You are on page 1of 5

ANTIBIOTIK PADA KEHAMILAN

disusun oleh: Mega Astyanti 01.207.5526

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG MEI 2012

ANTIBIOTIK PADA KEHAMILAN

Kehamilan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan dan untuk alasan inilah prinsip kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya. Terdapat dua pertimbangan pengobatan pada kehamilan, yaitu penyesuaian terhadap dosis serta efek obat terhadap janin. Terdapat beberapa efek buruk obat terhadap janin, yaitu: a. Efek Toksik Efek yang menyebabkan gangguan fisiologis atau biokimiawi janin, biasanya gejalanya muncul beberapa saat setelah kelahiran b. Efek Teratogenik Efek yang menyebabkan terjadinya malformasi anatomik pada pertumbuhan janin c. Efek Letal Efek yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan Pengaruh obat sesuai dengan fase pertumbuhan janin, yaitu: a. Fase Implantasi Fase dimana umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Efek obat pada fase ini umumnya mengakibatkan matinya embrio atau justru tidak berpengaruh sama sekali. b. Fase Embrional atau Organogenesis Fase dimana umur kehamilan 4-8 minggu dan terjadi diferensisasi pertumbuhan organ. Efek pada janin biasanya berupa malformasi anatomik. c. Fase Fetal Fase pada umur kehamilan trimester dua dan tiga dimana terjadi fase maturasi dan pertumbuhan lanjut. Efek buruk tidak berupa malformasi anatomik, tetapi gangguan fisiologi dan biokimiawi organ. Klasifikasi obat berdasarkan efeknya terhadap janin:

a. Kategori A Obat yang telah banyak digunakan pada wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya b. Kategori B Obat yang tidak mengakibatkan kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya namun penggunaannya masih sangat terbatas c. Kategori C Memberikan efek buruk tanpa disertai malformasi janin yang bersifat reversibel

d. Kategori D Obat yang terbukti meningkatkan malformasi pada janin yang bersifat ireversibel e. Kategori X Obat yang mempunyai resiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang bersifat ireversibel. Merupakan kontraindikasi mutlak. Obat yang diberikan secara sistemik pada ibu hamil memberikan pengaruh terhadap janin karena sebagian besar obat dapat melintasi plasenta menuju janin. Faktor yang mempengaruhi masuknya obat ke plasenta dan berefek pada janin adalah: a. Sifat fisiko-kimiawi obat seperti kelarutan dalam lemak, polaritas, dan ukuran partikel. b. Kecepatan obat melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin c. Lamanya pemaparan terhadap obat d. Distribusi obat ke jaringan yang berbeda pada janin e. Periode perkembangan janin saat obat diberikan f. Efek obat jika diberikan dalam bentuk kombinasi Pemakaian antibiotik pada kehamilan yang harus diperhatikan dan relatif aman adalah: a. Golongan Penisilin Obat yang relatif paling aman. Obat golongan ini mudah menembus plasenta dan mencapai kadar terapetik. Perlu penyesuaian dosis karena kadar dalam plasma turun akibat meningkatnya volume plasma dan cairan tubuh. b. Golongan Sefalosporin

Obat yang relatif aman. Kadar sefalosporin meningkat beberapa jam setelah pemberian tetapi tidak terakumulasi pada pemberian ulang. Antibiotik golongan ini diduga dapat menimbulkan anemia hemolitik, namun hal ini belum terbukti c. Eritromisin Kadar dalam janin sangat rendah, kira-kira 1-2% kadar dalam serum ibu. Pemakaian antibiotik ini relatif aman. Adapun antibiotika yang mempunyai efek atau potensi yang merugikan pada janin, antara lain: a. Tetrasiklin Penggunaan tetrasiklin pada trimester pertama dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang namun bersifat reversibel. Pada trimester kedua dan ketiga mengakibatkan perubahan warna gigi yang menetap dan hipoplasis enamel. Karena efeknya, sebaiknya penggunaan tetrasiklin dihindari b. Kloramfenikol Termasuk kategori C yang dapat menyebabkan pengaruh buruk tanpa adanya malformasi. Dapat menyebabkan grey baby sindrome. Pemberia pada kehamilan sedapat mungkin dihindari.

c. Sulfonamid Mampu melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin. Sulfonamid mampu menggeser bilirubin dari ikatan protein plasma sehingga dapat menyebabkan kern ikterus pada bayi baru lahir. Pemakaian antibiotik ini harus dihindari terutama pada masa akhir kehamilan. d. Aminoglikosid Aminoglikosid bersifat bakterisid yang tertuju pada basil gram yang aerobik. Termasuk golongan ini adalah streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin, tobramisin, dan sebagainya. Obat golongan ini mempunyai reaksi toksik berupa ototoksik dan nefrotoksik. Ototoksik ditunjukan dengan hilangnya pendengaran (kerusakan koklear) dan kerusakan vestibular. Nefrotoksik yang terjadi bisa diketahui dengan adanya peningkatan kadar kreatinin serum dan penurunan clearence creatinin. e. Metronidazol Obat ini digunakan dalam obstetri untuk trikomoniasis vagina dan endometritis postpartum. Dalam beberapa studi obat ini dapat mengakibatkan timbulnya adenomatosis paru, tumor mamae, dan karsinoma hepar sehingga dapat dikatakan karsinogenik.

f. Isoniazid Obat ini termasuk dalam obat tuberkulosis. Isoniazid merupakan obat dengan potensi hepatotoksik yang toksisitasnya dapat meningkat jika diberikan selama kehamilan. Untuk wanita hamil yang terinfeksi TBC tetapi tidak aktif, maka wanita ini tidak perlu profilaksis dengan Isoniazid sampai setelah melahirkan. g. Nitrofurantoin Nitrofurantoin adalah antiseptik saluran kemih derivat furan. Nitrofurantoin menyebabkan hemolisis, anemia dan hiperbilirubinemia pada bayi yang menderita defisiensi enzim G6PD yang dilahirkan dari ibu yang mendapat terapi obat ini.

You might also like