You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air,elektrolit, dan zat makanan yang terus menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan (1) pergerakan makanan melalui saluran pencernaan, (2) sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan, (3) absorpsi air berbagai elektrolit, dan hasil pencernaan, (4) sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang diabsorbsi, dan (5) pengaturan semua fungsi ini oleh sistem lokal, saraf, dan hormone. Setiap bagian dari saluran pencernaan disesuaikan terhadap fungsi spesifiknya : beberapa untuk pasase makanan yang sederhana, seperti esophagus; yang lain untuk penyimpanan makanan sementara, seperti lambung; dan yang lain untuk pencernaan dan absorpsi, seperti usus halus. Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yang diperlukan makanan pada masing-masing bagian saluran bersifat sangat penting. Selain itu, pencampuran yang tepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran dan propulsi (pendorongan) sangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal dan saraf otomatis akan mengontrol waktu dari tiap aspek proses ini sehingga pencampuran dan pendorongan akan terjadi secara optimal, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat. Di sepanjang traktus gastrointestinal, kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama : Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah saluran pencernaan,dari rongga mulut sampai ujung distal ileum. Kedua, kelenjar mucus, dari rongga mulut sampai ke anus, mengeluarkan mucus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran pencernaan. Kebanyakan sekresi pencernaan terbentuk hanya sebagai respons terhadap keberadaan makanan di dalam saluran pencernaan, dan jumlah yang disekresi pada setiap segmen traktus hampir sama dengan jumlah yang dibutuhkan untuk pencernaan yang sesuai. Selanjutnya, pada beberapa bagian traktus gastrointestinal, bahkan jenis enzim dan zat-zat lainnya dari sekresi bervariasi sesuai dengan tipe makanan yang ada. Bahan makanan utama yang diperlukan oleh tubuh yang hidup, (selain jumlah kecil zat seperti vitamin dan mineral) dapat digolongkan sebagai karbohidrat, lemak dan protein, bahan-bahan ini biasanya tidak dapat diserap dalam bentuk alami melalui mukosa saluran pencernaan dan, karena alasan ini bahan-bahan tersebut tidak berguna sebagai zat nutrisitanpa pencernaan awal. Dalam prosesnya yang berkangsung terus-menerus bukan tidak mungkin saluran pencernaan mengalami gangguan atau bahkan kelainan. Hal ini tentu saja akan mengganggu proses pencernaan. Pengobatan yang efektif untuk kebanyakan gangguan gastrointestinal bergantung pada pengetahuan dasar mengenai fisiologi gastrointestinal. Oleh karena hal-hal di atas maka dalam makalah ini akan membahas prinsip-prinsip umum fungsi gastrointestinal (Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasi darah), propulsi dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan, fungsi sekresi saluran pencernaan, pencernaan dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal serta fisiologi gangguan gastrointestinal. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui : 1. Prinsip-prinsip umum fungsi gastrointestinal(Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasidarah).

2. 3. 4. 5.

Propulsi dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan. Fungsi sekresi saluran pencernaan. Pencernaan dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal. Fisiologi gangguan gastrointestinal.

BAB II ISI 2.1 Prinsip-prinsip Umum Fungsi Gastrointestinal Motilitas, Pengaturan Saraf, danSirkulasi Darah 2.1.1 Aktivitas Listrik Pada Otot Polos Gastrointestinal Adapun aktifitas atau pergerakan otot polos tersebut dipengaruhi oleh aktifitas potensial listrik yang telah teratur sedemikian rupa, sehingga tanpa kita sadari system ini bekerja dengan sempurna. Aktifitas listrik tersebut meliputi : 1. Faktor yang menimbulkan Depolarisasi membrane (membuat lebih mudah dirangsang) : a. Peregangan otot. b. Perangsangan oleh asetilkolin. c. Perangsangan oleh saraf parasimpatis yang mensekresi asetilkolin. d. Perangsangan oleh hormone gastrointestinal spesifik. 2. Faktor yang menimbulkan Hiperpolarisasi membrane (membuat serat otot kurang mudah dirangsang) : 1. Pengaruh norepinefrin / epinefrin pada membrane otot. 2. Perangsangan saraf-saraf simpatis yang mensekresi norepinefrin. 2.1.2 Pengaturan Hormonal Terhadap Motilitas Gastrointestinal Traktus Gastrointestinal sebagaimana bagian lain dari tubuh manusia juga memiliki sistem pengaturan dengan peranan sekresi hormon. Hal ini terutama ditujukan pada pengaturan motilitas gastrointestinal itu sendiri. Hormon-hormon yang terlibat diantaranya : 1. Kolesitokinin : disekresikan oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum sebagai respon terhadap pemecahan produk lemak, asam lemak dan monogliserid dalam usus. Efeknya: kontraksi kandung empedu, menghambat motilitas lambung agar empedu mengemulsikan lemak dan memberi cukup waktu untuk pencernaan lemak di usus bagian atas. 2. Sekretin : disekresi oleh sel S dalam mukosa duodenum sebagai respon terhadap asam lambung. Efeknya: penghambatan (ringan) terhadap motilitas sebagian besar traktus gastrointestinal. 3. Peptida penghambat asam lambung : disekresikan oleh mukosa usus halus bagian atassebagai respon terhaadap asam lemak dan asam amino dan sedikit pada karbohidrat. Efeknya: sedikit menurunkan aktifitas motorik lambung, memperlambat pengosongan isi lambung. 2.1.3 Gerakan-gerakan Fungsional Pada Traktus Gastrointestinal Dalam proses memasukkan makanan, memproses hingga mengeluarkan zat-zat sisa pada saluran pencernaan dibantu oleh gerakan-gerakan yang secara fungsional mendukung proses tersebut. Secara umum gerakan tersebut terbagi menjadi : 1. Gerakan Propulsif (Peristaltik). Makanan bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk terjadinya pencernaan dan absorbsi. Rangsangan yang dapat menimbulkan gerakan peristaltik antara lain :

a. Peregangan usus, iritasi epitel pelapis usus, sinyal saraf ekstrinsik terutama parasimpatis. b. Reflek mienterikus / reflek peristaltik dan gerakan peristaltik ke arah anus(hukum dari usus). 2. Gerakan mencampur yang menjaga agar isi usus tetap tercampur setiap waktu. Pada beberapa tempat, gerakan peristaltik sendiri menimbulkan sebagian besar pencampuran. Pada tempat lain, kontraksi konstriktif yang lebih berperan dalam proses pencampuran, namun ada pula yang melibatkan kedua proses tersebut. 2.1.4 Aliran Darah Gastrointestinal Pembuluh darah system gastrointestinal disebut sirkulasi splanknik. Sirkulasi ini meliputi aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas dan hepar. Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, darah disaring di hepar dari berbagai macam bakteri dan bahan partikel lain (agen-agen berbahaya) dari traktus gastrointestinal. Selain itu, sebagian besar (sekitar tiga perempat dari total yang terserap) berupa zat nutrisi non lemak dan larut air diserap dan disimpan oleh sel-sel hati. Sedangkan zat nutrisi berdasar lemak tak larut air diabsorbsi ke saluran limfatik usus yang kemudian dialirkan ke dalam darah melalui duktus torasikus. Anatomi suplai darah gastrointestinal adalah : 1. Dinding usus halus dan usus besar disuplai oleh arteri mesenterika superior dan interior. 2. Lambung disuplai oleh arteri illiaka. 2.1.5 Pengontrolan Saraf Terhadap Aliran Darah Gastrointestinal Rangsangan saraf parasimpatis terhadap lambung dan kolon bagian bawah akan meningkatkan aliran darah setempat pada saat yang bersamaan dengan peningkatan sekresi kelenjar. Peningkatan aliran darah kemungkinan karena peningkatan aktifitas kelenjar. Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol sehingga dengan penurunan aliran darah yang besar pada hampir seluruh traktus gastrointestinal, berfungsi untuk menutup aliran darah gastrointestinal dan aliran darah splanknik lain agar dapat memenuhi kebutuhan oragan vital saat kerja fisik yang hebat, serta mempertahankan semua jaringan vital dari bahaya kematian seluler akibat kekurangan perfusi terutama otak dan jantung. Dapat berlangsung sekitar 1 jam. Setelah itu aliran sering kembali hampir normal melalui mekanisme autoregulasi escapedengan tujuan mengembalikan aliran darah yang membawa nutrisi ke kelenjar dan otot gastrointestinal. 2.1.6 Pengontrolan Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal Traktus gastrointestinal memiliki persarafan sendiri yang disebut system saraf enteric. System ini terletak di dinding usus dan mengatur pergerakan dan sekresi gastrointestinal. Sistem enteric terutama terdiri dari dua pleksus: 1. Satu pleksus bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular,disebut pleksus minterikus atau pleksus auerbach 2. Satu pleksus bagian bagian dalam disebut pleksus submukosa atau pleksus meissner,yang terletak didalam submukosa. Pleksus mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal, dan pleksus submukosa terutama mengatur sekresigastrointestinal dan aliran darah lokal. Selain system saraf diatas terdapat juga serat-serat saraf simpatis dan parasimpatis yang berhubungan dengan kedua pleksus mienteretikus dan submukosa, perangsangan oleh

system simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan dan menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskan neurotransmitter. Pengaturan anatomi system saraf enteric serta hubunganya dengan system saraf simpatis dan parasimpatis mendukung jenis reflek gastrointestinal salah satunya refleks gastrokolik, reflek enterogastrik, sekresi gastrointestinal, peristaltic, serta reflek berasal dari lambung, duodenum, refleks nyeri, dan refleks defekasi. system simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan dan menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskan neurotransmitter. Dalam usaha untuk lebih memahami berbagai fungsi sistem saraf enterik gastrointestinal, para peneliti dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan selusin atau lebih zat-zat neurontransmiter yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari berbagai tipe neuron enterik. Dua dari neurontransmiter yang telah kita kenal adalah (1) asetilkolin, dan (2) norepinefrin. Yang lain adalah (3) adenosin trifosfat, (4) serotonin, (5) dopamin, (6) kolisistokinin, (7) substansi P, (8) polipeptida intestinal vasoaktif, (9)somatostatin, (10) leu-enkefalin, (11) metenkefalin, dan (12) bombesin. Fungsi-fungsi khusus dari banyak neurontransmiter ini tidak terlalu dikenal untuk dibahas disini, selain pembahasan hal berikut : Asetilkolin paling sering merangsang aktivitas gastrointestinal. Norepinefrin, hampir selalu menghambat aktivitas gastrointestinal. Hal ini juga berlaku pada epinefrin, yang mencapai traktus gastrointestinal terutama lewat aliran darah setelah disekresikan oleh medula adrenal kedalam sirkulasi. Substansi transmiter lain yang disebutkan tadi adalah gabungan dari bahan-bahan eksitator dan inhibitor. Asetilkolin (Ach) merupakan neuro transmiter yangdikeluarkan oleh semua serat praganglion otonom, serat pascaganglion parasimpatis, dan neuron motorik. Epinefrin hormon primer yang dikeluarkan oleh medula adrenal. 2.1.7 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurotransmitter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap jalur saraf otonom yang berjalan dari SSP ke suatu organ terdiri dari SSP ke suatu organ terdiri dari suatu rantai yang terdiri dari dua neuron. Badan sel neuron yang pertama di rantai tersebut terletak di SSP. Aksonnya, serat preganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua, yang terdapat di dalam suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua, serat pasca ganglion, mempersarafi organ-organ efektor. Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi-sistem simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat preganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pasca ganglion didalam ganglion yangterdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat duodenum akan tetapi duodenum memberi sinyal yang kebih kuat, selalu mengontrol pengosongan kimus ke dalam duodenum pada kecepatan yang tidak melebihi kecepatan kimus dicerna dan diabsorbsi dalam usus halus. 2.3 Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan Di sepanjang traktus gastrointestinal , kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama. Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah rongga mulut sampai ujung distal ileum. Kedua, kelenjer mukus, dari rongga mulut sampai ke anus, mengeluarkan mukus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran pencernaan.

2.3.1 Mulut dan Esofagus Di dalam mulut, melalui proses pengunyahan, makanan bercampur dengan saliva dan didorong melalui proses menelan ke dalam esofagus . Gelombang peristaltik diesofagus menggerakkan makanan ke dalam lambung. 2.3.2 Lambung Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan humoral. Komponen saraf adalah refleks otonom lokal, yang melibatkan neuron-neuron kolinergik, dan impulsimpuls dari SSP melalui nervus vagus. Rangsang vagus meningkatkan sekresi gastrin melalui pelepasan gastrin - releasing peptide. Serat-serat vagus lain melepaskan asetilkolin, yang bekerja langsung pada sel-sel kelenjar di korpus dan fundus untuk meningkatkan sekresi asam dan pepsin. Rangsang nervus vagus di dada atau leher meningkatkan sekresi asam dan pepsin, tetapi vagotomi tidak menghilangkan respons sekresi terhadap rangsang lokal. Untuk memudahkan pengaturan fisiologik sekresilambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak ( sefalik ), lambung, dan usus. Pengaruh / fase sefalik adalah respons yang diperantarai oleh nervus vagus yang diinduksi oleh aktivitas di SSP. Pengaruh lambung terutama adalah respons-respons refleks lokal dan respons terhadap gastrin. Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal dan refleks pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus. Pengaruh Sefalik Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Serat-serat eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Peningkatan sekresi lambung yang diperantarai oleh vagus mudah dilatih. Pada manusia, sebagai contoh : melihat, mencium bau dan memikirkan makanan akan meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang hipotalamus anterior dan bagian- bagian korteks frontalis orbital di sekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung. Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yangdisekresikan sebagai respons terhadap makanan normal. Respons Emosi keadaan kejiwaan memiliki pengaruh terhadap sekresi dan motilitas lambung yang terutama diperantarai oleh nervus vagus. Rasa cemas dan depresi menurun kansekresi lambung dan aliran darah serta menghambat motilitas lambung. Pengaruh Lambung Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan sekresi lambung yang disebabkan oleh penglihatan atau bau makanan dan adanya makanan dimulut. Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespons terhadap peregangan dan rangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Serat-serat dari reseptor masuk ke dalam pleksus submukosa, tempat badan sel neuron reseptor berada. Serat-serat tersebut bersinaps pada neuron parasimpatis postganglion yang berakhir di sel-sel parietal dan merangsang sekresi asam. Neuron-neuron postganglion dalam lengkung refleks lokal aalah neuron yang sama dengan yang dipersarafi oleh neuron preganglion vagus desendens dari otak yang memperantarai fase sefalik sekresi. Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam. Pengaruh Usus Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam amino langsung ke dalam duodenum tidak meningkatkan kadar gastrin dalam darah. Lemak, karbohidrat, dan asam dalam duodenum menghambat sekresi asam lambung dan pepsin serta motilitas lambung melalui mekanisme saraf dan hormonal. Identitas enterogastron

yakni sebagai hormon usus berperan dalam inhibisi belum jelas diketahui. Sekresi asam lambung meningkat setelah sebagian besar usus halus diangkat. Hipersekresi, yang secara kasar setara dengan jumlah usus yang diangkat, sebagian mungkin disebabkan oleh hilangnya sumber hormon-hormon yang menghambat sekresi asam. 2.3.3 Usus Halus Sejauh ini cara terpenting untuk mengatur sekresi usus halus adalah dengan berbagai refleks saraf setempat terutama refleks yang dimulai oleh rangsangan taktil dan iritasi serta oleh peningkatan aktifitas saraf enterik yang berhubungan dengan gergerakangastrointestinal. Oleh karena itu dihampir semua tempat, sekresi pada usus halus terjadihanya sebagai respons terhadap keberadaan kimus dalam usus - semakin banyak jumlah kimus semakin banyak sekresinya. Beberapa hormon yang dapat merangsang sekresi didaerah manapun pada traktus gastrointestinal juga dapat meningkatkan sekresi usus halus khususnya sekretin dan kolesistokinin. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa zat-zat hormonal yang diekstraks dari mukosa usus halus oleh kimus mungkin membantu mengontrol sekresi. Pada umumnya mekanisme refleks enterik setempat hampir selalu ikut memegang peranan yang dominan. 2.3.4 Usus Besar Mukosa usus besar, seperti pada usus halus mempunyai banyak kriptus lieberkuhn, tetapi pada mukosa ini, berbeda dengan usus halus, tidak memiliki vili. Sel-sel epitelhampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya sel ini terutama mengandung sel-sel mukusyang hanya mensekresi mukus. Mukus dalam usus besar jelas melindungi dinding ususterhadap ekskoriasi, tetapi selain itu, juga menghasilkan media yang lengket untuk melekatkan bahan feses bersama- sama. Lebih lanjut mukus melindungi dinding usus darisejumlah besar aktifitas bakteri yang berlangsung di dalam feses, dan menambah sifat basa dari sekresi ( pH 8,0 yang disebabkan oleh sejumlah besar natrium bikarbonat)menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang terbentuk didalam tinjatidak menyerang dinding usus. Apabila suatu segmen usus besar menjadi sangat teriritasi, seperti yang terjadi bila infeksi bakteri berlangsung menyeluruh selama enteritis, mukosa mensekresikan sejumlah besar air dan elekrolit selain sekresi larutan mukus alkali yang kental dan normal. Sekresi ini berfungsi untuk mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan tinja yang cepat menuju anus. Hal ini biasanya menyebabkan terjadinya diare, disertai kehilangan sejumlah air dan elektrolit. Tetapi diare juga menyapu bersih faktor iritan,yang menimbulkan pemulihan penyakit lebih cepat daripada bila terjadi sebaliknya. 2.4 Pencernaan dan Absorbsi dalam Traktus Gastrointestinal2.4.1 Pencernaan Berbagai Makanan Melalui Hidrolisis Hidrolisis Karbohidrat Bila karbohidrat dicernakan, karbohidrat diubah menjadi monosakarida. Enzim khusus di dalam getah pencernaan pada traktus gastrointestinal mengembalikan ion hidrogen dan hidroksil air ke polisakarida dan dengan demikian memisahkan monosakarida satu sama lain. Hidrolisis Lemak Hampir semua gugus lemak di dalam diet terdiri atas trigliserida (lemak netral),yang merupakan gabungan dari tiga molekul asam lemak yang berkondensasi dengan satu molekul gliserol. Selama proses kondensasi, tiga molekul air dikeluarkan.

Hidrolisis Protein Protein dibentuk dari beberapa asam amino yang saling berikatan bersama-sama melalui ikatan peptida. Pada setiap ikatan, satu ion hidroksil dipindahkan dari satu asam amino, dan satu ion hidrogen dipindahkan dari asam amino berikutnya; jadi,asam amino berturutan dalam rantai protein juga saling berikatan melalui proses kondensasi dan pencernaan terjadi melalui efek pembalikan : hidrolisis. Yaitu,enzim proteolitik mengembalikan ion hidrogen dan ion hidroksil dari molekul air ke molekul protein untuk memecahnya menjadi unsur-unsur pokok asam amino. 2.4.2 Prinsip-Prinsip Dasar Absorpsi Gastrointestinal Dasar Anatomi Absorpsi Jumlah cairan total yang harus diabsorpsi setiap hari oleh usus sebanding dengancairan yang dicerna (kira-kira 1,5 liter) ditambah dengan cairan yang disekresikan oleh bermacammacam sekresi gastrointestinal (kira-kira 7 liter). Jadi, jumlah totalnya 8 sampai 9 liter. Semua kecuali kira-kira 1,5 liter dari cairan ini diabsorpsi di usus halus, dan menyisakan hanya 1,5 liter untuk melalui katup ileo sekal ke dalam kolon setiap harinya. Lambung merupakan daerah saluran pencernaan yang absorpsinya buruk karena tidak memiliki jenis vili yang khas dari membran pengabsorpsi, dan juga karena taut antar sel-sel epitel merupakan taut yang ketat. Hanya ada beberapa zat yang sangat larut dalam lemak, seperti alkohol dan beberapa obat seperti aspirin, dapat diabsorpsi dalam jumlah kecil. 2.4.3 Absorpsi dalam Usus Halus Absorpsi dari usus halus setiap hari terdiri atas beberapa ratus gram karbohidrat,100 gram atau lebih lemak, 50 sampai 100 gram asam amino, 50 sampai 100 gram ion, dan 7 sampai 8 liter air. Kapasitas absorpsi normal usus halus jauh lebih besar dari nilai ini : sebanyak beberapa kilogram karbohidrat per hari, 500 gram lemak per hari, 500 sampai700 gram asam amino per hari, dan 20 liter air atau lebih per hari. 2.4.4 Absorpsi dalam Usus Besar : Pembentukan Feses Kira-kira 1500 milimeter kimus secara normal melewati katup ileosekal ke dalamusus besar setiap harinya. Sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus ini diabsorpsidi dalam kolon, biasanya meninggalkan kurang dari 100 milimeter cairan untuk diekskresikan dalam feses. Juga,pada dasarnya semua ion diabsorpsi hanya meninggalkan 1 sampai 5 miliekuivalen dri masing-masing ion natrium dan klorida untuk hilang dalamfeses.Sebagian besarr absorpsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan proksimalkolon, sehingga bagian ini dinamakan kolon pengabsorpsi, sedangkan kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sampai waktu yang tepatuntuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut kolon penyimpanan. 2.5 Fisiologi Gangguan Gastrointestinal2.5.1 Gangguan Menelan dan Gangguan Esofagus Paralisis Mekanisme Menelan Kerusakan saraf otak V, IX atau X dapat menyebabkan paralisis bagian yang bermakna dari mekanisme menelan. Juga, beberapa penyakit seperti poliomyelitis atau ensefalitis, dapat menghalangi proses menelan yang normal dengan merusak pusat menelan pada batang otak. Akhirnya,

kelumpuhan otot-otot menelan seperti yang terjadi pada distrofi otot atau pada kegagalan transmisi neuromoskular pada miastenia gravisatau botulisme, juga dapat menghalangi proses menelan yang normal. Akalasia dan Megaesofagus Akalasia adalah keadaan sfingter esophagus inferior yang gagal berelaksasi selama menelan. Sebagai akibatnya, makanan yang ditelan ke dalam esophagus gagal untuk melewati esophagus masuk ke dalam lambung. Penelitian patologi telah menunjukkan kerusakan pada jaringan kerja saraf pleksus mienterikus pada dua pertiga bagian bawahesophagus. Hasilnya perototan esophagus bagian bawah tetap berkontraksi secara spastis,dan pleksus mienterikus kehilangan kemampuannya untuk mentransmisikan sinyal yangmenimbulkan relaksasi reseptif dari sfingter gastroesofageal ketika makanan mencapai sfingter ini selama menelan. 2.5.2 Gangguan-Gangguan Lambung Gastritis (Peradangan Mukosa Lambung) Peradangan dari gastritis dapat hanya superficial dan oleh karena itu tidak begitu berbahaya, atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, pada kasus-kasus yang berlangsung lama, menyebabkan atrofi mukosa lambung hampir lengkap.Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptic lambung sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa banyak gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis.Gangguan ini dapat diobati sempurna dengan suatu rangkaian pengobatan antibiotika yang intensif. Ulkus Peptikum Ulkus peptikum adalah suatu daerah ekskoriasi mukosa lambung atau usus yangterutama disebabkan oleh kerja pencernaan getah lambung atau sekresi usus halus bagianatas. Tempat yang paling sering terkena adalah pada jarak beberapa sentimeter dari pylorus. Sebagai tambahan, ulkus peptikum sering terjadi di sepanjang kurvatura minor ujung antral lambung atau yang lebih jarang pada ujung bawah esophagus tempat getah lambung sering masuk kembali. Jenis ulkus peptikum yang disebut ulkus marginalis juga sering terjadi jika suatu pembukaan melalui pembedahan seperti gastro-yeyunostomidibuat antara lambung dan yeyunum usus halus. Penyebab umum dari ulserasi peptikuma dalah ketidakseimbangan antara kecepatan sekresi getah lambung dan derajat perlindungan yang diberikan oleh (1) sawar mukosa gastroduodenal dan (2) netralisasiasam lambung oleh getah duodenum. 2.5.3 Gangguan Pada Usus Halus Pankreatitis Pankreatitis berarti peradangan pancreas, dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk pancreatitis akut maupun pancreatitis kronis. Penyebab yang paling umum dari pancreatitis adalah minum alcohol berlebihan dan penyebab kedua yang paling umumadalah sumbatan papilla Vateri oleh batu empedu; dua hal ini bersama-sama merupakan lebih dari 90% penyebab dari semua kasus. Jika batu empedu menghambat papilla Vateri, batu ini akan menghambat duktus sekretorius utama dari pancreas dan duktus biliariskomunis. Enzim pancreas kemudian terbendung di dalam duktus dan asinus pancreas.Akhirnya,

banyak tripsinogen yang tertumpuk sehingga menutupi tripsin inhibitor padasekresi, dan sejumlah kecil tripsinogen yang teraktivasi membentuk tripsin. Malabsorpsi Oleh Mukosa Usus Halus (Sprue) Sprue Nontropis Satu jenis sprue , disebut secara bervariasi dengan nama sprue idiopatik, penyakit seliak (pada anak-anak) atau enteropati gluten, terjadi akibat efek toksik dari gluten yang terdapat pada beberapa tipe padi-padian tertentu,terutama gandum dan gandum hitam. Hanya beberapa orang yang rentan terhadap efek ini, tetapi pada orang-orang yang rentan, gluten mempunyai efek destruktif langsung pada sel-sel enterosit usus. Tipe yang berbeda dari sprue, yang disebut sprue tropis, terjadi pada daerah tropis dan sering dapat diterapi dengan agen-agen antibakteri. Meskipun tidak ada bakteri spesifik yang ditemukan sebagai penyebab, dianggap bahwa sprue jenis ini sering disebabkan oleh peradangan mukosa usus akibat agen infeksi yang belum dapat diidentifikasi. Malabsorpsi Pada Sprue Pada tahap awal sprue, absorpsi usus terhadap lemak lebih terganggu daripada absorpsi produk pencernaan lainnya. Lemak yang tampak pada tinja hampir seluruhnya dalam bentuk garam asam lemak dan bukan bentuk lemak yang tak tercerna, menggambarkan bahwa masalahnya adalah absorpsi dan bukannya pencernaan. Sebenarnya kondisi tersebut seringkali disebut steatore. Yang berarti lemak berlebihan dalam tinja. Pada kasus sprue yang sangat berat, selain malabsorpsi lemak terdapat pula gangguan absorpsi protein,karbohidrat, kalsium, vitamin K, asam folat dan vitamin B12. 2.5.4 Gangguan Pada Usus Besar Konstipasi Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar, dan seringdisebabkan sejumlah besar tinja yang kering dank eras pada kolon descenden yang menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan. Kelainan patologi apapun pada ususyang menghambat pergerakan isi usus, seperti tumor, perlekatan yang menyempitkanusus, atau ulkus, dapat menyebabkan konstipasi. Penyebab fungsional konstipasi yangsering adalah kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, yang berkembang selamakehidupan akibat penghambatan refleks defekasi normal. Kadang seseorang menderita konstipasi yang begitu parah sehingga pergerakan usus hanya terjadi beberapa hari sekali atau kadang hanya sekali dalam seminggu. Tampaknya ini menyebabkan sejumlah besar feses menumpuk di kolon, kadangkadang menyebabkan distensi kolon dengan diameter 3 sampai 4 inchi. Keadaan ini disebut megakolon atau penyakit Hirschsprung. Penyebabnya adalah tidak adanya atau defisiensi sel-sel ganglion pada pleksusmienterikus dalam sebuah segmen kolon sigmoid. Diare Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar.Beberapa penyebab diare dengan sekuele fisiologis yang penting adalah sebagai berikut : 1. Enteritis Enteritis merupakan peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun oleh bakteri pada traktus intestinalis.2.

Diare psikogenik Tipe diare ini disebut diare emosional psikogenik yang disebabkan oleh stimulasi berlebihan dari sistem saraf parasimpatis.3. Kolitis Ulserativa /Kolitis ulserativa adalah penyakit peradangan dan ulserasi daerah yang luas dariusus besar. Motilitas dari kolon yang mengalami ulserasi sering begitu besar sehingga perpindahan massa terjadi seharian, dibandingkan dengan keadaan biasayaitu 10 sampai 30 menit. Sekresi kolon juga meningkat. Akibatnya, pasienmengalami gerakan usus bersifat diare yang berulang. 2.5.5 Gangguan Umum dari Traktus Gastrointestinal Muntah Muntah merupakan suatu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiridari isinya ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau iritasi yang berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah. Mual Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah medulla yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah, dan mual dapat disebabkan oleh (1) Impuls iritatif yang datang dari traktusgastrointestinal, (2) Impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan denganmotion sickness, atau (3) Impuls dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah. Muntah kadang terjadi tanpa didahului perangsangan prodromal mual, yangmenunjukkan bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari pusat muntah yang berhubungan dengan perangsangan mual. Obstruksi Gastroinestinal Traktus gastrointestinabrl dapat mengalami obstruksi pada hampir semua bagiansepanjang perjalanannya. Beberapa penyebab umum obstruksi adalah (1) kanker, (2) konstriksi fibrotic yang merupakan akibat dari ulserasi atau dari pelekatan peritoneum, (3) spasme dari suatu segmen usus, dan paralisis suatu segmen usus. 2.5.6 Gas dalam Traktus Gastrointestinal : Flatus yang disebut flatus dapat memasuki traktus gastrointestinal dari tiga sumber yang berbeda : (1) udara yang ditelan, (2) gas yang terbentuk di dalam perut sebagai hasilkerja bakteri, atau (3) gas yang berdifusi dari darah ke dalam traktus gastrointestinal.Kebanyakan gas dalam lambung adalah campuran nitrogen dan oksigen yang berasal dariudara yang ditelan. Pada orang secara umum, kebanyakan gas ini dikeluarkan lewatsendawa. Hanya sejumlah kecil gas yang umumnya muncul dalam usus halus, dan banyak dari gas ini merupakan udara yang berjalan dari lambung masuk ke dalam traktusintestinalis.

DAFTA R PUSTAKA Guyton dan Hall .2008 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta.Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6 EGC, Jakarta.Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat, J arta.Sudoyo, Aru W., dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.FKUI, Jakarta

You might also like