You are on page 1of 2

Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi konversi biomassa yang sebelumnya beroperasi secara parsial berdasarkan kesamaan

sifat beberapa teknologi tersebut yaitu teknologi yang membutuhkan panas untuk beroperasi sehingga teknologi terintergrasi multi purpose reactor (MPR) akan menekan losses energi dan membuat harga produk menjadi lebih murah.

Analisa produk yang dihasilkan adalah fermentasi alkohol dan Uji selulosa menggunakan metode Datta. Berdasarkan hasil percobaan menggunakan spesimen serbuk kayu manis, didapatkan hasil kandungan etanol terbaik sebesar 4,5% dengan kandungan selulosa 44,6% dari slurry serbuk kayu manis dengan perbandingan 1:15 pada laju alir 10 ml/s dengan mesh 80. Sedangkan pada proses destilasi menggunakan MPR, didapatkan kandungan minyak atsiri 1,056% dengan 3/4kg mesh 80 serbuk daun kayu manis. Berdasarkan data dari kementerian riset dan teknologi tahun 2011, Indonesia setiap hari mengimpor minyak sebesar 0,4 juta barel per hari yang berimplikasi pembengkakan anggaran subsidi BBM. Diperburuk lagi dengan akan adanya krisis energi di tahun 2030. Sehingga pemerintah mengambil kebijakan penghematan energi dan konservasi energi serta pemanfaatan bio-energy sebagai bahan bakar lain. Bio-energy dan bio-oil yang merupakan produk konversi biomassa dari beberapa teknologi konversi biomasa yang tersedia seperti Supercritical water gasification (SCWG), Supercritical water oxidation (SCWO), hydrothermal, destilasi, transesterifikasi.

Berdasarkan data dari Kementerian Riset dan Teknologi, produksi minyak nasional 0,9 juta barrel per hari, sementara konsumsi minyak nasional mencapai 1,3 juta barrel. Sehingga setiap hari Indonesia mengalami devisit sekitar 0,4 juta barrel yang harus ditutupi dengan mengimpor minyak dari Timur Tengah (Anonim1, 2011). Akibatnya, dana APBN yang di subsidi untuk BBM akan meningkat dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian bangsa Indonesia. Karenanya pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 10 tahun 2005 tentang pengehematan energi. Lebih lanjut, menurut ketua BPPT, Indonesia akan mengalami krisis energi pada tahun 2030 dengan cadangan minyak bumi akan habis selama 12 tahun mendatang. Sementara cadangan gas bumi masih mampu bertahan untuk memenuhi kebutuhan hingga 46 tahun kedepan (Anonim2, 2010). Hal ini akan berdampak pada kestabilan energi Nasional. Karenanya pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang (UU) Energi No.30/2007 dan juga diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.70/2009 tentang Konservasi Energi serta Instruksi Presiden No.1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (bio-fuel) sebagai bahan bakar lain. Bio-energi dan bio-oil ialah energi yang diproduksi limbah-limbah yang berasal dari perkebunan dan pertanian seperti bagas, jerami, cangkang sawit dan biomasa lainnya (Hambali dkk, 2007). Produk bio-energi dan bio-oil dapat berbentuk biodiesel, bioetanol, hydrogen, oksigen, syngas dan minyak atsiri. Ada beberapa teknologi konversi biomasa yang tersedia seperti Supercritical water gasification (SCWG), Supercritical water oxidation (SCWO), hydrothermal, destilasi, transesterifikasi dan lain-lain. Supercritical water gasification (SCWG) merupakan teknologi konversi biomassa menjadi hidrogen, gas sintesis atau syngas (campuran CO dan H2) dan metana pada temperatur 600 700 oC (Doki dkk, 2006) Selanjutnya Supercritical water oxidation (SCWO) ialah teknologi biomassa untuk menghasilkan O2 yang berproses pada suhu 450 650 C. Pada kondisi ini, air, oksigen (atau udara), CO2 dan sebagian besar senyawa organik, membentuk fase tunggal cairan (Franck dkk, 1987). Kemudian teknologi hidrothermal merupakan proses pretreatment pada proses konversi biomasa menjadi cellulosa yang kemudian dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan temperatur proses operasi berkisar antara 120 270 o C dengan produk utama adalah selulosa, hemicelulosa dan lignin (UNDESA, 2007). Proses distilasi bekerja pada temperatur 70 100 oC untuk mengekstrak minyak yang terkandung dalam biomasa dengan produknya berupa minyak atsiri. Bio-diesel diproses melalui proses transesterifikasi dimana bio-oil yang didapat dari biomassa dengan cara dipress, direaksikan dengan metanol dan sedikit katalis sehingga didapat metil ester atau bio-diesel. Proses transesterifikasi ini bekerja pada temperatur antara 40 70 oC (Ashok, 2009).

You might also like