You are on page 1of 11

KISAH KISAH DI DALAM AL-QURAN

Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas pada matakuliah Ulumul Quran

Disusun Oleh: Rahmat Budi nuryadin NIM : 08350022 Jur/fak : AS/ Syariah

JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012
1

BAB I PENDAHULUAN Sudah dikethuai dan dipergunakan berabad-abad bahwa Al-Quran sebagai sumber utama bagi umat Islam dalam mengatur segala aspek kehidupan, petunjuk bagi sikap dan prilaku kehidupan dunia maupun persiapan menuju akhirat. Banyak orang kagum atau tertarik pada al-Quran, namun tanpa dapat menjelaskan mengapa mereka kagum dan tertarik. Tanpa dogma-dogma teologispun teks al-Quran telah menjadi bukti yang inheren atas kemaha indahannya. Beberapa keindahan yang menonjol dalam teks-teks al-Quran bagi orang awam sekalipun, adalah teks-teks tentang kisah (cerita). Kisah (cerita) di dalam al-Quran terdapat dalam 35 surat dan 1.600 ayat. Tak mengherankan jika kemudian Allah menyebut al-Quran sebagai kumpulan cerita terbaik, meski ia bukanlah buku cerita biasa.

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Quran ini kepadamu (QS. Yusuf: 3) Predikat kisah terbaik ini semakin kokoh karena kisah-kisah dalam Al-Quran telah diberi karakter sebagai kisah yang benar (al-qashash al-haq).Sayangnya jumlah yang hampir mendominasi seluruh isi al-Quran ini kurang mendapat perhatian para peneliti dibandingkan perhatian mereka terhadap ayat-ayat hukum, teologi, dan yang lainnya. Bagi anak-anak, duduk manis menyimak penjelasan dan nasihat merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, duduk berlama-lama menyimak cerita atau kisah adalah aktivitas yang mengasyikkan. Oleh karenanya memberikan pelajaran dan nasihat melalui cerita adalah cara mendidik yang cerdas dan bijak. Itulah sebabnya, dalam mengemban tugas dakwah, untuk membuka hati manusia Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk banyak-banyak bercerita. Dengan bahasa perintah yang cukup tegas Allah berfirman:

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayatayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisahkisah itu agar mereka berfikir.(QS. al-Araf : 176).

Dalam Alquran terdapat beberapa pokok-pokok kandungan. Diantara pokok-pokok kandungan Alquran adalah aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek, dan filsafat. Sebagian orang seperti Mahmud Syaltut, membagi pokok ajaran Alquran menjadi dua pokok ajaran, yaitu Akidah dan Syariah. Namun sesuai dengan tema makalah ini hanya akan dijelaskan secara lebih rinci terkait dengan bidang sejarah. Kandungan Alquran tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilahQashashul Quran (kisah-kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Alquran sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah). Oleh karena itu kisah/sejarah dalam Alquran memiliki makna tersendiri bila dibandingkan isi kandungan yang lain. Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk mengetahui isi sejarah yang ada dalam Alquran sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu. Secara garis besar makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian qashashul quran, macam-macamnya serta manfaat mempelajari qashashul quran. Selain itu dalam makalah ini akan dipaparkan pula beberapa pendapat kaum orientalis yang meragukan keaslian (keoriginalan) kisah-kisah umat terdahulu yang terdapat dalam Alquran beserta bantahanbantahan terhadapnya.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Qashashul Quran

Secara bahasa, kata qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar yang bermakna urusan, berita, kabar maupun keadaan. Dalam Alquran sendiri kata qashash bisa memiliki arti mencari jejak atau bekas dan berita-berita yang berurutan. Sedangkan secara terminologis, kisah di definisikan oleh Muhammad Khalafullah dalam al Fann al Qashashi fi al Quran adalah Suatu karya kesusasteraan mengenai peristiwa yang terjadi atas seorang pelaku yang sebenarnya tidak ada. Atau dari seorang pelaku yang benar-benar ada tapi peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam kisah itu tidak benar-benar terjadi, atau peristiwa itu benar-benar terjadi pada diri pelaku tapi kisah itu disusun atas dasar seni yang indah yang mendahulukan sebagian peristiwa dan membuang sebagian lagi , atau peristiwa yang benar-benar itu ditambahi dengan peristiwa yang tidak terjadi atau dilebihlebihkan sehingga penggambaran pelaku-pelaku sejarahnya keluar dari kebenaran sesungguhnya alias para pelaku fiktif Dari pengertian secara etimologis dan terminologis diatas dan setelah memperhatikan kisah yang diungkapkan al Quran maka pengertian kisah al Quran atau Qashash al Quran adalah pemberitaan al Quran tentang hal ikhwal umat yang telah lalu, kenabian yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Dan juga al Quran banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap ummat serta diceritakan dengan caranya sendiri yang menarik dan mempesona. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat kita katakana bahwa kisah-kisah yang terdapat dalam al Quran, semuanya adalah cerita yang benar-benar terjadi, tidak cerita fiksi,khayal,apalagi dongeng serta juga bukan karangan Nabi Muhammad seperti yang dituduhkan oleh kaum orientalis. Al Quran menjelaskan kebenaran kisah dalam surah al Imran 63, al Kahfi 13, al Qashas 3, dan menjelaskan peristiwa yang telah terjadi dengan benar yaitu peristiwa tenggelamnya Firaun dan pengikutnya di Laut Merah dan hanya jasad Firaun yang diselamatkan, hal ini terdapat pada surah al Baqarah 50 dan Yunus 90, 92. Dan masih banyak peristiwa terdahulu yang di informasikan al Quran dan hasilnya adalah benarbenar terjadi.

B. Macam-Macam Kisah

Apabila kita cermati kisah-kisah yang terdapat dalam al Quran maka dapat ditemukan macam-macam kisah yang menurut Manna Khalil al Khattan ada tiga yaitu: - Kisah para Nabi, kisah ini mengandung dakwah Nabi kepada kaumnya, Mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang yang memusuhinya, tahapan dan perkembangan dakwahnya serta akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad dan Nabi-Nabi serta Rasul lainnya. - Kisah yang berhubungan dengan peristiwa masa lampau tapi bukan para Nabi, Misalnya kisah al Kahfi, Talut dan Jalut, Qabil dan habil, Zulkarnaen, Karun, Ashabus Sabti, Maryam, Askhabul Ukhdud, ashabul Fil dan lain-lain. - Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah Muhammad, seperti perang badr, Uhud, Hunain, Tabuk, Ahzab, Hijrah Nabi, isra Nabi dan lain-lain.

C. unsur-unsur kisah dalam Alquran

1. Pelaku (al-Syaksy). Dalam Alquran para actor dari kisah tersebut tidak hanya manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hudhud. 2. Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita, sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya. Berkaitan peristiwa, sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu: peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadlaqadar Allah dalam suatu kisah. peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bukti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka tetap mendustakannya lalu turunlah adzab. peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan rasul maupun manusia biasa. 3. Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa dsb. Isi percakapan dalam Alquran
5

pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia, keesaan Allah, pendidikan dsb. Dalam hal ini Alquran menempuh model percakapan langsung. Jadi Alquran menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.

D. Tujuan dan Fungsi Qashasul Quran Apa sebenarnya tujuan dan fungsi kisah dalam Alquran? Kisah-kisah dalam Alquran merupakan salah satu cara yang dipakai Alquran untuk mewujudkan tujuan yang bersifat agama. Sebab Alquran itu juga sebagai kitab dakwah agama dan kisah menjadi salah satu medianya untuk menyampaikan dan memantapkan dakwah tersebut. Oleh karena tujuan-tujuan yang bersifat religius ini, maka keseluruhan kisah dalam Alquran tunduk pada tujuan agama baik tema-temanya, cara-cara pengungkapannya maupun penyebutan peristiwanya. Namun ketundukan secara mutlak terhadap tujuan agama bukan berarti ciri-ciri kesusasteraan pada kisah-kisah tersebut sudah menghilang sama sekali, terutama dalam penggambarannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan agama dan kesusasteraan dapat terkumpul pada pengungkapan Alquran. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan kisah Alquran adalah untuk tujuan agama, meskipun demikian tidak mengabaikan segi-segi sastranya Adapun tujuan dan fungsi dalam Alquran antara lain adalah: 1. Untuk menunjukkan bukti kerasulan Muhammad saw. Sebab beliau meskipun tidak pernah belajar tentang sejarah umat-umat terdahulu, tapi beliau dapat tahu tentang kisah tersebut. Semua itu tidak lain berasal dari wahyu Allah. 2. Untuk menjadikan uswatun hasanah suritauladan bagi kita semua, yaitu dengan mencontoh akhlak terpuji dari para Nabi dan orang-orang salih yang disebutkan dalam Alquran. 3. Untuk mengokohkan hati Nabi Muhammad saw dan umatnya dalam beragama Islam dan menguatkan kepercayaan orang-orang mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan. 4. Mengungkap kebohongan ahli kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni. 5. Untuk menarik perhatian para pendengar dan menggugah kesadaran diri mereka melalui penuturan kisah.
6

6. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah agama Allah, yaitu bahwa semua ajaran para Rasul intinya adalah tauhid. E. Kisah Para Nabi dalam Budaya Arab Jahiliyah a. Kisah Nabi Hud dan Kaum Ad Sebelum datangnya Islam, orang-orang Arab telah mempunyai pengetahuan tentang kerasulan (profetologi) walaupun proses kejadiannya dan periode

pembentukannya tidak diketahui,yang memuat kronologi nabi-nabi yang berbeda dari tradisi Perjanjian Lama. Kecuali Nabi Nuh, ia menempatkan Nabi Saleh dari suku Tsamud dan nabi Hud dari suku Ad lebih tua dari semua nabi di dalam tradisi Perjanjian Lama, dan bahkan kedua suku tersebut dinamakan al Arab al Ariba ( orang-orang Arab yang paling sedia kala) sehingga sangat wajar jika kedua nama nabi tersebut sering muncul dalam puisi Arab pra Islam. Kaum Ad adalah suku zaman lampau yang mana orangnya mempunyai struktur badan tinggi , besar dan kuat (Q.S al Araf 69), membangun gedung di tempat yang tinggi-tinggi, membuat benteng pertahanan dan apabila menyiksa sebagai orang yang kejam lagi bengis (Q.S. As Syuara 128-130). Nabi Hud diutus oleh Allah kepada kaum Ad, tapi mereka mengingkarinya dan bahkan mereka mengatakan bahwa agama tidak lain adalah kebiasaan orang terdahulu sehingga tak mungkin kaum Ad di adzab (Q.S. Asy Syuara 137-138) maka sangat wajar jika mereka dimusnahkan oleh angin badai selama tujuh malam dan menyapu bersih segala yang ada kecuali bangunan-bangunan.

b. Kisah Nabi Saleh dan Kaum Tsamud Tsamud adalah satu bangsa di Arabia Kuno, mereka disebut dalam prasasti Sargon, di Ptolemy, di Pliny dan tulisan klasik lainnya seperti dalam puisi Arab Pra Islam. Ia telah mengadakan hubungan dengan Arabia Timur Laut terutama dengan al Hijr (Madyan). Ia telah mengebor batu karang di dalam wadi/lembah (Q.S. al Fajr 9), mereka telah membangun istana di tanah yang datar, memahat gunung untuk dijadikan rumah (Q.S. al Araf 74). Nabi Saleh, salah seorang dari mereka di utus kepadanya, namun mereka mengingkari dan bahkan meminta bukti kejelasan bahwa Nabi Saleh sebagai utusan Tuhan, sebagai bukti kebenaran pesannya tiba-tiba muncul seekor unta betina beserta
7

anak unta namun malah dibunuh oleh kaum Tsamud (Q.S. Huud 64-65, al Araf 77) oleh karena itu Allah hancurkan kaum itu dengan gempa bumi yang dahsyat (Q.S. al Araf 78), dengan sambaran petir (Q.S. Fushilat 17, ad Dzariyat 44) dengan suara keras yang mengguntur (Q.S al Qamar 31) c. Kisah Nabi Sulaiman dan Kaum Saba Kaum Saba diinformasikan oleh al Quran sebagai kaum yang diberikan Allah dua kebun yang sangat subur (Q.S. Saba 15) dan diberikan negeri yang berdekatan agar dapat melakukan perjalanan siang dan malam, sekarang adalah negeri Syam dan Yaman (Q.S. Saba 18). Belum ditemukan oleh penulis bahwa nabi Sulaiman diutus oleh Allah kepada kaum Saba, tapi hanya ditemukan proses komunikasi antara nabi Sulaiman dengan Ratu Saba (yang dalam beberapa tafsir diidentifikasi sebagai ratu Balqis) melalui surat yang isinya agar meninggalkan menyembah matahari dan menuju berserah diri kepada Allah (Q.S. an Naml 27-44). Karena berpalingnya kaum Saba kepada anugerah Allah yang telah diberikan kepadanya maka di datangkan kepadanya banjir dan runtuhnya bendungan Maarib yang merusak kesuburan kebun mereka (Q.S. Saba 16).

d. Kisah Nabi Nuh Dalam al Quran, kaum Nuh sering dirujuk sebagai suatu kisah yang berkembang, kisah ini diulang-ulang yaitu kisah dimana Nuh diutus untuk kaumnya agar tidak menyembah selain Allah ( Q.S. Huud 25- 35), dan mereka yang berpaling kepada pesan dari nabi Nuh ditenggelamkan dalam banjir besar sedangkan mereka yang beriman diselamatkan dalam kapal (Q.S. Huud 40-48). Di negeri Arabia Pra Islam cerita tersebut telah diketahui meskipun dalam puisi Arab awalnya diragukan, dan cerita itu pula diperluas untuk mencakup rincian cerita Perjanjian Lama dan unsur-unsur tradisi Yahudi luar-al Kitab.

e. Kisah Nabi Ibrahim Ibrahim sebagai seorang yang hanif, seorang Nabi dan peletak dasar agama monoteis.Ia sangat anti pati terhadap penyembahan kepada berhala yang dilakukan masyarakat dan Bapaknya dan menyeru hanya menyembah kepada pencipta manusia

(Q.S.Maryam 41-50, al Anbiya52-56, as Syuara 69-81,as Saffat 83-92) sehingga ia menyerang berhala sesembahan itu (Q.S. as Saffat 93). Pesan dan ajakan Ibrahim tidak dihiraukan bahkan diejeknya maka hukuman Allah kepadanya adalah tidak dihancurkan seperti kisah nabi-nabi dahulu tetapi dijadikan orang yang menderita kekalahan paling buruk /merugi (Q.S.al Anbiya 70) atau dijadikan orang yang kurang berharga/hina (Q.S. as Sahaffat 98)

f. Kisah Nabi Luth Kisah nabi Luth ini terjadi di kota Sadom yang terletak di dekat pantai Laut Tengah (Q.S. al Hijr 76, al Furqan 40 dan as Shaffat 137 ), Nabi Luth berusaha mengingatkan kaumnya untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan tidak melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, mereka dan isteri Luth berpaling dan bahkan mengusirnya, namun Luth dan seluruh keluarganya enggan pergi Atas perbuatannya, kota dan masyarakatnya dilanda hujan dahsyat dan badai kerikil, dan hanya Luth sekeluarga kecuali isterinya yang selamat (Q.S.al qamar 33-34).

F. Pandangan Orientalis Terhadap Kisah Dalam Alquran

Ada beberapa orientalis yang berpendapat bahwa kisah-kisah masa lampau yang dikemukakan Alquran diketahui Nabi Muhammad saw dari seorang pendeta atau beliau jiplak dari kitab Perjanjian Lama. Pendapat ini jelas tidak benar dari banyak segi. Pertama, Nabi Muhammad saw tidak pernah belajar pada siapapun. Memang pada masa kanak-kanak beliau pernah ikut berdagang pamanya ke Syam dan bertemu dengan rahib yang bernama Buhaira yang meminta pamannya agar member perhatian serius pada nabi karena dia melihat tanda-tanda kenabian pada beliau. Namun pertemuan ini pun hanya terjadi beberapa saat. Di sini kita bertanya, kalau remaja kecil (Muhammad saw) belajar pada rahib itu, apakah logis dalam pertemuan singkat itu beliau memperoleh banyak informasi yang mendetail, bahkan sangat akurat? tentu saja tidak. Ada juga seorang orientalis yang bernama Montgomery Watt yang berkata bahwa Nabi Muhammad saw belajar pada Waraqah bin Naufal. Menurutnya, Khadijah merupakan anak paman Waraqah bin Naufal, sedangkan ia merupakan agamawan yang akhirnya menganut agama Kristen. Tidak dapat disangkal Khadijah berada di bawah pengaruhnya dan boleh jadi Muhammad telah menimba sesuatu dari semangat dan pendapat-pendapatnya. Kita

mengakui kalau Waraqah beragama Kristen, tapi bahwa Muhammad dating belajar kepadanya adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Hal ini karena menurut pelbagai riwayat kedatangan beliau menemui Waraqah adalah setelah beliau menerima wahyu dan bukan sebelumnya. Di sisi lain, Waraqah berpendapat bahwa yang datang pada Nabi Muhammad saw di gua Hira itu adalah malaikat yang pernah datang pada Nabi Musa dan Isa a.s., dan beliau menyatakan bahwa seandainya hidup saat Muhammad dimusuhi kaumnya, niscaya dia akan membelanya. Jika demikian logiskah jika Nabi Muhammad saw belajar kepadanya setelah Waraqah mengakui kenabiannya. Tidaklah tepat jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw mempelajari Kitab Perjanjian Lama karena disamping beliau tidak dapat membaca dan menulis, juga karena terdapat sekian banyak informasi yang dikemukakan Alquran yang tidak termaktub dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, missal kisah Ashab Al-Kahfi. Kalaupun ada yang sama, seperti beberapa kisah nabi-nabi, namun dalam rincian atau rumusan terdapat perbedaaan-perbedaan. Bahwa terjadi persamaan dalam garis besar bukan lalu merupakan bukti penjiplakan. Apakah jika seseorang pada puluhan tahun yang lalu melukis candi Borobudur, kemudian kini datang pula pelukis lain yang melukisnya dan ternyata lukisan itu sama atau mirip dengan yang sebelumnya apakah Anda berkata bahwa pelukis kedua menjiplak dari pelukis pertama. Nabi Muhammad saw sejak dini telah mengakui bahwa beliau adalah pelanjut dari risalah para nabi. Beliau mengibaratkan diri beliau dengan para nabi sebelumnya bagaikan seorang yang membangun rumah, maka dibangunnya dengan sangat baik dan indah, kecuali satu bata di pojok rumah itu. Orang-orang berkeliling di rumah tersebut dan mengaguminya sambil berkata, Seandainya diletakkan bata di pojok rumah ini, maka Akulah (pembawa) bata itu dan Akulah penutup para nabi. Demikian sabda Beliau yang diriwayatkan oleh Bukhari melalui Jabir bin Abdillah.

G. Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan diantaranya: 1. Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
10

2. Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam). 3. Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. 4. Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar. 5. Kisah dalam Alquran dibedakan tiga macam, yaitu: kisah dakwah para nabi, kejadian umat terdahulu dan kejadian di zaman Rasulullah Muhammad saw. 6. Unsur kisah Alquran juga ada tiga, yakni: adanya Pelaku, kejadian atau peristiwa dan percakapan. 7. Inti dari fungsi kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah menegakkan kalimat tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya sebagai pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam. 8. Beberapa kaum orientalis ada yang meragukan keaslian kisah-kisah dalam Alquran. Namun anggapan mereka terbantahkan dengan bukti-bukti yang telah dipaparkan di atas.

11

You might also like