Professional Documents
Culture Documents
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang makalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan : 1. Bagaimana hukum menuntut ilmu menurut hadist ? 2. Bagaimana anjuran menjaga ilmu menurut hadist ? 3. Apa keutamaan menuntut ilmu menurut hadist ? 4. Bagaimana peran ilmu dalam pendidikan menurut hadist ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana hukum menuntut ilmu menurut hadist 2. Untuk mengetahui bagaimana anjuran menjaga ilmu menurut hadist 3. Untuk mengetahui apa keutamaan menuntut ilmu menurut hadist 4. Untuk mengetahui bagaimana peran ilmu dalam pendidikan menurut hadist ?
: ) . (
Artinya : dan Rosulullah Saw. Telah bersabda : Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah,Al-Baihaqi,Anas bin Malik dan lain lain serta Al-Mundiri 28/1) 2.1.2 Tafsir mufrodat hadist tentang hukum menuntut ilmu
: dan orang yang meletakkan ilmu, maksudnya orang yang menempatkan ilmu : kepada orang yang bukan ahlinya, orang yang bukan faknya : seperti babi yang dikalungi emas( sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan xdan akhirnya tidak ada gunanya )
2.1.3 Penjelasan dan munasabah dengan hadist lain Hadist tersebut merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadist tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti. Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadist tersebut adalah wajib. Karena melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul mutaallim
dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara makhluk makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu. Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan menertawakannya.[3] Dalam hadist lain juga telah disebutkan bahwa :
) 0 (
Artinya : Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat (H. R. Muslim) 2.1.4 Kesimpulan hadist tentang hukum menuntut ilmu Hadist ini berisi kesimpulan bahwa :
1. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim 2. Jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang enggan menerima ilmu Hadist tentang anjuran menjaga ilmu 2.2.1 Bunyi hadist tentang anjuran menjaga ilmu
: .. : ) (
Artinya : Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash. Katanya : aku pernah mendengar Rosulullah bersabda : Allah tidak mengambil ilmu islam itu dengan cara mencabutnya dari manusia sebaliknya Allah mengambilnya dengan mengambil para ulama sehingga tidak tertinggal walaupun seorang. Manusia melantik orang jahil menjadi pemimpin, menyebabkan apabila mereka ditanya mereka memberi fatwa tanpa berdasarkan kepada ilmu pengetahuan , akhirnya mereka sesat dan menyesatkan orang lain pula (H.R. Bukhori Muslim )
dengan maksud mencabutnya dari hati sanubari manusia : sehingga Allah tidak menyisakan orang alim seorangpun, maksudnya
orang yang berilmu meninggal dan yang tersisa hanyalah orang-orang bodoh : mereka memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan
2.2.3 Penjelasan dan munasabah dengan hadist lain Rosulullah mengucapkan hadist ini pada saat Haji Wada. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadist Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada Nabi bersabda : Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu. Arabi berkata Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau bersabda : Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama ( orang yang menguasai ilmu) Hadist ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar benar mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadist ini juga dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid. Dalam hadist lain juga disebutkan anjuran untuk memelihara ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim :
. : . . .. ). . . (
Artinya : Umar bin Abdul aziz menulis surat kepada Abu bakr bin Hazm kumpulkan hadist hadist Nabi yang kau temukan dan tulislah, aku khawatir akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama (meninggal)janganlah engkau terima selain hadist Nabi. Pelajarilah ilmu dengan seksama sampai mengetahui sesuatu yang tidak diketahui,ilmu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi rahasia (H.R. Bukhori-Muslim)
2.2.4 Kesimpulan hadist tentang anjuran menjaga ilmu Hadist ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar benar mengetahui dan larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. 2.3 Hadits tentang keutamaan menuntut ilmu 2.3.1 Bunyi hadist tentang keutamaan menuntut ilmu
.......
an abii hurairatarodiallahuanhu annarasullullahu sallallahualaihi wa sallama qhola; Wamansalaka thoriqhoiyyaltamisubihi ilmannsahhallahulahu bihi thoriqhol jannah.(rowi muslim)
Artinya : Diriwayatkan dari Abi Hurairah radiallahuanhu, Sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda Barang siapa menempuh jalannya untuk mencari ilmu, maka Allah mempermudah kepadanya jalan ke surga. (H.R.Muslim) 2.3.2 Tafsir Mufrodat hadist tentang keutamaan menuntut ilmu Kata
diungkapkan dalam bentuk nakirah (indefinit), begitu juga dengan kata ilmu
yang berarati mencakup semua jalan atau cara untuk mendapatkan ilmu agama, baik sedikit maupun banyak.
( Allah
baginya jalan diakherat kelak, atau memudahkan baginya jalan didunia dengan cara memberi hidayah kepadanya untuk melakukan perbuatan yang baik yang dapat menghantarkan menuju surga. Hal ini mengandung kabar gembira bagi orang yang menuntut ilmu, bahwa Allah memudahkan mereka untuk mencari dan mendapatkannya, karena menuntut ilmu adalah salah satu jalan menuju surga.
2.3.3 Kesimpulan hadist tentang keutamaan menuntut ilmu Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu. 2.4 Hadist tentang peran imu terhadap pendidikan
. : . ) . (
Artinya : Dari Ali karromallahu wajhah,bahwa sesungguhnya nabi Muhammad SAW berkata : Didiklah anakanak kalian semua dengan tiga perangai : Cinta Nabi kalian, Cinta keluarga nabi, dan Membaca AlQuran, maka sesungguhnya orang yang belajar AlQuran berada dalam perlindungan Allah, Pada hari yang tiada pertolongan selain pertolongan Allah beserta para nabiNYA dan kekasihNYA. (H.R Ath Thobroni) 2.4.2 Tafsir Mufrodat hadist tentang peran ilmu terhadap pendidikan
jamak dari kata yang berarti anak laki-laki dan perempuan, adapun khusus
laki-laki
jamak dari kata yang berarti perangai yang bermakna orang yang menghafal AlQuran, orang yang mengamalkannya, orang
yang mendapatkan petunjuk dari AlQuran.
bermakna keluarga nabi, ada pendapat yang mengatakan bahwa Ahlul bait mempunyai
makna : keluarga nabi dan keturunannya, istri-istri nabi dan putra putrinya, orang-orang mukmin.
jamak dari kata yang berarti yaitu kekasih yang dekat atau kekasih
tercinta. 2.4.3 Penjelasan dan Munasabah dengan hadist lain Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga perangai : 1. Cinta terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta terhadap kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist :
. : ) . (
Artinya : Dari Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda, Seseorang diantara kamu tidak beriman, sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya. ( H.R. Bukhori ) 2. Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada seseorang maka ia akan cinta kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi adalah lebih berhak mendapatkan cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33 :
) (
Artinya : Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. 3. Memberikan pengajaran Al-Quran terhadap anak, belajar Al-Quran dan mengamalkanya adalah yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Quran manusia menjadi umat yang paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadist riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ustman r.a. Rosulullah SAW bersabda :
) . (
Artinya : Dari Ustman bin Affan r.a., dari Nabi SAW,beliau bersabda : Sesungguhnya orang termulia diantara kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Quran. (H.R. Bukhari) 2.4.4 Kesimpulan Hadist tentang peran ilmu dalam pendidikan Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat. Karena keberadaan pendidikan menjadi Prasyarat kemajuan sebuah bangsa. Dalam Islam pendidikan sangatlah penting, terutama pendidikan terhadap anak.Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada seluruh orang tua untuk selalu memperhatikan pendidikan anak dan memberikan pengawasan terhadapnya, dengan cara membiasakan dengan akhlak yang mulia, menanamkan benih-benih keimanan dalam hatinya, mengawasi segala urusannya, karena seoarang anak jika diabaikan maka akan rusak akhlak dan tabiatnya, dan akan menjadi seorang yang tidak beradab, tidak bermanfaat dalam kehidupannya,bahkan akan menjadi virus bagi masyarakat. Langkah-langkah dalam mendidik generasi bangsa yang beradab dan bermartabat sesuai Sabda Rosulullah SAW, sebagai berikut : 1. Membiasakan anak untuk selalu taat kepada perintah Allah. 2. Menanamkan kecintaan terhadap Rosul lebih utama dari kecintaannya kepada orang tua, bahkan dirinya sendiri. 3. Menanamkan kecintaan terhadap Ahlul Bait (Keluarga Nabi), dengan kecintaan terhadap Nabi maka akan melahirkan kecintaan terhadap Keluarga Besar Nabi. 4. Mengajarkan bacaan Al-Quran terhadap anak dengan lancar dan fashih sesuai kaedah atajwid.
Dari penjelasan hadist hadist diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. 2. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang enggan menerima ilmu Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu sama lain 3. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu. 4. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.
Saran
Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab- kitab hadist sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan selanjutnya di amalkan dengan segenap kemampuan. Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah Al Quran Al Karim As Shobuni, Muhammad Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah, Jakarta, Dar Al Kutub Al Islamiyah. Az-zarnuzi. Talimul Mutaallim. Surabaya: Al-Hidayah Muhammad Zuhri, 1993. Terjemah Jawahirul Bukhari, Indonesia, Darul Ihya
Islam sebagai sistem kehidupan mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan makhluk (al-muamalah) dalam seluruh aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan negara. Prinsip ajaran Islam pada dasarnya memecahkan semua masalah kehidupan yang tidak bertentangan dengan fitrah manusia. Ajaran Islam merupakan dasar semua perbaikan sosial, yang tidak hanya terbatas pada secara makro sesuatu perekonomian tidak terlepas dari peran pemerintah, dimana menurut Maududi pemerintah tidak menggunakan kekerasan dalam memimpin suatu Negara, kembali pada subjek maslah zakat dan pajak Dalam makalah ini penulis membahas antara zakat yang diatur oleh Islam dan pajak yang dilaksanakan sebagai hasil pemikiran dan sistem keuangan moderen, dan membahas tentang persamaaan dan perbedaan antara zakat dan pajak. Zakat ialah, nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah Taala yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Sedangkan pajak adalah, iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang sehingga dapat dipaksakan dendan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Zakat dan pajak meskipun keduanya merupakan kewajiban dalam bidang harta, namum keduanya merupakan falsafah yang khusus yang keduannya berbeda sifat dan asasnya, berbeda sumbernya, sasaran,bagian serta kadarnya, disamping itu berbeda pula prinsip, tujuan dan jaminan
Zakat fitrah Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
Zakatkmaalk(harta) Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri Yang berhak menerima Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, yakni: 1. Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. 2. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
4. 5. 6. 7. 8.
Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya Hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb) Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan. Yang tidak berhak menerima zakat
Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari). Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim). Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri. Orang kafir. Pajak Pajak menurut para ahli keuangan ialah : kewajibab yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa dapat prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum disatu pihak dan untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi.
2.
B. Dasar Hukum Wajib Pajak dan Zakat Dasar hukum wajib pajak Dalam Al-quran: Dalam surat An-Nisa : 29
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil. QS.An-Nisa : 29 Dalam ayat diatas Allah melarang hamba-Nya saling memakan harta sesamanya dengan jalan yang tidak dibenarkan. Dan pajak adalah salah satu jalan yang batil untuk memakan harta sesamanya
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S At-Taubah:103)
C. Pendapat Para Ulama tentang Zakat dan Pajak Pendapat Syekh Ulaith
Syekh Ulaith dalam fatwanya dari mazhab Maliki menyebutkan bahwa seseoarang yang memiliki ternak yang sudah mencapai nisabnya dan dipungut uang setiap tahunya tetapi tidak atas nama zakat, maka ia tidak boleh berniat zakat dan jika ia berniat zakat maka kewajibannya tidak menjadi gugur sebagaimana telah diftwakan oleh Nasir al- Hatab.
nasrani tidaklah termasuk kewajibab zakat, karena sesungguhnya dari hasil bumi itu adalah dari harta zakat yang wajib dikeluarkan pada delapan sasaran (delapan ashnaf) menurut nash, maka bebaslah pemilik tanah dari kewajibanya. Harta yang dipungut orang nasrani tadi dianggap sebagai pajak dan tidak menggugurkan wajib zakat, hal ini berarti bahwa pajak tidak dapat dianggap sebagai zakat.
dengan ulama ulama yang mengatakan bahwa zakat dan pajak berbeda asas dan sasaranya. Zakat kewajibab atas Allah sedangkan pajak kewajiban kepada pemerintah (penguasa). Dari tiga pendapat diatas dapat dipahami bahwa zakat harus dikeluarkan sesudah memenuhi persyaratan, walaupun seseoarang telah membayar pajak. Sebaiknya pajak tetap dipungut walaupun sudah menunaikan zakat.
- Sama sama mempunyai unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan cara untuk menghasilkan pajak, juga terdapat dalam zakat. - Bila pajak harus disetorkan kepada lembaga masyarakat (negara) pusat maupun daerah, maka zakat pun demikian, karena pada dasarnya zakat itu harus diserahkan pada pemerintah sebagai badan yang disebut dalam Al-Quran : amil zakat.
- Dalam ketentuan pajak ialah tidak adanya imbalan tertentu, demikian halnya dalam zakat. Seseoarang membayar zakat adalah selaku masyarakat islam.
- Pajak pada zaman modern mempunyai tujuan kemasyarakatan, ekonomi dan politik disamping tujuan keuangan, maka zakat pun mempunyai tujuan yang lebih jauh dan jangkauan yang lebih luas pada aspek - sapek yang disebutkan tadi dan aspek aspek lain, semua itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. 2) Perbedaan Zakat dan Pajak - Dari Segi Nama dan Etikanya: Kata zakat menurut bahasa, berarti suci, tumbuh dan berkembang. Dalam syariat islam zakat untuk mengungkapkan arti dari bagian harta yang wajib dikeluarkan untuk fakir miskin dan para mustahik lainya. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat: 276 yang artinya:Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah Sedangakan pajak diambil dari kata dharaba, yang artinya utang, pajak, tanah atau upeti. Yaitu sesuatu yang mesti dibayar, sesuatu yang menjadi beban. Seperti yang dikatakan dalam Al- Quran surat AlBaqarah ayat: 61 yang artinya: Dan timpakan atas mereka kehinaan dan kemiskinan - Mengenai Hakikat dan Tujuannya Zakat adalah ibadah yang yang diwajibkan kepada orang islam, sebagai tanda syukur kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepadanya. Adapun pajak adalah kewajiban dari negara semata mata yang tidak ada hubungannya dengan makna ibadat dan pendekatan diri. - Mengenai Batas Nisab dan Ketentuanya Zakat adalah hak yang ditentukan oleh Allah, sebagai pembuat syariat. Dialah yang menentukan batas nisab bagi setiap macam benda juga Allah memberikan ketentuan atas kewajibab zakat itu seperlima, sepersepuluh, separuh, sampai seperempat puluh. Berbeda dengan pajak yang tergantung pada kebijaksanaan dan kekuatan penguasa baik mengenai objek, presentase, harga dan ketentuannya, bahkan ditetapkan dan dihapuskan pajak tergantung pada penguasa sesuai dengan kebutuhan.
- Maksud dan Tujuan Zakat mempunyai tujuan spiritual dan moral yang legih tinggi dari pajak. Tujuanya cukup jelas dan tegas dalam firman Allah mengenai keadaan pemilik harta yang berkewajiban mengeluarkan zakat, Firmannya adalah : Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan dan berdoalah buat mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentuan jiwa bagi mereka. Sedangkan pajak tidak mempunyai tujuan yang luhur, selain untuk menghasilkan pembiayaan (uang) untuk mengisi kas negara (mazhab netro pajak).
Zakat adalah hak tertentu yang diwajibkan Allah terhadap harta kaum muslimin yang di peruntukkan bagi fakir miskin dan mustahik lainnya, sebagai tanda syukur atas nikmat Allah dan untuk mendekatkan diri kepadanya serta membesihkan diri dari hartanya. Sedangkan, pajak menurut para ahli keuangan ialah : kewajibab yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa dapat prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum disatu pihak dan untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M Ali, 2006, zakat dan infak: salah satusolusi mengatasi masalah sosial di indonesia, jakarta : kencana Mufraini, M Arief, 2006,akuntansi dan manajemen zakat,jakarta : kencana Gusfahmi, 2007, pajak menurut syariah, jakarta : PT Raja Grafindo Persada Qardawi, Yusuf, 1988, Hukum Zakat, Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa,