You are on page 1of 168

PENINGKATAN TUJUH ASPEK KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PEMODELAN PADA SISWA KELAS

V SD N PEDURUNGAN TENGAH 02 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2004/ 2005

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama NIM Program Studi Jurusan

: Indriyani Puspo Lestari : 2134000074 : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

SARI

Lestari, Indriyani Puspo. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Pribadi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Semarang Tahun Pelajaran 2004/ 2005. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Subyantoro, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Wagiran M. Hum. Kata kunci : keterampilan menulis surat pribadi, pendekatan kontekstual, komponen pemodelan Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar merupakan salah satu bidang garapan pembelajaran Bahasa Indonesia yang memegang peranan penting. Maksudnya, tanpa memiliki keterampilan menulis yang memadai siswa di Sekolah Dasar akan mengalami kesulitan di kemudian hari, bukan saja bagi pelajaran Bahasa Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain. Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus dipertimbangakan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru kelas pembelajaran menulis kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata klasikal kurang dari 60 . Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis disebabkan pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini berasal dari siswa, sedangkan factor eksternal berasal dari strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran masih terikat dengan pola pembelajaran tradisional. Pemilihan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis surat pribadi berdasarkan pada tuntutan kurikulum berbasis kompetensi yang memberikan kebebasan pada guru untuk memilih teknik yang beragam disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi ingin memusatkan diri pada pengenbangan seluruh kompetensi siswa termasuk keterampilan berbahasa yang didalamnya mencakup keterampilan menulis surat pribadi sebagai salah satu kompetensi dasar menulis. Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengangkat permasalahan, yaitu (1) bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan? dan (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 setelah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan kedua adalah mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi

dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, angket dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisis data penelitian keterampilan menulis surat pribadi siswa dari pratindakan, siklus I, sampai pada siklus II mengalami peningkatan. Sebelum dilakukanya tindakan, nilai rata-rata klasikal menulis surat pribadi sebesar 58,5. Pada siklus I terjadi peningkatan 10,2%, dengan nilai rata-rata 68,78 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,87%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 83,65. Peningkatan nilai rata-rata kelas ini diikuti dengan peningkatan rata-rata skor pada tiap aspek penilaian. Pada aspek kesesuaian isi dengan topik surat, skor rata-rata pada pratindakan sebesar 9,47, pada siklus I sebesar 13,42, dan pada siklus II sebesar 18,12. Rata-rata skor pada aspek bahasa surat pada pratindakan sebesar 15,32, pada siklus I sebesar 16,52, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 20,7. Pada aspek penyusunan kalimat, skor rata-rata pada pratindakan sebesar 5,62, pada siklus I sebesar 5,75, dan pada siklus II meningkat sebesar 7,62. Rata-rata skor pada aspek pilihan kata pada pratindakan sebesar 6,85, pada siklus I sebesar 70, dan pada siklus II meningkat menjadi 8,50. Pada aspek penggunaan ejaan, skor rata-rata pada pratindakan sebesar 5,45, siklus I sebesar 5,55, dan pada siklus II sebesar 6,47. Rata-rata skor pada aspek sistematika surat pada pratindakan sebesar 8,35, pada siklus I sebesar 12,42, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 13,62. Pada aspek kerapian surat skor rata-rata pada pratindakan sebesar 7,5, pada siklus I sebesar 8,12, dan pada siklus II meningkat sebesar 8,62. Peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa ini diikuti dengan perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa semakin aktif dan antusias dalam pembelajaran, karena siswa mulai senang dan menikmati pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru. Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut saran yang dapat direkomendasikan antara lain: (1) guru Bahasa Indonesia seyogyanya berperan aktif sebagai inovator untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman belajar yang bermakna; (2) guru Bahasa Indonesia dapat menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam membelajarkan keterampilan menulis surat pribadi; (3) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain; (4) para praktisi di bidang pendidikan dapat melakukan penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran menulis.

ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: Mewujudkan cita-cita dan masa depan yang cerah dibutuhkan niat, perbuatan, komitmen, dan kemauan yang keras (Indri).

Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Ibunda (Alm) dan Ayah tercinta yang telah memberikan kasih sayang tulus dan iringan doa dalam setiap langkahku; 2. adik semata wayangku: Aji Widiantoro yang tiada henti memberikan semangat kepada penulis; 3. keluarga besarku: Eyang Buyut dan Eyang Gayam, Oom Yudi, Tante, dan sepupuku Arin yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual kepadaku; 4. sahabat-sahabatku: Inda, Aas, Iko, dan Vita yang menciptakan rajutan kisah persahabatan yang indah, dan tanpa pamrih kepada penulis; dan 5. Guru dan almamaterku.

DAFTAR ISI Halaman i iii iv v vi vii xiii xiv xv xvi xvii 1 1 6 7 8 8 9 10 10 13 13 13 15 16 18 18 19 21 24 25 25 29 31 32 34

SARI ........................................................................................................... PENGESAHAN ......................................................................................... PERNYATAAN ......................................................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. PRAKATA ................................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR BAGAN .................................................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GRAFIK .................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. BAB

I PENDAHULUAN ..................................................................... 1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1.2 Identifikasi dan Pembahasan Masalah ................................ 1.3 Pembatasan Masalah ........................................................... 1.4 Rumusan Masalah ............................................................... 1.5 Tujuan Penelitian ................................................................ 1.6 Manfaat Penelitian .............................................................. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ............. 2.1 Kajian Pustaka ..................................................................... 2.2 Landasan Teoretis ............................................................... 2.2.1 Keterampilan Menulis ................................................ 2.2.1.1 Hakikat Menulis ............................................. 2.2.1.2 Tujuan Menulis .............................................. 2.2.1.3 Manfaat Menulis ............................................ 2.2.2 Surat ........................................................................... 2.2.2.1 Pengertian Surat ............................................. 2.2.2.2 Fungsi Surat ................................................... 2.2.2.3 Bentuk Surat ................................................... 2.2.2.4 Jenis Surat ...................................................... 2.2.2.5 Surat Pribadi ................................................... 2.2.2.6 Bagian-bagian Surat Pribadi .......................... 2.2.2.7 Kriteria Penulisan Surat ................................. 2.2.2.8 Tahap Penulisan Surat .................................... 2.2.3 Pendekatan Kontekstual ............................................. 2.2.3.1 Komponen Pemodelan ................................... 2.2.3.2 Implementasi Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dalam Pembelajaran Menulis Surat Pribadi ..................................... 2.3 Kerangka Berpikir ............................................................... 2.4 Hipotesis Tindakan .............................................................

35 39 42

viii

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 3.1 Subjek Penelitian ................................................................. 3.2 Variabel Penelitian .............................................................. 3.2.1 Variabel Kemampuan Menulis Surat Pribadi ......... 3.2.2 Variabel Penggunaan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan ........................................... 3.3 Instrumen Penelitian ........................................................... 3.3.1 Instrumen Tes ......................................................... 3.3.2 Instrumen Nontes ................................................... 3.3.2.1 Pedoman Observasi .................................... 3.3.2.2 Pedoman Jurnal .......................................... 3.3.2.3 Pedoman Wawancara ................................. 3.3.2.4 Angket ........................................................ 3.3.2.5 Dokumentasi Foto ...................................... 3.3.3 Uji Instrumen ......................................................... 3.3.3.1 Validitas Permukaan .................................. 3.3.3.2 Validitas Isi ................................................ 3.4 Desain Penelitian ................................................................. 3.4.1 Proses Tindakan Kelas ........................................... 3.4.1.1 Siklus I ...................................................... 3.4.1.2 Siklus II ...................................................... 3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 3.5.1 Teknik Tes .............................................................. 3.5.2 Teknik Nontes ........................................................ 3.5.2.1 Observasi .................................................... 3.5.2.2 Jurnal .......................................................... 3.5.2.3 Wawancara ................................................. 3.5.2.4 Angket ........................................................ 3.5.2.5 Dokumentasi Foto ...................................... 3.6 Teknik Analisis Data ........................................................... 3.6.1 Pendekatan Kuantitatif ........................................... 3.6.2 Pendekatan Kualitatif ............................................. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 4.1 Hasil Penelitian ................................................................... 4.1.1 Hasil Tes Pratindakan ............................................ 4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ......................................... 4.1.2.1 Hasil Tes .................................................... 4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik ............................ Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat ..................

43 43 44 44 45 45 46 48 48 51 51 53 53 54 54 55 56 59 59 63 55 55 56 57 58 58 59 59 70 70 71 72 72 72 75 75

77 78

4.1.2.1.2

ix

4.1.2.1.3 4.1.2.1.4 4.1.2.1.5 4.1.2.1.6 4.1.2.1.7

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat ..... Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pilihan Kata ................... Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Ejaan ............................. Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat ..............

79 80 82 83 84 87 87 87 92 97 100 104 105

4.1.3

4.1.2.2 Hasil Nontes ............................................... 4.1.2.2.1 Hasil Observasi ........................ 4.1.2.2.2 Hasil Jurna ................................ 4.1.2.2.3 Hasil Wawancara ..................... 4.1.2.2.4 Hasil Angket ............................ 4.1.2.2.5 Hasil Dokumentasi Foto ........... Hasil Penelitian Siklus II ........................................ 4.1.3.1 Hasil Tes .................................................... 4.1.3.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik ............................ 4.1.3.1.2 4.1.3.1.3 4.1.3.1.4 4.1.3.1.5 4.1.3.1.6 4.1.3.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat .................. Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat ..... Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pilihan Kata ................... Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Ejaan ............................. Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat ..............

107 108 109 110 112 113 114 117 122 129

4.1.3.2 Hasil Nontes ............................................... 4.1.3.2.1 Hasil Observasi ........................ 4.1.3.2.2 Hasil Jurna ................................

4.1.3.2.3 Hasil Wawancara ..................... 4.1.3.2.4 Hasil Angket ............................ 4.1.3.2.5 Hasil Dokumentasi Foto ........... 4.2 Pembahasan ......................................................................... BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 5.1 Simpulan ............................................................................. 5.2 Saran .................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN ...............................................................................................

133 137 140 140 151 151 153 154 156

xi

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Pedoman Penilaian Tes Menulis Surat Pribadi .................. 156 Kriteria Penilaian Tes Menulis Surat Pribadi ................... 157 Pedoman Observasi Siswa ................................................ 159 Pedoman Observasi Kelas .................................................. 160 Lembar Jurnal Siswa Siklus I ............................................. 162 Lembar Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 163 Lembar Jurnal Guru .......................................................... 164 Lembar Wawancara Siklus I .............................................. 165 Lembar Wawancara Siklus II ............................................. 166 Lembar Angket ................................................................... 167 Model Surat Siklus I .......................................................... 169 Model Surat Siklus II ......................................................... 170 Model Surat Siklus II ......................................................... 171 Rencana Pembelajaran Siklus I .......................................... 172 Rencana Pembelajaran Siklus II ......................................... 175 Daftar Subjek Penelitian ..................................................... 178 Hasil Pratindakan ............................................................... 179 Grafik Pratindakan ............................................................. 180 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Siklus I ........................... 181 Grafik Tes Menulis Surat Pribadi Siklus I ......................... 182 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Siklus II .......................... 183 Grafik Tes Menulis Surat Pribadi Siklus II ........................ 184 Perbandingan Skor Rata-rata Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II .............................................................................. 185 Grafik Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Pribadi .. Surat Pribadi Siswa Pratindakan ........................................ Surat Pribadi Siswa Siklus I ............................................... Surat Pribadi Siswa Siklus II ............................................. Hasil Observasi Siswa Siklus I .......................................... Hasil Observasi Siswa Siklus II ......................................... Hasil Observasi Kelas Siklus I ........................................... Hasil Observasi Kelas Siklus II ......................................... Hasil Jurnal Siswa Siklus I ................................................. Hasil Jurnal Siswa Siklus II ............................................... Hasil Jurnal Guru Siklus I .................................................. Hasil Jurnal Guru Siklus I .................................................. Hasil Wawancara Siklus I .................................................. Hasil Wawancara Siklus II ................................................. Hasil Angket Siswa ............................................................ Hasil Angket Kelas ............................................................ Surat Ijin Penelitian ............................................................ Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................. xv 186 187 188 189 190 191 192 194 196 198 199 200 201 204 207 209 210 211

Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka dalam proses pembelajaran berbahasa juga harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, maupun dalam hal pemahaman dan penggunaan. Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting diajarkan sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini anak sekolah dasar akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya (Rusyana dalam Suyatinah 2003:129). Kemampuan menulis ini juga berkaitan erat dengan budaya industrial yang merupakan salah satu tuntutan pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut anggota masyarakatnya memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang cocok untuk budaya tersebut (Akhadiah 1996/ 1997). Ironisnya sampai saat ini masih saja dijumpai persepsi atau anggapan dari kalangan masyarakat maupun dari siswa sendiri, bahwa menulis itu sulit. Hasil penelitian Darmadi (1996:4) di kalangan masyarakat ada suatu kepercayaan yang menyatakan bahwa seorang yang mempunyai bakat menulis rata-rata genius, dengan kegeniusannya itu tulisan yang dihasilkannya pun akan selalu bagus.

Mereka juga beranggapan bahwa penulis yang demikian itu dalam menyusun sebuah tulisan akan sekali jadi dan langsung benar sehingga tidak perlu melakukan revisi. Pandangan terhadap proses menulis seperti diatas mungkin benar. Para penulis itu dapat menuangkan idenya dalam proses yang cepat, tetapi kecepatan proses penuangan ide itu pun pasti merupakan hasil dari pengalamannya yang panjang di dalam proses kepenulisannya. Di samping itu, hampir tidak mungkin mereka dapat langsung menulis dengan benar. Penelitian menunjukkan bahwa para penulis yang sudah berpengalaman atau penulis yang profesioanl pun tetap memerlukan revisi dalam proses kegeniusannya (Darmadi 1996:5). Senada dengan persepsi masyarakat, anggapan sulit juga tampak nyata tergambar pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Hal ini terlihat pada saat siswa mendapat tugas menulis surat dari guru. Mereka tidak langsung mengerjakan tetapi menyambutnya dengan keluhan. Bukti tersebut memperjelas bahwa mereka kurang menyukai kegiatan menulis. Keterpaksaan siswa dalam mengerjakan tugas, akhirnya berdampak buruk pada hasil tulisannya. Sebagian besar siswa kurang paham dalam menulis surat pribadi. Banyak kesalahan dalam menggunakan kosakata, ejaan dan format yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan surat. Pantaslah kalau kemampuan menulis mereka rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil menulis surat pribadi siswa yang sebagian besar kurang dari target rata-rata. Siswa yang berjumlah 40 orang, 3 siswa atau 7,5% diantaranya mendapat nilai 70 sedangkan sisanya sebanyak 37 atau 92,5% mendapat nilai di bawah 70.

Rendahnya kemampuan menulis siswa dimungkinkan karena pengaruh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal terlihat pada kurang terampilnya siswa mempergunakan ejaan dan memilih kata sehingga penyusunan kalimat masih banyak mengalami kesalahan. Faktor eksternal muncul dari pemilihan strategi dan pendekatan yang digunakan guru. Guru masih terikat pada pola pembelajaran tradisional, bersifat statis kurang terbuka pada pembaharuan sehingga menghambat peningkatan dan kualitas proses pembelajaran. Kondisi seperti ini dapat menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif sehingga menyebabkan rendahnya kualitas siswa. Sistem pembelajaran dengan pendekatan tradisional yang masih diterapkan guru tidak mampu menciptakan anak didik yang diidamkan, terutama untuk bidang keterampilan menulis. Hal ini dikarenakan dominasi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional lebih menonjol, sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat. Guru lebih banyak mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar sehingga para siswa cenderung pasif. Fenomena inilah yang peneliti jumpai saat melaksanakan observasi di kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Jika keadaan tersebut terus berlanjut, tanpa ada solusi penanggulangannya secara tepat dikhawatirkan lama-kelamaan akan menurunkan kemampuan dan kualitas siswa dalam menulis. Padahal pembelajaran menulis di Sekolah Dasar merupakan salah satu bidang garapan pembelajaran Bahasa Indonesia yang memegang peranan penting. Maksudnya tanpa memiliki keterampilan menulis yang memadahi siswa Sekolah Dasar akan mengalami kesulitan di kemudian hari, bukan saja bagi pelajaran Bahasa Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain.

Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus betul-betul dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran. Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya didasarkan pada

pertimbangan: (1) menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif; (2) menempatkan siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman, pengetahuan, keinginan, dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk belajar, baik secara individu maupun kelompok; (3) membuat siswa berkeyakinan bahwa dirinya mampu belajar; dan (4) memanfaatkan potensi siswa seluas-luasnya ( Pratiwi dalam Zulaekha 2003:5). Pendapat Pratiwi tersebut sejalan dengan pendapat Brown (dalam Suyatinah 2003:131) yang menyatakan untuk meningkatkan partisipasi aktif fisik dan mental siswa, guru hendaknya tidak mendominasi aktivitas belajar-mengajar, tetapi memberikan kesempatan seluasluasnya pada siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan materi pelajaran maupun dengan sesama manusia. Demikian juga siswa hendaknya diberi kesempatan berlatih pada saat guru menyampaikan pelajaran yang berupa suatu suatu keterampilan. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and learning / CTL) merupakan konsep baru dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendekatan Kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dalam proses belajar dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Konsep belajar inilah yang dapat membantu guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektivitas yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya

(Depdikbud 2002:5). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam menulis surat pribadi siswa. Pendekatan kontekstual ini diterapkan di kelas dengan menghadirkan sebuah model surat yang baik dan benar. Model pembelajaran tersebut kemungkinan dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam penulisan surat pribadi, karena siswa dapat meniru struktur penulisan surat secara sistematis. Penggunaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ternyata dapat memberikan banyak manfaat, yaitu dapat meningkatkan kemampuan menulis dan dapat menjembatani tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia. Hal ini telah dibuktikan pada hasil penelitian tindakan kelas (Astuti :2004) yang meneliti tentang keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi makin meningkat disertai pula dengan peningkatan kemampuan intelektual, kematangan emosional, serta kematangan sosialnya. Bukti penelitian tersebut semakin meyakinkan peneliti bahwa pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan kemampuan menulis. Oleh karena itu, penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pendekatan

kontekstual komponen pemodelan sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 di Semarang. 1.2 Identifikasi Masalah Standar Kompetensi pada pembelajaran menulis diharapkan siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan berbagai ragam tulisan. Salah satunya adalah menulis surat pribadi. Indikator pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran menulis surat pribadi diharapkan siswa dapat menyampikan informasi untuk orang lain dalam bentuk surat dengan kalimat yang efektif dan dapat mengidentifikasi ciri bahasa surat pribadi (Depdiknas:2004). Kenyataannya siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 belum mampu mengkomunikasikan gagasan, perasaan atau pesan yang dimilikinya lewat surat yang ditulisnya dengan baik dan benar. Hal ini tampak pada masalah yang sering muncul dalam penulisan surat pribadi siswa, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. pemakaian huruf dan tanda baca yang menyalahi kaidah baku ; pilihan kata kurang cermat; pemakaian kata, ungkapan dan istilah yang tidak baku; pemakaian kalimat yang kurang lengkap atau terpenggal-penggal; pemakaian laras bahasa kurang tepat; penataan penulisan surat tidak runtut; penggunaan bentuk surat yang tidak efektif; dan kerapian surat kurang maksimal . dalam

Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa ketidakpahaman siswa terhadap aspek kebahasaan dan nonkebahasan. Pada aspek kebahasaan siswa belum terampil menggunakan ejaan, pilihan kata sehingga dampaknya pada penyusunan kalimat yang banyak mengalami kesalahan. Pada aspek nonkebahasaan siswa belum terampil dalam menyesuaikan isi surat dengan topik dan siswa belum dapat menulis surat dengan rapi, coretan-coretan masih mewarnai hasil tulisan. Sedangkan faktor eksternal muncul dari pemilihan strategi pembelajaran guru yang kurang tepat. Selama ini guru dalam memberikan

pembelajaran menulis selalu menggunakan pendekatan tradisional yaitu guru lebih mementingkan hasil kegiatan menulis daripada prosesnya. Faktor eksternal inilah yang dimungkinkan mempunyai andil yang cukup besar terhadap kelangsungan produktivitas belajar siswa di sekolah.

1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada pendekatan kontekstual yang akan digunakan dalam proses belajar-mengajar menulis surat pribadi yaitu pendekatan kontekstual dengan komponen pemodelan. Pendekatan ini sebagai upaya untuk meminimalkan kesalahan penulisan surat pribadi siswa.

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah muncul permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ? 2. Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri

Pedurungan Tengah 02 setelah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?

1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. 2. Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang peneliti harapkan dari penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan pengetahuan tentang menulis surat pribadi dan penerapan strategi pembelajaran menulis surat pribadi yang tepat dengan menggunakan pendekatan kontekstual khususnya komponen pemodelan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa maupun peneliti sendiri. Manfaat bagi guru penelitian ini dapat dijadikan alternatif pemilihan strategi pembelajaran menulis surat pribadi dan dapat mengembangkan keterampilan dan kekreatifan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pembelajaran Kontekstual bermanfaat meningkatkan gairah siswa dalam menulis surat pribadi dengan baik dan benar, karena pembelajaran kontekstual ini lebih mengutamakan proses yang bermakna daripada produknya. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat dalam berkomunikasi secara tidak langsung melalui surat. Manfaat bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran menulis surat pribadi.

10

11

Penelitian ini menunjukkan kurangnya siswa kelas I E Mts Al Asror Patemon Gunungpati dalam menulis surat dinas, yaitu penulisan huruf kapital, gabungan kata, penulisan kata depan di, ke, dan dari, penulisan singkatan dan akronim dan penggunaan tanda baca yang tidak tepat. Dengan dilaksanakan pembelajaran ejaan kemampuan siswa dalam menempatkan kaidah ejaan mengalami peningkatan kesamaan penelitian Sri Haryuni adalah terletak pada analisisnya sedangkan perbedaanya terletak pada objek dan teknik yang dilakukan pada pembelajaran. Sri Haryuni menganalisis penguasaan ejaan dalam surat dinas dan melalui teknk tubian, sedangkan penelitian ini menganalisis kemampuan menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka adalah sebagai berikut. Penelitian Supartiningsih (1998) berjudul Kesantunan Berbahasa Surat Pribadi Kepada Orang yang Dihormati Siswa Kelas II Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bae Kudus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa belum dapat menggunakan bentuk penyusunan surat, pemilihan kosakata secara tepat, pemakaian kalimat secara efektif serta penggunanan ejaan yang kurang cermat. Kesalahan dalam menulis surat pribadi siswa dipengaruhi oleh kurangnya siswa dalam mengekspresikan gagasan, pendapat, perasaan, maupun keinginanya dalam bentuk tulisan sehingga hal tersebut mempengaruhi pula pada kesantunan berbahasa surat pribadi. Keterkaitan skripsi Supartiningsih dengan penelitian ini adalah pada analisisnya yaitu mengenai surat, sedangkan perbedaanya pada objek kajiannya. Penelitian Supartiningsih ini hanya membahas secara dekriptif saja sehingga bukti penelitiannya kurang dapat dipercaya. Penelitian Jamaah (2001) berjudul Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Surat-Surat Dinas Keluar pada Kantor Tata Usaha SMU Negeri 1 Mejobo Kudus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kalimat dalam surat dinas yang dibuat para pegawai SMU Negeri 1 Mejobo Kudus masih banyak yang belum

10

11

mematuhi kaidah bahasa dalam surat dinas. Hasil penelitian Jamaah menunjukkan adanya kesalahan-kesalahan dari segi ejaan yang meliputi aspek kesalahan huruf kapita100%l, penulisan kata 25 %, tanda titik58,5%, tanda titik dua 62,5%, tanda koma 12,5 %, tanda hubung 25%, dan garis bawah 58,3%. Dari segi kesalahan bentukan kata meliputi kesalahan pilihan kata yang dibagi menjadi tiga aspek yaitu segi keserasian arti 8,3%, segi keekonomisan 87,5%, dan segi kebakuan 16,7%. Segi kesalahan penyusunan kalimat meliputi dua aspek yaitu segi kelengkapan 12,5% dan segi kehematan 91,7%. Relevansi penelitian Jamaah dengan penelitian ini adalah pada analisis penelitian yaitu mengenai surat, sedangkan perbedaannya pada objek kajian. Penelitian Jamaah ini dari segi analisisnya kurang lengkap, sebab peneliti kurang membahas keseluruhan aspek surat. Penelitian Astuti (2004) berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS 4 SMK Negeri 8 semarang. Penelitian Tindakan Kelas ini, menunjukkan adanya kemampuan menulis karangan narasi dan perubahan tingkah laku siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai tes siklus I yang ratarata mencapai nilai 68 dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 75. Peningkatan nilai rata-rata menulis karangan narasi siswa ini juga dibarengi dengan perubahan tingkah laku siswa dari tingkah laku yang negatif menjadi positif. Relevansi penelitian Atuti dengan penelitian ini adalah pada teknik pendekatannya yaitu pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Penelitian

12

astuti ini sudah cukup bagus, tapi analisis dari segi deskripsi nontesnya kurang jelas. Pada tahun yang sama, Suryanto melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas II D SLTP Sukorejo Kendal. Hasil penelitian Suryanto menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi sebesar 64,4% pada siklus I dan meningkat sebesar 7,8%. Peningkatan rata-rata dari pratindakan sampai siklus II sebesar 15,6%. Pada siklus I siswa belum ada kesiapan dalam pembelajaran, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan belum terfokus. Pada siklus II terjadi perubahan, kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran sudah terlihat, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan juga sudah terfokus. Relevansi penelitian Suryanto dengan penelitian peneliti ini adalah teknik yang akan digunakan dalam pembelajaran sama-sama menggunakan pemodelan. Berdasarkan beberapa kajian pustaka tersebut, dapatlah ditemukan benang merah bahwa penelitian mengenai keterampilan menulis surat pribadi masih sedikit diteliti. Penelitian-penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis. Para peneliti telah menggunakan teknik maupun media yang bervariasi dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa baik pada tingkat SMP, SMU maupun SMK. Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya, tentunya dengan teknik dan subjek penelitian yang berbeda, khususnya penelitian tentang menulis surat pribadi.

13

2.2

Landasan Teoretis Teori-teori yang digunakan dalam landasan teoretis ini mencakup tentang

keterampilan menulis, dasar surat-menyurat, dan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

2.2.1

Keterampilan Menulis Keterampilan Menulis didapatkan seseorang dari latihan terus-menerus,

bukan dari faktor bawaan. Seseorang dalam melakukan kegiatan menulis tentunya mempunyai dasar yang jelas terhadap kegiatan tersebut, sehingga dari kegiatan menulis ini dapat dipetik manfaatnya. Untuk lebih jelasnya pada sub bab berikut ini dipaparkan pendapat para ahli mengenai hakikat, tujuan serta manfaat menulis.

2.2.1.1 Hakikat Menulis Menulis sebagai bentuk keterampilan berbahasa, pada hakikatnya merupakan pengungkapan gagasan atau perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menulis atau mengarang merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menurut Tarigan (1995:3) menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan melalui tulisan Menulis merupakan suatu kegiatan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang lain.

14

Akhadiah (1997:3) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati pemakainya. Dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat didalamnya yaitu : (1) penulis sebagai suatu pesan; (2) pesan atau isi tulisan; (3) saluran atau medium; (4) pembaca sebagai penerima pesan. Kemampuan dalam menulis bukanlah semata-mata milik golongan berbakat menulis, melainkan dapat diperoleh dengan latihan yang sungguhsungguh. Dengan latihan yang sungguh-sungguh akan menghasilkan karya yang tidak mungkin terpikirkan oleh kita. Tentunya sebuah karya yang menarik dan sempurna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1079) disebutkan menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut konsep ini kegiatan menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Konsep ini mencakupi kegiatan menggunakan bahasa tulis, seperti membuat karangan cerita, mengungkapkan pengalaman, menulis surat baik surat resmi maupun tidak resmi. Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan mengkomunikasikan gagasan, perasaan atau pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan dapat disampaikan kepada orang lain tanpa harus bertatap muka secara langsung.

15

2.2.1.2 Tujuan Menulis Kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman. Komunikasi pada awal abad XX lebih banyak berlangsung secara tertulis, khususnya bagi masyarakat maju. Kemampuan menulis bukan monopoli orang berbakat. Semua orang khususnya siswa akan mampu menulis jika berlatih secara benar. Pengembangan kemampuan menulis perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh sejak pendidikan dasar. Hartig (dalam Tarigan 1986:34) menyatakan tujuan menulis adalah : (1) untuk penugasan bukan karena kemauan sendiri; (2) altruistik, yaitu untuk menyenangkan pembaca; (3) persuasif, yaitu untuk meyakinkan para pembaca dan kebenaran gagasan yang diutamakan; (4) informasional, yaitu untuk memberi informasi; (5) pernyataan diri, yaitu untuk memperkenalkan diri sebagai

pengarang pada pembaca; (6) pemecahan masalah, yaitu untuk mencerminkan atau menjelajahi pikiran-pikiran agar dapat dimengerti oleh pengarang; dan (7) kreatif, yaitu untuk mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. Sejalan dengan pendapat Hartig, Sujanto (1988:58) Tujuan menulis adalah untuk mempertajam kepekaan siswa terhadap kesalahan-kesalahan baik ejaan, struktur, maupun pemilihan kosakata. Seseorang yang ingin melaksanakan kegiatan menulis, pertama yang harus dilaksanakan adalah memilih apa yang akan ditulisnya. Bentuk tulisan yang dipakai biasanya dikaitkan dengan siapa yang akan membaca tulisan tersebut. Hal ini sangat penting karena dalam menyampaikan satu permasalahan yang sama akan berbeda bentuknya apabila berbeda pembacanya.

16

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Tujuan pengajaran menulis didasarkan oleh tujuan menulis itu sendiri. Akan tetapi, karena begitu beragamnya tujuan menulis di bawah ini dikemukakan hanya beberapa tujuan saja. Antara lain memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, dan mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Tujuan masing-masing personal dalam kegiatan menulis bermacam-macam. Hal ini disebabkan tiap penulis dalam

menjalankan kegiatan menulis mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan kemampuan menulis tidak hanya ada dalam lingkungan pendidikan, tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat. Pengajaran keterampilan menulis di sekolah dasar mempunyai tujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis yaitu siswa memiliki pengetahuan dan pengalaman serta dapat memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan contohnya dalam kegiatan menulis surat pribadi.

2.2.1.3 Manfaat Menulis Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa yang semakin penting untuk dikuasai. Hal ini sejalan dengan dengan pengabdian budaya industrial yang merupakan salah satu tuntunan pembangunan nasional pada masa mendatang. Kemampuan yang terpenting adalah kemampuan membaca dan menulis (Akhadiah 1996/ 1997). Dari uraian di atas, jelas bahwa kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar tulisan dapat bermanfaat untuk masyarakat. Kegiatan menulis mempunyai banyak manfaat diantaranya: (1) dengan menulis Anda akan terpaksa mencari sumber informasi

17

tentang topik tersebut. Wawasan anda tentang topik itu akan bertambah luas dan dalam; (2) untuk menulis tentang sesuatu Anda terpaksa belajar tentang sesuatu itu serta berpikir atau bernalar. Anda akan mengumpulkan fakta dan menghubunghubungkan, serta menarik kesimpulan; (3) menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis. Dengan demikian, Anda menjelaskan sesuatu yang semula mungkin samar bagi Anda; (4) dengan menulis permasalahan diatas kertas, Anda lebih mudah memecahkannya; (5) kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan Anda berpikir dan berbahasa secara tertib (Akhadiah 1997:10). Kegiatan menulis ini tidak dapat dikatakan mudah karena penulis tidak hanya cukup menyampaikan ide, gagasan, pendapat kepada pembaca. Menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik tulisan, merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang penulis. Sehingga dengan wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca tulisannya karena pembaca merasa puas. Hal-hal itulah yang menyebabkan kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sangat sulit, sehingga menulis merupakan sesuatu yang sulit, sehingga orang atau siswa enggan atau kurang berminat untuk menulis dengan baik dan benar (Suriamiharja dkk 1997:4). Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis tiap personal dapat melatih seorang penulis dalam mengkomunikasikan gagasannya secara runtut dan sistematis. Dengan kegiatan menulis secara intensif dan terencana akan membiasakan penulis dalam berpikir dan berbahasa secara tertib.

18

2.2.2

Surat Surat sebagai duta organisasai atau instansi si pengirim harus

menggambarkan citra, cermin, mentalitas, jiwa serta petunjuk intern organisasi atau perusahaan yang mengirimnya. Kegiatan menyusun surat-menyurat tersebut, si penulis dituntut suatu pengetahuan bahasa yang luas dan seni menulis surat serta kepintaran mengeluarkan ide. Sedikit pengetahuan mengenai dasar suratmenyurat tersebut didasarkan pada paparan para ahli mengenai pengertian, fungsi, bentuk jenis, surat pribadi, bagian-bagian surat, bahasa surat serta tahap penulisan surat yang akan dijelaskan di bawah ini.

2.2.2.1 Pengertian Surat Dalam hidup bermasyarakat manusia akan bergaul dengan sesamanya. Pergaulan tersebut tentunya dilandasi suatu komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan ini terjadi apabila penutur atau pemberi informasi berhadapan atau bersemuka dengan mitra tutur atau penerima informasi secara lisan. Sebaliknya, komunikasi tulis terjadi jika penutur dan penerima tutur tidak bersemuka melainkan berkomunikasi menggunakan media, misalnya lewat surat. Suhanda (1978:1) menjelaskan surat adalah sehelai kertas atau lebih yang memuat suatu bahan komunikasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain, baik atas nama pribadi maupun kedudukannya dalam organisasi atau kantor.

19

Menurut Soedjito dan Solchan (1999:1) pengertian surat dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu: (1) berdasarkan sifat isinya, surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan; (2) berdasarkan wujud peraturannya, surat adalah percakapan yang tertulis; dan (3) berdasarkan fungsinya, surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tulis. Marjo (2000:15) berpendapat surat adalah alat komunikasi tertulis, atau sarana untuk menyampaikan pernyataan maupun informasi secara tertulis dari pihak satu kepada pihak yang lain. Informasi tersebut bisa berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, pemikiran, sanggahan dan lain sebaginya. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian surat, maka dapat disimpulkan bahwa surat adalah sehelai kertas atau lebih yang didalamnya dituliskan suatu informasi yang perlu diketahui orang tertentu yang sifatnya personal dan harus dijawab oleh penerimanya.

2.2.2.2 Fungsi Surat Surat sebagai sarana komunikasi, mempunyai beberapa fungsi. Menurut Marjo (2000:15) fungsi surat yang aktif dalam kehidupan masyarakat sehari-hari adalah :

20

a. Sebagai wakil atau duta Si pengirim surat; Surat berperan sebagai pembawa misi dan pesan-pesan yang mewakili Si penulis. Karena sifatnya sebagai duta atau wakil, maka surat harus ditulis dengan teliti, praktis, sistematis dan seobjektif mungkin. b. Sebagai bahan bukti hitam di atas putih yang mempunyai kekuatan hokum; c. Referensi dalam merencanakan atau menindaklanjuti suatu aktivitas suratsurat yang diarsipkan merupakan sumber data yang diperlukan dalam perencana dan penindaklanjutan suatu aktivitas atau program; d. Alat pengingat; Sesuatu yang terlupakan dalam kegiatan masa lalu dapat dilihat dan ditinjau kembali. e. Alat untuk memperpendek jarak, penghemat tenaga, dan waktu; Sesuatu yang harus dikunjungi bila tidak begitu penting dapat dihubungi dengan memakai surat saja. f. Bukti sejarah dan kegiatan suatu organisasi atau badan usaha; g. Jaminan keamanan, misalnya surat jalan; dan h. Alat promosi pihak pengirim. Berdasarkan fungsi surat diatas, fungsi utama surat adalah sebagai sarana komunikasi. Surat dapat digunakan sebagai sarana komunikasi apabila surat tersebut komunikatif. Surat sebagai sarana komunikasi, mempunyai kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh alat komunikasi yang lain. Berkomunikasi melalui surat-surat akan

21

lebih praktis dan murah. Di samping itu, surat dapat memuat infomasi yang tak terbatas dan pembaca dapat membaca berulang-ulang apabila belum jelas informasinya.

2.2.2.3 Bentuk Surat Menarik atau tidaknya sebuah surat kadang-kadang ditentukan oleh format atau bentuk surat. Menurut Wiyasa (1992:3) bentuk surat ialah tata letak atau posisi tertentu sesuai dengan fungsi dan perannya, terutama sebagai petunjuk atau identifikasi memproses surat tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk surat yang dapat dibedakan secara tajam yaitu bentuk lurus atau block style dan bentuk lekuk atau identited style. Menurut Mustakim (1994: 167) Format surat adalah bentuk dan ukuran serta tata letak atau posisi bagian-bagian surat, seperti penempatan tanggal, alamat surat, salam pembuka, dan salam penutup. Soedjito dan Solchan (1999:17) menjelaskan bentuk surat ialah susunan letak bagian-bagian surat. Mereka membagi bentuk surat menjadi lima bentuk, yaitu : (1) lurus penuh; (2) lurus; (3) setengah lurus; (4) resmi Indonesia lama; (5) resmi Indonesia Baru. Senada dengan pendapat tersebut, Marjo (2000:60) membagi bentuk-bentuk surat sebagai berikut.

22

1. Bentuk lurus penuh (Full Block Style). 2. Bentuk lurus (Block Style). 3. Bentuk setengah lurus (Semi Block Style). 4. Bentuk persegi (Block Style). 5. Bentuk sederhana (Simple Style). 6. Bentuk lekuk (Special Paragraph). 7. Bentuk resmi dinas pemerintah (Indentited Style). 8. Bentuk resmi dinas pemerintah (Official Style) 9. Bentuk surat model Amerika (American Style). 10. Bentuk surat model Inggris (British Style Business Letter). 11. Bentuk surat model Inggris (British Style). 12. Bentuk surat dinas yang lengkap bagian-bagiannya. Jika dipandang dari keresmian penggunaannya, format atau bentuk surat juga ada yang resmi dan tidak resmi. Format resmi digunakan untuk surat-surat resmi sedangkan surat tidak resmi biasanya digunakan oleh pribadi. Bentuk resmi di Indonesia sangat bervariasi dan menurut pusat pembinaan dan pengembangan bahasa dianjurkan menggunakan format setengah lurus. Format setengah lurus dapat dilihat pada bagan 1 di bawah ini.

23

Bagan 1. Format Setengah Lurus (semi block style)

(Tanggal)

(Alamat) ________________ ________________

(Salam Pembuka) (paragraf pembuka) _______________________________________________________ _______________________________________________________ _______________________________________________________ (paragraf isi) _______________________________________________________ _______________________________________________________ _______________________________________________________

_______________________________________________________ _______________________________________________________ _______________________________________________________ (paragraf penutup) _______________________________________________________

(Salam penutup) (Tanda tangan) (Nama jelas)

24

Format itulah yang dianjurkan untuk digunakan dalam surat-menyurat Indonesia. Walaupun bentuk surat itu untuk surat resmi dapat pula digunakan untuk surat pribadi, karena surat pribadi dengan surat resmi sebenarnya hanya dibedakan pada bagian: kepala surat, nomor, lampiran, hal, dan pada tembusan surat. Pemilihan format setengah lurus ini didasarkan pada prinsip efektivitas yang dikemukakan Sudarsa. Faktor kemudahan dalam bentuk setengah lurus ini dapat dilihat dari segi penulisan bagian-bagian surat bentuk setengah lurus ini lebih mudah bila dibandingkan dengan bentuk bertekuk. Penulisan alamat disebelah kiri lebih leluasa dibandingkan disebelah kanan karena kemungkinan pemenggalan bagian kalimat tidak terjadi. Dilihat dari factor kehematan, penulisan surat setengah lurus lebih efektif dan hemat dari bentuk lurus, karena pada bagian surat sebelah kiri dan kanan tidak terlihat kosong. Faktor keserasian tampak pada susunan letak bagian-bagian surat setengah lurus karena pemanfaatan bagian kiri dan kanan surat sudah sesuai dan tampak rapi.

2.2.2.4 Jenis surat Jika dilihat dari segi bentuk, isi, dan bahas surat dapat digolongkan atas tiga jenis, yaitu (1) surat pribadi; (2) surat dinas; (3) surat niaga (Sudarsa dkk 1992:3). Pada landasan teori ini peneliti hanya menekankan pada surat pribadi saja, karena surat pribadi inilah penelitian. yang menjadi bahan kajian

25

2.2.2.5 Surat Pribadi Surat-menyurat pribadi timbul dalam pergaulan hidup sehari-hari dan terjadi dalam komunikasi antara anak dan orang tua, antar kerabat, antar sejawat dan antar teman. Pengertian surat pribadi itu sendiri adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi (Sudarsa dkk 1992:3). Senada dengan pendapat Sudarsa, Marjo (1996:10) berpendapat bahwa surat pribadi atau personal letter adalah surat yang mencakup surat keluarga dari orang tua kepada anak atau sebaliknya, bisa juga antar hubungan keluarga lain termasuk surat antar teman dan pergaulan muda-mudi (surat percintaan). Soedjito dan Solchan (1999:4) mengartikan surat pribadi adalah surat yang berisi masalah pribadi, yang ditujukan kepada keluarga, teman atau kenalan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa surat pribadi adalah surat yang ditulis oleh perseorangan yang bersifat pribadi dan ditujukan kepada orang lain, instansi atau organisasi.

2.2.2.6 Bagian-bagian Surat Pribadi Sebuah surat terdiri atas bagian-bagian surat. Penempatan bagian-bagian surat itu berhubungan dengan bentuk surat yang dipergunakan, artinya jika bagian-bagian surat itu diletakkan pada margin kiri, terbentuklah bentuki lurus. Jika bagian-bagian surat itu tidak diletakkan pada margin kiri , dapatlah terbentuk setengah lurus. Hal itulah yang membedakan komposisi surat dengan konposisis yang lain, misalnya pada novel dan roman.

26

Bagian surat pribadi terdiri atas : (1) tanggal ; (2) alamat tujuan; (3) salam pembuka; (4) isi surat; (5) salam penutup; (6) pengirim surat; (7) inisial. (Sudarsa 1992:9). Penulisan bagian-bagian surat akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Tanggal Tanggal surat ditulis secara lengkap, yaitu tangal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan huruf, dan tahun ditulis dengan angka. Sebelum tanggal tidak dicantumkan nama kota karena mana kota itu sudah tercantum pada kepala surat kecuali pada surat pribadi. Setelah angka tahun tidak diikuti tanda baca apapun. Contoh : Semarang, 22 Maret 1990 2. Alamat surat Dalam penulisan alamat surat terdapat dua macam bentuk. Bentuk yang pertama adalah alamat yang ditulis di sebelah kanan atas di bawah tanggal surat dan bentuk yang kedua adalah alamat yang ditulis disebelah kiri atas sebelum salam pembuka. Penulisan alamat surat di sebelah kiri atas itu lebih menguntungkan daripada di sebelah kanan atas karena kemungkinan pemenggalan tidak ada sehingga alamat yang panjang pun dapat dituliskan. Menurut Sudarsa (1992:14) penulisan suart perlu diperhatikan hal berikut. a. Penulisan nama penerima harus cermat dan lengkap, sesuai dengan kebiaasaan yang dilakukan oleh yang bersangkutan (pemilik nama). b. Nama diri penerima surat diawali huruf kapital pada setiap unsurnya.

27

c. Penulisan alamat pernerima surat juga harus cermat dan lengkap serta informatif. d. Untuk menyatakan yang terhormat pada awal nama penerima surat cukup dituliskan Yth. dengan huruf awal kapital disertai tanda titik singkatan itu. Penggunaan kata kepada sebelum Yth. tidak diperlukan karena kata kepada berfungsi sebagai penghubung antarbagian kalimat yang menyatakan arah. Apalagi kalau diingat bahwa alamat pengirim tidak didahului kata dari yang berfungsi sebagai penghubung antarbagian kalimat yang menyatakan asal. e. Kata sapaan seperti ibu, bapak, saudara digunakan pada alamat surat sebelum nama pengirim surat. Jika digunakan kata bapak atau ibu pada awal penerima, kata itu hendaknya ditulis penuh tanpa tanda baca apapun pada akhir kata itu. f. Jika nama orang yang dituju bergelar akademik sebelum namanya, seperti Dr. dr. Ir atau Drs atau memiliki pangkat seperti kapten atau kolonel kata sapaan Ibu,Bapak, dan, Sdr. Tidak digunakan. g. Jika yang ditulis nama jabatan seseorang, kata sapaan tidak digunakan agar tidak berimpit dengan gelar,pangkat atau jabatan. h. Kata jalan pada alamat surat tidak tidak disingkat, tetapi ditulis penuh yaitu Jalan dengan huruf awal kapital tanpa tanda titik atau titik dua pada akhir kata itu.

28

3. Penulisan Salam Salam dalam surat ada dua macam, yaitu salam pembuka dan salam penutup. Penulisan kedua bentuk salam itu merupakan awal dalam berkomunikasi antara penulis surat dan penerima surat. Salam pembuka lazim ditulis disebelah kiri di bawah alamat surat, di atas kalimat pembuka isi surat. Salam penutup lazim ditulis di sebelah kanan bawah. Huruf pertama salam pembuka dan penutup ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda koma. 4. Isi Surat Secara garis besar isi surat terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian pertama merupakan paragraph pembuka, bagian kedua merupakan paragraf isi, dan bagian ketiga merupakan paragraph penutup Paragraf pembuka mengantarkan isi surat yang akan diberitahukan. Paragraf pembuka berisikan pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, atau permintaan. Dalam paragraf isi dikemukakan hal yang perlu disampaikan kepada penerima surat. Namun, isi surat harus singkat, lugas, dan jelas. Paragraf penutup merupakan simpulan dan kunci isi surat. Di samping itu, paragraph penutup dapat mengandung harapan penulis surat atau berisi ucapan terima kasih kepada penerima surat. 5. Nama Pengirim Nama pengirim surat ditulis di bawah salam penutup dan tanda tangan. Tanda tangan diperlukan sebagai keabsahan surat apalagi surat dinas. Dalam penulisan nama pengirim perlu diperhatikan : (1) penulisan nama

29

tidak perlu menggunakan huruf kapital seluruhnya; tetapi menggunakan huruf awal huruf kapital pada setiap unsure nama; (2) nama tidak perlu ditulis dalam kurung; (3) nama jabatan dapat dicantumkan di bawah nama pengirim (Sudarsa dkk 1992:11-20).

2.2.2.6 Kriteria Penulisan Surat Surat pribadi merupakan salah satu bentuk dari tulisan pribadi. Tulisan pribadi lebih menyenangkan daripada jenis tulisan yang lain. Karena menyenangkan maka bahasanya pun hendaknya disusun yang menyenangkan. Ciri-ciri bahasa surat pribadi tersebut, yaitu (1) bahasa alamiah, wajar, sederhana ; (2) ujaran normal dengan kebiasaan sehari-hari; (3) isinya hidup; (4) menarik ; (5) tidak formal; (6) riang penuh semangat (Tarigan 1984:31). Senada dengan Tarigan Suhanda (1992:23) menjelaskan bahwa penggunaan bahasa surat harus jelas unsur-unsurnya, lugas bahasanya tidak menimbulkan makna ganda dan bahasa surat harus ekonomis tidak merusak ejaan, tata bahasa atau pilihan kata dan komposisi. Nursito (1999:47) menjelaskan sebelum pembelajaran surat diberikan kepada siswa, mereka perlu mengetahui ciri-ciri penulisan surat yang baik berikut ini. a. Pengungkapan Jelas Pengungkapan yang jelas tidak akan membingungkan pembaca, karena permasalahan yang dibicarakan dapat dipahami oleh pembaca secara tepat dan benar.

30

b. Penciptaan kesatuan dan pengorganisasian Tulisan surat sebaiknya langsung menjelaskan inti permasalahan dan tidak berbelit-belit. Perpindahan pembahasan masalah berlangsung secara mulus, tanpa menimbulkan kesenjangan. c. Ketetapan Penggunaan ejaan yang baik dan benar akan mengkaitkan bobot tulisan. Penggunaan ejaan haruslah memenuhi kaidah ejaan yang disempurnakan. d. Variasi kalimat Variasi yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam menulis surat adalah penyusunan kalimat panjang dan pendek secara berselang-seling guna menghindari kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan mencari sinonimnya, atau sekali-kali ditampilkan kalimat bermajas. Berdasarkan uraian pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa dalam surat sangat penting karena surat adalah utusan dari penulis yang berwujud tulisan. Bahasa surat harus memenuhi ketentuan jelas, lugas, komunikatif . Jelas dalam hal ini jelas unsur-unsurnya. Lugas berarti bahwa bahasa yang digunakan tidak menimbulkan makna ganda. Bahasa surat harus ekonomis selama tidak merusak kaidah ejaan, tata bahasa atau pilihan kata dan komposisi. Komunikatif dapat ditentukan oleh kelogisa dan kesisteman. Kesisteman ditentukan oleh hubungan antarbagian kalimat, alenia atau paragraf yang memperlihatkan adanya hubungan pikiran pembaca dan penulis surat.

31

2.2.2.7 Tahap Penulisan Surat Menurut Mustakim (1999:165) agar surat yang disusun itu tampak menarik, efektif, dan mudah dipahami, maka perlu langkah-langkah penyusunan surat sebagai berikut. a. Sebelum menulis surat perlu dirumuskan lebih dahulu permasalahan yang akan disampaikan. b. Permasalahan itu disusun menurut urutan yang telah ditetapkan, kemudian diuraikan secara sistematis. c. Jika diperlukan disertai data yang relevan. d. Setiap persoalan hendaknya disusun dalam sebuah paragraf. e. Jika dianggap telah lengkap baru ditulis rapi. f. Sebelum ditandatangani perlu diteliti kembali. Samadhy (2000:321-327) berpendapat bahwa menulis surat dapat dicapai dengan baik melalui proses sebagai berikut. 1. Pramenulis Langkah-langkah pramenulis meliputi, memilih topik, mempertimbangkan tujuan, mempertimbangkan bentuk tulisan dan mengorganisasikan gagasan. 2. Penyusunan Draf Langkah-langkah penyusunan draf meliputi menyusun draf kasar, menulis kalimat pertama, menjabarkan draf kasar, membaca jabaran draf, dan membacakan jabaran draf.

32

3. Perevisian Langkah-langkah dalam perevisian meliputi merevisi isi draf, mengurutkan kembali, mengurangi, memperjelas dan menambah contoh. 4. Penyuntingan Langkah-langkah dalam penyuntingan meliputi pengembangan penggunaan ejaan dan penggunaan aturan penulisan. 5. Publikasi Dalam tahap publikasi langkah-langkah yang harus dilewati adalah mengumpulkan karya siswa dan merencanakan bentuk publikasi. Menurut peneliti kedua pendapat-pendapat para ahli tersebut sama benarnya. Maka peneliti mengkolaborasikan kedua teori tersebut sebagai dasar penulisan surat pribadi.

2.2.3

Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (Depdikbud 2002:4).

33

Hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritik, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu, mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing (Nurhadi dkk 2004:4). Bila pembelajaran kontekstual diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami konsep pendekatan kontekstual terlebih dahulu dan dapat

menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat belajar lebih efektif, guru perlu mendapat informasi tentang konsep-konsep pembelajaran kontekstual dan penerapannya. Dengan pendekatan kontekstual, siswa dibantu menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, siswa akan dibawa tidak hanya masuk ke kawasan pengetahuan, tetapi juga sampai pada penerapan pengetahuan yang didapatkannya melalui pembelajaran kontekstual. Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru

34

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual (Nurhadi dkk 2004:5). Dengan demikian, pendekatan kontekstual bukan hanya sebuah strategi pembelajaran. Tetapi sebuah pendekatan yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.

2.2.3.1 Komponen Pemodelan Salah satu bagian dari komponen pembelajaran kontekstual adalah pemodelan (modeling). Komponen pemodelan pada pembelajaran yaitu, dalam sebuah pembelajaran keterampilan berbahasa atau keterampilan tertentu ada model yang bisa ditiru. Model ini bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan sesuatu. Dengan demikian, guru memberi model tentang bagaimana belajar (Depdiknas 2002:16). Pemodelan pada dasarnya bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan keinginannya (Nurhadi dkk 2004:49). Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk

35

memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes bahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa contoh tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi model cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya (Nurhadi dkk 2004:50). Implementasi komponen pemodelan dalam pembelajaran menulis surat pribadi dapat dilakukan dengan menghadirkan sebuah contoh surat pribadi buatan siswa ataupun buatan guru. Penyajian contoh surat pribadi dapat membantu siswa dalam memahami cara pembuatan surat sesuai kaidah penulisan surat yang baik dan benar. Contoh surat tersebut dapat ditiru siswa, terutama dari segi struktur penulisan surat. Dengan demikian, peranan model sebagai sarana atau media dalam proses pembelajaran menjadi strategi kunci untuk pencapaian kompetensi.

2.2.3.2 Implementasi Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dalam Pembelajaran Menulis Surat Pribadi Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bertumpu pada keempat aspek berbahasa, yaitu mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis ditambah struktur, kosakata, dan sastra. Dalam praktik pembelajaran aspek-aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi yang

36

seimbang karena aspek-aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Namun demikian, dalam pembelajaran tetap ada salah satu yang difokuskan. Titik berat pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan menulis memang dapat dikuasai oleh siapa saja yang memiliki kemampuan intelektual yang memadai. Namun berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara, menulis tidak diperoleh secara alamiah melainkan harus dipelajari dan dilatihkan terus-menerus. Pada kegiatan menulis bukan panjangnya tulisan yang diharapkan melainkan kejelasan isi tulisan,pilihan kata serta efisien pemakaian kalimatnya. Selama kegiatan ini, siswa perlu diajarkan bahwa ada berbagai kemungkinan cara penataan atau penyusunan kata. Menemukan kesalahan dalam menulis (tidak hanya ejaan dan tanda baca, tetapi kelengkapan atau kejelasan kalimat, bahkan pilihan kata) ini termasuk dalam kegiatan menulis. Siswa tidak hanya dilatihkan untuk menemukan kesalahan sendiri, tetapi juga untuk memperbaiki dan membenahinya. Kegiatan menulis juga akan lebih optimal bila didukung oleh banyak membaca, sebab orang yang banyak membaca akan dapat dengan mudah serta lancar menulis (Purwo 1997:7-8). Pada pembelajaran menulis, siswa perlu dilatih untuk menguasai prinsipprinsip menulis dan berpikir. Hal ini dapat membantu siswa mencapai maksud dan tujuannya. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah penemuan, susunan, dan gaya penulisan.

37

Dengan demikian, keterampilan menulis lebih banyak diperoleh dari pengalaman yang berulang-ulang melalui latihan terstruktur di sekolah. Peranan guru dalam pembelajaran menulis perlu dilakukan dengan kompetensi dan motivasi yang tinggi guna mencapai misi kurikulum berbasis kompetensi. Media ataupun model dalam pembelajaran menulis memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar yang optimal. Penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pembelajaran bagaimanapun akan membantu kelancaran, efektifitas, dan efesiensi pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pengajaran yang menjadikan siswa seolaholah bermain, asyik, dan bekerja dengan suatu media akan lebih menyenangkan mereka, dan sudah tentu proses pembelajaran akan lebih bermakna (meaningful). Sastradiradja (dalam Suyatinah 2003:132) menyatakan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu : (1) murid belajar lebih banyak; (2) mengingatkan lebih lama; (3) melengkapi rangsang yang efektif untuk belajar; (4) menjadikan belajar lebih konkret; (5) membawa dunia ke dalam kelas; (6) memberikan pendekatan-prndekatan bermacam-macam dari satu subjek yang sama. Sejalan dengan pendekatan di atas, Sujana (dalam Suyatinah 2003:132) mengatakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar-mengajar mempunyai nilai : (a) dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir; (b) dapat memperbesar minat dan perhatian; (c) dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap; (d)

menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan; (e) membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa; (f)

38

membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa; (g) membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. Pemodelan merupakan teknik pembelajaran dengan menggunakan model atau alat peraga. Kehadiran model sebagai media pembelajaran akan menciptakan suasana pembelajaran yang mengasyikkan dan siswa selalu dilibatkan, dibutuhkan, dan berperan aktif dalam pembelajaran. Wujud alat peraga atau model tentu saja disesuikan dengan kebutuhan dan jenis mata pelajaran. Misalnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ketika siswa akan belajar menulis surat pribadi, guru dapat menghadirkan contoh surat pribadi yang baik dan benar dari guru ataupun dari siswa sendiri. Siswa dapat meniru atau mencontoh struktur penulisan surat yang baik. Kemudian siswa pun akan dapat membuat surat pribadi yang baik dan benar pula. Jadi guru tidak hanya berperan sebagai orang yang menyampaikan teori-teori saja tanpa praktik. Dengan media pembelajaran yang menarik, kreatifitas siswa untuk menulis surat pribadi akan bangkit, kemudian siswa akan tertarik dan berlomba-lomba untuk menyusun surat pribadi yang baik dan benar. Alangkah menariknya jika tiap anak berkompetisi secara aktif dan sehat saat pembelajaran berlangsung.

39

2.3

Kerangka Berpikir Standar kompetensi pada pembelajaran menulis, siswa diharapkan mampu

mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan (Depdiknas:2004). Menulis surat merupakan salah satu butir pembelajaran dari beberapa butir pembelajaran yang ada dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Dasar khususnya pada kelas V. Indikator pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran menulis surat diharapkan siswa dapat menyampaikan informasi untuk orang lain dalam bentuk surat dengan kalimat yang efektif dan mengidentifikasi ciri bahasa surat pribadi

(Depdiknas:2004). Kenyataannya kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada hasil tulisan surat siswa yang rata-rata masih banyak kesalahannya baik dari segi isi, bahasa, penggunaan ejaan, pilihan kata, penyusunan kalimat, dan sistematika penulisan surat. Hal tersebut terjadi karena pengaruh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor yang berpengaruh besar yaitu pemilihan strategi dalam pembelajaran. Selama ini pembelajaran menulis surat pribadi yang dilakukan guru masih mengandalkan strategi ceramah sebagai transfer belajar dan mementingkan hasil belajar daripada proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan mengakses penjelasan guru karena dalam memberikan penjelasan guru tidak menyertakan contoh konkrit. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen

40

pemodelan sebagai upaya mengatasi rendahnya kemampuan menulis surat pribadi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Siklus I dimulai dengan tahap perencanaan, rencana-rencana kegiatan disusun untuk menemukan solusi pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah tindakan, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada saat proses pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung. Tindakan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tahap ketiga yaitu observasi. Observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Tahap terakhir adalah refleksi, dilakukan dengan merefleksi hasilhasil yang diperoleh dalam pembelajaran. Kelebihan atau kemajuan yang diperoleh pada siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahan atau kekurangan yang muncul dicarikan solusi pemecahannya pada siklus II dengan cara memperbaiki perencanaan siklus II. Siklus II merupakan hasil perbaikan pada siklus I. Tahap-tahap siklus II sama seperti siklus I. Hasil pembelajaran tes siklus I dan siklus II kemudian dibandingkan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kerangka berpikir proses pembelajaran surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontektual dapat digambarkan sebagai berikut.

41

Bagan 2: Tahap Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis Surat dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan

Observasi awal: siswa belum terampil menulis surat pribadi dengan baik dan benar

Model I

Siklus I

Tes Menulis Surat pribadi I

Analisis refleksi I

Berhasil

Belum Simpulan

Model II dan Model III

Siklus II

Tes Menulis Surat pribadi II

Analisis refleksi II

Berhasil

Siswa terampil menulis surat pribadi sesuai dengan kaidah penulisan surat

42

2.4

Hipotesis Tindakan Hipotesis Tindakan Kelas dalam penelitian ini adalah keterampilan

menulis surat pribadi dan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang akan meningkat jika dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri II Klaten adalah 243 siswa dengan perincian sebagai berikut. Tabel 3. Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri II Klaten No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kelas VIIA VIIB VIIC VIID VIIE VIIF Putra 16 15 16 16 16 14 Putri 24 26 24 26 24 26 Jumlah Siswa 40 siswa 41 siswa 40 siswa 42 siswa 40 siswa 40 siswa

Alasan dipilihnya siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten sebagai subjek penelitian adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa siswa kelas VIIA memiliki keterampilan membaca pemahaman yang masih rendah dibandingkan kelas lainnya. 2. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas tersebut. 3. Kehadiran peneliti tidak mempengaruhi perilaku siswa karena siswa SMP Negeri II Klaten sudah terbiasa mendapat pengawasan oleh staf pengajar yang bersangkutan untuk menjaga stabilitas proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

35

36

3.2 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten dan pembelajaran membaca pemahaman melalui teknik cloze. Berikut dijelaskan mengenai kedua variabel tersebut. 1. Keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten yang meliputi keterampilan memahami bacaan dengan menggunakan wacana rumpang. Wacana yang digunakan untuk pembelajaran membaca pemahaman sengaja dilesapkan dengan melesapkan bagian-bagian tertentu pada bacaan yang dipilih. Bagian-bagian yang dilesapkan tersebut kemudian diisi oleh siswa. 2. Pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teknik cloze. Teknik cloze atau yang biasa disebut teknik isian rumpang adalah teknik pembelajaran membaca pemahaman dengan cara melesapkan bagian-bagian tertentu dari wacana. Tujuan dari pelesapan tersebut agar siswa mengisi bagian-bagian yang dilesapkan. Penelitian ini dianggap berhasil apabila terjadi peningkatan persentase keterampilan membaca pemahaman siswa sebagai berikut. a. Siklus I (1) Apabila terjadi peningkatan berkisar 2.50% - 12.50% dari keadaan semula dikategorikan cukup. (2) Apabila terjadi peningkatan berkisar 12.51% - 25% dari keadaan semula dikategorikan baik.

37

(3)

Apabila terjadi peningkatan lebih dari 25% dari keadaan semula dikategorikan amat baik.

b. Siklus II (1) Apabila terjadi peningkatan berkisar 2.50% - 12.50% dari keadaan pada siklus I dikategorikan cukup. (2) Apabila terjadi peningkatan berkisar 12.51% - 25% dari keadaan pada siklus I dikategorikan baik. (3) Apabila terjadi peningkatan lebih dari 25% dari keadaan pada siklus I dikategorikan amat baik.

3.3 Instrumen Penelitian Instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Berikut diuraikan tentang kedua teknik pengumpulan data tersebut. 3.3.1 Tes Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten ini dengan menggunakan wacana rumpang. Wacana rumpang tersebut digunakan pada saat tes awal, pembelajaran membaca pemahaman, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II. Setiap tes baik pada siklus I maupun pada siklus II digunakan sebuah wacana yang telah dilesapkan bagian-bagiannya tiap kata ke-6 atau ke-7, sejumlah 50 lesapan dengan memperhatikan fungsinya sebagai alat ajar keterampilan membaca pemahaman. Pada saat pembelajaran membaca pemahaman, digunakan sebuah wacana yang telah dilesapkan dengan melesapkan tiap kata ke-6 atau ke-7 sejumlah 20 lesapan.

38

Pertimbangan yang digunakan agar guru lebih mudah dalam memberikan penjelasan dan karena keterbatasan waktu dalam mengajar. Sebelum wacana dilesapkan bagian-bagiannya dan digunakan sebagai instrumen tes maupun pembelajaran, terlebih dahulu diukur tingkat

keterbacaannya dengan menggunakan Grafik Raygor.

Langkah-langkah yang

ditempuh untuk mengukur wacana tersebut, dijelaskan sebagai berikut. Langkah (1) Menghitung 100 buah perkataan dari wacana yang hendak diukur tingkat keterbacaannya itu sebagai sampel. Deretan angka tidak dipertimbangkan sebagai kata. Oleh karena itu, angka-angka tidak dihitung ke dalam perhitungan 100 buah kata. Langkah (2) Menghitung jumlah kalimat sampai pada persepuluhan terdekat. Prosedur ini sama dengan prosedur Fry dalam menghitung rata-rata jumlah kalimat. Langkah (3) Menghitung jumlah kata-kata sulit, yaitu kata-kata yang dibentuk oleh 6 huruf atau lebih. Kriteria tingkat kesulitan sebuah kata didasari oleh panjangpendeknya kata, bukan oleh unsur semantisnya. Kata-kata yang tergolong ke dalam kategori sulit itu ialah kata-kata yang terdiri atas enam atau lebih huruf. Kata-kata yang jumlah hurufnya kurang dari enam, tidak digolongkan ke dalam kategori kata sulit.

39

Langkah (4) Hasil yang diperoleh dari langkah 2) dan 3) itu dapat diplotkan ke dalam Grafik Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan wacananya. Berikut hasil pengukuran tingkat keterbacaan wacana yang digunakan sebagai alat ajar dan alat tes keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten. Tabel 4. Tingkat Keterbacaan Wacana NO 1. GRAFIK RAYGOR 1 Jumlah kalimat 9,9 s/d persepuluhan terdekat. Jumlah kata sulit 31 WACANA 2 3 4 11,5 9 7,2 Judul Wacana 1. Kacamata Nenek 2. Pembuat Tembikar yang Berani 3. Pohon Ajaib 4. Endy Wibowo, Makan Lagi 5. Kantor Pindah, Kualitas tambah

5 9,3

2.

29

32

26

30

3.

Tingkat Keterbacaan

VII VII

VII VII VII

Setelah tingkat keterbacaan wacana diukur, langkah selanjutnya adalah merumpangkan bagian-bagian pada wacana tersebut. Kelima wacana yang digunakan sebagai alat pembelajaran dan tes dilesapkan bagian-bagiannya tiap kata ke-6 atau ke-7 sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pelesapan dimulai pada kalimat kedua agar siswa mudah dalam memahami isi wacana yang dilesapkan tersebut. Pelesapan ditandai dengan memberi nomor pada tiap lesapan dan diberi tanda.

40

3.3.2

Nontes Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk instrumen nontes

berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman jurnal, dan dokumentasi. Berikut dijelaskan tentang pedoman alat pengambilan data nontes tersebut. 3.3.2.1 Pedoman Observasi Observasi/pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang penelitian yang dimaksud. Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung, dengan dua lembar panduan observasi untuk siswa dan guru.

Berikut aspek-aspek yang diamati dalam observasi. 1) Pedoman Observasi untuk Siswa Siklus I. a. Tanggapan awal siswa pada saat guru hadir dan mulai memperkenalkan materi pembelajaran membaca pemahaman yang akan dibahas: (i) tertarik dengan kehadiran guru; (ii) menyepelekan kehadiran guru. b. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran membaca pemahaman melalui teknik cloze yang dijelaskan guru: (i) memperhatikan dan merespon dengan antusias (bertanya, menanggapi, membuat catatan); (ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, mondar-mandir, dan membuat catatan yang tidak perlu). c. Tanggapan siswa dalam mengisi wacana yang telah dirumpangkan: (i) mengisi wacana rumpang dengan sikap yang baik;

41

(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu pada saat mengisi wacana rumpang (mencontek, tiduran, dan sebagainya). d. Tanggapan siswa terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang sudah dilalui: (i) tertarik untuk mengulang pembelajaran; (ii) tidak merespon keseluruhan proses pembelajaran. 2) Pedoman Observasi untuk Siswa Siklus II a. Tanggapan awal siswa pada saat guru kembali hadir dan mulai memperkenalkan materi pembelajaran membaca pemahaman yang akan dibahas: (i) tertarik dengan kehadiran guru; (ii) menyepelekan kehadiran guru. b. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran membaca pemahaman melalui teknik cloze dengan dengan cara berdiskusi: (i) memperhatikan dan memberikan tanggapan dengan antusias (bertanya, menanggapi, membuat catatan); (ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, mondar-mandir, membuat catatan yang tidak perlu. c. Tanggapan siswa dalam mengisi wacana yang telah dirumpangkan melalui kegiatan pembelajaran diskusi: (i) mengisi wacana rumpang dengan sikap yang baik; (ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu pada saat kegiatan pembelajaran (mencontek, tiduran, dan sebagainya).

42

d. Tanggapan siswa terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang sudah dilalui: (i) tertarik untuk mengulang pembelajaran; (ii) tidak merespon keseluruhan proses pembelajaran. 3) Pedoman Observasi untuk Guru Pedoman observasi untuk guru meliputi: a. b. membuka pelajaran; penyampaian materi; (i) penguasaan materi (ii) kesesuaian materi pembelajaran dengan Rencana Pembelajaran c. d. e. f. g. h. kemampuan berkomunikasi dengan siswa; kesesuaian metode pembelajaran; mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran; kemampuan menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif; kemampuan memberi balikan; dan kemampuan menutup pelajaran. Peneliti menggunakan pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati segala respons dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II karena tingkah laku siswa sangat berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian tindakan kelas ini. Observasi siswa meliputi keseluruhan siswa yang mengikuti proses pembelajaran tanpa ada pengecualian.

43

3.3.2.2 Pedoman Wawancara Wawancara dilaksanakan oleh peneliti kepada siswa untuk mendapatkan informasi tentang seberapa jauh responden (siswa) menguasai keterampilan membaca pemahaman berkaitan dengan variabel penelitian wawancara dengan memberi tanggapan positif atau negatif. Aspek-aspek yang diungkap dalam wawancara pada siklus I adalah sebagai berikut. (1) Tanggapan positif dan negatif terhadap bacaan yang disajikan untuk pembelajaran membaca pemahaman. (2) Tanggapan siswa terhadap teknik cloze yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. (3) Kemudahan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan teknik cloze. (4) Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan teknik cloze. (5) Harapan siswa tentang bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya. (6) Harapan siswa tentang kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya. Pada saat pelaksanaan siklus II terdapat beberapa perubahan yang secara langsung mengubah pula pedoman wawancara untuk siklus II. Berikut pedoman wawancara siklus II.

44

(1) Tanggapan positif dan negatif siswa terhadap bacaan yang digunakan pada pembelajaran membaca pemahaman siklus II. (2) Tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui diskusi yang telah dilaksanakan. (3) Kemudahan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan teknik cloze melalui kegiatan berdiskusi. (4) Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan teknik cloze melalui kegiatan berdiskusi. (5) Manfaat yang diperoleh melalui kegiatan berdiskusi dalam membaca pemahaman. 3.3.2.3 Pedoman Jurnal Siswa Jurnal berisi pesan dan kesan selama pembelajaran berlangsung, yang diisi oleh siswa setiap akhir siklus, baik siklus I maupun siklus II. Hal-hal yang dicatat dan diisikan dalam jurnal meliputi: (1) tanggapan siswa terhadap bacaan yang disajikan; (2) ketertarikan siswa dengan teknik isian rumpang pada saat pembelajaran membaca pemahaman; (3) kemudahan atau kesulitan memahami bacaan melalui teknik cloze; dan (4) tanggapan siswa terhadap gaya guru dalam mengajar. Pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman jurnal untuk siklus I dan siklus II dibuat tidak sama. Perbedaan itu terjadi karena pada saat pelaksanaan siklus I terdapat beberapa perubahan atau perilaku siswa yang menarik untuk diuraikan pada pengambilan data nontes siklus selanjutnya. Uraian

45

itu dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan atau bahkan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Pembuatan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman jurnal siklus II dilakukan setelah pelaksanaan siklus I dengan beberapa penyesuaian. 3.3.2.4 Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas ini berupa dokumentasi foto. Penggunaan dokumentasi melalui pertimbangan bahwa suatu penelitian memerlukan bukti nyata selain data, agar penelitian itu menjadi penelitian yang akurat. Dokumentasi juga berfungsi sebagai sarana untuk menjelaskan keruntutan proses penelitian dari awal sampai akhir sehingga penelitian tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Dokumentasi kegiatan pembelajaran berisi sejumlah foto aktivitas pembelajaran dari mulai pelaksanaan tes awal sampai dengan pengisian jurnal dan pelaksanaan wawancara. 3.3.3 Uji Instrumen Data mempunyai kedudukan yang paling penting dalam penelitian. Benar atau tidaknya data tergantung dari baik tidaknya hasil penelitian. Uji instrumen penting dilakukan untuk mengetahui validitas dari instrumen. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesatuan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, atau dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan validitas isi dan

46

validitas permukaan. Berikut penjabaran tentang validitas permukaan dan validitas isi. 3.3.3.1 Validitas Permukaan Uji validitas permukaan pada instrumen ini dengan mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada para ahli/dosen pembimbing. Melalui proses bimbingan kepada dosen pembimbing, instrumen ini mengalami beberapa pembenahan. Pada penelitian ini ditambahkan dokumentasi untuk mendokumentasikan seluruh proses penelitian tindakan kelas yang berlangsung. Pertimbangan lain, agar penelitian ini menjadi penelitian yang lebih akurat dibandingkan dengan penelitian yang sama yang sudah dilakukan. Pembenahan juga dilakukan pada instrumen observasi dan wawancara. Pada instrumen observasi, bagian yang dibenahi yaitu materi pada siklus I dan siklus II. Pembenahan untuk instrumen wawancara terjadi pada materi

wawancaranya berupa pembenahan pedoman untuk wawancara. 3.3.3.2 Validitas Isi Validitas isi menunjukkan seberapa jauh instrumen tersebut mencerminkan tujuan tes yang telah dirumuskan. Instrumen berupa alat tes dapat dikatakan memiliki validitas isi, apabila telah relevan dengan materi pengajaran yang hendak diteskan, yaitu materi membaca pemahaman bagi siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten.

47

3.4 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini diperlihatkan perubahan-perubahan yang terjadi setelah siswa mendapatkan perlakuan dengan teknik cloze dalam proses pembelajaran membaca pemahaman. Berikut bagan siklus tindakan kelas. P RP

Siklus I

Siklus II O

Keterangan: P: Perencanaan T: Tindakan O: Observasi R: Refleksi RP: Revisi Perencanaan Perencanaan pada siklus meliputi dua hal, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Yang dimaksud dengan perencanaan umum adalah perencanaan yang meliputi keseluruhan aspek yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan khusus terdiri dari perencanaan ulang atau disebut revisi perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan

48

pendekatan

pembelajaran,

metode

pembelajaran,

teknik

atau

strategi

pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Implementasi tindakan merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan membutuhkan peran aktif antara siswa dan peneliti. Kedua hal itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini observasi dilakukan oleh peneliti sendiri. Pengamatan dilakukan dengan mencatat semua hal yang terjadi di kelas yang sedang diteliti. Pengamatan tersebut meliputi situasi kelas, perilaku, dan sikap siswa, penyajian materi, dan sebagainya. Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan cara kolaborasi. Kolaborasi yang dimaksud adalah dengan melakukan diskusi antara siswa dan peneliti tentang berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Refleksi ini dilaksanakan setelah perlakuan tindakan dan hasil observasi. Hasil dari refleksi ini kemudian dijadikan acuan untuk langkah perbaikan pada tindakan selanjutnya. 3.4.1 Poses Tindakan Kelas 3.4.1.1 Siklus I Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x 45 menit. Siklus ini terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

49

Kegiatan siklus I selengkapnya sebagai berikut. 1) Perencanaan Dalam perencanaan, peneliti menyusun skenario pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Pembelajaran yang dilaksanakan disesuaikan dengan hakikat pembelajaran bahasa pada Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bagian yang dilesapkan pada bacaan yaitu setiap kata kelima atau keenam dengan pertimbangan bahwa wacana rumpang ini sebagai alat ajar. Berdasarkan fungsinya, bagian-bagian yang dilesapkan pada wacana yang digunakan sebagai bahan pembelajaran dan tes disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Berikut skenario pembelajaran siklus I. Tabel 5. Skenario Pembelajaran Siklus I pada Pertemuan I No I. Kegiatan Pendahuluan 1. Guru mengabsen kehadiran siswa. 2. Guru mengenalkan materi yang akan dibahas secara singkat. Kegiatan inti 1. Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru tentang wacana rumpang. 2. Siswa membaca dalam hati wacana rumpang yang dibagikan oleh guru. 3. Siswa mengisi bagian-bagian dari wacana yang dirumpangkan dengan memperhatikan sinonim dan konteksnya. 4. Siswa maju ke depan untuk membacakan wacana rumpang yang telah diisinya. 5. Secara aktif, siswa berusaha menanggapi. 6. Guru memberikan pertanyaan Waktu 10 Metode Tanya jawab Ceramah

II.

60

Tanya jawab Ceramah Penugasan

50

III.

berkaitan dengan wacana. Guru memberikan penguatanpenguatan. 8. Guru menunjukkan teks asli dari wacana yang telah dikerjakan siswa. 9. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Penutup 1. Guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar. 2. Guru menutup pertemuan dengan memberikan kuis yang berkaitan dengan wacana. 7.

20

Refleksi Tanya jawab Kuis

Tabel 6. Skenario Pembelajaran Siklus I pada Pertemuan II No I. Kegiatan Pendahuluan 1. Guru mengabsen siswa. 2. Apersepsi terhadap materi sebelumnya. Kegiatan inti 1. Siswa mengisi wacana rumpang yang dibagikan guru sebagai tes akhir siklus I. 2. Secara bergantian, siswa ditunjuk guru untuk mengisikan bagian yang dirumpangkan dengan jawaban yang benar. 3. Siswa menilai pekerjaan temannya. 4. Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan wacana. 5. Guru memberikan penguatan-penguatan dan menunjukkan jawaban yang benar sesuai teks yang asli. 4. Siswa secara individu mengerjakan jurnal. Penutup 1. Guru dan siswa mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang sudah berlangsung. 2. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang kesimpulan pertemuan I dan II. Waktu 15 Metode Ceramah Tanya jawab Ceramah Penugasan Tanya jawab

II.

60

III.

15

Tanya jawab Ceramah

51

2) Tindakan Langkah-langkah dalam tindakan diuraikan sebagai berikut. a. Apersepsi Apersepsi dalam pembelajaran membaca pemahaman ini digunakan untuk mengawali pembelajaran. Melalui apersepsi ini, siswa diperkenalkan dengan teks wacana rumpang. Perkenalan ini dimaksudkan agar siswa telah siap terlebih dahulu dengan materi yang akan dipelajari. b. Inti Kegiatan Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok tentang pembelajaran materi. Pada kegiatan ini, guru menjelaskan tentang keterampilan membaca peamhaman melalui teknik cloze. Guru menjelaskan dan memberi contoh bagaimana cara mengisikan bagian-bagian yang dilesapkan pada sebuah bacaan. Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati wacana yang telah dilesapkan, kemudian mengisi bagian-bagian tersebut. Setelah siswa mengisi

bagian-bagian yang dilesapkan, guru dan siswa membahas hasil hasil pekerjaan siswa dan memberikan penguatan-penguatan. Siswa yang tidak diberi kesempatan untuk maju, berusaha menanggapi dan menyepakati jawaban yang benar yang disampaikan oleh temannya. Setelah semua siswa menyepakati jawaban yang mereka anggap benar, guru memperlihatkan wacana yang asli. Jawaban siswa kemudian dibandingkan dan dinilai.

52

3) Observasi dan Pengambilan Data Kegiatan observasi dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Berikut adalah saat-saat pengambilan data observasi dilaksanakan. (a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang wacana rumpang. (b) Siswa memperhatikan cara pengisian rumpang. (c) Siswa membaca dalam hati wacana rumpang. (d) Siswa mengisikan bagian yang dirumpangkan dengan memperhatikan sinonim dan konteksnya. (e) Siswa mengkoreksi pekerjaan temannya. (f) Siswa menanggapi hasil isian tersebut. (g) Siswa mengisi atau melengkapi bagian yang dikosongkan, yang dibacakan oleh guru. 4) Refleksi Hasil observasi dan nilai tes serta hasil jurnal digunakan untuk melakukan wawancara terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran dan siswa-siswa yang mengalami kemudahan dalam pembelajaran. Tindakan-tindakan yang mempersulit kegiatan membaca pemahaman diperbaiki, sedangkan tindakantindakan yang mempermudah pembelajaran membaca pemahaman dilaksanakan kembali pada siklus II. Hasil tes, observasi, jurnal, dan wawancara menunjukkan adanya revisi perencanaan pada wacana yang digunakan, kegiatan

pembelajarannya, dan pemberian latihannya.

53

3.4.1.2 Siklus II Siklus II dilaksanakan melalui dua pertemuan, masing-masing pertemuan alokasi waktunya 2 x 45 menit. Siklus ini terdiri atas revisi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini kegiatan siklus II. 1) Revisi Perencanaan Pada siklus II disusun skenario pembelajaran yang berbeda dengan skenario pembelajaran pada siklus I. Skenario pembelajaran pada siklus II merupakan pembaharuan rencana pembelajaran pada siklus I. Hal-hal yang berbeda dari siklus I, yaitu wacana yang digunakan, kegiatan pembelajarannya, pemberian latihannya, dan perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan pada saat pembelajaran siklus I. Siklus II menyajikan wacana yang berbeda dengan pendekatan komunikatif yang masih bertolok ukur pada tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Berdasarkan refleksi siklus I dilakukan pembaharuan skenario pembelajaran siklus II. Berikut adalah skenario pembelajaran siklus II. Tabel 7. Skenario Pembelajaran Siklus II pada Pertemuan I No I. Kegiatan Pendahuluan 1. Guru mengabsen kehadiran siswa. 2. Apersepsi. 3. Guru menjelaskan tentang materi yang akan dibahas secara singkat. Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teknik cloze. 2. Siswa memperhatikan cara pengisian wacana rumpang. 3. Siswa mengisikan wacana yang telah dirumpangkan. 4. Siswa dibagi menjadi beberapa Waktu 15 Metode Tanya jawab Ceramah

II.

65

Ceramah Penugasan Diskusi Tanya jawab

54

kelompok. 5. Secara berkelompok, siswa mencoba menemukan jawaban yang dianggap paling tepat diantara anggota kelompoknya. 6. Setiap siswa di setiap kelompok, saling menilai jawaban anggota kelompok yang lain. 7. Secara bergantian, wakil dari kelompok maju dan menuliskan hasil isian mereka. 8. Siswa berdiskusi dan menyepakati jawaban yang mereka anggap benar. 9. Siswa memperhatikan guru dalam memberikan penguatan-penguatan. 10. Guru menunjukkan teks yang asli dengan jawaban yang benar. III. Penutup 1. Guru dan siswa merefleksi kegiatan yang telah berlangsung. 2. Guru menutup pelajaran. 10 Ceramah Tanya jawab

Tabel 8. Skenario Pembelajaran Siklus II pada Pertemuan II. No I. Kegiatan Pendahuluan 1. Guru mengabsen kehadiran siswa. 2. Apersepsi. 3. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dibahas. Kegiatan Inti 1. Guru membagikan wacana rumpang untuk tes siklus II. 2. Siswa menukarkan hasil isiannya untuk dikoreksi bersama-sama. 3. Guru menunjukkan wacana yang asli beserta jawabannya. 4. Siswa menilai hasil pekerjaan temannya. 5. Siswa mengerjakan jurnal. Penutup 1. Guru dan siswa merefleksi hasil kegiatan yang telah dilakukan. 2. Guru menutup pelajaran. Waktu 10 Metode Ceramah Tanya jawab

II.

60

Diskusi Ceramah Tanya jawab

III.

10

Tanya jawab Ceramah

55

2) Tindakan Berikut adalah langkah-langkah dalam tindakan. a. Apersepsi Tujuan apersepsi ini agar siswa siap mengikuti pembelajaran membaca pemahaman. Guru bertanya tentang wacana rumpang dan cara mengisikan bagianbagian yang dilesapkan. Bagian yang dilesapkan bertujuan agar siswa lebih mudah memahami sebuah wacana. b. Inti Kegiatan Siswa mengerjakan latihan mengisikan paragraf rumpang. Setelah itu, siswa diberi tugas untuk mengisikan wacana rumpang yang lebih luas. Siswa mengisi wacana rumpang tersebut dengan seksama. Setelah selesai mengerjakan, kemudian dibentuk beberapa kelompok untuk membahas isian rumpang yang paling tepat antar anggota kelompok. Wakil dari tiap kelompok maju dan menuliskan hasil diskusi kelompok mereka. Kelompok lain memperhatikan dan menanggapi dengan argumentasi masing-masing. Perdebatan untuk mencari jawaban yang paling tepat menjadi bagian dari kegiatan ini. Setelah itu, seluruh siswa menyepakati jawaban yang mereka anggap paling benar. Guru membacakan teks yang asli di depan kelas dan berhenti pada bagian yang dilesapkan. Siswa mencoba menjawab secara bergantian, kemudian guru memberikan penguatan dan menunjukkan jawaban yang benar. Siswa menilai jawaban mereka.

56

3) Observasi Observasi pada penelitian tindakan kelas ini meliputi observasi untuk siswa dan guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi untuk guru diisi oleh guru mata Pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan lembar observasi untuk siswa diisi oleh peneliti sebagai landasan untuk menarik kesimpulan. 4) Refleksi Hasil tes, observasi, dan jurnal pada siklus II digunakan sebagai pedoman untuk melakukan wawancara. Hasil wawancara, observasi, jurnal, dan tes digunakan untuk melakukan refleksi keberhasilan dan kekurangan pembelajaran siklus II. Melalui revisi perencanaan siklus II, hasil tes meningkat. Siswa menjadi lebih tertarik dengan pembelajaran yang telah dilalui. Selain itu, siswa menjadi lebih terasah kemampuannya dalam memahami sebuah wacana setelah pembelajaran melalui kegiatan diskusi dan tanyajawab secara terbuka.

3.5

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini berupa teknik

tes dan teknik nontes. Berikut dijelaskan teknik pengumpulan data tes dan nontes. 3.5.1 Teknik Tes Jenis tes yang digunakan adalah tes dengan menggunakan wacana rumpang. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten . Tes dilaksanakan sebelum perlakuan (tes awal), tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II. Bagian-bagian yang dilesapkan sebanyak 50 lesapan tiap wacana.

57

Tes dilaksanakan setelah siswa mendapatkan pembelajaran membaca pemahaman melalui teknik cloze dengan memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Prosedur penilaian pada tes isian rumpang, setiap jawaban yang betul diberi skor 1, sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai akhir adalah jumlah jawaban betul (skor) dibagi 5 agar skor tertinggi menjadi 10.

NA =

B 5

Keterangan: NA : nilai akhir jumlah jawaban betul Wacana rumpang digunakan sebagai alat ajar. Oleh karena itu sistem penilaiannya dengan metode synonimy method atau contextual method. Melalui metode synonimy method ini, skor 1 diberikan tidak hanya kepada jawaban yang sama persis, tetapi juga kepada jawaban yang tidak sama persis. Kata-kata yang bersinonim atau yang dapat menggantikan kedudukan kata yang dihilangkan, dapat dibenarkan, dengan catatan makna dan struktur konteks kalimat yang didudukinya tetap utuh dan dapat diterima (Harjasujana dan Mulyati 1996:149). Skor yang didapat pada tiap tes awal, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II kemudian dimasukkan kedalam tabel kategori skor. Masuk ke dalam kategori skor sangat baik jika rentang skor yang diperoleh antara 8.5 10. Masuk ke dalam kategori skor baik jika rentang skor yang diperoleh antara 7.0 8.4. Masuk ke dalam kategori skor cukup jika rentang skor yang diperoleh antara 5.5 6.9.

B :

58

Masuk ke dalam kategori skor kurang jika rentang skor yang diperoleh 0 5.4. Skor tuntas jika siswa telah mencapai skor minimal 6.5.
3.5.2 Teknik Nontes

Teknik nontes meliputi observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi.


3.5.2.1 Observasi (Pengamatan)

Observasi dilaksanakan selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang diungkap pada saat observasi adalah sebagai berikut. a. Pada saat peneliti mulai membuka pelajaran, kemudian menyajikan bahan bacaan yang telah dilesapkan, peneliti mengamati tingkah laku siswa. Hasil pengamatan tersebut dicatat pada lembar pedoman pengamatan untuk siswa. b. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu saat guru mulai menjelaskan tentang wacana rumpang sampai saat siswa mulai memahami dan mengisi wacana rumpang, peneliti mengamati sikap siswa terhadap penggunaan teknik tersebut. Tanggapan positif atau negatif kemudian dicatat. c. Pada saat siswa menunjukkan hasil pekerjaannya dengan membacakan di depan kelas dan siswa lain menanggapi, peneliti mencatat reaksi siswa. d. Pada saat siswa berdiskusi tentang isian rumpang, peneliti mencatat jumlah siswa yang memberikan tanggapan secara aktif jawaban temannya. Pada penelitian tindakan kelas ini, guru berperan dalam mengamati cara mengajar peneliti. Saat pengamatan, guru mencatat hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan peneliti pada saat mengajar. Pengamatan itu dimulai pada saat peneliti membuka pelajaran, menyampaikan materi, berkomunikasi dengan siswa, sampai pada saat menutup pelajaran. Semua pengamatan, dicatat pada lembar observasi

59

untuk guru. Agar pada saat proses observasi dapat berjalan dengan baik, peneliti menggunakan sistem penomoran. Semua siswa kelas VIIA wajib memakai kartu yang bertuliskan nomor absen di saku masing-masing. Peneliti tinggal mencatat nomor absen siswa yang dikehendaki. Sistem tersebut digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada saat observasi.
3.5.2.2 Wawancara

Wawancara

dilaksanakan

berdasarkan

pada

pedoman

wawancara

yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing dengan mewawancarai satu persatu siswa yang telah dipilih didasarkan pada hasil observasi, jurnal siswa, dan hasil tes akhir siklus. Waktu wawancara yaitu pada saat selesai pelaksanaan siklus I. Siswa yang diwawancarai meliputi (a) siswa yang memperoleh skor

terendah dalam tes mengisi wacana yang telah dilesapkan; (b) siswa yang memperoleh skor tertinggi dalam tes mengisi wacana yang telah dilesapkan; (c) siswa yang memberi tanggapan negatif terhadap teknik pembelajaran; (d) siswa yang memberi tanggapan positif terhadap teknik pembelajaran; dan (e) siswa yang tidak memperhatikan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3.5.2.3 Jurnal Siswa

Setiap akhir siklus, siswa diharuskan mengisi jurnal yang dibagikan guru. Jurnal tersebut diisi setelah semua proses pembelajaran selesai oleh semua siswa tanpa terkecuali. Jurnal pada siklus I diisi setelah selesai pembelajaran siklus I. Hasil dari jurnal ini, kemudian dijadikan masukan untuk perbaikan tindakan pada siklus II.

60

3.5.2.4 Dokumentasi

Berikut

adalah

cara

pengambilan

dokumentasi

aktivitas-aktivitas

pembelajaran membaca pemahaman melalui teknik cloze. a. Pada saat peneliti melaksanakan tes awal dan siswa sedang mengisi wacana rumpang yang dibagikan guru, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut. b. Pada saat siswa sedang aktif mengikuti pembelajaran membaca pemahaman dengan mengisi wacana rumpang siklus I, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut. c. Pada saat siswa dan guru sedang membahas untuk mencari jawaban isian rumpang yang tepat siklus I, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut. d. Pada saat siswa saling menanggapi hasil pekerjaan temannya, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut. e. Pada saat siswa berdiskusi membahas tentang isian rumpang yang sudah dikerjakan, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut. f. Pada saat siswa maju dan membacakan hasil pekerjaannya, peneliti mendokumentaskan kegitan tersebut. g. Pada saat siswa sedang mengisi jurnal dan melaksanakan wawancara, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.

61

3.6

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Berikut dijelaskan penerapan kedua teknik tersebut.
3.6.1 Teknik Kuantitatif

Penelitian ini melalui tiga tahapan tes, yaitu (a) tes awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan; (b) tes pada akhir siklus I; dan (c) tes pada akhir siklus II. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam keterampilan membaca pemahaman. Hasil tes awal, tes akhir siklus I, dan Tes akhir siklus II, kemudian dimasukkan pada tabel skor untuk dianalisis. Berikut rumus penghitungan persentase skor tes isian rumpang (cloze) tiap siswa.
Jumlah jawaban benar X 100% Jumlah seluruh lesapan Setelah mengetahui skor masing-masing siswa, rumus yang digunakan untuk menghitung persentase keterampilan membaca pemahaman siswa adalah sebagai berikut.
N X 100% nxs

Keterangan:

N :
n s

jumlah nilai dalam satu kelas

: nilai maksimal soal tes : banyaknya siswa dalam satu kelas

62

Setelah nilai siswa pada masing-masing tes dipersentasekan, hasil penghitungan persentase keterampilan membaca pemahaman kemudian

dibandingkan. Cara membandingkan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II sebagai berikut. (a) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa pada siklus I: Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa: PK I PK awal (b) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa pada siklus II: Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa: PK II PK I Keterangan: PK awal : persentase keterampilan membaca pemahaman awal PK I PK II : persentase keterampilan membaca pemahaman siklus I : persentase keterampilan membaca pemahaman siklus II

Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa dapat dilihat dari hasil perbandingan persentase tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II.
3.6.2 Teknik Kualitatif

Data kualitatif meliputi data observasi, data wawancara, dan data jurnal. Data observasi dan jurnal digunakan untuk memilih siswa yang diwawancarai. Wawancara digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan dan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam membaca pemahaman selama siklus berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil tes dan nontes, baik pada siklus I maupun siklus II. Hasil kedua tes tersebut terangkum dalam tiga bagian, yaitu: pratindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil tes pratindakan berupa keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi sebelum tindakan penelitian dilakukan. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II berupa keterampilan siswa menulis surat pribadi melalui pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Hasil tes siklus I dan siklus II tersebut disajikan dalam bentuk data kuantitatif. Hasil nontes siklus I diperoleh dari data observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi foto. Pada siklus II data nontes mengalami penambahan instrumen yaitu angket. Hasil penelitian nontes siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif.

4.1.1

Hasil Tes Pratindakan Hasil tes pratindakan adalah keterampilan menulis surat pribadi siswa

sebelum dilakukannya tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Tes pratindakan yang dilakukan adalah menulis surat pribadi dengan topik pengalaman pribadi dengan

72

73

tujuan surat bebas. Topik ini dipilih untuk membebaskan siswa dalam mengkreasikan segala bentuk perasaannya pada orang-orang yang disukainya. Hasil tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Pratindakan No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Nilai 85 100 75 84 60 74 0 59 0 0 16 24 40 Frekuensi Bobot Skor 0 0 1047 1296 2343 Persen (%) 0 0 40 60 100 2343 40 =58,57 Rata-rata

Data tabel 3 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang dalam menulis surat pribadi masih kurang, dengan skor rata-rata klasikal hanya mencapai 58,57. Rincian data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Dari jumlah keseluruhan 40 siswa, 24 orang diantaranya atau sebanyak 60% termasuk dalam kategori kurang dengan nilai 0-59. Kategori cukup dengan nilai 60-74 hanya dicapai oleh 16 siswa atau 40% dari jumlah keseluruhan siswa. Selanjutnya, kategori baik dan sangat baik belum tercapai, tidak ada seorang siswa pun atau 0% yang termasuk dalam kategori tersebut. Masih rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi ini dikarenakan beberapa faktor yang melingkupinya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini berasal dari siswa sendiri. Bukti data tes menulis pratindakan menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyusun kalimat,

74

pemilihan kata, penggunaan ejaan, bahasa surat, isi surat, sistematika penulisan surat dan kerapian surat secara klasikal masih kurang, dibawah nilai rata-rata. Untuk lebih jelasnya hasil tes keterampilan menulis surat pribadi pratindakan siswa kelas V dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini. GRAFIK PRATINDAKAN
100

Jumlah Skor

80 60 40 20 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

Subjek Penelitian
Jumlah Skor

Grafik 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Pratindakan Grafik di atas menunjukkan bahwa mayoritas jumlah skor siswa masih berada pada level skor rendah antara 50-60 termasuk dalam kategori kurang, sedangkan 16 siswa lainnya termasuk dalam kategori cukup karena berada pada level skor 60-74. Dengan demikian, keterampilan menulis surat pribadi siswa perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan tindakan siklus I dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontestual komponen pemodelan.

75

4.1.2

Hasil Penelitian Siklus I Siklus I ini merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tindakan siklus I ini dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki dan memecahkan masalah yang muncul pada pratindakan. Pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi siklus I terdiri atas data tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut.

4.1.2.1 Hasil Tes Hasil tes menulis surat pribadi siklus I ini merupakan data awal setelah diberlakukannya tindakan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual

komponen pemodelan. Kriteria penilaian pada siklus I ini masih tetap sama seperti pada tes pratindakan yang meliputi tujuh aspek penilaian, meliputi : (1) kesesuaian isi surat dengan topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4) Pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat. Secara umum, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi dengan topik kunjungan ke rumah teman pada liburan tahun baru dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

76

Tabel 4. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus I No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Nilai 85 100 75 84 60 74 0 59 1 13 18 8 40 Frekuensi Bobot Skor 88 1041 1198 425 2752 Persen (%) 2 33 45 20 100 2752 40 =68,8 Rata-rata Skor

Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis surat pribadi siswa secara klasikal mencapai nilai rata-rata 68,8 dalam kategori cukup. Skor rata-rata tersebut dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan sebesar 10,2% dari hasil pratindakan. Namun demikian, peneliti masih belum puas dengan hasil siklus I, karena target maksimal klasikal sebesar 70 belum tercapai. Dari 40 siswa, hanya 2% atau seorang siswa yang berhasil meraih predikat sangat baik dengan jumlah skor 88. Selanjutnya, siswa lainnya sebanyak 13 siswa atau 33% memperoleh nilai baik yaitu dengan nilai antara 75-84. Selebihnya, 18 siswa atau 45% memperoleh nilai cukup, yaitu antara 60-74. Bahkan, terdapat 8 siswa atau 20% hanya mencapai nilai 0-59 dalam kategori kurang. Masih minimnya keterampilan menulis surat pribadi siswa ini, kemungkinan dikarenakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang digunakan guru dirasakan baru oleh siswa sehingga pola pembelajaran guru merupakan proses awal bagi siswa untuk menyesuaikan diri dalam belajar.

77

Hasil tes tersebut merupakan jumlah skor tujuh aspek keterampilan menulis surat pribadi yang diujikan, meliputi : (1) kesesuaian isi surat dengan topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4) pilihan kata; (5) ejaan; (6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat.

4.1.2.1.1

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik

Penilaian aspek kesesuaian isi surat dengan topik difokuskan pada kesesuaian isi surat pribadi dengan topik yang diangkat. Hasil penilaian tes ketepatan isi surat dengan topik dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 16 20 11 15 6 10 05 Frekuensi 20 3 3 14 40 Bobot Skor 392 45 30 70 537 50 7,5 7,5 35 100 537 40 =13,4 Persen (%) Rata-rata Skor

Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik yaitu dengan skor 16-20 dicapai 20 siswa atau sebesar 50%. Kategori baik dengan skor 11-15 dicapai oleh 3 siswa atau 7,5%. Kategori cukup dengan skor 6-10 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5%. Kategori kurang dengan skor 0-5 dicapai 14 siswa atau sebesar 35%. Jadi, rata-rata skor klasikal pada ketepatan

78

kesesuaian isi dengan topik dalam menulis surat pribadi yaitu sebesar 13,4 atau dalam kategori cukup. Siswa cukup paham terhadap topik yang diberikan guru karena topik yang diberikan guru cukup sederhana yaitu kunjungan ke rumah teman pada liburan tahun baru. Pemilihan topik ini didasarkan pada realita menjelang liburan sekolah pada tahun baru. Dengan pemilihan topik yang sesuai dengan realita diharapkan siswa mampu mengembangkan segala gagasan atau menuangkan perasaannya pada sahabat tentang rencana-rencana menjelang liburan tahun baru.

4.1.2.1.2

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat

Penilaian aspek bahasa surat difokuskan pada bahasa surat yang digunakan yaitu kejelasan, keefektifan, kelugasan dan kesopanan bahasa surat. Hasil penilaian tes ketepatan bahasa surat yang dipergunakan siswa dalam surat pribadinya dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Hasil Tes Aspek Bahasa Surat No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 21 25 16 20 11 15 0 10 Frekuensi 7 23 7 3 40 Bobot Skor 151 396 89 25 661 Persen (%) 17,5 57,5 17,5 7,5 100 661 40 =16,5 Rata-rata Skor

79

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada tes aspek bahasa surat, kategori sangat baik yaitu dengan skor antara 21-25 telah dicapai 7 siswa atau sebesar 17,5%. Selanjutnya, kategori baik dengan skor nilai antara 16-20 dicapai 23 siswa atau sebanyak 57,5%. Kategori cukup dengan skor nilai antara 11-15 dicapai siswa sebanyak 7 orang atau sebesar 17,5%. Kategori kurang dengan skor 0-10 dicapai siswa sebanyak 3 orang atau sebesar 7,5%. Jadi, setelah direkapitulasikan rata-rata skor siswa pada aspek bahasa surat mencapai 16,5 atau dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam membahasakan perasaannya dalam bentuk bahasa surat yang jelas, tidak bertele-tele, lugas dan tidak berambiguitas serta bahasa yang sopan telah tercapai. Siswa mulai memahami dan mengerti arti bahasa surat yang baik dan benar.

4.1.2.1.3

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat

Penilaian aspek penyusunan kalimat pada surat difokuskan pada kohesi dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat-kalimat yang baik dan keterpaduan isi antarkalimat pun akan jelas. Hasil penilaian tes penyusunan kalimat dalam surat pribadi siswa dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

80

Tabel 7. Hasil Tes Aspek Penyusunan Kalimat No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 8 10 57 24 01 Frekuensi 12 16 9 3 40 Bobot Skor 104 96 27 3 230 Persen (%) 30 40 22,5 7,5 100 230 40 =5,7 Rata-rata Skor

Berdasarkan tabel 7 tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa secara klasikal mencapai nilai rata-rata 5,7 atau dalam kategori baik dalam menyusun kalimat. Pemerolehan skor rata-rata secara rinci diuraikan sebagai berikut. Siswa yang mendapat skor 8-10 dalam kategori sangat baik dicapai oleh 12 orang atau sebanyak 30%, sedangkan untuk kategori baik dengan jumlah skor antara 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 40%. Kategori cukup dengan skor antara 2-4 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 27%, sedangkan kategori kurang dengan skor antara 0-1 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 3%. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam memadukan isi antarkalimat secara keseluruhan sudah dapat dikatakan baik.

4.1.2.1.4

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pemilihan kata

Penilaian aspek pemilihan kata atau diksi pada surat difokuskan pada ketepatan pemilihan kata yang disesuaikan dengan situasi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

81

Tabel 8. Hasil Tes Aspek Pilihan Kata No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 8 10 57 24 01 Frekuensi 21 16 3 0 40 Bobot Skor 182 90 8 0 280 Persen (%) 52,5 40 7,5 0 100 280 40 =7 Rata-rata Skor

Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek pilihan kata yaitu kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 21 siswa atau sebanyak 52%. Kategori baik dengan skor antara 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebanyak 40%, sedangkan kategori cukup dengan skor 2-4 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5%. Kategori terendah atau kurang dalam keterampilan memilih kata sebanyak 0% atau tidak ada satu siswa pun yang termasuk dalam kategori ini. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa tidak mengalami kesulitan yang serius. Siswa cukup mengerti dalam memilih kata yang tepat pada surat Setelah diakumulasikan didapatkan hasil rata-rata skor klasikal sebesar 7 dalam kategori baik. Data tersebut membuktikan bahwa keterampilan siswa pada aspek pilihan kata dalam menulis surat sudah dapat dikatakan bagus, tidak adanya siswa yang mencapai skor kurang membuktikan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan telah berhasil membawa pemahaman siswa dalam ketepatan pemilihan kata.

82

4.1.2.1.5

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penggunaan Ejaan

Penilaian aspek pengunaan ejaan difokuskan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadi. Hasil penilaian tes penggunaan ejaan dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 8 10 57 24 01 Frekuensi 10 15 11 4 40 Bobot Skor 94 91 33 4 222 Persen (%) 25 37,5 27,5 10 100 222 40 =5,55 Rata-rata Skor

Data pada tabel 9 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek penggunaan ejaan dengan kategori sangat baik dicapai oleh 10 siswa atau sebesar 25% dengan skor antara 8-10. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa atau sebesar 37,5% dengan skor antara 5-7, sedangkan kategori cukup dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 27,5% dengan jumlah skor antara 2-4. Skor terendah 0-4 dengan kategori kurang dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 10%. Setelah diakumulasikan didapat hasil rata-rata klasikal sebesar 5,55 atau dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil rata-rata skor dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan siswa sudah dapat menggunakan ejaan dengan benar, baik dari pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadinya. Peningkatan ini merupakan keberhasilan siswa dalam mencerna dan memahami

83

penjelasan guru. Peran guru dalam kelas kontekstual juga sangat membantu demi kelangsungan pembelajaran yang bermutu.

4.1.2.1.6

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat

Penilaian aspek sistematika surat difokuskan pada ketepatan penulisan bagian-bagian surat yang meliputi : (1) tempat dan tanggal penulisan surat; (2) alamat surat; (3) salam pembuka; (4) pembuka surat; (5) isi surat; (6) penutup surat; (7) salam penutup; (8) tanda tangan; dan (9) nama jelas. Hasil penilaian tes ketepatan penulisan sistematika surat dapat dilihat pada tabel 10 berikut. Tabel 10. Hasil Tes Aspek Sistematika Penulisan Surat No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 12 15 8 11 47 03 Frekuensi 27 11 2 0 40 Bobot Skor 376 110 11 0 497 Persen (%) 67,5 27,5 5 0 100 497 40 =12,425 Rata-rata Skor

Data pada tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek sistematika penulisan surat dengan kategori sangat baik dengan jumlah skor antara 12-15 dicapai oleh 27 siswa atau sebesar 67,5%. Selanjutnya untuk kategori baik dengan skor 8-11 telah dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 27,5%. Kemudian, kategori cukup dengan nilai 4-7 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%. Kategori yang terakhir yaitu kategori kurang dengan nilai 0-3 terdapat 0% atau

84

tidak seorang siswa pun yang termasuk dalam kategori kurang. Setelah diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 12,42 termasuk dalam kategori sangat baik. Prestasi siswa ini sungguh memuaskan, berarti dalam sistematika penulisan surat siswa sudah tidak lagi mengalami kesulitan, siswa sudah paham dan terampil dalam menuliskan bagian-bagian surat yang meliputi tempat dan tanggal surat, alamat surat, salam pembuka, pembuka surat, isi surat, penutup surat, salam penutup tanda tangan dan nama jelas sesuai dengan format penulisan surat yang benar. Peningkatan prestasi ini tentunya tidak luput dari peran pemodelan contoh surat dan pias kata yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar paham menggunakan sistematika surat yang baik. Oleh kerena itu, kemajuan keterampilan siswa ini perlu dipertahankan bahkan perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya untuk mencapai target skor maksimal.

4.1.2.1.7

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat

Penilaian aspek kerapian surat difokuskan pada tulisan surat apakah bersih, tidak ada coretan, banyak coretan atau tulisan sulit terbaca. Hasil penilaian kerapian surat dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

85

Tabel 11. Hasil Tes Aspek Kerapian Surat No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 8 10 57 24 01 Frekuensi 22 16 2 0 40 Bobot Skor 218 99 8 0 325 55 40 5 0 100 325 40 =8,125 Persen (%) Rata-rata Skor

Data pada tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa kerapiaan siswa dalam menulis surat pribadi dengan kategori sangat baik telah dicapai sebanyak 22 siswa atau sebesar 55% dengan jumlah skor antar 8-10. Kategori baik dengan jumlah skor 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 40%. Kategori cukup yaitu dengan jumlah skor 2-4 dicapai oleh 2 orang siswa atau sebanyak 5%. Kategori kurang dengan jumlah skor 0-1 sebanyak 0% karena tidak terdapat siswa yang mendapat skor tersebut. Setelah diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 8,125 atau dalam kategori sangat baik. Bukti ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menulis surat dengan rapi. Siswa sudah mulai memahami bahwa kerapian surat merupakan salah satu faktor penunjang dalam kegiatan menulis surat pribadi, jika surat pribadi ditulis dengan rapi tentu pesan yang akan disampaikan dapat terbaca dengan jelas oleh orang yang menerima surat.

86

Hasil tes keterampilan menulis surat pribadi pada siklus I dapat dilihat pada grafik 2 dibawah ini. GRAFIK SIKLUS I

100 Jumlah Skor 80 60 40 20 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 Subjek Penelitian


Jumlah Skor

Grafik 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus I Grafik 2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa masih berada pada kategori cukup antara 60-74, dan pada kategori baik antara 75-84 hanya diperoleh 13 siswa sedangkan predikat sangat baik dengan nilai 88 diraih oleh Syofa Adelya Yosita sari. Pada siklus I ini, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi siswa secara klasikal masih menunjukkan kategori cukup dan belum meraih target maksimal pencapaian nilai rata-rata kelas yang ditentukan, yaitu 70. Selain itu perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis surat pribadi masih tergolong normal belum tampak perubahan yang berarti. Dengan demikian tindakan siklus II perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

87

4.1.2.2 Hasil Nontes Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut.

4.1.2.2.1

Hasil Observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian ini ada dua macam yaitu observasi siswa dan observasi kelas. Observasi siswa dilaksanakan oleh peneliti sebagai observator pertama sedangkan observasi kelas dilakukan oleh guru pamong sebagai observator kedua. Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk memotret respon perilaku siswa dalam menerima pembelajaran menulis surat pribadi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. a. Observasi Siswa Objek sasaran yang diamati dalam observasi siswa meliputi lima belas perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul saat pembelajaran berlangsung. Adapun objek sasaran observasi tersebut adalah : (1) perhatian siswa terhadap penjelasan guru; (2) keaktifan siswa dalam bertanya; (3) kualitas pertanyaan siswa; (4) partisipasi siswa dalam diskusi dan kegiatan kelompok; (5) respon siswa terhadap contoh surat yang dihadirkan guru; (6) kemampuan siswa

88

dalam mengidentifikasi dan memberikan contoh-contoh bagian surat baik secara lisan maupun tertulis; (7) kreativitas siswa dalam meniru ataupun memperbaiki model surat yang dihadirkan guru, dan menghasilkan karya yang lebih baik; (8) siswa dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya dalam bentuk surat; (9) respon siswa terhadap pembelajaran kurang; (10) siswa pasif; (11) semangat siswa dalam kegiatan diskusi kurang (12) siswa sering bergurau saat pembelajaran; (13) siswa sering jalan-jalan atau mondar-mandir saat pembelajaran; (14) siswa kurang bersemangat mengerjakan tes; (15) siswa sering melihat pekerjaan temannya saat tes berlangsung. Pada siklus I ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi melalui observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menulis surat pribadi dengan mengunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, tidak semua siswa dapat mengikutinya dengan baik. Peneliti menyadari hal tersebut, karena pola pembelajaran yang diterapkan peneliti merupakan hal baru bagi mereka sehingga perlu proses untuk menyesesuaikannya. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebagian besar siswa atau sebanyak 75% dari jumlah siswa seluruhnya penuh konsentrasi memperhatikan penjelasan guru. Sisanya sebanyak 25% kurang merespons penjelasan guru, mereka asyik bicara sendiri dengan teman sebangkunya atau dengan teman sekelompoknya. Beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan guru banyak bertanya dan pertanyaan siswa ini mengarah pada pemecahan masalah. Siswa yang aktif bertanya tersebut diantaranya adalah Brian Chandra, Dwi Khoiri Yani, Novia Al Adawiyah dan Syofa Adelya Yositasari. Keempat siswa ini lebih aktif

89

bertanya dibandingkan teman-temannya yang cenderung pasif tidak mau bertanya. Siswa yang pasif ini dimungkinkan karena siswa masih malu, grogi dan tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Sebagian besar siswa atau sebanyak 60% siswa ini memilih diam daripada bertanya. Keadaan ini tentunya harus dicarikan solusi pemecahanya agar siswa secara merata aktif bertanya ataupun berpendapat tanpa harus ragu ataupun malu. Masalah ini merupakan suatu tugas bagi peneliti untuk memperbaikinya pada siklus selanjutnya. Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan contoh surat pribadi yang telah dibagikan oleh guru, baik dari segi isi, bahasa, pilihan kata sampai sistematika surat. Respons yang diberikan siswa pada saat itu adalah seluruh siswa tampak penasaran pada isi surat yang dibagikan karena memang surat dibagikan dalam amplop tertutup dan berperangko. Siswa tampak senang dan menikmati surat yang diterimanya. Dari contoh yang didiskusikannya sebagian besar siswa atau sebanyak 60% siswa dapat mengidentifikasikan dan memberikan contoh-contoh bagian surat. Hal ini dibuktikan saat siswa ditugaskan guru maju ke depan kelas untuk menuliskan atau melisankan bagian-bagian surat. Dengan bantuan pias kata siswa semakin paham pada bagian-bagian surat pribadi. Pada saat pemberiaan materi telah selesai, tes menulis surat pribadi dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kadar kemampuan dan pemahaman siswa dalam menulis surat pribadi yang telah diajarkan guru. Siswa sebanyak 24 atau 60% siswa terlihat dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan

90

dan dirasakannya dalam bentuk surat. Siswa lainnya sebanyak 16 atau 40% masih terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan tes menulis surat pribadi. Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif masih banyak menonjol. Siswa belum dapat menyesesuaikan pola pembelajaran yang diterapkan guru. Keadaan ini merupakan masalah besar yang harus dipecahkan peneliti. Rencana pembelajaran pada siklus berikutnya tentunya harus lebih dimatangkan lagi agar perilaku negatif yang menonjol tergeser menjadi perilaku positif.

b. Observasi Kelas Observasi kelas yang dilakukan guru pamong bertujuan untuk

mengevaluasi cara kerja guru praktikan dalam memberikan pembelajaran menulis surat pribadi, sehingga strategi ataupun pendekatan yang dilakukan guru dapat dipertanggungjawabkan. Selain tugas utama tersebut guru kolaborator ini juga melakukan pengamatan terhadap respons anak didiknya selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dari guru praktikan. Adapun objek sasaran observasi kelas ini lebih dikhususkan pada aspek kemampuan berkomunikasi atau commucation skills, aktivitas belajar atau learning activity, dan keterampilan guru praktikan dalam mengajar. Hasil dari observasi kelas ini setelah diricek hasilnya sama dengan observasi siswa. Pada aspek comunicatioan skills hanya sebagiuan kecil siswa yang mengemukakan pendapat mereka tentang kegiatan menulis surat. Siswa umumnya masih malu dalam mengemukakan kesulitan atau kendala dalam

91

menulis surat. Sebagian siswa sudah dapat mengidentifikasikan surat dengan lisan maupun tertulis. Aktivitas belajar atau learning activity pada proses pembelajaran pada umumnya siswa kurang bersemangat, walaupun siswa tampak menikmati pembelajaran menulis surat. Kegiatan siswa dalam berdiskusi tidak tampak aktif, siswa cenderung membicarakan masalah lain selain surat pribadi. Pada saat melakukan tes siswa tampak dengan senang hati menuangkan segala macam hal yang dirasakannya dalam bentuk surat dalam waktu 45 menit siswa dapat menyelesaikan tes menulis surat sesuai waktu yang telah ditentukan. Hasil pengamatan guru pamong terhadap guru praktikan, dijelaskan bahwa kemampuan guru praktikan dalam membuka pelajaran, menyampaikan materi, penguasaan materi, cara guru menjalin komunikasi dengan siswa sudah baik. Dalam menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan juga sudah cukup baik. Kemampuan guru dalam mengelola kelas berbasis kompetensi, baik dalam hal menggalakkan siswa dalam proses pembelajaran maupun dalam memberikan balikan sudah cukup baik. Cara menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi juga sudah baik. Secara keseluruhan guru pamong menilai pola pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sudah baik.

92

4.1.2.2.2

Hasil Jurnal

Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan guru selama pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung.

a. Jurnal Siswa Jurnal siswa harus diisi oleh siswa tanpa terkecuali. Pengisian jurnal tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan diadakan jurnal siswa ini untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran dan untuk mengungkap kesulitan-kesulitan siswa meliputi tujuh pertanyaan, yaitu : (1) metode mengajar guru; (2) pendapat siswa mengenai pembelajaran menulis surat pribadi; (3) kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi; (4) tanggapan siswa terhadap contoh surat; (5) perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatn kontekstual komponen pemodelan; (6) perasaan siswa setelah pembelajaran menulis surat pribadi berakhir; (7) kesan dan pesan yang dapat diberikan siswa pada pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Keadaan awal saat pembagian jurnal siswa sangat mengesankan. Kegiatan baru ini cukup membuat penasaran siswa, terlihat siswa tampak antusias ingin segera mendapatkan jurnal dan ingin segera mengisinya. Keadaan ini dapatlah dipahami karena sebelumnya siswa tidak pernah melakukan pengisian jurnal diakhir pembelajaran. Setelah semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa segera

93

mengisi jurnal tersebut dengan situasi yang tenang. Hasil jurnal yang telah direkap selengkapnya diuraikan dibawah ini. Pada dasarnya sebagian besar siswa menanggapi baik terhadap metode pembelajaran guru pada saat memberikan pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Siswa menilai metode pembelajaran yang digunakan guru mudah dipahami, jelas, dan menyenangkan. Dengan demikian tugas guru dalam kelas kontekstual dapat dikatakan berhasil, karena guru telah membimbing siswa mencapai tujuannya dengan menciptakan proses belajar kelas yang lebih hidup, menyenangkan, dan lebih bermakna. Dengan pembelajaran tersebut tentunya siswa merasa tidak terbebani dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan guru, karena pendekatan kontekstual lebih mengutamakan proses daripada produk. Dengan pengalaman belajar yang menyenangkan dan mengkaitkan pembelajaran dengan dunia nyata tentunya

memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Apalagi siswa merasa dekat dan simpati dengan guru, hal ini berdasarkan beberapa pernyataan siswa yang berpendapat bahwa guru praktikan ramah,baik , disiplin, dan tidak galak. Sebagian besar siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis surat pribadi. Pernyataan bagus dan menyenangkan banyak tertulis dalam jurnal. Pernyataan siswa ini membuktikan kalau mereka tertarik dan menyukai materi yang diajarkan guru. Siswa merespon bagus karena dalam pembelajaran guru mengatarkan siswa kedalam dunia nyata, dengan membagikan surat pribadi yang tertutup rapi dalam amplop berperangko. Kondisi ini merupakan pengalaman baru bagi siswa karena dalam pembelajaran sebelumnya guru pamong jarang

94

menggunakan model nyata, hanya menghadirkan contohcontoh dari buku. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan respon sebagian besar siswa yang diungkapkan dalam jurnal. Hal ini merupakan bukti bahwa selama proses pembelajaran siswa menikmati semua metode pembelajaran yang diberikan guru mulai dari apersepsi, kegiatan inti yang diwarnai dengan diskusi dan permainan serta penutup pelajaran yang diisi dengan kegiatan refleksi. Walaupun siswa terlihat menanggapi dan menerima dengan baik pembelajaran menulis surat pribadi namun, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh beberapa siswa ternyata masih ada. Berdasarkan hasil analisis, kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis surat pribadi meliputi : (1) siswa kesulitan dalam menggunakan bahasa surat yang tepat; (2) siswa susah merangkai kata; (3) siswa bingung karena siswa belum pernah menulis surat; (4) siswa merasa kesulitan karena mereka tidak paham dan kurang jelas dengan penjelasan guru; (5) siswa susah berpikir karena teman sebangkunya ramai. Peneliti menilai bahwa kesulitan-kesulitan yang muncul dan menyelimuti sebagian kecil siswa ini merupakan hal yang wajar karena dalam pembelajaran menulis surat merupakan hal yang baru bagi siswa dan tidak semua siswa dapat menyerap materi dengan mudah, kapasitas pemahaman masing-masing siswa berbeda. Namun setidaknya hal baru ini dapat memberikan pengalaman nyata yang bermakna bagi siswa dan dapat ditingkatkan lagi pada kesempatan selanjutnya. Tanggapan siswa terhadap model surat pribadi yang dicontohkan guru pada umumnya beranggapan baik dan mudah dipahami. Hal ini dikarenakan model contoh surat yang dicontohkan guru dibuat semenarik mungkin, sehingga

95

siswa tertarik untuk membacanya. Siswa menganggap contoh surat mudah dipahami, karena contoh surat yang dimodelkan memang dirancang untuk mudah dipahami siswa dari segi bahasa, penyusunan kalimat yang runtut, pilihan kata yang sederhana dan sistematika surat yang jelas. Pada bagian-bagian surat ditulis dengan warna yang berbeda shingga siswa dapat membedakan tiap bagian-bagian surat. Pias kata juga merupakan alternatif lain yang diberikan guru kepada siwa untuk lebih memahami bagian-bagian surat. Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa selama mengikuti

pembelajaran menulis surat pribadi cukup mengesankan seluruh siswa menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi. Siswa merasa senang karena pengalaman baru tentang pembelajaran menulis surat pribadi didapatkannya dengan metode guru yang menarik. Guru menyisipkan kuis dan permainan yang sebelumnya tidak didapatkan siswa selama pembelajaran menulis surat. Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan memberikan pegalaman baru yang bermakna bagi siswa sehingga siswa merasa senang, dan menikmati pembelajaran yang diberikan guru. Pesan, kesan ataupun saran yang diberikan siswa selama pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan berbeda-beda. Adapun masukan yang diberikan siswa diantaranya adalah pembelajaran menulis surat pribadi perlu ditingkatkan menjadi lebih baik, contoh surat yang diberikan guru sudah baik dan bagus, waktu tes dalam menulis surat pribadi perlu ditambah sehingga siswa dapat mengerjakan tes dengan baik dan

96

tidak tergesa-gesa. Saran yang diberikan siswa agar pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat diberikan terus.

b. Jurnal Guru Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal guru ini adalah: (1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (2) respons siswa terhadap contoh yang dihadirkan guru; (3) keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi; (4) perilaku siswa dikelas saat melakukan kegiatan diskusi kelompok; (5) fenomena-fenomena yang muncul di kelas saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa guru belum merasa puas terhadap proses pembelajaran karena masih ada beberapa siswa yang belum sepenuhnya mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan penuh konsentrasi. Namun, guru merasa berhasil memberikan yang terbaik pada siswa saat siswa merespons positif contoh surat yang dihadirkan guru. Mereka tampak senang dan penasaran pada contoh surat yang dihadirkan guru, minat ingin membaca contoh surat begitu tinggi. Karena guru memang sengaja membuat contoh surat dengan sedemikian rupa agar siswa tertarik untuk membacanya. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran belum merata, hanya siswa tertentu yang aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Siswa

97

kebanyakan masih merasa malu dan grogi bila disuruh bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Bahkan pertanyaan apa yang akan dilontarkan kadang siswa masih bingung. Dalam kegiatan kelompok beberapa siswa cenderung membicarakan masalah yang tidak perlu dibicarakan, bukanya membicarakan masalah yang harus didiskusikan tetapi malah bicara sendiri dengan teman sekelompoknya. Fenomena-fenomena lain yang yang muncul di kelas saat pembelajaran tidak begitu menonjol hanya sebagian besar siswa masih merasa asing dengan guru praktikan. Namun pada saat guru praktikan mengajar kali pertama, siswa sudah dapat menerima dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan sikap siswa yang selalu ramah pada guru praktikan.

4.1.2.2.3

Hasil Wawancara

Pada siklus I, sasaran wawancara difokuskan pada tiga orang siswa yang mendapat nilai tertinggi, cukup dan nilai yang terendah pada hasil tes menulis surat pribadi. Wawancara ini mengungkap 10 butir pertanyaan sebagai berikut : (1) apakah siswa senang dengan metode pembelajaran guru; (2) apakah ada perubahan cara guru dalam mengajar; (3) apakah siswa merasa terganggu ketika harus mengerjakan tes menulis surat pribadi; (4) apakah siswa mengalami kesulitan dalam menulis surat pribadi; (5) apakah penyebab kesulitan siswa

dalam menulis surat pribadi; (6) apakah contoh surat yang diberikan guru dapat anda pahami; (7) apakah pemodelan dapat membentu siswa dalam menulis surat pribadi sesuai kaidah penulisan surat; (8) apakah siswa dapat meniru sistematika serta kaidah penulisan surat pribadi yang baik dan benar; (9) keuntungan dari

98

teknik pemodelan; (10) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang disukai. Hasil wawancara dari ketiga responden bernama Syofa Adelya Yositasari,

Apriliani Shelvia dan Nur Muladica Krisna dapat dibaca pada paparan berikut. Perasaan senang dilontarkan oleh ketiga siswa yang mendapat nilai tertinggi, sedang dan terendah yaitu Syofa, Adelya dan Nur. Kenyataan ini sangat relevan dengan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan guru. Siswa umumnya menerima dan merespon positif terhadap pembelajaran yang diberikan guru. Siswa banyak bertanya daripada guru, mereka juga aktif maju kedepan untuk menuliskan atau menjelaskan hasil diskusinya. Adanya permainan yang disisipkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi menambah semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Walaupun ada sebagian kecil siswa yang ramai, jalan-jalan sendiri namun mereka tampak senang dan menikmati pembelajaran menulis surat pribadi. Keadaan ini merupakan suatu peningkatan perilaku positif siswa dari siklus I, sebelumya mereka kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi sekarang lebih aktif, kreatif dan produktif dalam menghasilkan karya yang lebih baik. Perubahan strategi pembelajaran yang dilakukan guru ternyata

memberikan manfaat bagi siswa, siswa terihat senang dan menikmati pembelajaran yang diberikan guru. Seperti yang diungkapkan ketiga responden ini mereka mengatakan ada perubahan cara guru mengajar lebih santai, dan menyenangkan. Senada dengan pendapat Syofa, Apriliani Shelvia juga berkomentar ada perubahan cara guru mengajar guru tidak menegangkan dan lebih enak, sedangkan siswa bernama Nur Muladica mengatakan ada perubahan

99

cara guru mengajar, guru memberikan contoh-contoh dan bagan dalam pembelajaran. Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran yang dialami siswa memang selalu ada. Tidak semua siswa dapat menyerap pembelajaran dengan mudah, seperti yang dikatakan Apriliani dan Nur Muladica yang berpredikat prestasi tes menulis surat pribadi sedang dan rendah, mereka ternyata mengalami kesulitan dalam menulis surat pribadi. Apriliani menyatakan bahwa ia belum begitu paham dengan cara menulis surat pribadi yang baik dan benar, sedangkan Syofa Adelya mengaku tidak mempunyai kesulitan yang berarti pada tes menulis surat pribadi karena dia sudah paham dengan pembelajaran menulis surat. Contoh-contoh surat dan bagan yang dihadirkan guru ternyata dapat dipahami oleh ketiga siswa ini. Mereka mengaku tidak mengalami kesulitan dalam memahami contoh surat dari guru. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan apakah pemodelan dapat membantu siswa dalam menuliskan surat sesuai dengan kaidah penulisan surat? Kedua siswa yang mendapat nilai tertinggi dan sedang menyatakan bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya media pemodelan ini. Berbeda dengan siswa yang bernama Nur Muladica siswa yang mendapat nilai terendah, dia menyatakan tidak ada pengaruhnya karena dia tidak merasa terbantu dalam memahami surat pribadi, dia menyatakan masih bingung dalam memahami surat pribadi. Pemodelan yang diterapkan guru diharapkan siswa dapat meniru model surat yang baik dan benar yang dihadirkan guru tersebut, baik dalam hal sistematika ataupun kaidah penulisan surat. Dari hasil wawancara diperoleh

100

jawaban dari ketiga siswa yang berbeda. Kedua siswa yang mendapat nilai tertinggi dan sedang menyatakan dapat meniru sistematika, serta kaidah penulisan surat yang baik dan benar seperti pada contoh yang dihadirkan guru. Selanjutnya, siswa yang ketiga dengan nilai terendah mengemukakan jawabannya bahwa dia tidak dapat meniru contoh yang dihadirkan guru. Jawaban siswa dari pertanyaan yang ke sembilan semuanya sama yaitu keutungan dari teknik pemodelan adalah dapat ditiru. Ketiga siswa dalam menjawab pertanyaan yang terakhir ini berbeda-beda. Syofa Adelya mengemukakan model pembelajaran menulis surat yang disukainya adalah pembelajaran yang seperti saat ini, model pembelajaran yang santai dan tidak menegangkan, juga gurunya enak dalam mengajar, sedangkan Apriliani mengemukakan bahwa dia lebih menyukai pembelajaran yang santai dan ada permainannya. Nur Muladica mengatakan pembelajaran yang banyak memberikan contoh dan gurunya tidak galak adalah model pembelajaran menulis surat yang disukainya.

4.1.2.2.4

Hasil Dokumentasi Foto

Pada siklus I ini, dokumentasi foto yang diambil difokuskan pada kegiatan selama proses pembelajaran, berupa kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontektual, kegiatan diskusi, kegiatan tes dan kegiatan pengisian jurnal. Dokumentasi berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus I selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.

101

Gambar 1. Aktifitas Pembelajaran Menulis Surat Pribadi Gambar tersebut merupakan kegiatan inti setelah dilaksanakannya kegiatan pendahuluan. Kegiatan inti tersebut diawali dengan mengkondisikan emosi siswa ke dalam suasana pribadi ketika mendapat surat dari teman. Kemudian, guru membagikan surat yang tertutup dalam amplop berperangko. Tampak pada gambar guru sedang membagikan surat pribadi pada tiap kelompok siswa. Contoh surat pribadi tersebut dibuat dengan sedemikian rupa sesuai dengan aslinya sehingga siswa benar-benar merasakan mendapat surat dari temannya. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mendiskusikan contoh surat pribadi baik dari segi isi surat, bahasa surat, struktur kalimat, dan sistematika surat. Aktifitas kegiatan kelompok dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

102

Gambar 2. Aktivitas Diskusi Kelompok Gambar tersebut merupakan aktivitas diskusi kelompok kecil antar teman sebangku yang dipandu oleh guru. Setelah guru membagikan contoh surat pada tiap kelompok, kemudian guru menugaskan siswa untuk mencermati, memahami, dan mendiskusikan contoh surat dari segi bahasa, penyusunan kalimat, pilihan kata, dan sistematika surat. Gambar tersebut memperlihatkan seorang guru sedang membimbing siswa dengan menjelaskan konsep dan materi surat pribadi yang ditanyakan oleh seorang siswa. Pada siklus I ini, tampak beberapa siswa belum melaksanakan tugas dari guru, konsentrasi siswa belum penuh. Pola pembelajaran guru ini merupakan pengalaman baru bagi siswa, sehingga mereka belum sepenuhnya mengikuti pola pembelajaran guru, mereka masih belajar

menyesesuaikan diri dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru. Kegiatan diskusi ini dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai surat pribadi, dengan bantuan pias kata siswa menjelaskan bagian-bagian surat pribadi tersebut di depan kelas. Deskripsi penjelasan ini, dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

103

Gambar 3. Situasi Kegiatan Pembelajaran Gambar 3 tersebut diambil saat pembelajaran berlangsung. Situasi pembelajaran menggambarkan kondisi ketidakseriusan siswa dalam belajar. Pada gambar tersebut terlihat ada beberapa siswa yang tampaknya kurang bersemangat dan malas mengikuti pembelajaran. Perilaku ini dapat dilihat pada gambar, ada beberapa siswa yang menyandarkan kepalanya diatas meja, ada yang melamun, dan ada pula yang berbicara sendiri. Kondisi ini memperlihatkan bahwa mereka belum siap menerima pembelajaran dari guru. Kondisi belajar yang tidak kondusif ini terlihat pula pada siswa yang melakukan kegiatan di depan kelas. Suasana belajar yang kurang kondusif ini menjadi catatan dan masukan penting bagi peneliti yang bertindak sebagai guru di kelas tersebut untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Peneliti menilai bahwa kondisi ini dapat diatasi dengan menciptakan suasana belajar yang berbeda dan penanaman motivasi yang tinggi kepada para siswa. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan tes menulis surat pribadi

104

sebagai sarana evaluasi pegukur keterampilan menulis siswa pada siklus I. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pengisian jurnal siswa.

4.1.3

Hasil Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan karena pada siklus I keterampilan menulis

surat pribadi siswa kelas V SD N Pedurungan Tengah 02 masih termasuk kedalam kategori cukup dan belum memenuhi target maksimal pencapaian nilai rata-rata kelas yanag ditentukan. Selain itu perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis surat pribadi masih tergolong normal belum tampak perubahan yang berarti. Dengan demikian, tindakan siklus II dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada siklus II ini penelitian dilaksanakan dengan rencana dan persiapan yang lebih matang daripada siklus I. Dengan adanya perbaikan-perbaikan pembelajaran yang mengarah proses pada peningkatan dengan hasil belajar tanpa

mengesampingkan

pembelajaran

pendekatan

kontekstual

komponen pemodelan, maka hasil penelitian yang berupa nilai tes keterampilan siswa meningkat dari kategori cukup meningkat ke kategori baik. Meningkatnya nilai tes ini diikuti pula dengan peningkatan perilaku siswa yang lebih aktif, kreatif, dan lebih terbuka dalam menerima pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Hasil selengkapnya mengenai tes dan nontes siklus II ini diuraikan secara rinci sebagai berikut.

105

4.1.3.1 Hasil Tes Hasil tes menulis surat pribadi pada siklus II ini merupakan data kedua setelah diberlakukannya perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus I, namun masih dalam strategi pembelajaran pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kriteria penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti pada tes siklus I meliputi tujuh aspek penilaian, meliputi : (1) kesesuaian isi surat dengan topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4) pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat. Secara umum, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi dengan topik selamat ulang tahun dapat dilihat pada tabel 12 berikut. Tabel 12. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus II Rentang No Kategori Nilai 1 2 3 4 Sangat baik Baik Cukup Kurang 85 100 75 84 60 74 0 59 18 22 0 0 40 Frekuensi Skor 1625 1714 0 0 3339 (%) 45 55 0 0 100 =83,475 3339 40 Skor Bobot Persen Rata-rata

Jumlah

Data tabel 12 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang dalam menulis surat pribadi sangat baik, dengan rata-rata skor klasikal hanya mencapai 83,475. Dari jumlah keseluruhan 40 siswa, 18 siswa diantaranya atau sebanyak 45% termasuk dalam kategori

106

sangat baik dengan nilai 85-100. Kategori baik dengan nilai antara 75-84 dicapai oleh 22 siswa atau 55% dari jumlah keseluruhan siswa. Kategori cukup dan kurang tidak ada seorang siswa pun atau 0% yang termasuk dalam kategori tersebut. Peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa dikarenakan beberapa faktor yang melingkupinya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat dilihat pada kemampuan siswa yang semakin meningkat, siswa mulai paham dengan apa yang diajarkan guru. Dengan latihan tes menulis surat pribadi terus-menerus tidak dapat dipungkiri kemampuan siswa akan terus bertambah, karena keterampilan menulis didapat dari latihan bukan dari bawaan lahir. Faktor ekternal yang tak kalah pentingnya adalah strategi yang digunakan guru, melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan guru berhasil meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis surat pribadi. Hasil rata-rata skor yang memuaskan ini, merupakan keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis kompetensi. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan guru dapat mengatasi permasalahan yang melingkupi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Kini siswa sudah dapat menyesuaikan isi surat dengan topik, menggunakan bahasa surat dengan baik, menyusun antarkalimat dengan padu, siswa sudah pandai dalam memilih kata dengan benar sesuai dengan situasi, pengunaan ejaan juga sudah baik, sistematika penulisan surat sudah benar dan siswa sudah membiasakan diri menulis surat dengan rapi. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pencapaian skor siswa yang mengalami peningkatan pada tiap aspek penulisan surat di bawah ini.

107

4.1.3.1.1

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik

Penilaian aspek kesesuaian isi surat dengan topik pada siklus II masih sama dengan siklus I, yaitu masih difokuskan pada kesesuaian isi surat dengan topik yang diangkat. Pada siklus II ini topik yang diangkat berbeda dengan topik siklus I, yaitu ulang tahun. Pemilihan topik ini merupakan hasil pilihan seluruh siswa dari beberapa alternatif pilihan yang diajukan guru. Hasil penilaian tes ketepatan isi surat dengan topik dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 16 20 11 15 6 10 05 Frekuensi 33 3 2 2 40 Bobot Skor 652 45 18 10 537 Persen (%) 82,5 7,5 5 5 100 724 40 =18,125 Rata-rata Skor

Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam menyesuaikan isi surat dengan topik untuk kategori sangat baik yaitu dengan skor 16-20 dicapai 33 siswa atau sebesar 82,5%. Kategori baik dengan skor 11-15 dicapai oleh 3 siswa atau 7,5%. Kategori cukup dengan skor 6-10 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%, sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-5 dicapai 2 siswa atau sebesar 5%. Jadi, skor rata-rata klasikal pada ketepatan kesesuaian isi

108

dengan topik dalam menulis surat pribadi yaitu sebesar 18,125 atau dalam kategori sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah paham dan mengerti dalam menyesuaikan isi surat dengan topik surat yang diangkat. Pada siklus II guru memberikan alternatif pilihan topik kepada siswa, Topik ulang tahun dipilih siswa berdasarkan hasil kesepakatan seluruh siswa. Hal ini dilakukan guru guna memberikan alternatif topik yang disukai siswa, jika siswa suka dengan topik surat yang dipilihnya kemungkinan siswa akan mengerjakan tes dengan mudah. Hal ini tentunya akan berpengaruh pula pada kualitas isi surat.

4.1.3.1.2

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat

Penilaian aspek bahasa surat difokuskan pada bahasa surat yang digunakan yaitu kejelasan, keefektifan, kelugasan dan kesopanan bahasa surat. Hasil penilaian tes ketepatan bahasa surat yang dipergunakan siswa dapat dilihat pada tabel 14 berikut. Tabel 14. Hasil Tes Aspek Bahasa Surat No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 21 25 16 20 11 15 0 10 Frekuensi 10 18 6 0 40 Bobot Skor 388 352 88 0 828 100 Persen (%) 40 45 15 0 828 40 =20,7 Rata-rata Skor

109

Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa pada tes aspek bahasa surat, kategori sangat baik yaitu dengan skor antara 21-25 telah dicapai 10 siswa atau sebesar 40%. Selanjutnya, kategori baik dengan skor nilai antara 16-20 dicapai 18 siswa atau sebanyak 45%, sedangkan kategori cukup dengan skor nilai antara 11-15 dicapai siswa sebanyak 6 siswa atau sebesar 15%. Kategori kurang dengan skor 0-10 dicapai siswa sebanyak 0% atau tidak ada satu siswa pun yang termasuk dalam kategori kurang. Jadi, setelah direkap rata-rata skor siswa pada aspek bahasa surat mencapai 20,7 atau dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam membahasakan perasaannya dalam bentuk surat sudah banyak mengalami peningkatan. Bahasa surat yang jelas, tidak bertele-tele, lugas dan tidak berambiguitas serta sopan telah berhasil digunakan siswa dalam surat yang baik dan benar.

4.1.3.1.3

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat

Penilaian aspek penyusunan kalimat pada surat difokuskan pada kohesi dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat-kalimat yang baik dan keterpaduan isi antarkalimat pun akan jelas. Hasil penilaian tes penyusunan kalimat dalam surat pribadi siswa dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.

110

Tabel 15. Hasil Tes Aspek Penyusunan Kalimat No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 8 10 57 24 01 Frekuensi 23 10 5 2 40 Bobot Skor 224 62 17 2 305 Persen (%) 57,5 25 12,5 5 100 305 40 =7,625 Rata-rata Skor

Berdasarkan tabel 15 tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa dalam menyusun kalimat secara klasikal sudah termasuk dalam kategori baik dengan mencapai rata-rata skor 7,625. Pemerolehan skor rata-rata secara rinci diuraikan sebagai berikut. Siswa yang mendapat skor 8-10 dalam kategori sangat baik dicapai oleh 23 siswa atau sebanyak 57,5%, sedangkan untuk kategori baik dengan jumlah skor antara 5-7 dicapai oleh 10 siswa atau sebanyak 25%.

Kategori cukup dengan skor antara 2-4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 12,5%, sedangkan kategori kurang dengan skor antara 0-1 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam memadukan isi antarkalimat secara keseluruhan sudah dapat dikatakan baik.

4.1.3.1.4

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pilihan Kata

Penilaian aspek pemilihan kata atau diksi pada surat difokuskan pada ketepatan pemilihan kata yang disesuaikan dengan situasi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.

111

Tabel 16. Hasil Tes Aspek Pilihan Kata No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 8 10 57 24 01 Frekuensi 24 16 0 0 40 Bobot Skor 230 110 0 0 340 Persen (%) 60 40 0 0 100 340 40 =8,5 Rata-rata Skor

Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek pilihan kata yaitu kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 24 siswa atau sebanyak 60%. Kategori baik dengan skor antara 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebanyak 40%. Kategori cukup dan kurang dengan skor 2-4 dan skor 0-1 tidak satu pun siswa atau sebesar 0% yang termasuk dalam kategori tersebut. Setelah data diakumulasikan didapatkan hasil rata-rata skor klasikal sebesar 8,5 atau dalam kategori sangat baik. Data tersebut membuktikan bahwa keterampilan siswa pada aspek pilihan kata dalam menulis surat sudah dapat dikatakan bagus, tidak adanya siswa yang mencapai skor cukup maupun kurang membuktikan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan telah berhasil membawa pemahaman siswa dalam ketepatan pemilihan kata.

112

4.1.3.1.5

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penggunaan Ejaan

Penilaian aspek Pengunaan ejaan difokuskan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadi. Hasil penilaian tes penggunaan ejaan dapat dilihat pada tabel 17 berikut. Tabel 17. Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 8 10 57 24 01 Frekuensi 14 15 10 1 40 Bobot Skor 127 96 35 1 269 Persen (%) 35 37,5 25 2,5 100 259 40 =6,475 Rata-rata Skor

Data pada tabel 17 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek penggunaan ejaan dengan kategori sangat baik dicapai oleh 14 siswa atau sebesar 35% dengan skor antara 8-10. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa atau sebesar 37,5% dengan skor antara 5-7. Selanjutnya kategori cukup dicapai oleh 10 siswa atau sebesar 25% dengan jumlah skor antara 2-4. Skor terendah 0-4 dengan kategori kurang dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5% Setelah diakumulasikan didapat hasil rata-rata klasikal sebesar 6,475 atau dalam kategori baik. Berdasarkan hasil rata-rata skor dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan siswa sudah dapat menggunakan ejaan dengan benar, baik dari pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadinya. Keterampilan siswa dalam menggunakan ejaan sudah semakin meningkat,

113

kemajuan ini merupakan peningkatan keberhasilan siswa dalam mencerna dan memahami penjelasan guru. Peran guru dalam kelas kontekstual juga sangat membantu demi kelangsungan pembelajaran yang bermutu.

4.1.3.1.6

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat

Penilaian aspek sistematika surat difokuskan pada ketepatan penulisan bagian-bagian surat yang meliputi : (1) tempat dan tanggal penulisan surat; (2) alamat surat; (3) salam pembuka; (4) pembuka surat; (5) isi surat; (6) penutup surat; (7) salam penutup; (8) tanda tangan; dan (9) nama jelas. Hasil penilaian tes ketepatan penulisan sistematika surat dapat dilihat pada tabel 18 berikut. Tabel 18. Hasil Tes Aspek Sistematika Penulisan Surat No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Rentang Skor 12 15 8 11 47 03 Frekuensi 34 5 0 1 40 Bobot Skor 487 55 0 3 557 Persen (%) 85 12,5 0 2,5 100 545 40 =13,625 Rata-rata Skor

Data pada tabel 18 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek sistematika penulisan surat dengan kategori sangat baik dengan jumlah skor antara 12-15 dicapai oleh 34 siswa atau sebesar 85%, sedangkan untuk kategori baik dengan skor 8-11 telah dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 12,5%. Selanjutnya, kategori cukup dengan nilai 4-7 dicapai sebesar 0% atau tidak ada siswa satu pun

114

yang termasuk dalam kategori ini. Kategori yang terakhir yaitu kategori kurang dengan nilai 0-3 dicapai oleh seorang siswa atau sebesar 2,5%. Setelah diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 13,625 termasuk dalam kategori sangat baik. Prestasi siswa ini sungguh memuaskan, berarti dalam sistematika penulisan surat siswa sudah tidak lagi mengalami kesulitan, siswa sudah paham dan terampil dalam menuliskan bagian-bagian surat yang meliputi tempat dan tanggal surat, alamat surat, salam pembuka, pembuka surat, isi surat, penutup surat, salam penutup tanda tangan dan nama jelas sesuai dengan format penulisan surat yang benar. Peningkatan prestasi ini tentunya tidak luput dari peran pemodelan contoh surat dan pias kata yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar paham menggunakan sistematika surat yang baik. Media surat ini, ternyata terbukti memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap siswa demi kelancaran proses pemahaman materi pembelajaran menulis surat pribadi.

4.1.3.1.7

Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat

Penilaian aspek kerapian surat difokuskan pada tulisan surat apakah bersih, tidak ada coretan, banyak coretan atau tulisan sulit terbaca. Hasil penilaian kerapian surat dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

115

Tabel 19. Hasil Tes Aspek Kerapian Surat Rentang No Kategori Skor 1 2 3 4 Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah 8 10 57 24 01 25 15 0 0 40 Frekuensi Skor 248 97 0 0 345 (%) 62,5 37,5 0 0 100 345 40 =8,625 Skor Bobot Persen Rata-rata

Data pada tabel 19 tersebut menunjukkan bahwa kerapiaan siswa dalam menulis surat pribadi dengan kategori sangat baik telah dicapai sebanyak 25 siswa atau sebesar 62,5% dengan jumlah skor antar 8-10, sedangkan kategori baik dengan jumlah skor 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 37,5%. Kategori cukup dan kurang yaitu dengan jumlah skor 2-4 dan jumlah skor 0-1 didapat sebanyak 0% karena tidak terdapat siswa yang mendapat skor tersebut. Setelah diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 8,62 atau dalam kategori sangat baik. Bukti ini menunjukkan bahwa siswa sudah terampil menulis surat dengan rapi. Siswa sudah terbiasa dan memahami bahwa kerapian surat merupakan salah satu faktor penunjang dalam kegiatan menulis surat pribadi, jika surat pribadi ditulis dengan rapi tentu pesan yang akan disampaikan dapat terbaca dengan jelas oleh orang yang menerima surat. Hasil tes menulis surat pribadi pada siswa lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik siklus II di bawah ini.

116

GRAFIK SIKLUS II
100 80

Jumlah Skor

60 40 20 0 1 3 5 7 9 11 13 Grafik 3. Siklus II 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41

Subjek Penelitian

Jumlah Skor

Grafik 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus II Grafik 3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa berada pada kategori baik antara 75-84. Siswa yang memperoleh kategori ini mencapai 55% atau sebanyak 22 siswa dan sisanya sebanyak 18 siswa atau 45% dari jumlah keseluruhan mendapat nilai sangat baik yaitu 85-100. Pada siklus II ini, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi siswa secara klasikal sudah menunjukkan kategori baik dan sudah meraih target yang diinginkan peneliti. Pada siklus II ini, nilai rata-rata klasikal pencapaian nilai rata-rata kelas yang ditentukan yaitu 75. Peningkatan prestasi siswa ini diikuti dengan perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi, siswa lebih aktif, kreatif, dan produktif dalam menghasilkan karya-karya yang lebih bagus dari sebelumnya. Dengan demikian tindakan siklus III tidak perlu dilakukan karena peneliti sudah puas dengan hasil penelitian siklus II.

117

4.1.3.2 Hasil Nontes Hasil penelitian nontes pada siklus II ini didapatkan dari data observasi, jurnal, wawancara, angket, dan dokumentasi. Angket merupakan data tambahan pada siklus II ini, tujuannya sebagai pemerkuat data nontes lainya. Kelima hasil penelitian nontes tersebut dijelaskan pada uraian berikut ini.

4.1.3.2.1

Hasil Observasi

Kegiatan observasi siswa dan observasi kelas pada siklus II dilaksanakan selama proses pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan di kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Observasi siswa ini dilakukan oleh peneliti sekaligus sebagai guru dengan bantuan guru pamong sebagai observator kelas. Objek sasaran dan cara pelaksanaan observasi siswa maupun observasi kelas pada siklus II masih tetap sama dengan siklus I. Ada lima belas objek sasaran observasi siswa yang meliputi perilaku positif dan perilaku negatif siswa selama proses pembelajaran. Objek sasaran observasi kelas terbagi tiga aspek yaitu aspek kemampuan berkomunikasi atau communicatiaon skills, aktivitas belajar atau learning actifity dan keterampilan guru praktikan. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk memotret respons perilaku siswa dalam menerima pembelajaran menulis surat pribadi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

118

a. Observasi Siswa Pada siklus II ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi melalui kegiatan observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, guru merasakan ada perubahan perilaku siswa, siswa yang sebelumnya tidak dapat mengikutinya dengan baik, pada siklus II ini, siswa mulai mengikuti dan

menikmati pembelajaran yang diterapkan guru. Bukti ini dapat dilihat pada data observasi yang menyebutkan 35 siswa atau sebanyak 85% siswa sudah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan baik. Peningkatan sebesar 10% dari siklus I merupakan hal yang menggembirakan, berarti siswa sudah dapat menyesuaikan diri dengan pendekatan kontekstual yang diberikan guru. Siswa sudah merespons positif pembelajaran menulis surat sudah dengan baik. Siswa mulai menyadari bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sungguh mengasyikan. Guru berusaha mengemas berbagai metode pembelajaran yang ada sehingga tidak membosankan siswa dalam proses pembelajaran. Karena dalam proses pembelajaran kontekstual siswa diharapkan tidak hanya menangkap materi pembelajaran yang diajarkan tetapi juga menangkap makna dari pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebagian besar siswa atau sebanyak 85% dari jumlah siswa seluruhnya penuh konsentrasi memperhatikan penjelasan guru. Sisanya sebanyak 10% atau sebanyak 4 siswa kurang merespons penjelasan guru, mereka asyik bicara sendiri dengan teman sebangkunya atau dengan teman sekelompoknya. Beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan

119

guru banyak bertanya dan pertanyaan siswa ini mengarah pada pemecahan masalah. Siswa yang aktif bertanya tersebut diantaranya adalah Adinda Kartika, Ayu Rizki, Eva, Gaza Pahlevi, Brian Chandra, Dwi Khoiri Yani, Novia Al Adawiyah dan Syofa Adelya Yositasari. Siswa-siswa ini lebih aktif bertanya dibandingkan teman-temannya yang cenderung pasif tidak mau bertanya. Siswa yang pasif ini dimungkinkan karena siswa masih malu, grogi dan tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Jumlah siswa yang nonaktif ini terprediksi dalam data observasi siswa sebanyak 6 siswa, hal ini termasuk penurunan dari siklus I, semula siswa nonaktif ini ada sekitar 60% kini menurun menjadi 15% atau terjadi penurunan perilaku negatif sebesar 45%. Hal ini berarti secara umum siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya. Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan dan membandingkan contoh-contoh surat pribadi yang telah dibagikan oleh guru, baik dari segi isi, bahasa, pilihan kata sampai sistematika surat. Respons yang diberikan siswa pada saat itu adalah seluruh siswa tampak penasaran pada isi surat yang diberikan karena memang surat yang dibagikan dalam amplop tertutup dan berperangko. Siswa tampak senang dan menikmati surat yang diterimanya. Kini 70% siswa sudah berani mengungkapkan hasil diskusinya ke depan kelas walaupun masih ada beberapa perwakilan kelompok yang masih malu membacakan atau menuliskan ke depan kelas. Dengan bantuan dua contoh surat yang dibagikan pada tiap kelompok kini siswa semakin paham dengan penulisan surat pribadi.

120

Pada saat pemberian materi telah selesai, tes menulis surat pribadi dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kadar kemampuan dan pemahaman siswa dalam menulis surat pribadi yang telah diajarkan guru. Sebagian besar siswa sebanyak 28 atau 70% siswa terlihat dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya dalam bentuk surat, sedangkan sisa siswa atau sebanyak 10% siswa masih terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan tes menulis surat pribadi. Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif sudah tergeser dan tergantikan pada perilaku positif. Peningkatan perilaku siswa dari perilaku negatif ke dalam periku positif merupakan hal yang seharusnya terjadi, karena guru sudah berusaha secara maksimal merubah pola pembelajaran yang disukai siswa. Namun, perubahan pola pembelajaran ini tentunya masih dalam konteks pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Rencana pembelajaran pada siklus II ini dilakukan dengan perencanaan matang serta melalui tahapan perbaikan tindakan yang sekiranya dapat diikuti oleh siswa.

b. Observasi Kelas Observasi kelas yang dilakukan guru pamong bertujuan untuk

mengevaluasi cara kerja guru praktikan dalam memberikan pembelajaran menulis surat pribadi, sehingga strategi atau pun pendekatan yang dilakukan guru dapat dipertanggungjawabkan. Selain tugas utama tersebut guru kolaborator ini juga melakukan pengamatan respons anak didiknya selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dari guru praktikan. Adapun objek sasaran observasi kelas

121

sama seperti siklus I yaitu lebih dikhususkan pada aspek kemampuan berkomunikasi atau commucation skills, aktivitas belajar atau learning activity, dan keterampilan guru praktikan dalam mengajar. Hasil dari observasi kelas ini setelah diricek hasilnya sama dengan observasi siswa. Pada aspek comunicatioan skills sebagian besar siswa sudah mulai berani mengemukakan pendapat mereka tentang kegiatan menulis surat. Siswa sekarang lebih berani berkomentar terhadap apa yang dirasakanya, baik mengenai kesualitan-kesulitan yang dirasakannya atau hal-hal yang dianggapnya benar. Pada siklus II ini, sebagian besar siswa sudah dapat mengidentifikasikan surat dengan lisan maupun tertulis. Aktivitas belajar atau learning activity pada proses pembelajaran siklus II siswa pada umumnya bersemangat, mereka tampak senang dan menikmati pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru. Kegiatan siswa dalam berdiskusi tampak aktif, siswa benar-benar menjalankan tugas dari guru. Pada saat melakukan tes siswa tampak dengan senang hati menuangkan segala macam hal yang dirasakannya dalam bentuk surat dalam waktu kurang dari 45 menit siswa sudah dapat menyelesaikan tes menulis surat pribadi yang telah ditentukan. Hasil pengamatan guru pamong terhadap guru praktikan, dijelaskan bahwa kemampuan guru praktikan dalam membuka pelajaran sudah bagus, absensi dan apersepsi selalu disampaikan guru dalam membuka pelajaran. Guru

menyampaikan materi sudah lancar karena materi dikuasai dengan baik. Cara guru menjalin komunikasi dengan siswa dua arah, selalu ada timbal balik.

122

Dalam menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan juga sudah baik tujuh komponen yang melingkupi pendekatan kontekstual sudah dijalankan secara seimbang. Kemampuan guru dalam mengelola kelas berbasis kompetensi sudah cukup baik, terutama dalam hal menggalakkan siswa dalam proses pembelajaran maupun dalam memberikan balikan. Cara menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi juga sudah baik. Secara keseluruhan guru pamong menilai pola pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan semakin baik.

4.1.3.2.2

Hasil Jurnal

Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II masih sama seperti pada siklus I ada dua macam yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan, tanggapan, pesan dan kesan dari perasaan siswa dan guru selama pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung. Jurnal siswa harus diisi oleh siswa tanpa terkecuali. Pengisian jurnal tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan diadakan jurnal siswa ini untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran dan untuk mengungkap kesulitan-kesulitan siswa meliputi lima pertanyaan, yaitu: (1) metode mengajar guru; (2) kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi; (3) tanggapan siswa mengenai manfaat kerja kelompok; (4) perasaan siswa terhadap kemampuan menulis surat pribadi;

123

(5) manfaat yang dapat dipetik setelah mengikuti pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Kegiatan pengisian jurnal ini merupakan hal yang tidak baru lagi, karena pengisian jurnal ini sudah pernah dilakukan siswa pada saat siklus I. Pada saat pengisian jurnal ini siswa tampak antusias ingin segera mendapatkan jurnal dan ingin segera mengisinya. Setelah semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa segera mengisi jurnal tersebut dengan situasi yang tenang. Hasil jurnal yang telah dianalisis selengkapnya diuraikan di bawah ini.

a. Jurnal Siswa Pada dasarnya sebagian besar siswa menanggapi baik metode

pembelajaran menulis surat pribadi menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru. Siswa menilai metode pembelajaran yang digunakan guru mudah dipahami, jelas, dan menyenangkan. Dengan demikian, tugas guru dalam kelas kontekstual dapat dikatakan berhasil, karena guru telah membimbing siswa mencapai tujuannya dengan menciptakan proses belajar kelas yang lebih hidup, menyenangkan, dan lebih bermakna. Dengan pembelajaran tersebut tentunya siswa merasa tidak terbebani dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan guru, karena pendekatan kontekstual lebih mengutamakan proses daripada produk. Dengan pengalaman belajar yang menyenangkan dan mengkaitkan pembelajaran dengan dunia nyata tentunya memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Apalagi siswa merasa

124

dekat dan bersimpati dengan guru, hal ini berdasarkan beberapa pernyataan siswa yang berpendapat bahwa guru praktikan ramah, baik, disiplin, dan tidak galak. Berdasarkan data dari jurnal siswa pada siklus II didapat bahwa tidak ada satupun siswa yang menyatakan kesulitan. Seluruh siswa menyatakan sudah paham terhadap pembelajaran menulis surat pribadi yang diajarkan guru. Bahkan siswa menganggap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini mudah dipahami. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendekatan kontektual komponen pemodelan ini telah berhasil membawa siswa pada pemahaman pembelajaran yang sempurna. Sebagian besar siswa merespons positif terhadap pembelajaran menulis surat pribadi. Pernyataan bagus dan menyenangkan banyak tertulis dalam jurnal. Pernyataan siswa ini membuktikan kalau mereka tertarik dan menyukai materi yang diajarkan guru. Siswa merespon bagus karena dalam pembelajaran guru mengantarkan siswa kedalam dunia nyata, dengan membagikan surat pribadi yang tertutup rapi dalam amplop berperangko. Kondisi ini merupakan pengalaman baru bagi siswa karena dalam pembelajaran sebelumnya guru pamong jarang menggunakan model nyata, hanya menghadirkan contohcontoh dari buku. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan respons sebagian besar siswa yang diungkapkan dalam jurnal. Hal ini merupakan bukti bahwa selama proses pembelajaran siswa menikmati semua metode pembelajaran yang diberikan guru mulai dari apersepsi, kegiatan inti yang diwarnai dengan diskusi dan permainan serta penutup pelajaran yang diisi dengan kegiatan refleksi.

125

Tanggapan siswa terhadap model surat pribadi yang dicontohkan guru pada umumnya beranggapan baik dan mudah dipahami. Hal ini dikarenakan model contoh surat yang dicontohkan guru dibuat semenarik mungkin, sehingga siswa tertarik untuk membacanya. Siswa menganggap contoh surat mudah dipahami, karena contoh-contoh surat yang dimodelkan guru memang dirancang untuk mudah dipahami siswa dari segi bahasa, penyusunan kalimat yang runtut, pilihan kata yang sederhana dan sistematika surat yang dengan jelas. Pada bagianbagian surat ditulis dengan warna yang berbeda sehingga siswa dapat membedakan tiap bagian-bagian surat. Contoh surat dari siswa juga dihadirkan guru pada siklus II ini, dengan harapan siswa dapat membandingkannya contoh surat yang benar dan contoh surat yang salah. Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa selama mengikuti kegiatan kelompok siswa umumnya menyatakan kegiatan kelompok dapat membantu pemahamannya dalam memahami cara menulis surat pribadi dengan baik. Kegiatan kelompok ini termasuk dalam kegiatan masyarakat belajar atau learning community kegiatan masyarakat belajar ini difokuskan pada kegiatan diskusi mengenai surat pribadi. Kegiatan diskusi pada siklus II ini cukup kondusif , siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan diskusi ini. Interaksi antar kelompok mulai terjalin. Siswa tidak lagi bermalas-malasan, dengan dipandu guru praktikan siswa mulai bersemangat dalam kegiatan diskusi. Selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan respons yang diberikan siswa cukup mengesankan seluruh siswa menyatakan senang selama

126

mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi. Siswa merasa senang karena pengalaman baru tentang pembelajaran menulis surat pribadi didapatkannya dengan metode guru yang menarik. Guru menyisipkan kuis dan permainan yang sebelumnya tidak didapatkan siswa selama pembelajaran menulis surat. Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan memberikan pegalaman baru yang bermakna bagi siswa sehingga siswa merasa senang, dan menikmati pembelajaran yang diberikan guru. Pertanyaan apakah kemampuan menulis surat pribadi siswa sekarang bertambah? Siswa pada umumnya menyatakan ya kemampuan saya dalam menulis surat pribadi bertambah Aneka ragam pernyataan siswa yang dituliskan siswa pada jurnal siswa mengenai pertanyaan manfaat apa yang didapatkannya dari pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Mereka umumnya menyatakan kemampuan menulis surat pribadinya bertambah. Siswa semakin terampil dalam menulis surat pribadi.

b. Jurnal Guru Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal guru ini adalah : (1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (2) respons siswa terhadap contoh yang dihadirkan guru; (3) keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi; (4) perilaku siswa dikelas saat melakukan

127

kegiatan diskusi kelompok; (5) fenomena-fenomena yang muncul di kelas saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa guru sudah merasa puas terhadap proses pembelajara, karena hasil yang dicapai pada siklus II ini sudah sesuai dengan target yang ditentukan, bahkan melampaui taarget. Target minimal rata-rata klasical yang ditentukan pada siklus II adalah 75, sedangkan hasil yang tercapai sebesar 83,7. Dengan demikian, dapat dikatakan keberhasilan ini merupakan keberhasilan guru dan siswa dalam memberikan dan menerima pembelajaran kontekstul komponen pemodelan. Guru merasa puas karena pendekatan kontekstual komponen pemodelan ternyata berhasil dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Hal ini telah terbukti dengan hasil-hasil yang dicapai baik dari siklus I sampai siklus II yang terus mengalami peningkatan. Siswa akhirnya dapat menerima dengan baik pembelajaran yang diberikan guru. Respons positif siswa tergambar pada saat pembelajaran berlangsung, siswa tampak menikmati pembelajaran yang guru berikan. Tugas-tugas yang diberikan guru dijalankan dengan baik oleh siswa. Respons positif siswa ini yang dihadirkan siswa pada saat guru membagikan contoh surat sungguh mengesankan, mereka tampak senang dan penasaran pada contoh surat yang dihadirkan guru, minat ingin membaca contoh surat begitu tinggi. Pada siklus II ini guru sengaja menghadirkan dua contoh surat yang berbeda pada siswa, satu contoh surat yang berasal dari guru dan satu contoh

128

surat yang berasal dari siswa. Tujuannya agar siswa benar-benar paham dan dapat membandingkan contoh surat yang baik dan contoh surat yang kurang baik. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah banyak mengalami peningkatan, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang malas untuk melakukan diskusi kelompok. Sebagian kecil siswa yang berperilaku negatif tidak menyurutkan siswa yang aktif dalam melakukan kegiatan diskusi. Siswa yang aktif ini menjalankan semua tugas guru dengan baik dari mempresentasikan hasil diskusinya sampai mengerjakan tes, jurnal, dan angket dari guru dan menjalaninya dengan senang hati tanpa terbebani. Tingkah laku siswa pada saat pembelajaran siklus I ini sudah banyak kemajuan. Perilaku-perilaku positif mulai dimunculkan siswa dan menggeser perilaku-perilaku negatif siswa. Pada siklus II ini siswa lebih banyak bertanya dan berkomentar terhadap hal-hal yang ditanyakan guru. Siswa sudah berani mengeluarkan pendapatnya tanpa ragu-ragu lagi. Keaktifan siswa dalam aspek communication skills merupakan hal yang patut dibanggakan, karena pada siklus sebelumnya banyak siswa yang masih merasa malu dan grogi bila ditanya, ataupun bila disuruh bertanya. Fenomena-fenomena lain yang yang muncul di kelas saat pembelajaran siklus II yang paling menonjol adalah siswa semakin aktif dan siswa makin akrab dengan guru. Hal ini dapat dilihat pada saat guru memberitahukan kepada seluruh siswa bahwa pembelajaran siklus II ini adalah pembelajaran yang terakhir diajarkan oleh guru praktikan, siswa tampak kecewa dan menginginkan guru praktikan tetap mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia pada mereka. Hal inilah

129

yang membuat guru praktikan merasa terharu, bahagia dan merasa dibutuhkan siswa, berarti siswa sudah begitu dekat dan cocok dengan pola pembelajaran yang guru terapkan.

4.1.3.2.3

Hasil Wawancara

Wawancara pada siklus II dilakukan kepada tiga orang siswa yang memperolah nilai tertinggi, nilai sedang atau nilai rata-rata, dan nilai yang terendah. Mereka bernama Kissia Kinandi, Tomi Rahardian dan Reynard Brian Alfreda. Tujuan dilakukannya wawancara siklus II untuk mengetahui sejauh mana sikap-sikap siswa terhadap proses pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Teknik wawancara siklus II ini masih sama dengan siklus I, siswa menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan guru atau pewawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I namun, ada beberapa poin yang berbeda. Adapun pertanyaan yang diajukan siswa meliputi: (1) apakah siswa senang dengan metode pembelajaran guru; (2) apakah ada perubahan cara cara guru dalam mengajar; (3) apakah siswa merasa terganggu ketika harus mengerjakan tes menulis surat pribadi; (4) apakah siswa mengalami kesulitan dalam menulis surat pribadi; (5) apakah diskusi kelompok dapat membantu anda dalam memahami surat pribadi; (6) apakah contoh-contoh surat yang diberikan guru dapat anda pahami; (7) apakah sekarang siswa dapat mengidentifikasi dan membuat contoh-contoh bagian-bagian surat sesuai dengan kaidah penulisan

130

surat; (8) apakah format serta kaidah penulisan surat pribadi yang baik dan benar pada contoh surat dapat ditiru; ( 9) apakah siswa merasa senang setelah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (10) kesan dan pesan siswa terhadap pembelajaran menulis suart pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pertanyaan pertama yang diajukan pewawancara dijawab oleh ketiga responden dengan jawaban yang sama, ya mereka merasa senang terhadap pola pembelajaran yang dilakukan guru. Pertanyaan yang kedua juga dijawab sama oleh ketiga responden dari nilai yang tertinggi, sedang, dan terendah. Mereka menyatakan ada perubahan cara mengajar guru. Dalam kegiatan pembelajaran tiap siklus guru selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi siswa, dengan merubah cara mengajar yang lebih baik tentunya dengan pola dan strategi yang sesuai dalam lingkup kontektual komponen pemodelan. Perubahan pembelajaran pada siklus II sengaja direncanakan agar pembelajaran lebih bermakna, dan siswa dapat menikmati dan tidak jenuh terhadap materi pembelajaran yang sama, tentang menulis surat pribadi. Tes menulis surat pribadi dalam tiap siklus selalu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi dari pratindakan, siklus I sampai pada siklus II. Tes ini dilakukan terusmenerus sampai siswa mengalami peningkatan sesuai target yang diinginkan peneliti. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga siswa diperoleh jawaban bahwa siswa tidak merasa keberatan jika harus mengerjakan tes menulis surat pribadi. Bahkan Kissia Kinandi, siswa yang mendapat nilai tertinggi

131

menambahkan jawabannya kalau dia sudah terbiasa dan mulai menyukai kegiatan menulis surat pribadi. Selanjutnya, pertanyaan keempat masih sama dengan pertanyaan wawancara siklus I, apakah siswa mengalami kesulitan dalam menulis surat pribadi? Jawaban yang sama masih terlontar dari ketiga siswa tidak ada jawaban singkat ini sungguh berarti bagi seorang guru karena dapat dikatakan pembelajaran guru dalam memberikan materi menulis surat pribadi sudah berhasil. Diskusi merupakan salah satu kegiatan learning community dari pembelajaran kontesktual. Pada siklus II ini kegiatan pembelajaran lebih difokuskan pada diskusi kelompok. Kegiatan yang dilakukan dalam kerja kelompok ini adalah tiap kelompok mendiskusikan contoh-contoh surat pribadi yang dihadirkan guru. Contoh surat pribadi dari guru dan contoh surat pribadi dari siswa didiskusikan dan dibandingkan dari segi isi, bahasa, penyusunan kalimat, pilihan kata, ejaan, dan sistematika surat. Dengan metode diskusi diharapkan siswa lebih paham mengenai surat pribadi. Untuk membuktikan kebenaran apakah metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis surat pribadi, guru menanyakan kepada ketiga siswa responden ini jawaban mereka tetap sama ya. Pemodelan merupakan salah satu sarana penting dalam pembelajaran kontekstual. Pada siklus II pemodelan masih menggunakan contoh surat pribadi, contoh surat yang dihadirkan guru pada siklus II ini berbeda dari contoh surat pada siklus I, ada dua contoh yang dihadirkan guru untuk tiap kelompok yaitu

132

contoh surat yang baik dan benar berasal dari guru dan contoh surat yang kurang baik berasal dari siswa. Dengan mendiskusikan kedua contoh model surat ini diharapkan siswa lebih paham mengenai surat pribadi. Hasil dari wawancara seputar masalah contoh surat tersebut ternyata ketiga responden ini menjawab ya, dapat saya pahami. Berdasarkan jawaban tersebut dapat dikatakan bahwa contoh-contoh surat pribadi yang dihadirkan guru tidak sulit dan mudah dipahami oleh siswa. Hal ini diperkuat dengan bukti kedua jawaban Kissia dan Tomi yang menyatakan sekarang saya sudah dapat membedakan bagian-bagian surat dan dapat memberikan contoh bagian-bagian surat pribadi. Berbeda dengan jawaban Reynard, dia sebenarnya sudah paham dengan bagian-bagian surat pribadi, tetapi jika harus memberikan contoh lain dari bagian-bagian surat tersebut dia masih kesulitan. Pertanyaan selajutnya, masih seputar contoh surat pribadi. Ketiga siswa menyatakan dapat meniru sistematika, format serta kaidah penulisan surat pribadi yang baik dan benar. Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan lebih mengutamakan proses daripada produk itu sendiri. Dalam kelas berbasis kompetensi, pembelajaran yang bermakna lebih diutamakan untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan wawancara dengan ketiga siswa diketahui mereka merasa senang terhadap pembelajaran menulis surat pribadi yang diajarkan guru. Kesan siswa terhadap pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan tiap siswa berbeda. Kissia Kinandi mengungkapkan perasaannya bahwa pembelajaran yang diberikan guru

133

menyenangkan, pembelajarannya pun mudah dipahami. Jawaban Kissia ini senanda dengan Tomi Rahardian yang mengatakan pembelajaran yang diberikan guru mudah dipahami. Selanjutnya, Reynard Brian Alfreda juga mengatakan pernyataan senada bahwa pembelajaran yang diberikan guru menyenangkan. Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga siswa ini dapat disimpulkan bahwa mereka sekarang sudah memahami materi pembelajaran menulis surat pribadi, baik dari segi isi, bahasa, peyusunan kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan, dan sistematika surat. Hal ini karena dipengaruhi oleh metode dan cara mengajar guru yang berbeda dari sebelumnya, siswa merasa senang karena siswa menemukan pengalaman baru. Dapat dikatakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru sudah berhasil meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi.

4.1.3.2.4

Hasil Angket

Data penelitian yang terkumpul melalui angket pada siklus II merupakan instrumen tambahan untuk memperkaya perolehan data dan analisis data. Data diperoleh melalui sepuluh pertanyaan yang berisi tanggapan, perasaan, pandangan dan pengalaman siswa mengenai pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Berdasarkan analisis data angket dapat dijelaskan bahwa siswa senang dengan metode pembelajaran yang digunakan guru. Dari 40 siswa, 22 siswa memberikan pernyataan sangat setuju, sedangkan 18 siswa lainnya berkomentar setuju. Hal ini membuktikan bahwa mereka menikmati, dan merasa tidak

134

terbebani mengikuti pembelajaran dengan pendekatan serta metode yang diterapkan guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat memberikan respon positif bagi siswa. Bukti ini diperkuat dengan jawaban 25 siswa yang menyatakan sangat setuju dengan metode pembelajaran kontektual yang digunakan guru dapat menambah motivasi siswa dalam menulis surat pribadi. 13 siswa lainnya menyatakan setuju dan sisanya sebanyak 2 orang siswa menyatakan tidak setuju. Masyarakat belajar atau learning community dalam pembelajaran kontekstual merupakan salah satu rangkaian komponen yang harus diterapkan dalam pembelajaran berbasis kompetensi. Bentuk kegiatan masyarakat belajar dalam pembelajaran menulis surat pribadi adalah kerja kelompok. Kerja kelompok dengan mendiskusikan suatu permasalahan yang ada untuk menemukan pemecahannya. Kegiatan ini ternyata dapat membantu pemahaman siswa mengenai surat pribadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa dari 26 siswa yang menyatakan sangat setuju dan 14 siswa menyatakan setuju. Media pembelajaran merupakan salah satu alat penunjang pembelajaran yang sangat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hal ini telah dibuktikan dari pernyataan 26 siswa yang menyatakan sangat setuju terhadap contoh surat yang dihadirkan guru dapat membantu siswa memahami cara penulisan surat yang baik dan benar, sedangkan sisanya sebanyak 14 orang menyatakan setuju. Respon positif seluruh siswa ini membuktikan bahwa pengaruh media, berupa model ataupun contoh surat yang dihadirkan guru

135

mempunyai andil yang sangat basar dalam menjembatani pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa mengenai pengaruh suasana kelas terhadap kenyamanan menulis surat pribadi tiap siswa berbeda-beda. Dari hasil rekapitulasi angket, 16 siswa menyatakan sangat setuju, 20 siswa lainnya menyatakan setuju, dan 4 orang lainya menyatakan tidak setuju. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa suasana kelas yang tenang memungkinkan kelancaran siswa dalam menuangkan emosional perasaannya dalam bentuk surat. Berdasarkan tanggapan siswa, pengalaman menulis surat memang dapat mempengaruhi siswa dalam menulis surat yang baik. Bukti ini direkap dari data angket yang masuk, terdapat 24 siswa yang menyatakan sangat setuju, 15 siswa menyatakan setuju dan hanya seorang siswa yang menyatakan tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman dalam menulis surat mempunyai andil yang besar dalam penulisan surat pribadi. Siswa yang berpengalaman atau sudah pernah menulis surat pribadi tentu tidak akan kesulitan dibandingkan siswa yang belum pernah menulis surat pribadi. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah teknik mengajar guru. Guru harus pandai-pandai menyusun dan memilih strategi pembelajaran yang memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran. Teknik yang digunakan guru dengan memilih pendekatan kontekstual komponen pemodelan ternyata memberikan pengalaman yang baru bagi siswa, karena selama ini guru pamong dalam memberikan pembelajaran masih terikat dengan metode tradisional yang mengutamakan produk daripada proses pembelajaran yang bermakna. Teknik mengajar guru yang berbeda, memberikan pengalaman yang baru bagi siswa. Siswa lebih senang dan menikmati pembelajaran kontekstual

136

komponen pemodelan daripada teknik pembelajaran tradisional. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan siswa yang sangat setuju sebanyak 17 siswa dan 23 siswa lainya menyatakan setuju. Selanjutnya, tingkat efektivitas kegiatan menulis surat pribadi dapat diketahui dari tanggapan siswa. Apakah siswa setuju, jika guru memberikan latihan menulis surat pribadi terus-menerus. Berdasarkan data yang dianalisis, diketahui 10 siswa mengatakan sangat setuju, 22 orang menjawab setuju dan sisanya sebanyak 8 siswa mengatakan tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa latihan menulis surat pribadi terus-menerus tidak memberatkan siswa, malah dapat memacu siswa untuk lebih terampil dalam menulis surat pribadi. Pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ternyata memberikan banyak manfaat salah satunya adalah siswa sekarang lebih merasa senang dengan kegiatan menulis surat pribadi. Hal ini dinyatakan oleh 22 siswa yang memberikan tanggapan sangat setuju, sedangkan 18 siswa lainya menyatakan setuju. Respon positif seluruh siswa ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan tenyata lebih berhasil memberikan pengalaman yang berharga dalam pembelajaran, karena dalam pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan proses pembelajaran yang bermakna daripada produk pembelajaran, dengan pembelajaran yang bermakna tentu akan terus mengingatkan siswa kepada materi pembelajaran yang telah diterimanya. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang telah meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Bukti ini diperoleh

137

dari data angket yang direkap dari 40 siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 22 siswa dan yang menyatakan setuju sebanyak 18 siswa. Berdasarkan data angket dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontektual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis surat pribadi siswa dan dapat merubah mayoritas perilaku negatif siswa menjadi perilaku positif.

4.1.3.2.5

Hasil Dokumentasi Foto

Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil masih sama dengan foto pada siklus I. Pengambilan foto difokuskan pada kegiatan selama proses pembelajaran, berupa kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontektual, kegiatan diskusi, kegiatan tes dan kegiatan pengisian jurnal dan angket. Dokumentasi berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama peneitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.

Gambar 4. Proses Awal Pembelajaran

138

Gambar di atas merupakan kegiatan awal pembelajaran tampak guru praktikan dengan guru pamong sedang memberikan pengarahan pada siswa memberitahukan jam pelajaran yang diampunya telah selesai dan digantikan oleh guru pratikan. Selama kegiatan penelitian siklus I maupun siklus II guru pamong bertindak sebagai pengawas peneliti sekaligus pengamat kelas, guna pembelajaran yang dilakukan peneliti dapat dikoreksi, dan dipertanggungjawabkan pada guru pamong bila ada penyimpangan pembelajaran. Pada gambar tersebut tampak siswa bersemangat ingin mengikuti pembelajaran yang dilakukan guru praktikan, beberapa siswa tampak sedang mempersiapkan diri dengan sarana penunjang lainnya untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran pada siklus II ini berupa kegiatan diskusi. Proses kegiatan pelaksanakan diskusi kelompok ini dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini

Gambar 5. Proses Kegiatan Diskusi

139

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kegiatan diskusi yang dilakukan sudah cukup kondusif. Tampak pada gambar siswa serius mengerjakan tugas dari guru, mereka mendiskusikan contoh-contoh surat yang dihadirkan guru. Terlihat ada sekelompoknya siswa yang aktif berdiskusi, berbagi tugas dengan teman sekelompokmya untuk mengerjakan tugas dari guru. Tampak pula guru memandu jalannya diskusi. Kegiatan diskusi ini diakhiri dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok, perwakilan dari kelompok maju kedepan menjelaskan atau menuliskan hasil diskusinya di depan kelas. Kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Kegiatan Presentasi Hasil Diskusi Pada gambar tersebut tampak perwakilan dari tiga kelompok yang maju didepan kelas menuliskan hasil diskusinya. Ketiga siswa yang berani tampil tersebut bernama Gaza Pahlevi, Mahardini dan Syofa Adelya Yositasari, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan atas apa yang dituliskan siswa

140

di depan kelas. Guru memberikan penguatan dan masukan pada hasil diskusi siswa. Kemudian, kegiatan ini dilanjutkan dengan tes menulis surat pribadi siswa dan pembelajaran diakhiri dengan dengan pengisian jurnal dan angket.

4.2

Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pratindakan, hasil

tindakan sikus I, dan hasil tindakan siklus II. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil tersebut meliputi hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes penelitian mengacu pada pemerolehan skor yang dicapai siswa dalam uji keterampilan menulis surat pribadi dengan topik yang berbeda pada tiap siklusnya. Aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan menulis surat pribadi meliputi tujuh aspek yaitu: (1) aspek kesesuaian isi surat dengan topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4) pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat. Pembahasan hasil nontes berpedoman lima instrumen penelitian yaitu : (1) lembar observasi, baik observasi siswa maupun observasi kelas; (2) jurnal, baik jurnal siswa maupun jurnal guru; (3) wawancara; (4) angket; dan (5) dokumentasi foto. Kegiatan pratindakan dilakukan sebelum tindakan siklus I dilakukan. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal tentang keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Setelah melaksanakan kegiatan menganalisis, peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II. Proses pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen

141

pemodelan, pada siklus I dan siklus II selalu diawali dengan kegiatan mepresensi siswa-siswa terlebih dahulu. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan menanyakan keadaan siswa, memancing siswa ke pokok materi ataupun dengan melatih memori ingatan siswa dengan mengadakan kuis berupa pertanyaanpertanyaan secara lisan. Setelah siswa terpancing dan mengingat pokok materi yang akan dibahas, maka guru mulai menjelaskan segala kegiatan yang dilakukan selama 2 jam pelajaran. Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Langkah selanjutnya guru membagikan contoh surat kepada masing-masing kelompok. Siswa mencermati dan membaca dengan seksama model surat pribadi yang sudah didapatnya. Kemudian siswa mendiskusikan hal-hal yang ditugaskan guru berkaitan dengan menulis surat pribadi. Kemudian hasil dari diskusi dipresentasikan oleh perwakilan kelompok. Berdasarkan pendapat-pendapat siswa tersebut guru memberikan penegasan serta penguatan bagi siswa. Langkah selanjutnya guru mengadakan tes menulis surat pribadi dengan topik yang telah ditentukan. Hasil menulis surat pribadi yang telah terbungkus rapi dalam amplop berperangko, kemudian dibagikan kepada siswa sesuai dengan tujuan surat. Siswa kemudian, mengkoreksi dan memperbaiki hasil kerja teman. Hasil koreksi siswa kemudian dikumpulkan dan dikoreksi ulang oleh guru untuk menghasilkan nilai yang benar-benar valid. Hasil tes keterampilan menulis surat pribadi dapat dilihat pada tabel 20 di bawah ini.

142

Tabel 20. Hasil Tes keterampilan menulis surat pribadi Pratindakan, Siklus I, dan Sikus II. Nilai Rata-Rata Kelas Pratindakan 1 2 3 4 5 6 7 Kesesuaian isi surat dengan topik Bahasa surat Penyusunan kalimat Pilihan kata Ejaan Sistematika Kerapian surat Jumlah 9,47 15,32 5,62 6,85 5,45 8,35 7,5 58,56 SI SII Peningkatan (%) SI 3,95 1,2 0,13 0,15 0,1 4,07 0,62 10,22 SII 4,7 4,18 1,87 1,5 0,92 1,2 0,5 14,87

No

Aspek Penilaian

13,42 18,12 16,52 20,7 5,75 7 5,55 7,62 8,50 6,47

12,42 13,62 8,12 8,62

68,78 83,65

Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes keterampilan menulis surat pribadi dari pratindakan, siklus I sampai siklus II, sebagaimana tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa keterampilan siswa pada setiap aspek penilaian menulis surat pribadi mengalami peningkatan. Uraian tabel tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut. Hasil pratindakan skor rata-rata kelas mencapai 58,56 termasuk dalam kategori kurang karena masih berada pada rentang skor 059. Skor rata-rata tersebut berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek yang dinilai. Pada pratindakan, aspek kesesuaian isi dengan topik sebesar 9,47. Aspek bahasa surat sebesar 15,32. Aspek penyusunan kalimat sebesar 5,62. Aspek pilihan kata sebesar 6,85. Aspek penggunaan ejaan sebesar 5,45. Aspek sistematika surat sebesar 8,35, dan yang terakhir adalah aspek kerapian surat sebesar 7,5.

143

Rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi tersebut karena beberapa faktor yang melingkupinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam aspek bahasa dan nonkebahasaan yang masih kurang, hal ini dapat dibuktikan pada hasil penilaian tiap aspek surat yang menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, jauh di bawah kategori baik. Faktor eksternal berasal dari pola pembelajaran guru yang masih terikat dengan pola pembelajaran tradisional. Pola pembelajaran yang cenderung statis, kaku, dan hanya mengutamakan produk pembelajaran tanpa

mempertimbangkan proses pembelajaran itu sendiri. Hasil tes siklus I menulis surat pribadi dengan rata-rata skor klasikal mencapai 68,8 atau dalam kategori cukup, karena berada dalam rentang 60-74. Dengan demikian hasil tersebut belum memenuhi target nilai yang telah ditetapkan. Skor rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian. Pada aspek kesesuaian isi surat dengan topik sebesar 13,42 termasuk dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 sudah paham dan mengerti dalam menyesesuaikan topik dengan isi surat. Isi surat yang ditulis siswa sudah relevan dengan topik. Pada aspek bahasa surat skor rata-rata sebesar 16,52 termasuk dalam kategori baik. Aspek penyusunan kalimat juga masih termasuk dalam kategoti baik, yaitu dengan skor rata-rata 7,625. Dengan demikian, siswa sudah dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar. Pada aspek pemilihan kata atau diksi rata-rata skor mencapai 8,5 termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini dikarenakan hampir semua siswa sudah tidak kesulitan dalam memilih dan memakai kata dalam surat pribadi. Pada aspek

144

penggunaan ejaan skor rata-rata yang dicapai sebesar 5,55 atau termasuk dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa sisswa sudah paham dalam menggunakan ejaan yang baik dan benar dalam menuliskan pada surat pribadi. Aspek sistematika penulisan surat yang dicapai sebesar 12,42 atau dalam kategori sangat baik. Pada aspek kerapian surat termasuk dalam kategori sangat baik, karena skor rata-rata yang dicapai sebesar 8,12. Jadi dapat dikatakan kemampuan siswa secara klasikal sudah dapat menulis surat pribadi dengan baik, rapi dan tanpa coretan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa per aspek penilaian menulis surat pribadi sudah banyak mengalami peningkatan sebesar 10% dari rata-rata skor pratindakan. Hasil tes menulis surat pribadi siklus II didapat skor rata-rata kelas yaitu sebesar 83,7 atau dengan kategori baik karena berada pada rentang skor 75-84. Pencapaian skor tersebut berarti sudah memenuhi target bahkan melampaui target yang ditentukan, dengan demikian tindakan siklus III tidak perlu dilakukan. Skor masing-masing aspek pada siklus II diuraikan sebagai berikut. Pada aspek kesesuaian isi surat dengan topik mencapai skor rata-rata sebesar 18,12 atau dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan sebesar 4,7% dari skor rata-rata siklus I. Hal ini membuktikan bahwa siswa kini semakin paham dalam merelevansikan isi surat dengan topik. Pada aspek bahasa surat mencapai skor rata-rata 20,7 atau dalam kategori baik dan mengalami peningkatan sebesar 4,2%. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa sudah dapat mengolah bahasa dengan baik pada aspek penyusunan kalimat mencapai rata-rata skor 7,62 atau dalam kategori baik dan rata-rata skor 6,47 termasuk kategori baik

145

dan mengalami peningkatan sebesar 1,5%. Pada aspek sistematika surat mencapai rata-rat skor 13,62 atau masuk dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan sebesar 1,2%. Selanjutnya, pada aspek kerapian surat rata-rata skor mencapai 8,62 termasuk dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan sebesar 0,5% dari siklus sebelumnya. Untuk lebih jelasnya perbandingan skor yang diperoleh siswa dari pratindakan,siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada grafik 4 di bawah ini.

GRAFIK HASIL TES KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI


100

Jumlah Skor

80 60 40 20 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

Subjek Penelitian
PRA TINDAKAN SIKLUS 1 SIKLUS 2

Grafik 4. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Grafik 4 diatas menunjukkan adanya peningkatan prestasi menulis surat pribadi tiap siswa dari pratindakan, siklus I sampai siklus II. Grafik tersebut dapat dilihat keterampilan siswa mulai dari pratindakan terus mengalami peningkatan skor sampai siklus II. Pada grafik pratindakan menunjukkan mayoritas skor siswa berada pada level 50-60. Grafik siklus I menunjukkan peningkatan sebanyak 10% dari pratindakan, skor yang dicapai siswa mayoritas sudah berada pada level

146

Grafik pratindakan menunjukkan kategori kurang karena berada pada level 0-59. Selanjutnya, peningkatan siklus I menunjukkan kategori cukup antara 60-74. Grafik siklus II memperlihatkan peningkatan yang cukup mengesankan mayoritas siswa pada siklus II ini sudah termasuk dalam kategori baik karena berada pada level 75-84. Peningkatan keterampilan menulis siswa ini merupakan prestasi siswa yang patut dibanggakan. Sebelum diberlakukannya tindakan siklus I maupun siklus II kemampuan tindakan siswa masih sangat dengan kurang, kemudian setelah

diberlakukanya

pembelajaran

menggunakan

pendekatan

kontekstual komponen pemodelan kemampuan menulis surat pribadi siswa dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual komponen pemodelan terbukti mampu membantu siswa dalam menumbuhkan pengertian dan perkembangan bahasa serta dapat meningkatkan kualitas, kreativitas, produktivitas, dan efektivitas pembelajaran siswa dalam menulis surat pribadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (dalam Suyatinah 2003:140) yang menyatakan bahwa manfaat media pendidikan dalam pembelajaran adalah : (1) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir; (2) memperbesar perhatian siswa; (3) membantu tumbuhnya dan membantu perkembangan berbahasa; (4) media pendidikan dapat membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar, memberikan pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Periode orientasi pembelajaran akan berlangsung lebih efektif, apabila guru menggunakan media pendidikan. Sejalan dengan pendapat di atas, Sujana (dalam Suyatinah 2003: 132) mengatakan bahwa

147

penggunaan media dalam proses belajar-mengajar (PBM) mempunyai nilai: (a) dapat meletakan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir; (b) dapat memperbesar minat dan perhatian; (c) dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap; (d) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan; (e) membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan bahasa; (f) membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. Kehadiran model surat sebagai komponen utama dalam pendekatan kontekstual sebagai media dalam pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang terbukti mampu membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pelajaran menjadikan siswa seolah-olah bermain dalam suasana yang mengasyik dan bekerja dengan suatu media lebih menyenangkan mereka, dan sudah tentu pembelajaran akan lebih bermakna (meaningful). Kehadiran model surat yang sengaja diberikan siswa dimaksudkan karena anak usia Sekolah Dasar termasuk dalam taraf berpikir konkret, dimana pada tahap ini pola pikir siswa masih sesuai dengan realita pemahamannya sendiri, maka pada tahap ini perlu adanya bimbingan dari guru untuk membangun sebuah pemahaman yang berdasar. Dengan adanya pemodelan yang baik di dalam pembelajaran menulis dapat memperjelas konsep, sehingga akan menarik perhatian siswa, minat belajar siswa pun akan meningkat dan pada akhirnya prestasi siswa dalam menulis juga akan meningkat. Seperti yang diutarakan Piaget (dalam Suyatinah 2003:132) bahwa anak usia Sekolah Dasar

148

kemampuan berpikir, bernalar, dan perkembangan bahasa memerlukan simbolsimbol, contoh atau gambar pembelajaran. Peningkatan prestasi siswa dalam menulis surat pribadi ini diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku siswa dari pratindakan sampai pada siklus II. Berdasarkan hasil nontes yaitu melalui observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi, dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan belum begitu memuaskan. Sikap dari sebagian siswa atau sekitar 40% siswa masih menunjukkan perilaku yang negatif dalam menerima materi pembelajaran, konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan guru belum penuh dan belum terfokus. Hal ini dibuktikan dengan beberapa siswa atau 10% siswa ramai sendiri, ngobrol dengan teman sebangkunya. 15% siswa lainnya tampak pasif dan 5% siswa terlihat kurang bersemangat mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Setelah disinyalir melalui data jurnal dan wawancara yang dilakukan peneliti, sebagian siswa ini ternyata masih bingung atau belum paham dengan pola pembelajaran yang diberikan guru praktikan yang menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sebagai strategi pembelajaran menulis surat pribadi. Kenyataan ini merupakan hal yang wajar sebab selama ini karena selama ini guru lebih cenderung menggunakan pendekatan tradisional dalam melaksanakan pembelajaran. Kondisi yang tergambar pada siklus I merupakan permasalahan yang harus dihadapi dan harus dicarikan solusinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti sengaja merevisi dan mematangkan rencana pembelajaran pada siklus II.

149

Pola pembelajaran pada siklus II merupakan hasil pertimbangan pendapat para siswa yang tercantum pada jurnal dan hasil wawancara pada siklus I. Siswa menginginkan pembelajaran yang sama yaitu dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, mereka merasa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen. Pada siklus II ini pemodelan dengan media surat tetap menjadi alternatif pembelajaran kontekstual, metode diskusi, kuis, dan permainan tetap menjadi menu utama pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Penekanan siklus II ini lebih diutamakan pada proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Proses pembelajaran seperti ini didukung oleh pendapat Mulyasa (2002:193) Untuk peserta didik Sekolah Dasar, belajar akan lebih bermakna jika apa yang dipelajarinya berkaitan dengan pengalaman hidupnya sebab anak melihat keseluruhan dari sesuatu yang ada di sekitarnya. Kurikulum berbasis kompetensi yang dilaksanakan secara terpadu memberikan sesuatu yang lebih berarti pada peserta didik karena mereka akan memahami hubungan berbagai hal dan kejadian dalam kehidupan. Hasil dari penerapan replan siklus I ini ternyata berdampak positif yang memuaskan, dari hasil observasi siklus II menggambarkan suasana kelas dalam pembelajaran lebih kondusif. Siswa tampak siap mengikuti pembelajaran dengan segala tugas yang diberikan guru. Siswa terlihat lebih senang dan menikmati pembelajaran guru. Selain itu, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dalam kegiatan diskusi maupun aktif dalam mengajukan pertanyaan. Siswa pun kini dengan lancar dan senang hati merasa senang mengungkapkan segala pikiran dan perasaannya dalam bentuk surat. Hal ini karena siswa mulai terbiasa pada

150

latihan atau tes menulis yang diajarkan guru. Dengan latihan yang terus-menerus ini siswa semakin terlatih dan tidak dapat dipungkiri lagi keterampilan menulis surat siswa juga bertambah sehingga berdampak pula pada hasil tes menulis surat pribadi. Kenyataan ini telah dibuktikan pada hasil tes menulis surat pribadi siswa dari pratindakan, siklus I sampai siklus II kemampuan siswa semakin meningkat, siswa pun semakin terampil dalam menulis surat pribadi. Bukti diatas merupakan hasil dari pernyataan siswa dari hasil wawancara, jurnal dan angket yang diberikan kepada siswa. Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran, dapat dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menunjukkan perubahan. Perubahan-perubahan ini mengarah pada perilaku positif. Siswa semakin giat dan sungguh-sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan. Suasana kelas yang semula penuh dengan nuansa pasif kini berganti dengan keceriaan belajar. Aktifitas bicara dan kegiatan menulis surat pribadi tidak lagi menjadi hal yang asing bagi siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat menarik karena dapat membantu siswa dalam memahami penulisan surat pribadi dan memberikan kemudahan siswa dalam memahami dan mengidentifikasi bagian-bagian surat, selain itu pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan bermakna dapat dipetik dari pembelajaran ini. Siswa lebih termotivasi dan lebih kreatif dalam mengungkapkan segala macam perasaannya dalam bentuk surat, tak diragukan lagi produktivitas karya siswa tentu semakin baik dan lebih bagus.

151

akan berlangsung lebih efektif, apabila guru menggunakan media pendidikan, misalnya dengan memasang gambar pada papan tempel atau papan tulis. Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran, dapat dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menunjukkan perubahan. Perubahan ini mengarah pada perilaku positif. Siswa semakin giat dan sungguhsungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan. Suasana kelas yang semula penuh dengan nuansa pasif kini berganti dengan keceriaan belajar. Aktifitas bicara dan kegiatan menulis surat pribadi tidak lagi menjadi hal yang asing bagi siswa. Anak usia Sekolah dasar termasuk dalam taraf berpikir konkret. Seperti diutarakan oleh piaget (dalam Suyatinah 2003:139) yang menyatakan bahwa anak usia Sekolah Dasar kemampuan berpikir, bernalar, dan perkembangan bahasa memerlukan simbol-simbol atau gambar. Gambar sebagai rangsangan tugas

menulis sangat baik diberikan pada siswa Sekolah Dasar pada tahap awal. Sekolah Dasar tahap pemula sangat cocok bila disajikan gambar sebagai rangsangan tugas menulis. Gambar sangat membantu siswa dalam mengekspesikan gagasan, serta memproduksi bahasa (kata atau kalimat) yang akan diungkapkan melalui tulisan. Hal tersebut juga didukung oleh Sujana (2000: 100) yang mengatakan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran: a) dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap; b) dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar; c) membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.

152

Senada dengan pendapat-pendapat di atas (Hamalik, 1994) menyatakan bahwa manfaat media pendidikan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir; b) memperbesar perhatian siswa; c) membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa; dan d) media pendidikan termasuk gambar dapat membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar, memberikan pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Periode orientasi pembelajaran

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan, dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan mengalami peningkatan. Hasil analisis data dari tes pratindakan, siklus I sampai siklus II terus meningkat.. Hasil tes pratindakan yaitu sebelum tindakan penelitian dilakukan,

menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai 58,56 atau sebesar 58,5%, Pada siklus I rata-rata skor menjadi 68,78 atau sebesar 68,8%, antara tes pratindakan dengan siklus I terjadi peningkatan sebesar 10,2%. Pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 83,65 atau sebesar 83,7%. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 14,87%. 2. Perilaku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis surat peribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan perilaku siswa ini dapat dibuktikan dari hasil data nontes yang meliputi observasi, jurnal siswa, angket dan dokumentasi foto pada siklus I dan siklus II. Perubahan perilaku siswa dapat dilihat secara jelas saat proses pembelajaran. Berdasakan data observasi pada siklus I kegiatan pembelajaran siswa kurang bergairah,

151

152

sebagian siswa masih bingung dan belum bisa menyesesuaikan diri dengan pendekatan yang digunakan guru, sehingga hanya 75% siswa yang konsentrasi dan memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru. Selama pelaksanaan pembelajaran siklus II telah terjadi perubahan perilaku siswa. Perubahan perilaku itu adalah perubahan yang positif, siswa mulai senang dan menikmati pembelajaran yang disampaikan guru. Hal tersebut dapat diketahui dari peningkatan respons positif yang ditunjukkan siswa, 80% siswa sudah dapat menyesuaikan diri dan berkonsentrasi pada pembelajaran yang diterapkan guru. Mereka terlihat senang terhadap contoh surat yang dihadirkan guru 70% siswa sudah dapat mengidentifikasi dan meniru ataupun memperbaiki model surat yang dihadirkan guru, siswa dalam mengerjakan tes pun terlihat bersemangat dan dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya dalam bentuk surat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat

meningkatkan perilaku positif siswa dan dapat mengubah perilaku negatif siswa menjadi perilaku positif.

153

5.2 Saran Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1. Para guru Bahasa Indonesia seyogyanya berperan aktif sebagai inovator untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa. 2. Para guru Bahasa Indonesia dapat menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam membelajarkan keterampilan menulis surat pribadi. 3. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain dalam membelajarkan bidang garapannya. 4. Para praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat melakukan penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran menulis.

DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, dkk. 1996/ 1997. Menulis. Jakarta: Depdikbud. Astuti, Dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS 4 SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. 2004 Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi Jaya. Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2004. Silabus Kurikulum SD Kelas V. Semarang: Depdiknas. Jamaah. 2001. Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Surat-Surat Dinas pada Kantor Tata Usaha SMU Negeri 1 Mejobo Kudus. Skripsi. 2001. Marjo. 2000. Surat-surat Lengkap (complete letters). Jakarta: Setia Kawan Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: Gramedia. Nurhadi, dkk. 2004. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Purwo, Bambang Kaswanti. 1997. Pokok-pokok Pengajaran Bahasa dan Kurikulum 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC

154

155

Samadhy, Umar. 2000. Pembelajaran Menulis di SD dengan Pendekatan proses Menulis. Semarang: Lingua Artistika. Soedjito dan Solchan TW. 1999. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sudarsa, Caca, dkk. 1992. Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Suhanda, Panji. 1978. Dasar-Dasar Korespondensi Niaga Bahasa Indonesia. Jakarta: Karya Utama. Sujanto. 1988. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud. Supartiningsih, Sri. 1998. Kesantunan Berbahasa Surat Pribadi Kepada Orang yang Dihormati Siswa Kelas II Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bae Kudus. Skripsi. 2004. Suriamiharja, Agus, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Penulisan. Jakarata : Depdikbud. Suryanto. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal. Skripsi. 2004. Suyatinah. 2003. Peningkatan Keefektifan Pembelajaran Menulis di Kelas II SD Negeri Ngaglik Sardonoharjo dengan Menggunakan Pendekatan Proses dan Media Gambar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi. Tahun V. Nomor 6: 128-141. Yogyakarta: UNY. Tarigan, Djago dan H. G Tarigan. 1996. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Tarigan H. G. 1986. Menulis. Bandung : Angkasa. Zulaekha, Ida. 2003. Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan kontekstual Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Regional. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, UNNES, 5 Mei.

PERBANDINGAN SKOR RATA-RATA PRATINDAKAN, SIKLUS I DAN SIKLUS II


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Subjek Penelitian 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 040 Jumlah Rata-rata Persentase Peningkatan Pratindakan 49 55 55 49 51 71 47 60 64 65 47 58 54 66 53 62 54 54 67 64 59 58 57 56 50 55 57 65 57 61 71 69 68 59 52 55 60 70 55 64 2343 58.575 58,5% 10,2% Nilai Siklus I 55 65 76 62 50 68 60 50 66 80 62 74 52 71 84 58 65 63 78 82 79 83 82 76 81 61 45 87 59 81 64 69 70 56 65 88 70 70 63 82 2752 68.8 68,8% 14,9% Siklus II 75 88 83 75 79 82 78 81 84 86 79 91 75 88 77 90 90 88 95 78 93 97 79 79 91 77 75 93 76 75 75 85 91 76 91 94 87 83 81 87 3347 83.675 83,7%

You might also like