Professional Documents
Culture Documents
dengan organisasi publik yang memerlukan kepemerintahan yang baik (good governance). Konsep kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu pokok dewasa ini dalam pengelolalaan administrasi publik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Ditinjau dari aspek fungsional, good governance menunjukkan apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menyelenggarakan pemerintahan, mengatur ketertiban umum dan keamanan serta mewujudkan kesejahteraan rakyat. Saat ini kinerja pelayanan BPN banyak mendapat sorotan dari masyarakat karena kinerja sebuah pelayanan tantangan terhadap ke depan masyarakat yang perlu dianggap kurang baik. Hal tersebut merupakan dihadapi serta berguna untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan BPN sendiri. BPN perlu menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan yang terjadi agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai secara optimal. Dengan kata lain BPN perlu menyesuaikan strategi dan mempersiapkan prasarana organisasi dengan baik. Salah satu prasarana utama yang perlu diperhatikan oleh BPN adalah budaya organisasi, karena dengan budaya organisasi yang baik kebijakan, strategi, dan rencana instansi dapat dijalankan dengan baik pula.
Disusun Oleh: Arli Buchari Bambang Irjanto Darsini Dwi Candra K. Hanny Ika Arsianti Dewi Iwan Setiawan Rahmadeny P. Saeful Zafar Sri Martini
I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Presiden No.10 Tahun (BPN) 2006, adalah Badan yang jawab Pertanahan di Nasional Non dan dan Lembaga berada kepada Pemerintah bawah Presiden
1. 1. Latar Belakang
Departemen bertanggung
dipimpin oleh Kepala. BPN melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral. Dalam Rencana Strategi 2004-2009, BPN melakukan penyempurnaan yang berorientasi politik dan kebijakan pertanahan dengan tujuan utama peningkatan kesejahteraan rakyat serta penciptaan struktur sosial dan tatanan politik nasional yang lebih kokoh di masa depan. Penyelenggaraan administrasi bidang yang pertanahan berkaitan dapat dipandang sebagai penyelenggaraan pemerintahan
1.2. Sejarah Badan Pertanahan Nasional Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 55 Tahun 1955 Presiden Republik Indonesia membentuk Kementerian Agraria yang sederajat dengan kementerian lain dan dipimpin oleh Menteri Agraria. Tugas Kementerian Agraria dimaksud antara lain : mempersiapkan pembentukkan perundangundangan agraria nasional, melaksanakan dan mengawasi perundang-undangan agraria, serta menyempurnakan kedudukan dan kepastian hak tanah bagi rakyat. Kemudian Kementerian Agraria
sumber daya air bagi rakyat Indonesia. Namun sesuatu hal yang ironis dengan tujuan yang begitu besar perkembangan organisasi Kementrian Agraria berkali-kali berubah mulai dari tingkat Departemen, Direktorat, Dirjen Agraria, Kementerian Negara Agraria/Badan Pertanahan Nasional dan saat ini kembali menjadi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia sehingga harapan dan tujuan utama untuk dibentuknya Kementrian Agraria pada masa lalu masih jauh dari harapan. 1.3. Masalah dan Tujuan 1.3.1. Masalah 1. Bagaimana penerapan budaya organisasi di BPN ? 2. Apa tipe budaya organisasi yang dominan di BPN ? 1.3.2. Tujuan
kewenangannya dipertegas dengan Keppres Nomor 190 Tahun 1957 Tanggal 12 Desember 1957 untuk menjalankan segala usaha menyempurnakan kedudukan dan kepastian hak atas tanah melalui pendaftaran tanah. Berdasarkan Keppres Nomor 190 Tahun 1957 tersebut Jawatan Pendaftaran Tanah dialihkan dari Departemen Kehakiman ke Kementerian Agraria sedangkan tugas dan wewenang Jawatan Agraria beralih dari Menteri Dalam 1958. Berdasarkan Agraria diperluas Undang-undang dengan kegiatan No. 5 Tahun 1960, lapangan pekerjaan Kementerian Land Reform dan Land Use. Dengan kewenangan yang ada diharapkan Kementrian Agraria dapat mewujudkan tertib hukum, administrasi, penggunaan tanah dan pemeliharaan tanah serta terciptanya suatu lingkungan hidup yang nyaman bersih dan terjamin keberadaan Negeri ke Kementerian Agraria berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
sekelompok
(Robbins,1994). Sedangkan budaya organisasi menurut Effendi (2005) adalah semua ciri yang menunjukkan kepribadian suatu organisasi :
keyakinan bersama, nilai-nilai dan perilakuperilaku yang dianut oleh semua anggota organisasi. Menurut Mulyono (2003) dalam bukunya Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi, yang dipelajari, diterapkan dan dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pandangan Davis (1984), budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilainilai organisasional yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan oleh organisasional sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar berperilaku dalam organisasi. Sedangkan Schein (1992) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu pola dari asumsiasumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud atau agar organisasi belajar masalahmengatasi menanggulangi
Kuadran I: Tipe budaya Adhokrasi, yaitu budaya organisasi yang sangat dinamis, dijiwai semangat kewiraswastaan dan semangat kreatifitas. Nilai yang diutamakan adalah inovasi dan keberanian mengambil resiko. Ikatan yang menyatukan organisasi eksperimen adalah dan komitmen inovasi dengan terhadap tujuan
pertumbuhan dan memperoleh sumberdaya baru. Sukses diukur dengan perolehan produk atau jasa baru yang inovatif. Kuadran II Tipe budaya market, yaitu suatu tipe budaya organisasi yang memfungsikan diri sebagai pasar dengan melakukan interaksi-interaksi yang ditujukan untuk mencapai keuntungan kompetitif. Dengan Konsep demikian terpenting budaya dalam tipe budaya organisasi ini adalah transaction cost. market adalah budaya yang berorientasi pada hasil (result oriented) dan nilai-nilai yang dianggap penting adalah dengan daya pola saing (competitiveness) market ini dan produktifitas. Tujuan jangka panjang organisasi budaya adalah dan melakukan tindakan-tindakan kompetitif
masalah yang timbul sebagai akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan cukup baik. Analisis budaya organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan model competing value framework (Kim S. Cameroon & Robert E. Quinn, 1999). Secara sederhana model competing value framework menghasilkan empat kuadran budaya organisasi sebagai berikut:
mencapai sasaran serta target-target yang terukur. Sukses diukur dengan market share atau penguasaan pasar. Kuadran III Tipe budaya hirarki, adalah budaya organisasi yang bersifat formal dan terstruktur, di mana segala sesuatu Nilai yang yang dilakukan dianggap adalah penting berdasarkan prosedur-prosedur yang sudah ditentukan. adalah efesiensi dan kelancaran jalannya
organisasi yang diikat dengan aturan-aturan kebijakan formal. Sukses diukur dari produk yang dapat diandalkan, kelancaran jadwal dan penghematan biaya. Kuadran IV Tipe budaya klan, yaitu suatu budaya yang sangat menekankan pada keakraban dan ikatan emosi untuk saling berbagi, sehingga organisasi lebih menjadi sebuah keluarga besar ketimbang entitas ekonom. Budaya klan ini memiliki nilai utama yaitu dan kerjasama konsensus. sebagai teamwork, Pemimpin partisipasi organisasi
3.1.1. Identitas Organisasi Budaya pedoman organisasi bagi merupakan seluruh suatu perilaku anggota
organisasi. Pedoman tersebut tertuang dalam: a. Landasan Hukum Undang-Undang tentang Nomor 5 tahun 1960 Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (UUPA) merupakan penjabaran dari Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Esensi dari Pasal 33 dan UUPA ini mengatur mengenai sumber daya agraria dalam arti luas, yaitu menyangkut bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan pengelolaan mandat alam yang yang baik rakyat terkandung untuk bisa rangka didalamnya. Sumber daya agraria ini perlu menyejahterakan sebagaimana
diposisikan
pembimbing atau mentor bahkan sebagai figur orang tua. Organisasi diikat oleh kekuatan loyalitas dan tradisi, sedangkan sukses diartikan sebagai kepekaan terhadap konsumen dan perhatian yang manusiawi. III. PEMBAHASAN 3.1. Penerapan Budaya Organisasi di BPN Budaya organisasi dalam BPN mengacu pada perwujudan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Oleh karena itu perlu dilakukan penekanan pada pembangunan aparatur negara melalui pelaksanaan reformasi birokrasi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu antara lain keterbukaan dan transparansi, akuntabilitas, efektif dan efisien, menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi, responsif, dan membuka partisipasi masyarakat. Penerapan budaya organisasi di BPN adalah sebagai berikut :
konstitusi.
Dalam
pengelolaan sumber daya tersebut, maka perlu adanya lembaga yang kuat yang mengatur agraria, pengelolaan sehingga peran sumber BPN di daya sebagai Indonesia
lembaga pemerintah yang melaksanakan pengelolaan pertanahan menjadi sangat urgent bidang pertanahan keberadaannya. secara nasional,
BPN mempunyai tugas pemerintahan di regional dan sektoral. b. Organisasi dan Tata Kerja Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 mengatur Nasional. kelembagaan pemerintah tentang Pepres BPN yang Badan ini diberi sebagai Pertanahan menguatkan lembaga dan tugas
Tahun
2008
tentang
Pakaian
Dinas
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPN. Tujuan dari kewajiban memakai pakaian dinas ini yaitu meningkatkan disiplin, wibawa, dan motivasi kerja pegawai serta membangun kepercayaan publik.
Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan. d. Lambang Organisasi Dalam Keputusan Kepala BPN No. 59 Tahun 2008 tentang Nasional Lambang RI ini, bukan Badan maka hanya Pertanahan mana
ditetapkan mengenai lambang BPN RI yang lambang tersebut sekedar gambar saja, tetapi mempunyai makna yang mendalam baik dari bentuk gambar maupun warna yang dijadikan dasar lambang BPN RI. Makna dari lambang BPN RI yaitu BPN RI merupakan lembaga yang melaksanakan UUPA yang merupakan turunan langsung dari Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang mana area berkarya adalah unsur-unsur yang ada di dalam bumi (tanah, air, dan udara) yang bertujuan samping untuk itu kemakmuran, harmoni RI BPN keadilan, sosial. Di senantiasa keberlanjutan, dan
mengikat bagi seluruh anggota organisasi. Faktor Kendala Identitas Organisasi Faktor kendala sehubungan dengan identitas organisasi adalah adanya perubahan warna seragam dan tidak menggunakan badge pada seragam baru tersebut. Penggunaan warna seragam baru yang ditetapkan telah banyak digunakan oleh organisasi lain,
mengembangkan diri dan organisasi serta strategi dan kebijakan pertanahan untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara. e. Pakaian Dinas BPN Pakaian Dinas merupakan bagian dari identitas pegawai negeri sipil. Di BPN, pengaturan mengenai seragam ini diatur dalam Keputusan Kepala BPN No. 76
sehingga dalam
terjadi seragam
identitas untuk
3. Sumpah, Kode Etik dan Peraturan Disiplin 4. Pendidikan dan Latihan 5. Penghargaan Faktor Pendukung BPN Komunikasi merupakan apabila dan dan struktur dalam koordinasi
organisasi. Oleh karena itu penggunaan badge menunjukkan identitas organisasi. 3.1.2. Komunikasi dan Koordinasi Komunikasi dan koordinasi di BPN yang menjadi budaya organisasi dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu manajemen puncak.
Koordinasi Organisasi mekanistik, pelaksanaaan organisasi fungsional dengan sifat organisasi sehingga komunikasi
a.
Bawahan. Salah-satu hal
terdapat ketidaksesuaian satu sama lain, maka pimpinan puncak mengambil kendali. Hal ini akan memudahkan dalam pengambilan keputusan, sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas organisasi. Faktor Kendala Komunikasi dan Koordinasi Kendala komunikasi dan koordinasi dalam penerapan budaya organisasi BPN adalah adanya tumpang tindih perencanaan pekerjaan, hal ini terjadi karena ego sektoral masingmasing bidang sehingga banyak pekerjaan yang sudah dilaksanakan dikerjakan oleh lagi suatu oleh
hubungan atasan dan bawahan adalah pengawasan melekat. Dasar pertimbangan dilakukan Inpres Inpres pengawasan 15 Tahun melekat 1983 adalah tentang tentang No.
Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, dan Nomor 1 Tahun 1989 Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
b.
Pembinaan
Pembinaan PNS di
Pegawai BPN
Negeri Sipil (PNS) lingkungan mengacu pada UU Nomor 8 Tahun 1978 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pada pasal 12 ayat (1) dari UU tersebut PNS menjamin menyebutkan diarahkan bahwa untuk pembinaan
bidang/direktorat
bidang/direktorat lain pada tahun yang tidak bersamaan. Hal ini mengakibatkan pemborosan anggaran dan kesulitan akses data. 3.1.3. Pelayanan Pertanahan a. SPOPP dalam Oleh karena budaya organisasi
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan PNS meliputi : 1. Formasi dan Pengadaan 2. Kepangkatan, Jabatan, Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
birokrasi akan menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh para anggota organisasi (Siagian, 1995), maka dalam
tercapainya khususnya
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada BPN Bahwa untuk membiayai pelayanan PP pertanahan, pemerintah menetapkan
No. 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada BPN. Tujuan dari peraturan tersebut adalah untuk menyederhanakan tarif pelayanan pertanahan sehingga bisa meningkatkan masyarakat penerimaan pelayanan serta PNBP guna kepada menunjang mengoptimalkan
Pertanahan dan
(SPOPP)
Keputusan Kepala BPN No.1 Tahun 2005 disempurnakan dengan Kepala BPN No. 6 Tahun 2008, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada BPN dalam pelayanan bidang pertanahan. Karena dengan SPOPP masyarakat diberikan kejelasan dan kemudahan dalam mengakses informasi, prosedur, dan jangka waktu pelayanan pertanahan. Dari pihak BPN sekarang telah menjalankan sistem pelayanan loket terpadu (1 pintu), penggunaan teknologi komputerisasi dengan pengembangan LOC (Land pemohon, pelayanan Berkaitan Office nomor yang dengan peningkatan Computerization), antrian fasilitas bagi ruang CCTV. pemberlakuan
pembangunan nasional.
c.
yang ada di BPN.
Faktor Pendukung Budaya Pelayanan Monopoli Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, BPN merupakan satu-satunya lembaga masalah Indonesia. 2. Budaya terhadap informasi Teknologi dan Informasi organisasi tujuan dan memiliki pengaruh teknologi Teknologi pemanfaatan komunikasi. yang diberi tugas mengurus di pengelolaan pertanahan
dilengkapi upaya
peningkatan
disiplin pegawai telah diberlakukan Absensi Sidik Jari dan kewajiban pemakaian ID Card sebagai kartu identitas pegawai, kewajiban apel pagi setiap hari sebagai sarana konsolidasi antara pimpinan dan staf dan juga peningkatan fungsi ID Card sebagai kartu akses antar ruang security card personal (SCP).
sebagai sebuah alat dapat dimanfaatkan dengan peran tertentu tergantung pada orientasi pengguna. Orientasi organisasi akan mempengaruhi arah pemanfaatan
b.
No. 13
Pemerintah mengenai
teknologi. Peran teknologi informasi akan lebih ditekankan sesuai dengan budaya
organisasi tersebut. Di BPN, teknologi akan berperan aturan, sebagai aktivitas alat yang mampu dan menyelesaikan masalah internal, prosedur, organisasi dikembangkan SDM yang ada. BPN dapat mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi manajemen sekat-sekat dan proses organisasi kerja yang berdasarkan kemampuan
mampu
bersaing
serta
memberikan
pelayanan yang prima dan bernilai. Hal ini berarti bahwa SDM tidak hanya mengejar produktifitas saja namun kinerja yang dihasilkannyapun Dengan SDM sesuai dengan tingkat berbasis kompetensi ini
mutu dan standar yang telah ditetapkan. diharapkan konsep tata pemerintahan yang baik dapat tercapai. Berkaitan dengan hal tersebut di atas budaya organisasi BPN dalam menerapkan SDM yang berkompetensi belum sepenuhnya diterapkan dengan baik. Hal ini bisa berdampak mematikan motivasi SDM yang 2. Data Pertanahan Data pertanahan merupakan salah satu kendala dalam mempercepat pelayanan pertanahan pada kantor pertanahan, karena sebagian besar masih terbiasa dengan budaya secara manual. Di era digitalisasi saat ini BPN dituntut untuk menyediakan data pertanahan secara digital. Namun SDM yang ada belum semuanya siap, sebagai dapat ada untuk mengembangkan kompetensinya.
birokrasi, serta membentuk jaringan sistem memungkinkan antar bidang kerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus disediakan seluruh oleh pihak BPN. Dengan demikian berkepentingan
setiap saat dapat memanfaatkan informasi dan layanan BPN secara optimal. 3. pertanahan yang Data Pertanahan dibutuhkan yang data nantinya input Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan pendukung sehingga menghasilkan output berkualitas dimanfaatkan lainnya. Faktor Kendala Budaya Pelayanan 1. Kompetensi SDM Sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi. Melalui kompetensi, organisasi dapat memperoleh SDM yang diperlukan sesuai kebutuhan yang berorientasi dengan visi dan misi organisasi tersebut, sehingga SDM sebagai kegiatan
jangankan pada tingkatan staf, di tingkatan pimpinanpun masih ada yang belum siap atau paham mengenai penggunaan Office Computeritation pun data digital. Sehingga tidak heran program Land berjalan lamban. Apalagi sekarang dengan program Larasita yang merupakan mobile office yang menggunakan teknologi informasi, yang
mana pelayanan dilakukan secara online dengan kantor pertanahan setempat. 3. Jenjang Karir Karir merupakan suatu kondisi dalam yang suatu menunjukkan adanya peningkatan status kepegawaian seseorang organisasi sesuai dengan jalur karir yang telah ditetapkan organisasi (Helmi, 2010). Pegawai Negeri Sipil/PNS memiliki golongan dan pangkat yang secara berkala dan berjenjang akan meningkat setiap 4 (empat) tahun sekali yang diatur dalam PP No. 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil. Hal tersebut terjadi secara otomatis, sehingga seseorang mempunyai kemampuan atau tidak, secara reguler setiap 4 tahun akan sekali naik. pangkat/golongannya
Suryono (2010) ada asumsi menarik yang dipertanyakan. Apakah budaya organisasi birokrasi mempengaruhi proses pelayanan publik, ataukah tradisi pelayanan publik akan mempengaruhi dan menciptakan budaya organisasi birokrasi ? Dipaparkan bahwa jika hal yang pertama muncul maka akan terjadi stagnasi dan kekuatan maka dinamis. Budaya organisasi (birokrasi) merupakan kesepakatan bersama tentang nilai bersama dalam kehidupan organisasi dan mengikat semua orang dalam organisasi yang bersangkutan (Siagian,1995). Apapun aparat normatif kegiatan pada yang dilakukan oleh aturan oleh pelayanan yang telah publik rambu-rambu ditentukan haruslah status quo dalam organisasi dan birokrasi; tetapi jika hal yang kedua muncul akan tercipta perubahan pengembangan organisasi birokrasi yang
Seharusnya jenjang karir dilandasi dengan kompetensi inti yang dirumuskan untuk jabatan struktural dan fungsional. Untuk jabatan struktural, kompetensi inti yang diperlukan sedangkan adalah untuk kepemimpinan jabatan dan manajerial serta mempunyai kode etik, fungsional kompetensi inti yang diperlukan adalah keahlian dan/atau keterampilan spesialistik dan mandiri serta mempuyai kode etik (Atmaja, 2008). 4. Budaya Masyarakat Berkaitan dengan budaya masyarakat yang menjadi dengan kendala budaya dalam hubungannya menurut organisasi,
berpedoman
organisasi publik sebagai perwujudan dari budaya organisasi publik. Kondisi BPN sebagai instansi pelaksana pelayanan publik di bidang pertanahan berkaitan dengan masih banyaknya keluhan masyarakat tentang mutu pelayanan pertanahan. Berkaitan dengan hal tersebut pimpinan BPN mengeluarkan Keputusan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2005 tentang SPOPP dan Peraturan Kepala BPN Nomor 6 Tahun 2008 tentang penyederhanaan dan percepatan SPOPP untuk jenis pelayanan pertanahan tertentu. Oleh karena itu bila
dikaitkan dengan teori di atas, apabila budaya diciptakan organisasi guna birokrasi kemudian proses mempengaruhi
tindakan action to
untuk
pelayanan publik agar lebih baik, maka yang terjadi adalah proses kekuatan birokrasi. status quo stagnasi dan organisasi dalam
berpendapat bahwa disiplin merupakan bentuk menegakkan peraturanperaturan perusahaan. Sedangkan Simamora (1999) mengatakan disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan
5.
Keterbatasan anggaran
karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan sebuah organisasi. Bagi pegawai BPN sebagai aparatur pemerintahan, disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan, tugas kesungguhan dan dalam menjalankan kesanggupan
Anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk BPN selama ini tidak seimbang dengan kebutuhan Sebagai riil BPN dalam untuk menjalankan pertanahan. kegiatan pengelolaan
gambaran,
tahun 2009, BPN hanya mendapatkan alokasi anggaran sebesar 3 triliun rupiah, sedangkan kebutuhan riil kegiatan pengelolaan pertanahan lebih dari 3 triliun rupiah, karena untuk kegiatan pemetaan saja membutuhkan dana 1,9 triliun per tahun. 3.1.4. Disiplin Pegawai BPN sebagai suatu organisasi dalam mencapai ditentukan Disiplin tujuan, oleh pegawai salah sangat satunya para penting sangat untuk disiplin pegawainya.
berkorban, mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan. Pasal 29 UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999 dinyatakan bahwa "Dengan tidak mengurangi menjamin ketentuan tata tertib dalam dan peraturan untuk kelancaran perundang-undangan pidana, maka
pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil". Dalam rangka meningkatkan budaya disiplin pegawai, BPN melaksanakan beberapa kebijakan a. yang berkaitan dengan disiplin pegawai, antara lain : Jam Kerja wujud dari BPN dalam Penentuan jam kerja bagi pegawai negeri
pertumbuhan organisasi dan bermanfaat untuk mendidik pegawai mematuhi dan mentaati peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Davis dan Newstrom (1985) menyatakan bahwa disiplin (discipline) adalah
merupakan
10
pegawai. BPN menetapkan jam kerja kantor mulai pukul 07.30 wib sampai dengan 16.00 wib untuk hari Senin sampai dengan Kamis, sementara untuk hari Jumat mulai pukul 07.30 wib sampai dengan pukul 16.30 wib. b. sebagai menegakkan kedisiplinan Apel Pagi abdi dalam masyarakat dan menjalankan wajib tugas Pegawai negeri sipil di lingkungan BPN meningkatkan
yang
ditujukan
kepada
Kepala
Kantor seluruh
Wilayah BPN Provinsi dan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Surat Edaran Indonesia, perihal disiplin kerja.
3.
Sekretaris
Utama No. 7-Settama-III-2008 tanggal 14 Maret 2008 yang ditujukan kepada para Pejabat Eselon II di lingkungan BPN, perihal disiplin kerja.
4.
No. Desember melakukan
Surat Edaran Kepala BPN X.262-3156.Settama 2005 pungutan liar tanggal (pungli) 26 di mengenai larangan
sehari-hari. Tidak terkecuali dengan hadir pada apel pagi yang merupakan indikasi kedisiplinan pegawai hadir sesuai jam kerja. c. Pegawai melakukan berlaku d. Larangan Pungli di lingkungan BPN dilarang di luar yang pungutan-pungutan memberikan
lingkungan BPN.
5.
Tahun 1994 tentang Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya. Faktor Kendala Disiplin Pegawai: Pada kenyataannya masih ada pegawai negeri sipil di lingkungan BPN yang tidak disiplin, seperti tidak ikut apel pagi, pulang sebelum waktunya dan masih ada yang melakukan pungutan di luar ketentuan.
pelayanan
kepada masyarakat dengan alasan apapun. Penghargaan Bagi pegawai BPN yang berprestasi dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab disiplin yang tinggi diberikan penghargaan. Faktor Pendukung Disiplin Pegawai: Untuk mendukung pelaksanaan jam kerja, apel pagi dan larangan pungli serta pemberian penghargaan, sebagai berikut: 1. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. telah diterbitkan peraturan
3.2. Tipe Budaya Organisasi di Badan Pertanahan Nasional Untuk mengetahui tipe budaya organisasi di lingkungan Badan Pertanahan Nasional, dilakukan dengan pendekatan analisis OCAI
(Organizational Culture Assement Instrument). Dari analisis tersebut didapatkan gambaran tentang tipe budaya organisasi yang berkembang di Badan Pertanahan Nasional
2.
11
saat ini maupun yang diharapkan sesuai hasil kuesioner yang dikumpulkan dari responden kelompok dan dapat dilihat hasilnya pada tabel.1 berikut ini
sampai 1,00 (kesenjangan positif) dan tidak ditemukan adanya kesenjangan negatif. Hal ini berarti bahwa responden mengharapkan semua tipe budaya organisasi (budaya klan, adhokrasi, market dan hirarki) perlu ditingkatkan atau dikuatkan dengan tingkat penguatan yang berbeda-beda. Untuk mengetahui bagaimana tingkat penguatan budaya terhadap budaya organisasi di BPN saat ini dan harapan maka dilakukan
Tabel 1.
Badan
penyederhanaan dan pengurutan poin dari tiaptiap tipe budaya organisasi tersebut, BPN dan sebagaimana tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Urutan Budaya Organisasi Sekarang, Harapan Penguatannya
No 1 BO Saat ini Budaya Market Budaya Adhokras i Budaya Hierarki Budaya Klan Poin 4,13 4,00 3,98 3,90 No 1 2 3 4 BO Harapan Budaya Adhokras i Budaya Market Budaya Hierarki Budaya Klan Poin 4,73 4,63 4,55 4,50 No 1 2 3 4
No A
Budaya Organisasi Identitas Organisasi 1. Budaya Klan 2. Budaya Adhokrasi 3. Budaya Market 4. Budaya Hierarki
Selisih
Penguatan Budaya Budaya Adhokrasi Budaya Klan Budaya Hierarki Budaya Market
Manajemen Puncak 1. Budaya Klan 2. Budaya Adhokrasi 3. Budaya Market 4. Budaya Hierarki Pelayanan Pertanahan 1. Budaya Klan 2. Budaya Adhokrasi 3. Budaya Market 4. Budaya Hierarki 4,7 4,4 4,8 4,2 3,9 3,9 4,4 3,6 0,8 0,5 0,4 0,6
2 3 4
bahwa tipe budaya organisasi yang dominan saat ini di BPN adalah tipe budaya market, sedangkan tipe budaya organisasi yang menjadi harapan di BPN adalah tipe budaya
Disiplin Pegawai 1. Budaya Klan 2. Budaya Adhokrasi 3. Budaya Market 4. Budaya Hierarki Rata-rata 4,2 4,9 4,2 4,5 4,6 3,5 3,9 3,2 3,8 4,0 0,7 1,0 1,0 0,7 0,6
adhokrasi. Adapun secara umum terlihat bahwa semua tipe budaya organisasi yang ada dianggap masih lemah sehingga masih perlu adanya penguatan ke empat tipe budaya organisasi tersebut dengan tingkat penguatan yang berbeda-beda. Kecenderungan umum menunjukkan bahwa responden menginginkan penguatan budaya organisasi untuk tipe budaya organisasi
Berdasarkan hasil analisis kesenjangan (selisih) antara tipe budaya organisasi yang diharapkan dengan budaya organisasi saat ini, terlihat bahwa kesenjangan tersebut antara 0,20
12
adhokrasi adalah yang paling besar, diikuti budaya klan, hirarki dan terakhir market. Apabila digambarkan dalam model diagram kuadran budaya organisasi diperoleh hasil sebagaimana bagan 1 berikut
untuk menyesuaikan diri berkaitan dengan perubahan atau dinamika yang terjadi, seperti perkembangan organik teknologi yaitu dan bentuk informasi terkini. 3. Kemampuan organisasi BPN menjadi lebih luwes dan terbuka dimana semua tugas dan peran tidak terlalu kaku yang memungkinkan para pegawai di lingkungan diri BPN mudah menyesuaikan dengan kebutuhan
Bagan 1 :
situasi. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Penerapan budaya organisasi di BPN telah dilakukan dalam 4 (empat) bentuk yaitu : a. Identitas organisasi b. Komunikasi dan koordinasi c. Pelayanan pertanahan d. Disiplin pegawai 2) Gambaran tipe budaya organisasi yang ada di BPN adalah : a. kondisi saat ini, adalah tipe budaya market b. kondisi harapan, adalah tipe budaya adhokrasi c. penguatan paling besar, adalah tipe budaya adhokrasi 4.2. BPN Saran Dalam rangka meningkatkan kinerja perlu adanya peningkatan budaya
Dari bagan 1 tersebut terlihat bahwa penguatan budaya adhokrasi fleksibilitas perhatian Hal ini mengindikasikan dan adanya diskresi cenderung BPN dapat (kelenturan) organisasi menunjukkan
(keleluasaan bertindak) yang tinggi dan fokus tersebut bahwa terhadap kondisi eksternal. digolongkan menjadi organisasi yang ideal dan efektif apabila memiliki : 1. Kemampuan berubah khusus dalam cara pandang terhadap masyarakat bukan sebagai abdi masyarakat namun lebih sebagai pelayan masyarakat. 2. Kemampuan beradaptasi dimaksudkan agar BPN menjadi instansi yang mampu
13
organisasi sehingga tujuan untuk mencapai kepemerintahan yang baik (good governance) dapat tercapai. Sehubungan dengan hal tersebut maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1) Budaya organisasi BPN yang masih bersifat budaya market yaitu masih tanah dan menjalankan dengan pada tugas sertipikasi kebutuhan
menghargai bertindak
warga demokratis,
negara serta
kewirausahaan,
berpikir
strategis
bahwa akuntabilitas atau kewajiban untuk mempertanggung-jawabkan atau sasaran kegagalan yang telah keberhasilan misi bukan pelaksanaan ditetapkan,
organisasi dalam mencapai tujuan dan sesuatu yang mudah sehingga diperlukan kesungguhan dalam melaksanakana tugas pelayanan mencapai publik agar tujuan untuk sebesar-besar kemakmuran
sebagai tugas utama, perlu dikembangkan disesuaikan paradigma perkembangan yang ada yaitu mengacu baru pembangunan nasional bahwa pemberdayaan masyarakat sebagai strategi dasar yang menempatkan masyarakat pembangunan fasilitator; 2) Dengan adanya paradigma baru pembangunan nasional, BPN hendaknya bersikap proaktif dan inovatif dalam upaya memberdayakan pemberian masyarakat dan melalui ke bimbingan fasilitasi sebagai dan pelaku utama sebagai
rakyat dapat terwujud. Daftar Pustaka Atmaja Purna. 2008. Pengertian Luas Tentang Karier. http://thehackys.blogspot.com/2008/06/kar ir-merupakan-suatu-kondisi-yang.html. Diakses tanggal 16 Februari 2010. Bab 14. Penciptaan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan Berwibawa [pdf], www.bappenas.go.id/get-fileserver/node/8414/. Diakses tanggal 13 Februari 2010. Cameron, Kims dan Quinn, Robert E. (1999), Corporate Culture, Organizational Change, Newyork : Addson Wesley. Davis, S. 1984. Managing Corporate Culture. MA : Belinger. Cambrige. Davis, Keith dan Newstrom, John W. 1985. Perilaku Dalam Organisasi (terjemahan). Erlangga. Jakarta. Effendi, Sofian. 2005. Membangun Budaya Birokrasi untuk Good Governance. http://sofian.staff.ugm.ac.id/artikel/MEMBA NGUN-BUDAYA-BIROKRASI.pdf, diakses tanggal 04-02-2010. Helmi, Syafrizal (2010), Karir. Bahan kuliah Sumber Daya Manusia.http://www.google.co.id/#hl=id&s ource=hp&q=karir.ppt&btnG=Telusuri+den
pemerintah
sumber-sumber perekonomian atau aksesakses permodalan yang dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat, sehingga budaya adhokrasi yang mengedepankan inovasi dapat tercapai, untuk pengembangan budaya organisasi. 3) Untuk meningkatkan budaya organisasi yang lebih baik, hendaknya BPN menerapkan paradigma pelayanan publik yang baru yaitu melayani warga masyarakat bukan menjadikannya sebagai pelanggan, mengutamakan kepentingan publik daripada kepentingan produktivitas, lebih
14
gan+Google&meta=&aq=f&oq=karir.ppt&f p=7e99b3a5df14a093 Mathis, Robert L dan Jackson, John H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia (terjemahan). Salemba Empat. Jakarta. Moeljono, Djokosantoso. 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Korparasi. http://books.google.com/books? id=sjc9VagB9LMC&printsec=frontcover&d q=budaya+korporat+dan+keunggulan+kor porasi&source=bl&ots=Dhk3_83S1J&sig= wkis2jZpKpi8fjO5tt0j02vZ_8U&hl=en&ei=e HZ7S9n1C4u0rAeq4amiBg&sa=X&oi=boo k_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAk Q6AEwAA#v=onepage&q=&f=false, diakses tanggal 04-02-2010. Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Design dan Aplikasi. Edisi 3. Arcan. Jakarta. Schein. 1992. Teori Budaya Organisasi. http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/04/teori-budayaorganisasi.html, diakses tanggal 04-022010. Siagian, Sondang P. (1995), Manajemen Strategik, Jakarta : Bumi Aksara. Simamora, Henry. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN. Yogyakarta. Suryono Agus. 2010. Budaya Birokrasi Pelayanan Publik. http://www.akademik.unsri.ac.id/download /journal/files/brapub/7Budaya%20Birokrasi %20Pelayanan%20Publik-Agus %20Suryono.pdf. Diakses tanggal 4 Februari 2010. Undang Undang Dasar 1945 Undang Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria Undang Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Kepegawaian Undang Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok Pokok Kepegawaian
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak pada BPN Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional RI Peraturan Kepala BPN No. 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan Peraturan Kepala BPN No. 6 Tahun 2008 tentang Standar Prosedur Operasi Pelayanan Pertanahan (SPOPP) Keputusan Kepala BPN No. 15 Tahun 1992 tentang Lagu Mars dan Hymne BPN Keputusan Kepala BPN No. 59 Tahun 2008 tentang Lambang Badan Pertanahan Nasional RI Keputusan Kepala BPN No. 76 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPN Keputusan Kepala BPN No. 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pelayanan Pertanahan (SPOPP)
15