Professional Documents
Culture Documents
com
Free Download & Free Copy
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy Join with Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
Pembaca yang budiman, dimohon memberikan komentar, saran dan kritik yang membangun Semoga dapat bermanfaat bagi kita semuaAminn
Dapat kan kemudahan dalam mencari askep, dengan bergabung menjadi member kamiJoin With Us
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
A. Definisi 1. Demam berdarah adalah suatu penyakit arbovirus (arthropool-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies aedes. (Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, 1985) 2. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Effendi, Christantie, Perawatan Pasien DHF, 1995). 3. Demam berdarah adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I).
B. Etiologi Penyakit demam berdarah disebabkan oleh sejenis virus dengue secotype 1, 2, 3, 4 yang ditularkan melalui nyamuk aedes. Virus dengue merupakan bagian dari famili Flavivindae. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap serotipe yang lain. Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang berhubungan dengan musim dingin isoterm 100C. Faktor penyulit pemusnahan vektor adalah bahwa telur-telur aegypti dapat bertahan dalam waktu lama terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan) kadang selama lebih dari satu tahun.
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
Ada 2 jenis nyamuk aedes aegypti yaitu : 1. Aedes aegypti a. Paling sering ditemukan b. Nyamuk tampak berlurik, berbintik-bintik putih c. Biasanya menggigit pada siang hari terutama pada pagi dan sore hari d. Jarak terbang 100 m 2. Aedes alhopietus a. Habitat ditempat air jernih b. Menggigit pada waktu siang hari c. Jarak terbang 50 m
C. Patofisiologi Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ektrakseluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual nyeri otot, pegal-pegal pada seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dan yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limfa (splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemakonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan ranjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematrokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi. Rumus =
AB x100% C B
Keterangan : A : Ht tertinggi selama dirawat B : Ht saat pulang C : Prosentase hematokrit Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan/ hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh alat tubuh seperti kulit, paru, saluran pencernaan dan jriangan odie. Hati umumnya membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atyau parasentral lobulas hati.
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
D. Klasifikasi DHF DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit secara klinis dibagi menjadi (WHO, 1986) : 1. Derajat I Demam disertai gejala klinis, tanpa perdarahan spontan. Uji Tourniquet (+), trombositopen hemokonsentrasi. 2. Derajat II Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit dan tempat lain. 3. Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini renjatan). 4. Derajat IV Renjatan berat (DSS) dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
Patologi DHF
Infeksi Dengue Kompleks antigen antibodi + komplemen Reaksi imunologik
Demam
Mual muntah
Hepatomegali
Dehidrasi
Kebocoran plasma
Hemakonsentrasi Hipoproteinemia Efusi serosa Hiponatremia Peningkatan reabsorpsi air dan Na+ oleh ginjal Penularan eksresi Na+ urine dan oeningkatan osmalalitas
Derajat II
Hipovolemia
Hipotensi
Syok
Derajat III
Hiopoksia jaringan
Derajat IV
D C Perdarahan masif
Asidosis metabolik
Kematian
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
E. Gambaran Klinis Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba) serta disertai menggigil, saat demam pasien komposmentis. Gejala klinis yang lain timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai saat penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa : 1. Perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematom), serta 2. Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasanya dijumpai pada penderita DHF adalah : a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan b. Keluhan pada saluran pencernaan; mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia), diare, konstipasi. c. Keluhan sistem tubuh lain; nyeri/ sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan patofobia. d. Pada penderita DHF juga dijumpai pembesaran hati, limfa dan akan kembali normal pada masa penyembuhan.
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
Replikasi virus
Agregasi trombosit
Aktivasi koagulasi
Aktivasi komplemen
Plasmin
Sistem KNIN Trombositopenia Koajulapati konsumtif Faktor pembekuan Perdarahan yang berlebihan KNIN FDP
Syok
F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan darah IgG dengue positif Hb meningkat > 20% Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat) Hasil pemeriksaan darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. Pada hari kedua dan ketiga terjadi leukopenia, netropenia, anesinofilia, peningkatan limfosit, monosit dan basofil.
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
SGOT/ SGPT mungkin meningkat Urine dan pH darah mungkin meningkat Waktu perdarahan memanjang Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik, PCO2 < 35-40 mmHg, HCO rendah, base excess negatif
G. Penatalaksanaan Pasien DHF Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut : 1. Tirah baring atau istirahat baring 2. Diet makan lunak 3. Minum banyak (2-2,5 litere/ 24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali) Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan mengandung Na+ 130 mEq/liter, K+ 4 mEq/liter, korektor basa 28 mEq/liter, Cl- 109 mEq/liter dan Ca++ 3 mEq/liter. 5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. 7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan dokter) juga pemberian kompres dingin. 8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter) 10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tandatanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang buruk. 11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter). Penderita yang mengalami renjatan (DSS) dan penurunan kesadaran biasanya dirawat di unit perawatan intensif. Pada penderita DSS, cairan diberikan dengan diguyur dan bila tak nampak perbaikan, penderita perlu mendapatkan plasma atau ekspandes plasma atau dextran antara 15-20 ml/kg BB. Di samping itu penderita mungkin perlu mendapatkan Na-bikarbonas untuk mengatasi asidosis metabolik. Pemberian cairan intravena baik berupa plasma maupun elektrolit (untuk menjaga keseimbangan volume intra vaskular) dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Transfusi darah diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan yang membahayakan seperti hematemesis, melena serta penderita yang menunjukkan penurunan kadar Hb, Ht pada pemeriksaan berkala (curiga adanya perdarahan intraabdominal). Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan
penurunan Hb yang mencolok. Tujuan pemberian transfusi antara lain untuk mempertahankan jumlah sirkulasi darah, mempertahankan kemampuan
pengangkutan oksigen oleh darah. Pada penatalaksanaan penderita dengan DHF diperlukan tindakan-tindakan perawatan invasif seperti pemasangan infus, pengambulan darah vena dan arteri,
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
kompres hangat, uji tuniket dan pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) atau sonde lambung jika perlu. a. Pemasangan infus Tujuan pemasangan infus adalah untuk pemberian cairan melalui intravena. b. Kompres hangat Tujuan melakukan kompres hangat adalah untuk mengatasi hipertermi (menurunkan suhu tubuh). Daerah pemberian kompres yang disarankan adalah pada kedua aksila dan kedua lipatan paha. Kompres hangat diberikan pada pasien dengan kenaikan suhu tubuh > 380C c. Pengambilan darah vena Tujuan pengambilan darah vena adalah untuk pemeriksaan kimia atau hematologi darah. d. Pengambilan darah arteri Tujuan pengambilan darah arteri adalah untuk pemeriksaan analisa gas darah dengan menambahkan heparin ke dalam darah yang akan diperiksa. e. Pemasangan NGT Pemasangan NGT pada pasien DHF ditujukan untuk mengeluarkan cairan lambung pada perdarahan saluran pencernaan atas. f. Uji Turniket Uji turniket dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan pada di bawah kulit. Hasilnya dikatakan positif jika tampak adanya petekie atau bintik-bintik merah di bawah kulit. Uji turniket bukan satu-satunya pemeriksaan untuk menentukan diagnosa DHF (penderita yang menunjukkan hasil positif belum tentu menderita DHF) akan tetapi penderita DHF biasanya menunjukkan hasil yang positif pada uji turniket.
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
Hasil uji turniket yang positif dapat digambarkan dengan skala 1+ sampai 4+ yaitu : 1+ Sedikit bintik- Banyak 2+ bintik- Banyak 3+ bintik- Penuh 4+ dengan
bintik merah pada bintik pada daerah bintik pada daerah bintik-bintik pada daerah anterior lengan lengan anterior lengan dan tangan seluruh lengan dan tangan