You are on page 1of 8

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA XXXX TENTANG RETRIBUSI PARKIR SERTA TERMINAL

NARASI PENGANTAR
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Setiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Penyelenggaran Pemerintahan Daerah selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 158 undang-undang ini ditentukan bahwa Retribusi Daerah pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Dengan demikian, pemungutan Retribusi Daerah harus didasarkan pada undang-undang. Selama ini pungutan daerah yang berupa Retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Undang-Undang ini diatur tentang Golongan Retribusi yaitu: (1) Retribusi Jasa Umum, (2) Retribusi Jasa Usaha, dan (3) Retribusi Perizinan Tertentu. Retribusi Jasa Umum terdiri dari: (a) Retribusi Pelayanan Kesehatan; (b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; (c) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; (d) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; (e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; (f) Retribusi Pelayanan Pasar; (g) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; (h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; (i) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; (j) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; (k) Retribusi Pengolahan Limbah Cair; (l) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; (m) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan (n) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Retribusi Jasa Usaha terdiri dari : (a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; (b) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; (c) Retribusi Tempat Pelelangan; (d) Retribusi

Terminal;

(e)

Retribusi

Tempat

Khusus

Parkir;

(f)

Retribusi

Tempat

Penginapan/Pesanggrahan/Villa; (g) Retribusi Rumah Potong Hewan; (h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; (i) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; (j)Retribusi Penyeberangan di Air; dan (k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari : (a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; (b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; (c) Retribusi Izin Gangguan; (d) Retribusi Izin Trayek; dan (e) Retribusi Izin Usaha Perikanan. Pemungutan Retribusi Parkir dan Terminal harus efisien dan efektif berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peranserta masyarakat, dan akuntabilitas. Tujuan pemungutan Retribusi Terminal merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah Kota yang penting guna membiayai pelaksanaan pembagunan Pemerintahan Kota Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Retribusi Terminal di Wilayah Kota Denpasar, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 7 Tahun 2001 tentang Retribusi Fasilitas Terminal di Kota Denpasar (Lembaran Daerah Kota Denpasar Tahun 2001 Nomor 7). Namun dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan pengganti undang-undang sebelumnya, maka Pemerintah Kota Denpasar merasa perlu untuk menyesuaikan Perda Retribusi Fasilitas Terminal tersebut dengan perda yang baru. Dengan adanya kenyataan itu, maka perlu diadakan kajian yang dituangkan dalam sebuah Kajian Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Retribusi Terminal. B. Tujuan dan Kegunaan A. Tujuan, yaitu: 1. Merumuskan landasan ilmiah penyusunan rancangan Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Retribusi Terminal. 2. Merumuskan arah dan cakupan ruang lingkup materi bagi penyusunan Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Retribusi Terminal. B. Kegunaan, yaitu: 1. Hasil kajian hukum ini diharapkan berguna sebagai masukan bagi pembuat rancangan Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Retribusi Terminal. 2. Hasil kajian hukum ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyusunan Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Retribusi Terminal.

C. Metode Penelitian Menggunakan metode penelitian hukum (legal research), dalam artian menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta didukung bahan hukum informatif. Bahan-bahan hukum ini dianalisis secara hermeneutika hukum. a. Pendekatan Pendekatan yang digunakan untuk menjawab isu hukum dalam kajian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statutory approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan filsafat (philosophical approach). Pendekatan perundang-undangan (statutory approach) beranjak pada peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan Retribusi Terminal, antara lain UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Pendekatan konseptual (conceptual approach) dilakukan dengan beranjak pada pandangan dan doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum berkenaan dengan pajak daerah. Pendekatan historis (historical approach) beranjak pada sejarah perkembangan pengaturan pajak daerah, khususnya Retribusi Terminal. Pendekatan filsafat (philosophical approach) beranjak dari dasar ontologis dan landasan filosofis UU PDRD serta ratio legis dari ketentuanketentuan tertentu dalam UU PDRD, khususnya tentang Retribusi Terminal. b. Sumber Bahan Hukum Sumber Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah segala dokumen resmi yang memuat ketentuan hukum, dalam hal ini adalah Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, serta peraturan perundang-undangan yang lain yang terkait dengan Retribusi Terminal. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti hasil penelitian atau karya tulis para ahli hukum berkenaan dengan pengaturan Retribusi Terminal, yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

Bahan hukum informatif berupa informasi dari lembaga atau pejabat, baik dari lingkungan Pemerintah Daerah Kota Denpasar maupun para pihak yang membidangi Retribusi Terminal. Bahan ini digunakan sebagai penunjang dan untuk mengkonfirmasi data primer dan sekunder. D. Pengorganisasian Pengorganisasian

BAB II RUANG LINGKUP


A. KONDISI EKSISTING PENGATURAN RETRIBUSI TERMINAL KOTA DENPASAR Retribusi Terminal di Wilayah Kota Denpasar, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 7 Tahun 2001 tentang Retribusi Fasilitas Terminal di Kota Denpasar (Lembaran Daerah Kota Denpasar Tahun 2001 Nomor 7). Mengenai objek retribusi, di Kota Denpasar terdapat lima terminal besar, yaitu: a. Terminal Ubung b. Terminal Kreneng c. Terminal Tegal d. Terminal Wangaya e. Terminal Gunung Agung Pada terminal-terminal tersebut disediakan fasilitas-fasilitas yang merupakan objek retribusi terminal, seperti: penyediaan layanan parker, tempat usaha, ruang tunggu dan toilet. B. RUANG LINGKUP MATERI MUATAN Ruang lingkup materi muatan raperda retribusi adalah jangkauan materi pengaturan yang khas yang dimuat dalam raperda retribusi, yang meliputi materi yang boleh dan materi yang tidak boleh dimuat dalam raperda retribusi. Jadi, yang dimaksud dengan materi muatan baik mengenai batas materi muatan maupun lingkup materi muatan. Lingkup materi yang boleh dimuat ditentukan oleh asas otonomi daerah dan tugas pembantuan maupun yang ditentukan secara objektif-normatif dalam peraturan perundangundangan yang lebih tinggi sebagai materi muatan Perda tentang retribusi. Mengenai materi

muatan yang boleh dimuat dalam Perda tentang retribusi telah ditentukan dalam Pasal 156 ayat (3) dan ayat (4) UU PDRD. Pasal 156 ayat (3) PDRD mengatur materi muatan imperatif Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah. Rumusan selengkapnya ketentuan tersebut adalah: Peraturan Daerah tentang Retribusi paling sedikit mengatur ketentuan mengenai: a. nama, objek, dan Subjek Retribusi; b. golongan Retribusi; c. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan; d. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi; e. struktur dan besarnya tarif Retribusi; f. wilayah pemungutan; g. penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran; h. sanksi administratif; i. penagihan; j. penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa; dan k. tanggal mulai berlakunya. Pasal 156 ayat (4) PDRD mengatur materi muatan fakultatif Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah. Rumusan selengkapnya ketentuan tersebut adalah: Peraturan Daerah tentang Retribusi dapat juga mengatur ketentuan mengenai: a. Masa Retribusi b. pemberian keringanan, pengurangan, dan c. pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok Retribusi dan/atau sanksinya; dan/atau tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa.

You might also like