Professional Documents
Culture Documents
6/28/12
Pengertian
Tembok penahan adalah suatu bangunan yang dibangun untuk mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng, melindungi kemiringan tanah, dan melengkapi kemiringan dengan pondasi yang kokoh.
6/28/12
Jenis ini digunakan untuk mencegah keruntuhan tanah apabila tanah asli di belakang tembok cukup baik dan tekanan tanah dianggap kecil. Terbagi menjadi penembokan kering ( dry masonry ) dan penembokan basah ( water masonry ). Dibagi juga menjadi penembokan tak searah dan searah tergantung cara penterasan. Biaya pekerjaan rendah dan pelaksanaan mudah dilakukan sesuai sumbu jalan.
Bertujuan memperolaeh ketahanan berat terhadap tekanan tanah dengan berat sendiri. Bentuk sederhana dan pelaksanaan mudah sering digunakan apabila dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak yerlalu tinggi atau tanah pondasinya baik.
Jenis ini direncanakan supaya keseimbangan tetap terjaga dengan 6/28/12 keseimbangan berat sendriri, badan tembok dan tekanan tanah pada
Tembok Penahan Beton Bertulang dengan Balok Kantiliver Tersusun darisuatu tembok memanjang dan suatu pelaat lantai. Masing-masing berlaku senagai balok Kantilever dan kemantapan dari tembok didapatkan dengan berat sendiridan berat tanah di atas tumit pelat lantai.Relatif ekonomis dan mudah jadi bias dipakai dalam jangkauan luas. Tembok Penahan Beton Bertulang dengan Penahan ( Buttress ) Dibangun pada sisi tembok di bawah tanah tertekan untuk memeperkecil gaya irisan yang bekerja pada tembok memanjang dan pelat lantai. Hanya membutuhkan sedikit bahan. Digunakan untuk tembok penahan yang cukup tinggi dengan pelaksanaan yang cukup sulit. Tembok Penahan Beton Bertulang dengan Tembok Penyokong Tembok penyokong yang berhubungan dengan penahan ditempatkan pada sisi yang berlawanan dengan sisi dimana tekanan tanah bekerja. Berat tanah diatas bagian tumit pelat lantai tidak digunakan untuk menjadi kemantapan, maka diibutuhkan pelat lantai yang besar. Tembok Penahan Khusus 6/28/12 Jenis ini dibagi menjadi tembok penahan macam rak, type kotak,
6/28/12
Kemantapan terhadap guling Kemantapan terhadap longsor Kemantapan dalam daya dukung tanah pondasi Kemantapan keseluruhan sistem termasuk penanggulan/pengisian pada bagian belakang dan tanah pondasi 6/28/12
d)
1.Tembok penahan tembok batu (stone masonry) dan pasangan balok (balok 6/28/12
2.
Pada tembok penahan tanda type gravitasi, Gambar maka dalam penahan gravitasi perencanan harus tidak terjadi tegangan tarik 6/28/12
Tabel 6.1 Tinggi tegak lurus, perbandingan kemiringan tebing dan panjang balok (batu)
Tinggi tegak lurus (m) Kemiringan lereng Penaggulan Pemotongan tanah pasangan batu kering Pasangan batu dengan Panjang balok (batu) (cm) adukan (hanya badan yang diisi) Pasangan batu adukan (pengisian badan dan pengisian belakang) 25 x 5* = 30 (25 35) (35 45) (35 45 ) + 10* = 35 - 45 + 15* = 50 - 60 + 20* = 55 - 65 25 35 45 45 0 1,5 1 : 0,3 1 : 0,3 35 1,5 3,0 1 : 0,4 1 : 0,3 35 45 3,0 3,5 1 : 0,5 1 : 0,4 5,0 7,0 1 : 0,6 1 : 0,5 -
6/28/12
Tabel 6.2 Tinggi tegak lurus dan tebal bahan pengisi bagian belakang
0 1,5
1,5 3,0
3,0 5,0
5,0 7,0
20 - 40
20 - 40
20 - 40
20 40
30 - 60
45 - 75
60 - 100
80 120
6/28/12
Tinggi tembok penahan dan kondisi permukaan belakang (lihat gamabar 6.8)
Tekstur tanah :
Tanah berpasir dengan permeabilitas rendah/kecil termasuk juga lanau dan lempung (s = 1,9 t/m3) Tekanan tanah : berdasarkan rumus 6/28/12 terzaghi
b) Berat sendiri dan tekanan tanah : Apabila penampang dibagi dalam beberapa penampang seperti pada gambar 6.9 dan berat sendiri tiap penampang ditetapkan sebagai W1 W8 dan jarak mendatar dari titk A ke pusat gaya berat masing-masing penampang ditetapkan berturut-turut sebagai 11-18, maka hasilnya disusun seperti pada tabel 6.3. Untuk tekanan tanah, koefisien tekanan tanah dicari dari gambar tekanan tanah terzaghi (gambar 6.10). Karena tekstur dari permukaan tanah dipermukaan belakang adalah (2) seperti yang 6/28/12 telah diuraikan maka dengan membaca titik
6/28/12
c)
Analisa kemantapan (stability) : Momen terhadap titik A pada gambar 6.9 dan gaya pada tabel 6.4. oleh itu titk kerja resultante dihitung dari titk A adalah sebagai berikut :
karena
6/28/12
3,62
2,400
8,69
6/28/12 -
7,45
1,51
11,25
d = (Mr 1,08 m
Mo)/W=
(32,99 11,25)/20,01=
Akibatnya eksentrisitas dari tengah tengah alas titik kerja adalah sebagai berikut: karena harga dalam daerah sepertiga lebar pelata lantai dasar dihitung dari tengahnya maka kemantapan dapat terjamin.
d)
v
Perhitungan tegangan beton : Pengamatan irisan pada tumpuan Apabila irisan N N dibagi menjadi beberapa bagian, seperti terlihat pada gambar 6.11 dan momen tiap bagian terhadap titik B dihitung maka akan didapatkan tabel 6.5.
6/28/12
Titik kerja adalah setinggi 3,85/3 = 1,28 m dari irisan yang disebabkan gaya bekerja pada titik B dihitung maka akan didapatkan 6/28/12 seperti yang tercantum pada tabel 6.6.
v Pengamatan
pelat ujung
Apabila momen lentur dan gaya geser pada irisan A A dalam gambar 6.12 dicari, maka akan didapat tabel 6.7. karena SA sama dengan 4,45 t dan MA sama dengan 1.15 tm, maka tegangantegangan adalah sebagai berikut :
6/28/12
Tabel 6.5 momen terhadap berat sendiri terhadap titik B i 4 0,500 x 3,300 x x 2,35 5 0,300 x 3,300 x 2,35 6 1,100 x 3,300 x x 2,35 7 1,100 x 3,300 x x 1,9 8 1,100 x 0,550 x x 1,9
6/28/12
Tabel 6.6 Ikhtisar keselamatan gaya terhadap titik B Gaya Jarak Momen Gaya Jarak Momen vertika mendata tahan horisonta vertika guling l r l l Berat sendiri 12,56 1,90 13,29 4,29 -
5,33
1,283 6,84
6/28/12
3.
Kondisi
perencana
Tinggi tembok penahan dan kondisi permukaan belakang apabila suatu jalan raya sepanjang sisi suatu aliran akan dibangun kembali, pelaksanan pembangunannya seringkali harus tetap membiarkan berlalunya kendaraan bermotor karena jalan 6/28/12
Penaksiran penampang
Penampang dianggap seperti pada gambar 6.14 dan perhitungan selanjutnya dilakukan per meter lebar.
Apabila luas penampang badan dihitung dalam hal seperti pada gambar 6.15 maka akan didapatkan tabel 6.8. Berat sendiri badan adalah : wl = 6,0 m x 2,35 t/m3 = 14,.1 t/m sedangkan jarak dari titik C pusat adalah : x = 9,84 / 6,0 = 1,64 m apabila luas penampang bagian pondasi seperti pada gambar 6.16 dihitung maka akan didapatkan tabel 6.9
6/28/12
Tabel 6.8 Momen geometris dari luas terhadap titik C b.h 6.00 x 3,40 6,00x 1,80 x 6,00 x 3,00 x
A 20,40
50 9,00
A.x 34,680
3,240 21,600
9,840 b.h A x A.x Tabel 2,30Momen geometris dari luas terhadap titik D 6.9 x 1,00 2,30 1,150 2,645 0,53x 0,148 x (0,5 + 0,47) x 1,00 x
0,04 0,05
6,00
0,049 0,051
0,002 0,001
6/28/12
Gambar 6.16 Penampang pondasi untuk perencana W2 = 2,21 x 2,35 = 5,19 t/m
x = 2,64 / 2,21 = 1,95 m Selanjutnya, tekanan tanah didapat dengan persamaan berikut ini apabila rumus tekanan tanah Coulomb digunakan.
k = a
6/28/12
==
Digunakan harga harga dibawah ini karena 0 = -16,7 ; = 0 ; =2/3 dan = 23,3 cos2 0 = cos2 16,7 =0,917 cos2 ( 0 ) = cos2 51,7 = 0,384 cos (0 + )= cos 6,6 = 0,993 sin ( + )= sin 58,3 = 0,851
6/28/12
Menurut hasil diatas maka tekanan tanah yang bekerja pada tembok dan tinggi garis kerjanya adalah sebagai berikut. (lihat gambar 6.17) P1= c/2H (H + 2hs) ka = (2,0 x 6,0)/2 (6,0 + (2 x 0,5)) x 0,152 = 6,384 Karena sudut yang dibentuk P1 dengan bidang mendatar adalah + 0 = 6,6 Komponen gaya mendatar dan gaya vertikal adalah : PH1 = P1 cos = 6,34 t/m PV1 = P1 sin = 0,73 t/m Sedangkan tinggi garis kerja adalah : h1 = (h/3) x (H + 3hs)/(H + 2hs) = (6,0/3) x ((6+1,5)/(6+1,0)) Gaya tekan tanah yang bekerja pada pondasi dan tinggi garis kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 6.18) P2 = c/2 x ho (ho +2h1)ka= (2,0 x 1,0)/2(1,0 + (2x 6,5)) x 0,152 = 2,128 t/m PH2 = P2 cos =2,11 t/m PV2 = P2 cos = 0,24 t/m
6/28/12
Gaya Panjan Mome Gaya Panjan Momen vertika g kerja n horisont g kerja guling l tahan al
Berat sendiri 14,10 0,960 13,54 tembok Gaya vertikal 0,73 tekanan tanah
1,442
1,05
Gaya
6/28/12
6,34
2,142
13,58
Berat sendiri persatuan tembok, gaya luar yang bekerja dan posisi kerja diperlihatkan pada gambar 6.17 dan bila gaya penampang yang dihitung dari titik tengah E pada penampang a-a disusun dalam tabel 14.10. M = 14,59 13,58 = 1,01 tm e = M/N = 1,01 / 14,83 = 0,068 m Dianggap bahwa luas penampang dari irisan a-a adalah A1 dan modulus penampang adalah z, A1= b . h = 1,0 x 1,6 = 1,6 z = b . h2/6 = 0,43 Selanjutnya, tegangan dihitung seperti dibawah ini dan masingmasing tegangan serat ekstrim lebih kecil daripada harga yang diijinkan supaya kemantapan tetap terjaga.
6/28/12
Gaya Panjang Momen Gaya Panjang Momen vertika kerja (m) tahan horisonta kerja guling l (t) (t.m) l (t) (m)
Momen pada titik tengah dari irisan a-a Gaya yang bekerja pada titik tengah dari
1,01
1,483
0,40
5,93
6,34
1,00
6,34
6/28/12
Gaya penampang dihitung dari titik tengah O dari dasar pondasi seperti pada gambar 6.18, dan disusun pada tabel 6.11 M = 7,19 -7,86 = -0,67 t.m e = M/N = -0,67/20,26 = -0,033 m<B/6 = 0,367
Melihat hasil diatas maka resultante berada pada daerah seperti lebar dasar dihitung dari tengah tengah dasar, hal ini menjaga kemantapan terhadap guling. : kemudian dapat dihitung reaksi tanah sebagai berikut
6/28/12
Kemiringan muka tembok longitudinal dianggap paling sedikit 1 : 15 Lebar pelat sebagian besar bergerak antara 0,5 sampai 0,8 H Secara ekonomis lebih baik apabila pelat ujung diambil H/8 Dalam perhitungan harga B ; C1 ; dan C2 diambil lebih dari 30 cm
a)
Kondisi perencanaan
6/28/12 Gambar 6.20 bentuk tembok penahan tanah Gambar 6.19 beban yang bekerja pada pelat type balok kantilever
Tinggi balok penahan dan kondisi permukaan belakang dapat dilihat pada gambar 6.12 Tekstur tanah di belakang dan penggunaan rumus tekanan dianggap sama dengan contoh perencanaan untuk tembok penahan type gravitasi Tekanan yang diijinkan : Beton bertulang ( berat isi c = 2,5 t/m3) Kekuatan rencana : ck = 270kg/cm2 : ca = 70kg/cm2
: a = 8kg/cm2 : sa = 1600kg/cm2
Faktor keamanan dianggap sama seperti contoh perencanaan penahan type gravitasi 6/28/12
b)
Berat sendiri tekanan tanah Bila penampang dibagi menjadi empat segmen seperti diperlihatkan pada gambar 6.22 dan sebutlah berat sendiri tiap penampang adalah W1 W4, jarak mendatar dari titik A ke pusat gaya berat tiap penampang adalah I1 I4, maka akan didapatkan tabel 6.12. Karena dalam hal ini beban pembebanan yang bekerja adalah q = 1,0 maka dengan mengubah beban ini menjadi tebal tanah maka didapatkan,
hs Kh
adalah 0,6 t/m3 dan kv = 0. Dan PH1, PH2yang terlibat pada gambar 6.22 adalah sebagai berikut :
PH1 PH2
= KH . hs = 0,6 x 0,53 = 0,32 t/m = KH (hs + H) = 0,6 x (0.53 + 70) = 4,52 t/m
6/28/12
43,22
6/28/12
105,01
Tabel 6.13 Ikhtisar gaya irisan terhadap titik A Gaya Jarak Mome Gaya Jarak Momen vertika mendata n horisont vertika guling l r tahan al l Berat sendiri 43,22 105,01
2,90
6,38
Tekanan PH=(PH1+PH2)/2=(0,32+4,52)/7,0=16,94 t/m 2,48 42,01 tanah H/3 x (H+3hs)/(H+2hs)=7,0/316,94 he= x (8,59/8,06) = horisontal 2,48 m
45,42
6/28/12 111,39
16,94
42,01
c)
Analisa kemantapan
)
titik kerja resultante dihitung dari titik A adalah d = (Mr Mo)/W= (111,39 42,01)/45,42 =1,53 m besarnya eksentrisitas adalah sebagi berikut : e = B/2 d = 4,0/2 1,53 = 0,47 m ;B/6 = 0,67 m
)kontrol
6/28/12 terhadap gelincir
d)
penampang yang bekerja pada tembok longitudinal seperti terlihat pada gambar 6.23, gaya yang bekerja pada tembok longitudinal hanya gaya mendatar maka momen lentur Mx dan Sx pada jarak x dari puncak dapat dihitung dengan persamaan berikut :
6/28/12
x 2 4 6,2
Mx (tm)
Sx(t)
Gaya yang bekerja pada irisan B B pada gambar 14.22 adalah berat sendiri pelat ujung dan reaksi tanah. M2 = 15,36 x 0,5 + x 4,00 x 2/3 0,8 x 2,5 = 8,013 Ss =((19,36 + 15,36) x 1,0)/2 0,8 x 1,0 x 2,5 = 15,36 t
Gaya yang bekerja pada irisan c c pada gambar 6.23 adalah berat sendiri, berat tanah di atas pelat tumit, beban pembebanan dan tekanan tanah vertikal (dalam hal ini Pv = 0) dengan arah ke bawah dan reaksi tanah dengan arah ke atas. Q3 = ((12,16 + 3,35)x2,2)/2 = 17,06 t Titik kerja Q3 dihitung dari irisan penampang c c : IQ3 = (2,2/3) x (2 x 3,35 + 12,16)/(3,35 + 12,16) = 0,89 Dari hasil di atas maka momen lentur dan gaya pada irisan c c disusun pada tabel 14.15. Dari perhitungan di atas didapat bahwa M1 lebih besar dari M3 dan oleh karenanya tidak perlu mengambil M3 sama dengan M1.
6/28/12
e)
cara menyusun tulangan untuk tembok longitudinal. tabel efektif dx pada setiap titik tembok longitudinalyang terlihat pada :
Wi xi Berat sendiri pelat 4,40 1,10 tumit 25,92 1,10 Berat tanah 2,20 1,10 Beban 0,89 pembebanan 17,06 Reaksi tanah
15,46
20,50 (=M3)
Gambar 6.24 dapat dicari dengan persamaan berikut dengan menganggap bahwa lapisan penutup tulangan adalah 8 cm. dx = b4 + (b2 b4)X/h3 0,08= 0,4 + (0,8-0,4)X/6,22 0,08 Selanjutnya, dalam menghitung jumlah batang tulangan yang dibutuhkan pada setiap titk digunakan sa = 1600 kg/ dan akan didapatkan tabel 14.16, hasil ini kemudian diplot dalam bentuk grafik maka akan didapatkan grafik seperti terlihat pada 6.25, yang menunjukkan jumlah tulangan As pada ujung terbawah dimana harga x sama dengan 4,7 m.
f)
Pelat ujung (toe slab) dan pelat tumit (heel slab) Karena tidak timbul persoalan bila perencanaan penampang dibuat dengan anggapan sebagai papan kantilever dimana timbul gaya penampang M2 dan S2 pada pelat ujung, M3 dan S3 pada 6/28/12 pelat tumit, maka perhitungan untuk pelat pelat ini tidak
Tabel 6.16 volume yang dibutuhkan untuk tulangan x 2 4 6,2 d (cm) 45 58 72 Mx(kgcm) 144000 894000 2994000 sa/d (kg/cm) 63000 81200 100800 As(cm2) 2,28 11,00 29,70
Gambar 6.25 Luas batang tulangan yang dibutuhkan pada setiap titik 6/28/12