terutama bagi para mahasiswa dan akademisi
dalam memahami segala sesuatu terkait bantuan pembangunan
rumah susun sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi
dan lembaga pendidikan berasrama.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 9/PERMEN/M/2008 tentang
Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa pada Lembaga
Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama
Kementerian Perumahan Rakyat, 2008
T
eknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah vforvatiov ava
Covvvvicatiov 1ecbvoogie. (ICT), adalah payung besar
terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk
memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup
dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala
hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan
sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan
informasi. Sedangkan teknologi komunikasi
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari perangkat yang satu ke
lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi
dan teknologi komunikasi adalah dua buah kon-
sep yang tidak terpisahkan.
Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung
pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pe-
mrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi
antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan
antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun
perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada perte-
ngahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut
berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya.
Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berba-
gai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.
Di Indonesia pengaturan mengenai ICT menjadi
kewenangan Kementerian Komunikasi dan
Informatika. Berbagai instrumen hukum telah
disusun dalam rangka mengatur dan melin-
dungi semua hak dari dampak perkembangan
ICT.
CD ini berisi kumpulan regulasi dibidang
teknologi informasi dan komunikasi yang ter-
diri dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Instruksi
Presiden dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika.
CD ini sangat bermanfaat terutama bagi para pengambil ke-
bijakan, bagi para akademisi serta mahasiswa yang mendalami
teknologi komunikasi dan informatika.
Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia
di Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
Edisi 3
Tahun 2010
39
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Info Regulasi
P
eraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
merupakan peraturan terbaru yang mengatur
masalah pengadaan barang/jasa pemerintah
menggantikan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2007, beserta petunjuk teknis
dan seluruh perubahannya
Tujuan pokok diterbitkannya Perpres ini adalah:
Mempercepat proses pengadaan, sehingga kontrak- a.
kontrak pengadaan bisa mulai dilaksanakan pada bulan
Januari/Februari (Awal Tahun Fiskal yang sedang
berjalan).
Diharapkan apabila pelaksanaan pekerjaan sudah
dimulai pada bulan Januari/Februari, maka penyerapan
APBN/APBD tidak menumpuk diserap pada triwulan
keempat, namun sejak triwulan pertama sudah diserap
dengan baik.
Usaha untuk mempercepat ini antara lain dilakukan
dengan :
Pengangkatan pejabat perbendaharaan (Pejabat -
Pembuat Komitmen, Bendahara Penerimaan,
Bendahara Pengeluaran, Verikator, Pejabat
Pemeriksa/Penerima Barang, Pejabat Penerbit SPM)
diangkat tidak setiap tahun, namun jabatan tersebut
berpindah apabila ada rotasi dan mutasi terhadap
jabatan bersangkutan (revisi Keppres Nomor
42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara);
Pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP) secara -
permanen; dan
Penyediaan biaya untuk melakukan proses pengadaan -
mendahului berlakunya dokumen anggaran, dan
kontrak baru ditandatangani pada waktu Dokumen
Anggaran telah berlaku sah (disebutkan dalam pasal
Perpres Nomor 54 Tahun 2010)
Akselerasi Penggunaan b. eProcvrevevt mulai tahun
2011, dan diwajibkan (vavaator,) pada tahun 2012
seluruh instansi pemerintah mempergunakan sistem
eProcvrevevt; Ini adalah upaya untuk mewujudkan
pasar yang terintegrasi secara nasional, untuk mencapai
esiensi, transparansi, dan akuntabilitas yang lebih
tinggi; Untuk itu dilakukan pula revisi Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Jasa
Konstruksi;
Penyederhanaan aturan, seperti diperkenalkannya c.
Lelang Sederhana, serta Pengadaan Langsung untuk
barang/jasa yang sudah memiliki harga dikenal luas
(seperti, sewa hotel dan kantor);
Untuk pekerjaan yang tergantung dengan cuaca d.
(seperti reboisasi, pembenihan), maupun layanan yang
harus tersedia sepanjang tahun mulai tanggal 1 Januari
(pelayanan perintis udara/laut, pita cukai, konsumsi/
obat di Rumah Sakit, konsumsi di Lapas, pembuangan
sampah, dan cleaning service) diperkenalkan kontrak
tahun jamak, dan asalkan nilai kontrak tidak lebih dari
Rp. 10 Miliar, persetujuan langsung dilakukan oleh
Pengguna Anggaran masing-masing
(tidak lagi minta persetujuan Menteri
Keuangan. Di luar yang di atas, tetap
perlu persetujuan Menteri
Keuangan dan lain-
lain.
40 40
Pengelolaan Pengetahuan
A
genda 21 merupakan
rencana tindak
komprehensif untuk
diterapkan baik secara
lokal, nasional,
maupun global, dan oleh organisasi
dalam sistem PBB, Pemerintah, dan
kelompok yang terkait pada setiap
aspek di mana manusia memberikan
dampak terhadap lingkungan.
Agenda 21 bersama dengan
Deklarasi Rio tentang Lingkungan
dan Pembangunan/Rio Decaratiov
ov vrirovvevt ava Dereovevt,
dan Pernyataan mengenai Prinsip
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan/
tatevevt of Privcie. for tbe v.taivabe
Mavagevevt of ore.t. merupakan
dokumen-dokumen yang diadopsi
oleh lebih dari 178 Pemerintah
pada Konferensi PBB tentang
Lingkungan dan Pembangunan/
|vitea ^atiov. Covferevce ov
vrirovvevt ava Dereovevt
(UNCED) atau artb vvvit yang
diselenggarakan di Rio de Janeiro,
Brazil, 3-14 Juni 1992.
Agenda 21 menawarkan
harapan, mengundang kita untuk
merencanakan dan mengambil
tindakan sekarang untuk menjaga
warisan yang akan diteruskan
ke generasi mendatang. Agenda
21 berusaha memastikan masa
depan yang berkelanjutan yang
membutuhkan kesadaran yang
lebih besar dari kita semua terhadap
masalah-masalah serta tekad untuk
menemukan solusi.
Dengan substansi yang ada di
dalamnya, Agenda 21 menjadi
semacam cetak biru untuk kemitraan
global yang bertujuan mewujudkan
lingkungan yang berkualitas tinggi
dan ekonomi yang sehat untuk
semua orang di planet ini. Agenda
21 membahas isu-isu kritis yang
kita hadapi sebagai komunitas
global seperti kerusakan ekosistem,
meningkatnya kemiskinan, kelaparan
dan kesehatan yang buruk,
peningkatan populasi dunia dan
buta huruf. Agenda 21 terdiri dari
40 bab yang mengidentikasi setiap
tantangan dan memberikan solusi
yang realistis dan sederhana menuju
pembangunan berkelanjutan yaitu
memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka
sendiri.
Agenda 21 terdiri dari 5 bagian
dengan total 40 bab. Bagian awal
merupakan bagian reavbve atau
pembukaan (bab 1.1-1.6). Pada
bagian berikutnya adalah Bagian
1 (bab 2.1-8.54) yang memuat
hubungan antara aspek sosial
Mavv.ia beraaa ai .aat ,avg vevevtvav aaav .e;arab. Kita aibaaaav aaa
e.ev;avgav bereav;avgav bai avtarvegara vavvv ai aaav vegara, evi.ivav
,avg vevivgat, eaarav, ev,ait aav bvta bvrvf, aav vevbvrvv,a eo.i.tev
,avg vev;aai gavtvvgav ita vvtv vevcaai e.e;abteraav. ^avvv, ivtegra.i
ivgvvgav aav va.aab evbavgvvav vevervav erbatiav ,avg ebib be.ar ,avg
aav vevgarab aaa evevvbav ebvtvbav aa.ar, evivgatav .tavaar biav vvtv
.evva, eo.i.tev ,avg ebib terivavvg aav va.a aeav ,avg ebib avav aav .e;abtera.
1iaa aaa bavg.a ,avg bi.a vevcaai ba ivi .evairi, tetai ;ia .ecara ber.ava.ava
ba ivi bi.a aicaai veavi evitraav goba vvtv evbavgvvav bereav;vtav.
Agenda 21, paragraf 1.1
Agenda
21
Edisi 3
Tahun 2010
41
Edisi 3
Tahun 2010
41
dan ekonomi. Dalam bagian ini
ditekankan mengenai pentingnya
kerja sama internasional untuk
mengimplementasikan dan
mempercepat usaha menuju
pembangunan berkelanjutan.
Bagian selanjutnya yaitu Bagian
2 (bab 9.1-22.9) berisi tentang
pengelolaan dan konservasi
sumber daya untuk pembangunan
yang memuat antara lain tentang
konservasi pegunungan, pencegahan
penggundulan hutan, perlindungan
terhadap sumber air, pengelolaan
sampah, limbah, dan radioaktif,
serta perlindungan terhadap laut.
Bagian 3 dari Agenda 21 kemudian
memaparkan tentang penguatan
peran dari kelompok mayoritas
(bab 23.1-32.14). Dalam bab ini
disebutkan bahwa pembangunan
berkelanjutan memang tanggung
jawab utama dari setiap pemerintah
namun komitmen dan keterlibatan
dari berbagai kelompok sosial
penting untuk mewujudkan
implementasi efektif dari kebijakan
setiap pemerintah yang terkait
dengan Agenda 21.
Bagian terakhir dari Agenda 21
yaitu Bagian 4 berisi hal yang
lebih spesik yaitu mengenai aksi
implementasi seperti bagaimana
memulai rencana aksi tersebut (bab
33.1-40.30). Beberapa hal yang
digaris bawahi dalam bab ini antara
lain adalah penggunaan teknologi,
peningkatan kesadaran publik
melalui pendidikan, serta berbagi
data dan informasi untuk dukungan
pengambilan keputusan.
Pembangunan Permukiman
Berkelanjutan
Isu permukiman dibahas secara
khusus dalam Agenda 21 yaitu
dalam Bab 7 di bawah tajuk
Provotivg v.taivabe vvav ettevevt
Dereovevt. Di tengah konsumsi
berlebih dari kota-kota industri
di dunia yang berbahaya bagi
ekosistem global, kondisi negara
berkembang mengalami kondisi
sebaliknya. Permukiman di negara
berkembang memerlukan bahan
mentah, energi, dan pembangunan
ekonomi sekedar untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi paling dasar
dan mengatasi permasalahan
sosial yang ada. Kebutuhan dasar
ini harus tetap dipenuhi sembari
tetap memperhatikan implikasi dari
pembangunan perkotaan. Untuk
dapat memenuhi tujuan tersebut,
pendampingan berupa kerjasama
teknis dari dunia internasional
menjadi penting karena mampu
membangkitkan investasi di bidang
permukiman yang sebelum tahun
1992 masih sangat kecil.
Usaha pemenuhan kebutuhan dasar
untuk permukiman berkelanjutan ini
perlu untuk berbasis pada kerjasama
teknis, kemitraan masyarakat,
dan peningkatan partisipasi dari
berbagai elemen yang diterapkan
dalam 8 bidang program. Delapan
bidang program tersebut adalah
(1) pemenuhan hunian layak untuk
semua, (2) pengelolaan permukiman,
(3) pengelolaan dan perencanaan
tata ruang berkelanjutan, (4)
penyediaan infrastruktur air,
sanitasi, drainase, dan pengelolaan
limbah yang terintegrasi, (5) energi
dan transportasi berkelanjutan,
(6) perencanaan dan pengelolaan
permukiman di daerah rawan
bencana, (7) aktivitas industri
konstruksi yang berkelanjutan,
dan (8) pengembangan dan
pembangunan kapasitas SDM
untuk pengembangan permukiman.
Khusus untuk pemenuhan hunian
layak untuk semua, sasaran yang
ingin dicapai adalah untuk dapat
memenuhi hunian layak untuk
populasi yang terus tumbuh pesat
dengan mengutamakan kaum
miskin baik perdesaan maupun
perkotaan namun tetap dengan
mengedepankan pendekatan ramah
lingkungan.
Bagian ini juga memberikan seruan
kepada negara-negara antara
lain agar memperkuat strategi
pemenuhan hunian layak berbasis
target yang spesik, memasilitasi
kaum miskin kota dan perdesaan
untuk dapat memiliki akses
ke perumahan melalui skema
pembiayaan atau inovasi mekanisme
lainnya, serta memperbaiki kondisi
perdesaaan untuk mencegah
dampak fenomena perpindahan
dari perdesaan ke perkotaan. Untuk
itu, diperlukan juga penguatan
kerjasama bilateral dan multilateral
untuk mendukung terpenuhinya
seruan-seruan tersebut terutama di
negara berkembang. Sebagai langkah
implementasi, terdapat tiga hal yang
penting yaitu (1) pembiayaan dan
evaluasi berbasis pengeluaran, (2)
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta (3) pengembangan
dan pembangunan kapasitas SDM.
Tindak Lanjut Agenda 21
Di seluruh dunia, pemerintah,
kalangan bisnis, organisasi non-
pemerintah dan elemen lainnya
sudah menempatkan ide-ide dari
Agenda 21 dalam rencana atau
kebijakan masing-masing. Ini
termasuk juga Indonesia yang
pada tahun 1997 telah menyusun
.gevaa 21 vaove.ia: trategi ^a.iova
vvtv Pevbavgvvav ereav;vtav
yang dikeluarkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup. Kini , hampir 20
tahun kemudian, Agenda 21 masih
sangat krusial dan usaha untuk
dapat menerapkannya memerlukan
usaha berkali lipat dengan adanya
tantangan yang semakin besar.
Untuk itu, keterlibatan lintas
elemen dalam menjalankan Agenda
21 sangatlah penting. Tugas ini
akan membutuhkan tidak hanya
kepemimpinan dan pendanaan
pemerintah dan kalangan bisnis,
tetapi juga visi dan kerjasama
setiap warga negara. Pembangunan
berkelanjutan tidak dapat dicapai
tanpa semua sektor masyarakat
bekerja sama (LNP).
42
Hukum Properti
www.hukumproperti.com
Situs ini merupakan
penyedia jasa konsultan
hukum bidang realestate/
properti. Selain itu,
menyajikan informasi
yang terkait properti.
Pengelompokkan topik
berdasarkan beberapa
kategori memudahkan
pembaca dalam mencari
informasi. yaitu, Daily
tips, pembiayaan
perumahan, penyelesaian
sengketa, perijinan,
pertanahan, rangkuman
peraturan, rumah susun
dan tulisan pakar. Situs
hukumproperti.com juga
menyediakan fasilitas
layanan konsultasi
gratis bagi masyarakat
yang membutuhkan.
Selain menyediakan jasa
konsultasi hukum properti
juga menyediakan
jasa pengacara.
Situs ini sangat
bermanfaat bagi kita
yang membutuhkan
informasi tentang
properti khususnya
yang terkait dengan
hukum properti.
Situs ini dikelola oleh
Kementerian Perumahan
Rakyat Republik Indone-
sia. Situs ini selain sebagai
alat penyebaran informasi
tentang berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh KE-
MENPERA juga berfungsi
sebagai pusat informasi
tentang perumahan dan
permukiman. Di situs ini
terdapat banyak data yang
dapat diperoleh seper-
ti regulasi-regulasi yang
berlaku (Undang-Undang,
Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri, dsb.)
yang berhubungan dengan
perumahan dan permu-
kiman. Selain itu, memiliki
perpustakaan digital yang
dapat memberikan infor-
masi mengenai buku-
buku yang dimiliki
oleh Perpustakaan
Kemenpera. Situs
ini juga memiliki
kontak pengaduan
masyarakat yang
mempermudah in-
teraksi masyarakat
dengan pemerintah.
www.kemenpera.go.id
UN-Habitat
www.unhabitat.org
Situs United Nations
Human Settlements
Programme (UN-
HABITAT) adalah sebuah
situs yang dibuat sebagai
sebuah pusat informasi
dan pengetahuan tentang
hal-hal yang terkait dengan
isu-isu HABITAT. Situs
ini juga menyediakan
informasi mengenai
publikasi-publikasi terbitan
UN-HABITAT yang dapat
diunduh secara gratis,
adanya iv/tautan ke
kumpulan pratek terbaik
yang pernah dilakukan
oleh beberapa kota di
beberapa negara termasuk
Indonesia. Selain itu situs
ini memberikan informasi
tentang Yovtb |rbav orvv
(YUF) dan memberikan
informasi yang menarik
tentang keterlibatan
pemuda dalam proses
pembangunan perkotaan.
Situs ini sangat dianjurkan
untuk di boovar/
diberi penanda bagi
semua orang yang tertarik
untuk mengetahui isu-isu
tentang perumahan dan
pembangunan perkotaan.
www.habitat-indonesia.or.id
Sekretariat Nasional Habi-
tat Indonesia atau sering
disebut dengan Seknas
Habitat adalah organi-
sasi yang dibetuk secara
bersama oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Kementerian Perumah-
an Rakyat dan memiliki
tujuan untuk memperkuat
jaringan dan pengetahuan
perumahan dan pengem-
bangan perkotaan.
Situs yang dominan
dengan warna jingga
ini memuat setiap
informasi tentang
kegiatan bidang habi-
tat seperti peringatan
Hari Habitat Dunia
setiap tahunnya dan
juga kegiatan internasional
yaitu APMCHUD (Asia
Pacifc Mivi.teria Covfe
revce ov ov.ivg ava |rbav
Dereovevt) yang terakhir
diselenggarakan di Solo
pada 22-24 Juni 2010.
Sementara itu untuk
menunjang fungsi vetror-
ivg, terdapat tautan ke ber-
bagai institusi baik nasional
maupun internasional.
Pengelolaan Pengetahuan
Info Situs
ja
S
b
y
in
p
y
h
(YUF) dan memberikan
b
o
K
in
k
m
m
te
d
Kementerian Perumahan Rakyat Sekretariat Nasional Habitat
Edisi 3
Tahun 2010
43
Majalah/Jurnal
Leaflet
Buku
Majalah inforum,
Media Komunikasi
Komunitas Perumahan
Edisi I dan II, 2010
Pustaka Perumahan
Journal Of Housing
Economics,
Published By Elsevier Voume 18,
Number 3, September 2009
Building
Prosperity,
Housing and
Economics
Development,
Published by Earthscan
in the UK an USA, 2009
Humas Bapertarum-
PNS Desember 2008
Peraturan Presiden
Republik Indonesia
Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan
Milis Perumahan
http://groups.yahoo.com/group/
Perumahan Rakyat
Neighborhood
Upgrading and Shelter
Sector Project (NUSSP)
Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat
Jenderal Cipta Karya.
Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2010 tentang Acuan Pengelolaan
Lingkungan Perumahan Tapak
Warta
Anggaran,
Majalah
Keuangan
Sektor Publik
Edisi 19, 2010
Jurnal Legislasi
Indonesia
Penerbit : Dirjen Perundang-
Undangan Departemen
Hukum Dan Ham
Volume 5 No. 3
September 2008
Indikator
Perumahan dan
Kesehatan
Lingkungan,
(Housing And Environmental
Health Indicator) 2009
Penerbit: Badan
Pusat Statistik,
Desember 2009
BKM (Badan
Keswadayaan
Masyarakat)
Memandirikan
Masyarakat
Mengatasi
Kekumuhan,
Penerbit :
Neighborhood
Upgrading and Shelter
Sector Project (NUSSP)
Dep. Pekerjaan Umum,
Ditjen Cipta Karya
Website Kementerian
Perumahan Rakyat,
http://www.kemenpera.go.id
44
Penduduk Perkotaan
dan Kawasan Kumuh
D
ua pesan utama dari Agenda Habitat adalah
Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi
Semua) dan ^h(Urbanisasi
8 u MuC
juga bahwa pada 2020, harus ada perbaikan kondisi

8
baik dari pemerintah, swasta, lembaga donor, organisasi
non pemerintah, atau masyarakat sendiri untuk mencapai

dilihat dari proporsi yang cenderung turun. Meski demikian
permasalahan permukiman kumuh, terutama di negara
berkembang tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi
bersama.
Secara umum, pertambahan penduduk perkotaan periode
2005-2030 (berdasar prediksi) di Oseania, Amerika Utara
dan Afrika cenderung tetap dibandingkan pada periode
sebelumnya (1980-2005). Namun, pertambahan penduduk
perkotaan di Eropa ternyata diprediksikan jauh lebih sedikit
pada periode 2005-2030 dibanding periode 1980-2005.
u A L k

terlihat di kawasan Asia, yang meningkat tajam pada
periode 2005-2030 dibanding periode sebelumnya (1980-
2005). Selengkapnya pada Tabel 1.
Sementara penduduk kumuh perkotaan negara berkembang
cenderung meningkat secara absolut, namun sebenarnya
proporsinya terhadap total penduduk perkotaan terlihat
menurun (Tabel 2 dan Tabel 3)
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Daerah Kumuh Perkotaan Negara Berkembang (1990-2010 dalam ribuan)
Kawasan 1990 1995 2000 2005 2007 2010
Negara berkembang 656.739 718.114 766.762 795.739 806.910 827.690
Afrika Utara 19.731 18.417 14.729 10.708 11.142 11.836
Afrika Sub-Sahara 102.588 123.210 144.683 169.515 181.030 199.540
A L k 105.740 111.246 115.192 110.105 110.554 110.763
Asia Timur 159.754 177.063 192.265 195.463 194.020 189.621
Asia Selatan 180.449 190.276 194.009 192.041 191.735 190.748
Asia Tenggara 69.029 76.079 81.942 84.013 83.726 88.912
Asia Barat 19.068 21.402 23.481 33.388 34.179 35.713
Oseania 379 421 462 505 524 556
Tabel 2. Proporsi Penduduk di Daerah Kumuh Perkotaan Negara Berkembang (%)
Kawasan 1990 1995 2000 2005 2007 2010
Negara berkembang 46,10 42,80 39,30 35,70 34,30 32,70
Afrika Utara 34,40 28,30 20,30 13,40 13,40 13,30
Afrika Sub-Sahara 70,00 67,60 65,00 63,00 62,40 61,70
A L k 33,70 31,50 29,20 25,50 24,70 23,50
Asia Timur 43,70 40,60 37,40 33,00 31,10 28,20
Asia Selatan 57,20 51,60 45,80 40,00 38,00 35,00
Asia Tenggara 49,50 44,80 39,60 34,20 31,90 31,00
Asia Barat 22,50 21,60 20,60 25,80 25,20 24,60
Oseania 24,10 24,10 24,10 24,10 24,10 24,10
Sumber: hEWthWdZ
Fakta
. P
san
a
U
Su

im
ela
en
ar
Oseania
Tabel 1.
Pertambahan Penduduk Perkotaan Dunia (dalam jutaan)
Kawasan 1980-2005 2005-2030*
Oseania 7 8
Eropa 55 21
Amerika Utara 78 80
A L k 198 175
Afrika 215 215
Asia 860 1084
*proyeksi
Edisi 3
Tahun 2010
45
Edisi 3
Tahun 2010
Praktek Unggulan
S
ejak krisis ekonomi melanda Indonesia
pada tahun 1998 jumlah Pedagang Kaki
Lima (PKL) terus meningkat. Pada tahun
2006 di kota Solo terdapat 5.817 PKL yang
sebagian besar berasal dari sekitar kota
Solo dan beberapa daerah di provinsi Jawa Tengah.
Keadaan ini diperparah dengan banyaknya PKL yang
menguasai trotoar dan ruang publik lain, hal ini bisa
dilihat hampir di setiap sudut jalan. Keberadaan PKL
sering mengganggu lalu lintas di jalan raya dan sering
juga eksistensinya memimbulkan kesan kumuh sehingga
merusak pemandangan kota. Sampah yang dihasilkan
oleh PKL juga mencemari kota sehingga
menimbulkan masalah baru. Upaya untuk
merelokasi PKL terkadang selalu gagal dan sering
berakhir dengan konnik antara pemerintah
setempat dan para PKL.
Pendekatan masa lalu
dalam menangani PKL yang selalu rawan konnik
telah membuat Walikota Solo yang baru Joko Widodo
mencoba pendekatan yang berbeda dengan mendorong
partisipasi PKL. Baginya sangatlah penting untuk
memanusiawikan para PKL bukan malah memusuhinya,
sehingga dalam menangani PKL, Walikota yang akrab
disapa dengan Jokowi ini, membuka komunikasi yang
luas dengan para PKL. Beberapa kebijakan yang diadopsi
dalam mengelola PKL di kota Solo adalah: membangun
komunikasi dua arah yang lebih baik (antara pemerintah
dan PKL), menciptakan ruang (meliputi pengakuan
sik dan hukum,, serta menyediakan pendidikan dan
pelatihan bagi PKL.
Prograv Percovtobav
Monumen 45 Banjarsari, sebuah
taman sejarah dipilih sebagai
tempat pertama untuk program
Pengelolaan PKL. Rencananya
S
2006 di kota Solo terdapat 5.817 PKL yang
sebagian besar berasal dari sekitar kota
Solo dan beberapa daerah di provinsi Jawa Tengah.
Keadaan ini diperparah dengan banyaknya PKL yang
menguasai trotoar dan ruang publik lain, hal ini bisa
dilihat hampir di setiap sudut jalan Keberadaan PKL
partisipasi PKL. Baginya sangatlah penting untuk
memanusiawikan para PKL bukan malah memusuhinya,
sehingga dalam menangani PKL, Walikota yang akrab
disapa dengan Jokowi ini, membuka komunikasi yang
luas dengan para PKL. Beberapa kebijakan yang diadopsi
dalam mengelola PKL di kota Solo adalah: membangun
Solo
Memberdayakan Sektor Informal, Mengelola Pedagang Kali Lima
S l
46 46
adalah
untuk melakukan
relokasi terhadap 989 PKL yang
menguasai dan menempati taman
tersebut (ini merupakan tempat
dengan jumlah PKL terbesar di
Solo) ke pasar baru di Kithilan,
Semanggi. Untuk melakukan
relokasi tanpa konnik bukanlah
sebuah hal yang mudah sebab
hal ini memerlukan pendekatan
dengan PKL dan mencapai sebuah
kesepakatan bersama dan yang
terpenting adalah mendapatkan
kepercayaan dari PKL. Proses ini
pun dimulai dan dipimpin langsung
oleh Walikota Solo yang membuka
kediaman resmi sebagai tempat
pertemuan untuk diskusi di antara
para pemangku kepentingan.
Tujuan dari program ini adalah
untuk mengembalikan fungsi
asal ruang publik sehingga dapat
dinikmati oleh masyarakat, serta
menciptakan
lingkungan
yang cocok untuk PKL yang
diharapkan akan dapat mampu
memperbaiki taraf kehidupan
mereka. Empat strategi yang
diterapkan dalam program ini
adalah (i) membangun komunikasi
yang lebih baik antara pemangku
kepentingan, (ii) menciptakan ruang
yang lebih baik untuk PKL dengan
cara memberikan tenda-tenda
maupun perbaikan gerobak sehingga
menjadi daya tarik tersendiri, (iii)
memberikan kepastian hukum
untuk bisnis PKL, (iv) memberikan
pelatihan untuk PKL tentang
mengelola dan mengembangkan
bisnis mereka.
Program ini dibiayai dengan 2
cara, pertama anggaran pendanaan
rutin dari Pemerintah Kota,
kedua adalah dana swadaya PKL.
Untuk dukungan teknik diperoleh
melalui universitas terkemuka di
kota Solo. Selama 3 bulan sebuah
riset dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang perilaku dan
kemampuan PKL; bagaimana
desain terbaik untuk tempat tujuan
relokasi dan pelatihan yang tepat
untuk mereka. Dinas-dinas terkait
seperti Dinas Parkir, Dinas PK5,
Dinas Tata Kota dan Dinas Pasar
terlibat aktif secara intensif dalam
perencanaan strategi yang meliputi
perencanaan, pembuatan desain,
pembiayaan dan koordinasi dengan
para PKL. Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) juga terlibat
dalam memberikan pendapat
tentang strategi investasi
sosial dan pendekatan dua
arah untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya
konnik sosial.
Dalam progam
ini hal terberat
adalah membangun
kepercayaan dari para
PKL. Program dilasanakan
dengan tahapan:
1aba 1. Persiapan, terdiri dari
pengumpulan data prol PKL
(kewarganegaraan, jenis dagangan,
gaya berjualan dan ukuran tempat)
oleh lembaga akademis/universitas
yang ada di kota Solo. Pertemuan
resmi dengan DPRD juga dilakukan
untuk melakukan konsultasi
terhadap anggaran yang sesuai,
Praktek Unggulan
p y g
menguasai dan menempati taman
g g
yang cocok untuk PKL yang
wan
(DP
ika
trat
an
ntuk
mun
nn
alam
hal
alah
perc
Prog
:
1aba 1 Persiapan
...membangun
komunikasi
yang lebih baik
antara pemangku
kepentingan...
SOLO
Edisi 3
Tahun 2010
47
Edisi 3
Tahun 2010
47
mendapatkan dukungan politik,
serta merumuskan tujuan dan
strategi.
1aba 2. Pengembangan
komunikasi yang lebih baik
dengan mengundang LSM
untuk membantu dalam
program sebagai fasilitator
masyarakat, mengundang para
pemimpin informal/wakil PKL
ke kediaman resmi Walikota untuk
melakukan dialog. Dan setelah
lebih dari 50 pertemuan, para PKL
setuju untuk dipindahkan. Sebuah
perjanjian ditandatangani, kota
Solo setuju untuk menyediakan
tempat relokasi yang sesuai, dan
menyediakan kios gratis.
1aba . Universitas Sebelas Maret
Surakarta membantu secara teknis
terkait desain dan pembangunan
pasar baru. Luas pasar yang baru
adalah sebesar 11.950 m2 dan
bisa menampung lebih kurang
1.018 kios, dengan total biaya
pembangunan sebesar 9 miliar
rupiah. Secara bersamaan, pelatihan
PKL dilaksanakan, penempatan
mereka di pasar baru didiskusikan
dan termasuk melakukan promosi
untuk menarik pembeli.
1aba 1. Prosesi relokasi 989 PKL
dilakukan dengan cara tradisional
yang disebut sebagai Kirab. Prosesi
melambangkan gerakan damai ke
tempat baru dan bahwa pemerintah
sedang berdiri di belakang warga
negaranya. Di tempat baru,
pemerintah setempat menyediakan
insentif berupa kios gratis, modal
kerja, izin perdagangan bebas dan
masa tenggang pajak perdagangan
untuk enam bulan pertama.
Mereka juga menyelenggarakan
festival pasar akhir pekan di
Semanggi.
1aba :. Menjamin keberlanjutan
dengan bergabungnya asosiasi
PKL ke dalam Koperasi
Masyarakat Mandiri. Pelatihan dan
peningkatan kapasitas diberikan
untuk kemajuan bisnis PKL yang
telah direlokasi dan kantor-
kantor dinas kota memublikasikan
informasi terhadap program yang
telah dilaksanakan.
Iasil yang paling signikan
dari inisiatif program ini adalah
kepercayaan dan penerimaan warga
negara, khususnya sektor informal.
Pendekatan inklusif pemerintah
telah memberikan akses yang lebih
baik untuk semua institusi dan
kesempatan untuk menegosiasikan
keputusan yang menyangkut
kehidupan sektor informal. PKL
diharapkan tidak akan lagi merusak
pemandangan. Mereka sekarang
memiliki tempat yang lebih baik
untuk bekerja, bukan hanya di
Pasar Semanggi (di mana PKL
bidang otomotif telah mampu
meningkatkan pendapatan mereka
hingga 200% - 400%), tetapi juga di
cv.ter ,avg ai.eaiaav ai .eav;avg ;aav
be.ar aav Cit, !a oo. 1erva.v
geroba PK yang baru didesain agar
lebih menarik dan menciptakan
suasana tradisional yang unik bagi
warga dan wisatawan.
Kota Solo telah mampu
meningkatkan pendapatan dari PKL.
Selain itu, mereka telah mampu
mendapatkan kembali Taman Kota
Monjari tanpa konnik. Pohon baru
ditanam, area untuk anak-anak
untuk bermain dibangun dan publik
bisa menikmati lingkungan yang
hijau dan segar.
(D1D, aari berbagai .vvber)
S l
S l
48
Galeri Foto
Rumah informal di lokasi yang berbahaya, berhimpit
dengan rel kereta api.
Kota kita butuh cetak biru perencanaan yang baik?
Kali ciliwung yang terpinggirkan?
Rumah tepi sungai sebagai sumber pencemaran dan kekumuhan terus
bertambah.
Rumah Susun sumber kekumuhan baru?
Keadaaan yang kontras antara apartemen mewah
dan perumahan kumuh di daerah kampung
Luar Batang, Jakarta.

Edisi 3
Tahun 2010
49
H
ari Habitat Dunia atau !ora abitat
Da, selalu diperingati setiap hari Senin
pertama bulan Oktober. Hari Habitat
Dunia ini merupakan salah satu dari
peringatan hari internasional yang
ditetapkan oleh PBB dan diperingati sebagai wujud
kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan
dan permukiman yang layak untuk semua lapisan
masyarakat. Peringatan Hari Habitat Dunia ini juga
memiliki tujuan untuk mengingatkan perlunya tanggung
jawab bersama bagi masa depan habitat manusia.
Adanya Konferensi Habitat I atau abitat: |vitea ^atiov
Covferevce ov vvav ettevevt di Vancouver, Kanada pada
tahun 1976 tidak bisa dilepaskan dari sejarah munculnya
peringatan Hari Habitat Dunia. Dalam konferensi yang
diselenggarakan sekitar 34 tahun lalu ini, dunia mulai
menyadari tentang fenomena meningkatnya urbanisasi
beserta segala dampaknya terutama yang terjadi di
negara berkembang. Sebelumnya, persoalan mengenai
urbanisasi dan dampaknya hampir tidak pernah menjadi
prioritas PBB. Konferensi Habitat I menjadi konferensi
internasional pertama dari PBB dalam hal permukiman
dan kemudian melahirkan 1avcovrer Decaratiov ov vvav
ettevevt. yang menyerukan kepada semua organisasi
baik di dalam dan di luar sistem PBB untuk mendukung
upaya nasional dalam perancangan, penerapan formulasi,
dan evaluasi proyek-proyek untuk meningkatkan kualitas
permukiman. Konferensi
di Vancouver ini sekaligus
mendasari dibentuknya
|vitea ^atiov. vvav
ettevevt. Progravve (UN
HABITAT), badan PBB
yang membidani bidang
permukiman.
Sembilan tahun kemudian,
pada tahun 1985, dalam
Covvi..iov ov vvav
ettevevt Re.ovtiov tanggal
8 Mei 1985, muncul usulan
mengenai penyelenggaraan
Hari Habitat Dunia. Usulan
ini kemudian diadopsi dan
ditetapkan dalam Resolusi
Sidang PBB tahun 1985
(Re.ovtiov 10,202 of 1
i i PBB K f i H bi I j di k f i
Agenda
TEMA HARI HABITAT DUNIA
2010 > (Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik)
2009 Planning Our Urban Future (Merencanakan Masa Depan Perkotaan Kita)
2008 Harmonious Cities (Kota yang Harmonis)
2007 A Safe City is a Just City (Kota yang Aman adalah Kota yang Berkeadilan)
2006 Cities, Magnets of Hope (Kota, Magnet Harapan)
2005 The Millenium Goals and the City (Tujuan Pembangunan Milenia dan Kota)
2004 Cities-Engines of Rural Development (Perkotaan Mesin Pembangunan Perdesaan)
2003 Water and Sanitation for Cities (Air dan Sanitasi bagi Perkotaan)
2002 City-to-City Cooperation (Kerjasama Antar Kota)
2001 Cities without Slums (Kota tanpa Permukiman Kumuh)
2000 Women in Urban Governance (Perempuan dalam Kepemerintahan Perkotaan)
1999 Cities for All (Kota untuk Semua)
1998 Safer Cities (Kota yang Lebih Aman)
1997 Future Cities (Kota Masa Depan)
1996 Urbanization and Human Solidarity (Urbanisasi dan Solidaritas Kemanusiaan)
1995 Our Neighborhood Curitiba (Lingkungan Kita, Curitiba)
1994 Home and the Family (Rumah dan Keluarga)
1993 Women and Shelter Development (Perempuan dan Pembangunan Rumah)
1992 Shelter and Sustainable Development (Rumah dan Pembangunan Berkelanjutan)
1991 Shelter and the Living Environment (Rumah dan Lingkungan Hidup)
1990 Shelter and Urbanization (Rumah dan Urbanisasi)
1989 Shelter, Health and the Family (Rumah, Kesehatan, dan Keluarga)
1988 Shelter and Community (Rumah dan Komunitas)
1987 Shelter for the Homeless (Rumah untuk Tunawisma)
1986 Shelter is my Right (Rumah adalah Hak Saya)

Hari Habitat Dunia
Meningkatkan Kepedulian Bersama untuk
Masa Depan Habitat
50
Decevber 1:) sehingga Hari Habitat Dunia mulai
dirayakan pada tahun 1986. Dimulainya peringatan Hari
Habitat Dunia pada tahun 1986 sekaligus menandai
peringatan 10 tahun dilaksanakannya abitat .
Peringatan Hari Habitat Dunia yang pertama digelar
pada tahun 1986 di Nairobi, Kenya dengan tema
Rumah adalah Hak Saya (beter i. M, Rigbt). Sepuluh
tahun kemudian, pada tahun 1996, digelar konferensi
Habitat II di Istanbul, Turki yang menghasilkan Agenda
Habitat. Agenda Habitat merupakan komitmen 176
kepala negara termasuk Indonesia untuk mendukung
masa depan habitat manusia yang lebih baik.
Konferensi Habitat II ini menjadi semacam titik balik
tentang fokus dari isu permukiman. Tema peringatan
Hari Habitat Dunia yang ditentukan PBB pada tahun-
tahun awal lebih menekankan pada .beter atau
hunian/rumah. Sejak tahun 1996, tema Hari Habitat
Dunia menjadi lebih bergeser ke masalah perkotaan/
cit, (lihat kotak). Kencederungan ini mungkin muncul
karena adanya perkembangan pemikiran bahwa masalah
permukiman adalah masalah kota (cit,) dan masalah
kekotaan (vrbav). Agenda Habitat sebagai keluaran
dari Habitat II pun mencerminkan manifestasi dari
kecenderungan tersebut. Melalui Agenda Habitat,
negara-negara di dunia berusaha untuk mewujudkan
.aeqvate beter for . (Hunian yang Layak bagi
Semua) dan v.taivabe |rbaviatiov (Urbanisasi yang
Berkelanjutan).
Peringatan Hari Habitat Dunia memiliki tema yang
berbeda setiap tahunnya, meski demikian tema-
tema yang diangkat tersebut tetap sejalan dengan
dua pesan utama Agenda Habitat yaitu .aeqvate
beter for . (Hunian yang Layak bagi Semua) dan
v.taivabe |rbaviatiov (Urbanisasi yang Berkelanjutan).
Peringatan Hari Habitat Dunia menjadi momentum
mempromosikan pesan-pesan utama dari Agenda
Habitat tersebut. Peringatan Hari Habitat dari tahun ke
tahun pun justru menjadi semakin penting. Tiga puluh
empat tahun lalu, ketika Habitat I diselenggarakan, dua
per tiga penduduk dunia masih tinggal di perdesaan.
Kini, proporsi tersebut berbalik, sudah lebih dari separuh
penduduk dunia tinggal di perkotaan dan pada 2030
diperkirakan dua per tiga penduduk dunia tinggal di kota
yang tentunya akan memberikan konsekuensi yang lebih
besar.
Pada tahun 2010 ini, Hari Habitat Dunia jatuh pada
Senin, 4 Oktober 2010 dan mengangkat tema etter Cit,,
etter ife atau Menuju Kota dan Kehidupan Lebih
Baik. Tema ini menekankan pada pentingnya kualitas
kota untuk menunjang kehidupan yang lebih baik, yang
dapat mendorong potensi dan peluang, mengurangi
kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi
seluruh lapisan masyarakat.
;^P, Dari berbagai .vvber)
Agenda
S l
Rangkaian Acara Hari Habitat Dunia di Indonesia
30 September - Semlnar 'Better City, Better Life
Konsep Penanganan Perumahan dan Permuklman
Perkotaan yang Humanls dan 8erkelan[utan
dl Hotel Sultan, 1akarta
4 Oktober - Konferensl Pers Menterl Negara Perumahan Pakyat
dl Puang Prambanan Kemenpera
4-8 Oktober - Pameran Poto dl Lobl Kantor Kemenpera
l5 Oktober - Tur Pengolahan Llmbah Untuk Slswa SD
l2-l6 Oktober - 1ambore Sanltasl dl Clbubur
l7 Oktober - Fun Bike (Sepeda Santal) Habltat
18 Oktober - Acara Puncak HHD - Auditorium Bina Karna,
Komplek Bidakara, Jakarta, Peluncuran,
Bedah Buku, dan Pameran Buku Kilas Balik
Perumahan Rakyat 1900-2000 dan Mengusik
Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup
dan Permukiman
26 Oktober - workshop Naslonal "Daya Dukung Perkotaan
dan Adaptasl Perubahan |kllm"
dl Puang Sapta Taruna, Kementerlan P.U.
8-9 November - Youth Urban Forum dl |TS, Surabaya
SUDAHKAN
HAK ASASI MEREKA
TERPENUHI?
Undang Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Pasal 129 setiap orang berhak menempati, menikmati, dan/atau memiliki/memperoleh rumah
yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
S l

You might also like