You are on page 1of 13

SEDIAAN TETES MATA

A. PENGERTIAN Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata (saccus conjungtival). Seringkali Tetes mata dimasukkan ke dalam mata yang terluka atau kecelakaan atau pembedahan hal ini secara potensial lebih berbahaya daripada injeksi intavena. Mata manusia adalah organ yang paling sensitif. Mata bereaksi dengan cepat. Sampai mendekati perubahan apapun dalam lingkungannya. Karena alasan ini larutan yang digunakan pada mata sebaiknya suspensi dan salep harus dibuat dengan perhatian yang sangat teliti. Syarat-syarat harus dipertimbangkan dalam perbuatan dan kontrol terhadap produk optalmik adalah : Sterilitas Pengawet Kejernihan Bahan aktif Buffer Viskositas pH Stabilitas Isotonisitas (tonisitas)

Sterilisasi sediaan diperlukan karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma karena kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Tetes mata dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat.

Sifat-sifat yang harus dimiliki tetes mata antara lain: 1. 2. 3. 4. steril ketika dihasilkan bebas dari partikel-partikel asing bebas dari efek mengiritasi mengandung pengawet yang cocok untuk mencegah pertumbuhan dari mikroorganisme yang dapat berbahaya yang dihasilkan selama penggunaan. 5. Jika dimungkinkan larutan berair seharusnya isotonis dengan sekresi lakrimal konsentrasi ion hidrogen sebaliknya cocok untuk obat khusus, dan idelanya tidak terlalu jauh dari netral 6. stabil secara kimia

Kebanyakan syarat-syarat ini saling berkaitan dan tidak dapat dipandang secara terpisah yang dipertimbangkan secara individual. Sterilisasi misalnya, dapat dihubungkan dengan pH, buffer, dan pengemasan. Sistem buffer harus dipertimbangkan dengan pemikiran tonisitas dan dengan pemikiran

kenyamanan produk. Kejernihan Larutan mata harus bebas dari partikel asing dan jernih, kejernihan ini dapat diperoleh dengan filtrasi. Sangat penting melakukan filtrasi dan pencucian peralatan filtrasi harus baik agar bahan-bahan partikulat tidak ikut masuk pada larutan tetes mata. Diperlukan desain peralatan alam proses filtrasi. Selain itu pengerjaannya harus dilakukan dilingkungan/ ruangan yang bersih. Penggunaan Laminar Air Flow diperlukan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Penjernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Penting diperhatikan, larutan jernih juga digunakan untuk membersihkan wadah (tempat penyimpanan) dan tutup, selain itu wadah harus bersih, steril dan tertutup rapat. Wadah dan tutup seharusnya tidak membawa partikel dalam larutan tetes mata selama kontak lama sepanjang penyimpanan. Biasanya dilakukan test sterilitas untuk memastikannya.

Stabilitas Stabilitas obat dalam larutan tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya pengaturan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin, aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8. pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Pada obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun. Untuk mengoptimalkan pH ada beberapa faktor yang mempengaruhi antaralain sensitivitas oksigen dan stabilitas adekuat

antioksidan yang diinginkan. Kemasan plastik berupa polietilen dengan densitas rendah Droptainer memberikan kenyamanan pasien, selain itu dapat meningkatkan deksimental untuk kestabilan melalui pelepasan oksigen menghasilkan dekomposisi oksidatif bahan-bahan obat. Buffer dan pH Idealnya, sediaan mata berada pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Contohnya suspensi kortikosteroid yang tidak larut biasanya paling stabil pada pH asam. Untuk mencapai pH optimum yang diinginkan umumnya berdasarkan kompromi oleh formulator. pH juga diseleksi optimum untuk mencapai kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama, situasi ini. Tonisitas Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9% larutan Na Cl. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang diusulkan.

Maka mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, hal ini tidak dibutuhkan ketika saat mempertimbangkan total stabilitas produk. Viskositas USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata. Additives/Tambahan Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata juga dibatasi. Surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi hal ini berhubungan dengan kejernihan larutan. Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan melihat karakteristik bahan-bahah misalnya incompatibilitas dan interaksi bahanbahan. Sebagai contoh surfaktan nonionik dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. Penggunaan Benzalkonium klorida biasanya berada dalam range 0,01-0,02% pembatasan konsentrasi ini

berdasarakan faktor toksisitas. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata Isotonis Untuk mendapatkan isotonisitas dalam larutan mata, sekresi lakrimal sekarang dipertimbangkan untuk memperoleh tekanan osmotik yang sama dengan cairan darah, dan kemudian menjadi isotonis dengan 0,9% larutan natrium klorida, perhitungan untuk penyiapan larutan mata isotonis telah disederhanakan. Farmasis selanjutnya selalu menuntut, sebagai bagian dari praktek profesionalnya, untuk menyiapkan larutan mata yang isotonis. Tonisitas adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh garam dalam larutan berair. Larutan mata adalah isotonik dengan cairan lain ketika magnetudo sifat koligatif larutan adalah sama. Larutan yang dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan larutan NaCl 0,9%. Perhitungan isotonisitas dalam suatu waktu mendapat penekanan yang lebih berat. Calon farmasis harus diajarkan persyaratan yang lebih mendetail dan peralatan untuk mencapai tonisitas, kadang-kadang kerusakan disebabkan oleh faktor lain seperti sterilitas dan stabilitas. Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar. Tonisitas pencuci mata lebih besar daripada tetes mata karena volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata, mata dicuci dengan larutan kemudian terjadi overwhelming, kemampuan

cairan mata untuk mengatur beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan mata, mata akan terasa nyeri dan mengalami iritasi. Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan lakrimal dengan penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat diinginkan konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi obat yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan natrium sulfasetamid adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode penurunan titik beku. Pewadahan Tipe wadah yang biasa digunakan untuk tetes mata adalah vertikal dilipat ambar atau gelas botol hijau layak dengan tutup bakelite yang membawa tube tetes dengan sebuah pentil dan kemampuan untuk ditutup sebagaimana untuk menahan mikroorganisme. Sifat-sifat yang penting yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut : 1. Wadah dilengkapi dengan uji untuk membatasi alkali gelas. Copper (1963) menunjukkan bahwa kadang-kadang botol dapat dibebasalkalikan tetapi tube tetes tidak. Ini dapat dicontohkan oleh tetes mata fisostigmin dalam larutan dalam botol tidak berwarna tetapi pada tube tetes berwarna merah muda. 2. Wadah melindungi isi bahan terhadap cahaya. Banyak bahan obat sensitif terhadap cahaya. 3. Wadah mempunyai segel yang memuaskan. Norton (1963) menunjukkan test warna. 4. Pentil karet atau pentil dari bahan-bahan lain adalah penyerap dan sebaiknya dijenuhkan dengan pengawet yang digunakan dalam larutan mata dimana mereka digunakan.

5. Wadah di desain untuk penetes yang siap digunakan dan melindungi terhadap kerusakan dan kontaminasi. 6. Wadah dilengkapi dengan pengaturan racun. Banyak obat mata adalah racun. 7. Wadah non gelas tidak bereaksi dengan obat-obat atau partikel lain yang menjadi isi larutan. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml, selain itu wadah yang kecil lebih disukai. Botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Larutan mata disiapkan secara terus-menerus dikemas dalam wadah tetes (droptainers) polietilen atau dalam botol tetes gelas. Untuk mempertahankan sterilitas larutan, wadah harus steril. Wadah polietilen disterilkan dengan etilen oksida, sementara penetes gelas dapat dengan dibungkus dan diotoklaf. Secara komersial disiapkan unit dosis tunggal dengan volume 0,3 ml atau kurang dikemas dalam tube polietilen steril dan disegel dengan pemanasan. Wadah gelas sediaan mata tradisional dilengkapi penetes gelas yang telah dilengkapi hampir sempurna dengan unit penetes polietilen densitas rendah yang disebut Droptainer. Hanya sejumlah kecil wadah gelas yang masih digunakan, biasanya karena keterbatasan sterilitas. Larutan intraokuler volume besar 250-500 ml telah dikemas dalam gelas, tetapi bahkan sediaan parenteral mulai dikemas dalam pabrik khusus wadah polietilen/polipropilen Wadah gelas Tipe I merupakan bahan yang bagus untuk penyiapan larutan mata secara continue. Wadah sebaiknya dicuci dengan air destilasi steril kemudian disterilisasi dengan otoklaf. Penetes normalnya disterilkan dan dikemas dalam blister pack yang menyenangkan. Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastik untuk larutan mata telah dimunculkan dalam pasaran,

masih dilakukan penyempurnaan untuk mendapatkan kemasan yang terbaik. Wadah plastik yang digunakan biasanya polietilen densitas rendah. Wadah plastik permeabel terhadap beberapa bahan termasuk cahaya dan air. Wadah plastik dapat mengandung variasi bahan-bahan ekstraneous seperti bahan pelepas jamur, antioksidan, reaksi quenchers dan reaksi serupa. Lem label, tinta dan warna juga dapat berpenetrasi polietilen dengan cepat, sebaliknya bahanbahan menguap dapat menyerap dari larutan ke dalam atau melalui wadah plastik.

B. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN TETES MATA 1. Keuntungan Tetes Mata Secara umum tetes mata lebih stabil daripada salep mata, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari pada larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air, hal ini tidak menganggu penglihatan ketika digunakan. Semua bahan-bahan adalah larut dalam cair, keseragaman tidak menjadi masalah, hanya sedikit pengaruh sifat fisika dengan tujuan ini. 2. Kerugian Tetes Mata Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi.

Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Karena boavailabilitas obat sangat lambat, hendaknya pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat.

C. FORMULASI Obat mata manandung Atropin Sulfat Formula dasar (Fornas hal 32): R/ Atropin Sulfat Natrii Chloridum Benzalkonii Chloridum Dinatrii Edetas Aqua pro Injectione 100 mg 70 mg 2 l 5 mg ad 10 ml Formulasi Modifikasi : R / Atropin sulfat NaCl Benzalkonium klorida Na EDTA Aqua pro Injeksi ad 0,5% q.s. 0,02% 0,05% 10ml

Pemerian bahan bahan yang digunakan : a. Benzalkonium Klorida Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningkuningan bisa sebagai gel yang tebal atau seperti gelatin, bersifat higroskopis dan berbau aromatis dan rasa sangat pahit. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter. OTT : aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.

Stabilitas : bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya, udara dan bahan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang temperatur yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama dalam suhu kamar.

Konsentrasi : dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,01%-0,02%, biasanya dikombinasi dengan 0,1%w/v disodium edetat.

Kegunaan : pengawet, antimikroba. Sterilisasi : autoklaf Ph : 5-8 untuk 10%w/v larutan Wadah : tertutup rapat dan terhindar dari cahaya.

b. Natrium Edetat Pemerian : Serbuk kristal putih tidak berbau dengan sedikit rasa asam Kelarutan : Larut dalam air (1:11), Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, larut dalam etanol (95%) pH : 4,3-4,7 dalam larutan 1% air bebas CO2 Kegunaan : Untuk mencegah kontaminasi dengan logam Stabilitas : Sangat higroskopis dan harus dilindungi dari kelembaban OTT : dengan pengoksidasi kuat, dan ion logam polifalen seperti tembaga, nikel, Na EDTA merupakan asam lemah dan bereaksi dengan logam membentuk hidrogen. Sterilisasi : autoklaf Penyimpanan : harus disimpan diwadah bebas alkali, tertutup rapat dan ditempat sejuk dan kering. Konsentrasi : 0,005-0,1% w/w sebagai chelating agent Kegunaan : sebagai chelating agent

c. Atropin sulfat midriatik Rumus molekul : (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O

Bobot molekul : 694,84 (anh = 676,82) Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; mengembang di udara kering; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin.

Dosis : untuk dilatasi (pelebaran) pupil pada pengobatan radang akut: 1-2 tetes 0,5%-1% (3x1). (DI 88 hal 1566)

Cara penggunaan : secara parenteral Volume isotonik : 1gr Atropin sulfat dalam 14,3 ml Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat E NaCl : 0,13 pH : 3,5-6 sterilisasi: autoklaf (martindale 28 hal 292) Stabilitas Waktu paruh atropin sulfat dalam larutan tetes mata adalah 1 jam pada pH 6,8.

D. PERHITUNGAN TONISITAS Dibuat 10 ml sediaan tetes mata R/ Atropin sulfat Benzal EDTA NaCl Aqua ad 0,5 % 0,02 % 0,05% q.s 10 ml

1. Penurunan titik beku Atropin = 0,039 benzal = 0,02 x 0,048 = 1,92.10 -3 0,5 EDTA = 0,05 x 0,07 = 7.10-3 0,5 NaCl = 0,52 - (0,039 + 1,92.10-3 + 7.10-3) 0,576 = (052 0,048)/ 0,576 = 0,820 / 100ml = 0,08210 ml Ekivalensi M = 0,5% 0,5 g/100 ml => dibuat 10 ml 0,05 g V = m (EV) = 0,05 ( 0,14 x 111,1) = 0,778 ml 0,05 g at.sulfat 0,5% dalam 0,778 ml air isotonis Vol 0,9 % Nacl dibutuhkan (10-0,778)ml = 9,222 ml NaCl yang dibutuhkan (0,9 g/100 ml) x 9,222 ml = 0,0839

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. Parrot, L.E., (1971), Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Burgess Publishing Co, USA. Jenkins, G.L., (1969), Scovilles:The Art of Compounding, Burgess Publishing Co, USA. Sprowl, J.B., (1970), Prescription Pharmacy, 2nd Edition, JB Lipicant Co, USA. Gennaro, A.R., (1998), Remingtons Pharmaceutical Science, 18th Edition, Marck Publishing Co, Easton

Lachman, L, et all, (1986), The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, Third Edition, Lea and Febiger, Philadelphia.

King,R.E., (1984), Dispensing of Medication, Ninth Edition, Marck Publishing Company, Philadelphia.

Turco, S.,dkk., (1970), Sterile Dosage Forms, Lea and Febiger, Philadelphia. Parfitt,K., (1994), Martindale The Complete Drug Reference, 32nd Edition, Pharmacy Press.

AMA Drug Evaluation, (1995), Drug Evaluation Annual, 1995, American Medical Association, American

http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/06/06/tetes-mata/ Anonim. 2006. Hand Book of Pharmaceutical Excipient. USA. Pharmaceutical assosiation.27; 178;
(FI IV hal 115-6)

You might also like