You are on page 1of 6

Jenis Variable Berdasarkan pengaruh variabel terhadap variabel yang lain maka variabel dapat dibagi atas 5 kategori,

yaitu: 1. Variabel independent Adalah variabe yang tidak terpengaruh atau berdiri sendiri. Variabel ini justru mempenngaruhi variable lainnya. Tanpa adanya bariabel indpendent ini maka variabel lain tidak akan ada atau tidak muncul. Contohnya adalah tingkat bunga bank akan berpengaruh terhadap besarnya investasi masyarakat. Bunga adalah variabel independent. Contoh lain adalah pupuk yang mempengaruhi produksi padi. 2. Variabel dependent Variabel dependend adalah variable yang terpengaruh oleh variabel independent. Contohnya: seperti diatas maka investasi adalah variabel dependent, karena dipengaruhi oleh variabel independent, bunga bunga.Atau produksi padi yang terpengaruh oleh pupuk. 3. Variabel Kontrol Variabel kontrol variabel yang dengan sengaja dapat dikendalikan oleh peneliti. Tujuannya adalah agar variabel ini tidak mempengaruhi variabel independent atau dependent. Variabel kontrol inidapat dikendalikan dengan cara menghomogenkan semua variabel yang tidak menjadi objek penelitian. Misalnya dalam penelitian pengaruh pupuk (variabel indepenent) terhadap produksi padi (variabel dependent) maka variabel tanah dibuat tidak mempengaruhi produksi padi ataupun pupuk dengan cara menanam padi pada jenis tanah yang homogen. 4. Variable Antara (Interveening Variable) Varaibel kontrol yang diterangkan diatas apabila tidak dikendalikan akan dapat menjadi variabel pengganggu atau variabel antara (interveening). Misalnya bila padi ditanam pada tanah yang berbeda tingkat kesuburannya karena jenis tanah yang berbeda maka produksi padi akan berbeda pula sehingga mengaburkan pengaruh pupuk terhadap produksi padi. Bisa saja pupuk tidak berpengaruh terhadap padi kerena ditanam pada tanah yang subur sehingga tidak ada perbedaan produksi antara padi yang dipupuk dengan yagn tidak dipupuk. 5. Variable Pengganggu (Error) Variabel ini adalah bariabel yang sama sekali berada diluar kendali peneliti. Dalam ekometrik variable ini disebut eror term.

Hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL) , dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional. Langkah-langkah : 1.) Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukanya masing-masing. - Variabel dependen (efek ) : BBL - Variebel independen (risiko ) : anemia besi. - Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan kehamilan, dan sebagainya. 2.) Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek penelitian : Ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi daerah mana ereka akan diambil contohnya lingkup rumah sakit atau rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan sampel, apakah berdasarkan tekhnik random atau non-random. 3.) Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang sama). Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb ibu, menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain. 4.) Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan. Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL. CASE CONTROL Penelitian case control atau kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (pengamatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri penelitian ini adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayar terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dari populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol. Penelitian diawali dengan penentuan kelompok disease dan kelompok non disease . Selanjutnya di lacak kemungkinan adanya faktor resiko di masa lampau yang ada kaitannya dengan timbulnya disease yang dipelajari. Dalam melacak adanya faktor resiko tentunya ada kelemahannya yaitu bias karena individu diminta untuk mengingat tentang apa yang pernah dialaminya dalam terpapar faktor resiko di masa lampau. Bias tersebut dikenal dengan recall bias peluang bias lebih besar pada kelompok non disease dibandingkan kelompok disease. Kelebihan : - Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok control

- Adanya pembatasan atau pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional - Tidak menghadapi kendala etik, seperti pada penelitian eksperimen atau cohort - Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis) Kekurangan : - Pengukuran variabel yang retrospective, objektivitas, dan reabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingatkan kembali faktor-faktor resikonya - Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidakdapat dikendalikan - Kadang-kadang sulit memilih kontrol yang benar-benar sesui dengan kelompok kasusu karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan Contoh : Hubungan antara Penyakit Diabetes Mellitus (DM) pada remaja dengan perilaku pemberian makanan. Langkah-langkah : 1.) Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian a)Variabel dependen : Remaja yang menderita DM (juvenile diabetes mellitus) b)Variabel independen : Perilaku ibu dalam memberikan makanan. c)Variabel independent yang lain : Pendidikan ibu, pendapatan keluarga, informasi mengenai komposisi gula dalam makanan 2.) Menentukan subjek penelitian (populasi dan sample penelitian). Subjeknya adalah ibu dan anak remajanya. Subjek ini perlu dibatasi daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sample penelitian ini. 3.) Mengidentifikasi kasus, yaitu remaja yang menderita diabetes mellitus. Remaja yang menderita DM ditentukan dengan standar kadar gula dalam darah. 4.) Pemilihan subjek sebagai kontrol, remaja yang tidak menderita diabetes mellitus. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik subjek pada kasus (ciri-ciri masyarakat, sosial ekonomi dan sebagainya). 5.) Melakukan pengukuran secara retrospektif. Pengukuran terhadap kasus (remaja yang menderita DM) dan dari kontrol (remaja yang tidak menderita DM). Memberikan pertanyaan kepada remaja dan orang tuanya dengan metode recall. (jenis-jenis makanan, minuman dan komposisi gula di dalamnya dan lainlain). 6.) Melakukan pengolahan dan analisis data. Dilakukan dengan membandingkan proporsi remaja yang mengkonsumsi gula pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Diharapkan akan muncul atau tidaknya bukti hubungan antara penyakit DM dengan konsumsi gula pada remaja. COHORT

Studi kohort sering pula disebut sebagai study follow up atau studi prospektif sebab cohort (kelompok) diikuti dalam satu periode untuk diamati perkembangannya penyakit yang dialaminya. Dalam sebuah studi kohor peneliti menentukan sebuah kelompok dari individu yang terpapar dan sebuah kelompok dari individu yang tidak terpapar dan selanjutnya mengikuti/mengamati kedua kelompok utk dibandingkan insiden penyakitnya (atau kematian akibat penyakit). Ciri utama studi kohor, yaitu terdapat pemilihan subjek berdasar status paparan terpapar/tidak terpapar), kelompok-kelompok subjek yang dipilih memiliki karakter sama ( bebas penyakit), memiliki periode waktu pengamatan tertentu, pengamatan muncul tidaknya penyakit pada subjek, dimungkinkan untuk dilakukan penghitungan laju insidensi, peneliti tidak menglokasikan paparan dgn sengaja (bukan eksperimental). Jenis penelitian kohort : 1. Prospective cohort = concurrent cohort 2. Retrospective cohort (status papran ditetapkan dari info yang tercatan di masa lalu Historical cohort Non concurrent prospective cohort Studi concurrent = peneliti mengamati populasi dari awal studi dan evek yang menyertai subjek bersamaan dalam kurun waktu sampai pada suatu saat dimana penyakit muncul atau tidak muncul Kohort prospektif krn paparan yang diamati sedang akan berlangsung pada saat peneliti akan memulai penelitiannya dan selanjutnya diikuti prospek ke depannya terhadap penyakit. Keuntungan : - Kesesuaiannya dgn logika inferensi kausal yaitu penelitian dimulai dgn menentukan penyebab dan diikuti dengan akibat, pada saat penelitian dimulai seluruh subjek dalam kondisi tidak memiliki penyakit yang sedang diamati. - Memungkinkan peneliti untuk menghitung laju insidensi, yang memberi gambaran lebih lengkap mengenai potensi dan kecenderungan suatu papara. - Memungkinkan peneliti mempelajari berbagai efek secara bersama yang ditimbulkan oleh sebuah paparan. Contoh meskipun sebuah studi prospektif awalnya ditujukan untuk mengamati asosiasi antara kebiasaan merokok ( merokok dan tidak merokok) dengan kanker paru, hasil penelitin juga memperlihatkan bahwa kebiasaan merokok berkaitan pula dengan perkembangan penyakit seperti emphysema , peptic ulcer - Kemungkinan bias seleksi subjek dalam studi prospektif ini kecil, karena penyakit yang diamati belum muncul, berbeda dgn studi retrospektif ( case control atau retrospektif kohort) Kelemahan : - Memerlukan waktu penelitian yang panjang bahkan kadang sangat panjang - Biaya yang sangat besar - Keberadaan subjek dan peneliti sendiri (mungkin justru meninggal karena faktor lain atau tidak dapat meneruskan dgn alasan lain) Contoh : Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru (efek) dengan merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.

Langkah-langkah : 1.) Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel independen) serta variabelvariabel pengendali (variabel kontrol). - Variabel dependen : Ca. Paru - Variabel independen : Merokok - Variabel pengendali : Umur, pekerjaan dan sebagainya. 2.) Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengnan umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok maupun yang tidak merokok. 3.) Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok merokok. 4.) Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan atau kejadian Ca paru. 5.) Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan membandingkan proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca paru, diantaranya kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.

Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru (efek) dengan merokok(resiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif. Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).

Variabel dependen : Ca. Paru Variabel independen : merokok Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.

Tahap kedua :

Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengnan umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok

maupun yang tidak merokok. Tahap ketiga :

Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok merokok.

Tahap keempat :

Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan atau kejadian Ca paru.

Tahap kelima :

Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan membandingkan proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca paru, diantaranya kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.

You might also like