You are on page 1of 7

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Oleh: Kamia Handayani Konsep Pembangunan Berkelanjutan Komisi Dunia untuk

Lingkungan dan Pembangunan (WCED) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Hal ini bermakna bahwa pembangunan ekonomi seperti penyediaan pangan, perumahan, pakaian, transportasi, energi dan lain-lain dilaksanakan dengan mempertimbangkan keterbatasan daya dukung bumi sehingga eksploitasi sumber daya alam dilaksanakan secara efisien dan disertai dengan upaya pencegahan dan pengurangan pencemaran lingkungan. Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan dengan perlindungan lingkungan sehingga bumi masih menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi generasi yang akan datang. Kesadaran bahwa daya dukung bumi mempunyai keterbatasan sudah dimulai pada era 1970an. Isu ini pertama kali diserukan oleh Club of Rome melalui buku berjudul Limit to Growth yang diterbitkan pada tahun 1972. Buku ini menyampaikan hasil pemodelan komputer dengan mensimulasikan lima interaksi antara sub sistem ekonomi global yaitu kependudukan, produksi makanan, produksi industri, polusi, dan penggunaan sumber daya alam tidak terbarukan. Kesimpulan pertama dari buku ini adalah apabila pertumbuhan pembangunan berlanjut dengan pola yang sama disertai dengan peningkatan populasi secara eksponensial maka akan terjadi pembatasan pertumbuhan yang ditandai dengan penurunan secara drastis pada populasi dan kapasitas industri sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Model dasar pada Limit to Growth edisi 19721

http://www.energybulletin.net/node/40217

Kesimpulan kedua buku Limit to Growth adalah bahwa pola pertumbuhan tersebut dapat dirubah dan jika perubahan yang dilakukan sesuai, maka dunia akan mencapai titik kestabilan ekologi yang akan berkelanjutan pada masa-masa setelah itu (Turner, 2008). Konsep sustainable development sendiri pertama kali dikenalkan oleh WECD melalui Brundtland Report pada tahun 1987. Laporan ini meletakkan isu lingkungan dalam agenda politik yang bertujuan untuk menyatukan lingkungan dan pembangunan sebagai satu isu untuk dibahas bersama. Peristiwa yang mengenalkan konsep pembangunan berkelanjutan secara lebih luas lagi adalah KTT Bumi di Rio de Jeneiro pada tahun 1992. Para pemimpin dunia dari 178 negara yang mengikuti KTT tersebut menyadari bahwa kemiskinan dan konsumsi yang berlebihan oleh populasi yang makmur menyebabkan tekanan terhadap lingkungan. Mereka meyakini bahwa diperlukan perencanaan nasional dan kebijakan-kebijakan baru untuk memastikan bahwa setiap keputusan ekonomi mempertimbangkan aspek perlindungan lingkungan. Rio + 10 KTT Bumi di Rio de Jeneiro membangunkan kesadaran pemimpin dunia akan pentingnya perubahan perilaku dan pola pembangunan untuk mencegah terjadinya kerusakan bumi. Namun sepertinya skenario yang digambarkan oleh Club of Rome pada buku The Limit to Growth sudah terlihat kebenarannya. Setelah 10 tahun berlalu, PBB mempublikasikan Laporan Trend in Sustainable Development pada KTT Bumi di Johannesburg tahun 2002 yang menampilkan data-data yang menunjukan bahwa tekanan terhadap bumi sudah semakin meningkat, sebagai berikut: 1. Populasi Populasi dunia diperkirakan akan mencapai 8 milyar pada tahun 2025 dimana pertumbuhan populasi akan terjadi di negara-negara berkembang. Pertumbuhan populasi yang disertai dengan peningkatan standar hidup akan meningkatkan tekanan terhadap air, energi dan sumber daya alam lainnya.

Gambar 2 Proyeksi Pertumbuhan Populasi Dunia 2. Makanan dan Pertanian Konsumsi pangan per kapita penduduk dunia meningkat seiring dengan peningkatan taraf hidup. Hal ini berdampak pada semakin bertambahnya lahan yang dipergunakan untuk pertanian terutama di negara-negara berkembang. Namun, data menunjukan bahwa pendapatan negara-negara berkembang dari sektor pertanian mengalami defisit sebesar $ 2,5 trilyun. Hal ini disebabkan karena konsumsi pangan lebih tinggi daripada produksi pangan.

Gambar 3 Trend konsumsi pangan dunia

3. Air Bersih Ekosistem perairan seperti sungai, danau dan rawa memiliki peran penting antara lain untuk penyediaan air, pencegahan banjir, produksi ikan, dan perlindungan keanekaragaman hayati. Namun, fungsi sistem perairan sudah semakin menurun akibat pengambilan air yang berlebihan dan polusi. Konsumsi air global meningkat enam kali lipat dari konsumsi air 100 tahun yang lalu yang mana 70% dari konsumsi air tersebut digunakan untuk irigasi. Diperkirakan hampir setengah penduduk bumi akan mengalami kekurangan air pada tahun 2025.

Gambar 4 Trend konsumsi air dunia

4. Hutan Hutan memiliki peranan penting antara lain menyediakan produk hutan seperti kayu, konservasi air dan tanah, pencegahan banjir, mitigasi perubahan iklim dan perlindungan keanekaragaman hayati. Lebih dari 30% daerah aliran sungai telah kehilangan tutupan hutannya sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas air dan meningkatkan resiko terjadinya banjir. Perambahan hutan khususnya di negara-negara tropis semakin meningkat akibat perluasan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Gambar 5 Tingkat deforestasi hutan dunia 5. Energi Produksi dan konsumsi energi global semakin meningkat khususnya penggunaan bahan bakar fosil. Meskipun energi terbarukan juga mengalami peningkatan namun perannya masih sangat kecil jika dibandingkan bahan bakar fosil. Disisi lain, dua setengah milyar penduduk bumi masih menggunakan bahan bakar tradisional seperti kayu bakar dan sisasisa tanaman untuk memenuhi kebutuhan energi dasar mereka antara lain untuk memasak dan penerangan. Hal ini dapat membahayakan kesehatan akibat asap yang dihasilkannya pada proses pembakaran yang mengandung karbon monoksida, hidrokarbon dan polutan lainnya.

Gambar 6 Penyediaan energi global

6. Perubahan Iklim Emisi CO2 per kapita terus meningkat sejak tahun 1990 walaupun telah ada kesepakatan dunia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui kerangka kerjasama PBB untuk konvensi perubahan iklim (UNFCCC). CO2 merupakan gas rumah kaca yang diyakini menjadi penyebab pemanasan global sehingga menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang mulai dirasakan oleh penduduk bumi di berbagai belahan dunia. Peningakatan emisi CO2 terbesar terutama terjadi di negara-negara Asia sebagai konsekuensi pertumbuhan ekonomi yang pesat serta di Amerika Utara sebagaimana terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Trend emisi karbon global Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa harapan akan diterapkannya konsep pembangunan berkelanjutan belum terrealisasikan setelah 10 tahun KTT Bumi dilaksanakan. Penutup Tahun 2012 adalah tahun ke-20 sejak KTT Bumi di Rio de Jeneiro. Data PBB (2007) menunjukkan bahwa level produksi dan konsumsi dunia sudah 25% melebihi daya dukung bumi. Jika semua penduduk bumi mengkosumsi sebanyak yang dikonsumsi oleh penduduk negara maju, maka kita membutuhkan dua setengah bumi yang baru untuk mendukung kehidupan kita. Implementasi konsep pembangunan berkelanjutan bukan merupakan pilihan, namun merupakan keharusan jika kita ingin bersikap adil bahwa kemakmuran yang kita rasakan saat ini tidak mengorbankan hak generasi di masa yang akan datang atas sumber daya alam yang dimiliki bumi ini.

Referensi: 1. Graham Turner (2008), A Comparison of the Limits to Growth with Thirty Years of Reality, CSIROS Working Paper Series. 2. United Nations (2002), Global Challenge Global Opportunity: Trends in Sustainable Development, Johannesburg Summits 2002. 3. United Nations Commission on Sustainable Development (2007), Framing Sustainable Development: The Brundtland Report 20 years on. 4. United Nations Development Programme (2011), Sustainability and Equity: A Better Future for All, Human Development Report 2011. 5. Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Brundtland_Report, diakses pada tanggal 26 Desember 2011.

You might also like