You are on page 1of 10

Tanaman Hias Anggrek

Anggrek seperti tanaman lainnya dapat diserang oleh hama dan penyakit yang berasal dari serangga, cendawan (fungus), bakteri dan virus. Hama dan penyakit dapat mengganggu pertumbuhan, bahkan pada serangan yang hebat dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat halaman yang khusus membahas Hama dan penyakit. Virus tidak dapat diobati, dan dapat menyebar ke tanaman lainnya. Jika tanaman terkena virus, jalan terbaik adalah memusnahkannya dengan cara dibakar. Saran untuk pencegahan serangan hama dan penyakit :

Jaga kebersihan tanaman dan lingkungannya. Tanaman yang bersih akan mencegah timbulnya mikro-organisme. o Bersihkan umbi-akar, buang semua pelepah daun dan akar yang berwarna coklat sebelum ditanam. Sela2 pelepah daun dan batang dapat berpotensi sebagai sarang hama. o Rendam tanaman dengan desinfektan dan tanam pada media yang bersih. o Bersihkan semua peralatan kebun sebelum dan sesudah dipakai. Mengendalikan kelembaban. Udara yang lembab diperlukan untuk pembentukan, pembiakan dan penyebaran cendawan. Dengan mengendalikan kelembaban akan menurunkan tingkat perkembangan cendawan. Pengendalian kelembaban yang disarankan adalah sbb : Tanaman dan bibit tanaman ditanam pada pot dengan bahan yang padat seperti plastik. b. Tingkatkan sirkulasi udara pada area tanam. Buang tanaman yang mati dan daun tua untuk mencegah area yang lembab. c. Buat area tanam agak menurun untuk membentuk sistim pengairan yang baik dan mencegah timbulnya genangan air. Lakukan penyemprotan pestisida secara berkala. Pada musim kemarau perhatian lebih tertuju kepada serangan hama dan lakukan penyemprotan insektisida lebih sering jika diperlukan. Di musim hujan perhatian lebih ditujukan pada bakteri dan fungus dan dapat dilakukan penyemprotan fungisida lebih sering. Pengendalian hewan pembawa penyakit. Semut, keong/siput, hewan pengerat (tikus) dapat membawa cendawan sebagai bibit penyakit. Untuk itu populasi dari hama ini harus dijaga seminim mungkin. Karantina tanaman baru. Jika mendapat tanaman baru, jangan langsung digabung lokasinya dengan tanaman yang sudah ada. Pisahkan (karantina) anggrek tersebut pada tempat yang terpisah beberapa minggu sampai yakin tanaman baru tersebut sehat.
a.

Untuk menghindari serangan hama, saya lebih suka menggunakan insektisida organik yaitu Neem Oil. Neem Oil berasal dari pohon mimba (neem-tree) dan karena tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya maka ramah terhadap lingkungan.

Minimal ini terbukti pada anggrek saya sendiri. Di tempat anggrek tumbuh terdapat kolam ikan kecil dan sebelumnya setiap kali menyemprotkan insektisida kimia maka ada beberapa ikan yang mati karena keracunan. Tetapi setelah menggunakan Neem oil ini tidak ada lagi ikan yang mati meskipun pada permukaan kolam masih terdapat sisa larutannya, dan yang tidak kalah pentingnya, koleksi anggrek saya aman dari hama. Ditambah lagi, daunnya menjadi mengkilat seperti habis di semir. Neem oil juga termasuk insektisida sistemik, dimana setelah diserap maka tanaman akan bersifat racun bagi serangga yang akan memakan bagian tanaman tersebut. Neem oil juga dapat mencegah beberapa cendawan dan bakteri (berfungsi sebagai fungisida). Informasi lebih lengkap bisa didapatkan pada halaman NeemBa Oil. Insektisida kimia seperti: Akothion, Decis, Kelthane, Supracide, Curacron dll saya gunakan untuk membersihkan tanaman yang baru didapat atau bila serangan hama sudah terjadi. Untuk mencegah bakteri dan fungus digunakan pula sterilant/disinfektan Physan 20, DithaneM45 dan Benlate. Penyemprotan dilakukan secara berkala, untuk neem oil 2-4 minggu sekali, dan fungisida 4-6 minggu sekali tergantung waktu luang. Pada musim hujan, penyemprotan fungisida dilakukan lebih sering (seminggu sekali) terutama untuk jenis Phalaenopsis yang rentan terhadap serangan penyakit. Sangat dianjurkan untuk menggunakan pestisida yang berbeda setiap kali penyemprotan. Hindari penggunaan satu macam pestisida untuk jangka waktu yang lama, agar tidak terjadi kekebalan/imun pada hama terhadap pestisida tersebut. Anggrek terdiri dari berbagai macam jenis (genus) dan informasi diatas adalah untuk anggrek secara umum. Untuk perawatan yang sesuai dengan jenis (genus) nya, silahkan lihat pada Hama adalah serangan masal hewan pengganggu pada tanaman. Yang mana dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu, bahkan bisa menyebabkan tanaman mati. Pada tanaman anggrek serangan hama dapat terjadi. Namun tanaman anggrek cenderung lebih tahan terhadap serangan hama. Terutama tanaman angggrek dengan perawatan yang baik. Kondisi kebersihan tanaman dan lingkungan terpelihara dengan baik. Pertumbuhan tanaman terawat dan terkontrol dengan baik. Tanaman anggrek yang terserang hama, menunjukkan bahwa tanaman tersebut kurang mendapat perhatian dari pemiliknya. Pemberantasan hama jangan menunggu sampai meluas. Bila terlihat cepat diatasi. Sehingga pengaruh buruk dari serangan hama dapat dihindari. Dengan kontrol dan pengawasan setiap hari, gejala awal serangan hama dapat cepat terditeksi. Sehingga langkah pengendalian cepat dilakukan. Lebih baik mengadakan pencegahan sebelum serangan hama terjadi. Beberapa hama pengganggu yang sering merusak tanaman anggrek sbb : 1. Semut

Semut suka berbondong-bondong datang, saat tanaman anggrek sedang bertunas atau mulai mengeluarkan kuncup bunga. Semut akan menggigit tunas muda maupun kuncup bunga. Sehingga melukai bagian tersebut. Cairan sel yang keluar dari luka tersebut sebagai makanan semut. Dengan demikian tanaman anggrek tersebut akan kekurangan cairan sel. Juga luka yang timbul memberikan peluang jamur dan bakteri masuk. Yang akan menyebabkan busuk tunas. Semut juga merusak sistem perakaran, dengan menggigit ujung-ujung akar. Kebiasaan semut membawa kutu putih, juga merusak tanaman. Cara terbaik menghindari serangan semut dengan menggantung pot. Dapat juga dengan menyiram dengan larutan methadex. Bila semut sudah bergerombol dalam pot dapat dilakukan dengan perendaman pot dalam air. 2. Kutu perisai Kutu ini menyerang daun dan menghisap cairan sel. Kutu perisai sangat tahan dan merupakan musuh utama hobiis angggrek. Biasanya menempel pada tepi daun bagian atas dan bawah. Daun yang terserang akan menguning, lama kelamaan akan coklat, lalu daun mati. Pengendalian hama ini bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida. 3. Kutu daun (aphis) Kutu ini akan merusak kuncup-kuncup bunga. Disamping juga daun-daun muda. Kutu daun merupakan pengganggu tetap tanaman anggrek. Namun tidak banyak menimbulkan kerusakan. Kutu daun meninggalkan kotoran yang melekat pada batang dan daun. Ian pada kotoran tersebut akan ditumbuhi oleh jamur, yang menyebalian hama ini dbkan warna hitam seperti jelaga. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida. 4. Kutu putih Kutunya kecil dan berwarna kelabu kemerahan. Terdapat pada titik tumbuh, diketiak daun dan pada akar gantung. Pat Biasanya kutu ini melindungi dirinya dengan bahan halus seperti kapas berwarna putih. Hidupnya bersymbiosis dengan semut. Pengendaliannya dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida. 5. Siput (bekicot) Yang paling sering merusak tanaman anggrek adalah siput telanjang. Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan siput adalah cukup besar. Akar-akar muda, tunas baru, dan kuncup bunga adalah makanan paling lezat bagi siput ini. Anggrek bulan merupakan tanaman anggrek yang paling sering diserang oleh siput ini. Biasanya melancarkan serangannya pada malam hari. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan merendam pot dalam larutan Diderin 25 P. Atau bisa dengan Methadex powder. Dengan menaburnya disekitar pot, atau pada tempat-tempat persembunyiannya. Serangan hama akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan maupun pembungaan pada tanaman anggrek. Bahkan dalam kondisi parah bisa menyebabkan kematian. Waspadai dan kendalikan sedini mungkin. Tanaman anggrek ditanam untuk diambil keindahannya, baik tanaman maupun bunganya. Serangan hama dapat memusnahkan keindahan yang kita impikan. Hama-hama lainnya akan dilanjutkan pada post berikutnya. Seperti halnya jenis tanaman lainnya, anggrek juga dapat diserang oleh hama. Hama dapat berasal dari serangga biasa atau serangga berkulit lunak.

Terdapat beberapa jenis serangga yang sering menyerang anggrek yaitu :

Tungau (spider mite) : Serangga ini sangat kecil (0,2-0,3 mm) berwarna kemerahan jumlahnya banyak, menghisap cairan dan klorofil daun. Bekas serangan berupa lapisan putih mengkilat dibagian bawah daun dan akan berubah menjadi bercak hitam. Pada bagian atas daun akan terlihat bercak2 berwarna kuning dan pertumbuhan daun tidak baik (berkeriput) yang akhirnya bisa mematikan tanaman jika tidak segera dicegah. Serangan yang hebat terjadi pada waktu musim kemarau dimana udara kering. Karena cara makannya dengan menusuk daun maka berpotensi sebagai penyebar virus. Untuk mendeteksi hama ini adalah dengan mengusap daun menggunakan kapas/tissue, jika pada kapas terdapat warna kemerahan maka tanaman tersebut dihuni oleh tungau. Pengendalian : Daun digosok dengan kapas dan air sabun atau alkohol 70%; apabila serangan sudah parah, harus disemprot dengan insektisida (Kelthane). Dengan meningkatkan kelembaban merupakan salah satu pencegahan dari serangan hama ini.

Kutu perisai (scale) : Hama ini kecil (panjang 1-5 mm), menetap pada bagian bawah daun dan pada bagian dalam pelepah daun dan mengisap cairan daun sehingga akan mengganggu proses fotosintesis (metabolisme). Jenis anggrek cattleya adalah yang paling banyak diserang. Pada waktu mengisap cairan tanaman, juga mengeluarkan cairan manis spt madu shg ada kemungkinan kehadiran semut merupakan pertanda kehadiran hama ini. Daun yang terkena serangan akan berwarna kuning dan rontok sebelum waktunya. Pengendalian : bersihkan daun dengan kapas/tissue dan air sabun, buang pelepah daun yang sudah mati. Karena hama ini mempunyai kulit seperti lilin maka insektisidalangsung akan kurang ampuh, lebih baik menggunakan insektisida-sistemik.

Kutu daun (Aphid) : Hama ini berwarna hijau atau kuning seperti scale, menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan daun pada pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya yang menyimpan bahan makanan. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok. Karena mudah berpindah kutu daun ini tidak hanya menjadi hama tetapi juga dapat menjadi penyebar virus. Seperti kutu perisai, aphid juga mengeluarkan cairan manis spt madu yang dapat mengundang semut. Cairan manis ini akan ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses fotosintesis. Pertumbuhan kutu daun ini tergantung dari suhu udara, akan berkembang lebih cepat pada musim kemarau. Pengendalian : kutu daun ini mudah untuk dimatikan dan dibuang dari tanaman menggunakan semprotan air atau sikat, atau dapat pula menggunakan insektisida untuk hama ini, hanya hati-hati jika menyemprot bagian bunga, insektisida dapat merusak bunga.

Kutu putih (Mealybug) : Serangga ini mengeluarkan sejenis zat putih yang berlilin, berkapas putih yang menutupi keseluruhan badan lembut yang berwarna merah muda, menyebabkan ia kelihatan seperti debu putih. Dapat ditemukan pertemuan antara daun dan batang (buku-buku batang) dan diatas dan dibawah daun muda. Mereka menghisap sari dari

tanaman, dimana dapat membuat tanaman menjadi layu. Seperti kutu perisai, kutu putih ini juga mengeluarkan cairan manis spt madu yang dapat mengundang semut. Pengendalian : Seperti pada tungau, daun digosok dengan kapas dan air sabun atau alkohol 70%; apabila serangan sudah parah, harus disemprot dengan insektisida (Akothion). Telur serangga ini tidak mempan terhadap kebanyakan insektisida, maka semprot 2 minggu kemudian untuk membasmi telur yang baru menetas.

Thrips : Serangga ini sangat kecil (panjang 1 mm), menempel pada buku-buku batang, pada daun muda dan diatas putik bunga. Serangan hebat hama tersebut pada musim kemarau dengan memakan bagian dalam bunga atau putik bunga dengan mengorek sel pokok dan menghisap cairan makanan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya dan cacat pada putik-putik bunga sehingga bunga tidak akan mekar dengan sempurna. Karena mudah berpindah dan dari cara makannya, serangga ini tidak hanya menjadi hama tetapi juga dapat menjadi penyebar virus. Pengendalian : secara periodik dan teratur pot anggrek disemprot dengan insektisida kimia (Akothion, Supracide dll).

Whiteflies (lalat putih) : Serangga kecil ini berwarna putih, dapat terbang dan menyerang daun dengan mengisap cairan daun. Pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Untuk mendeteksi hama ini adalah dengan meletakkan benda berwarna kuning, karena warna kuning akan sangat menarik serangga ini untuk datang. Hama ini juga secara tidak langsung dapat sebagai penyebar virus. Pengendalian : segera semprotkan insektisida yang bersifat racun kontak atau sistemik.

Kumbang gajah (orchid weevil) : Gejala : Kumbang ini berwarna hitam kotor/tidak mengkilap (panjang 3,5-7 mm) bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Kerusakan terjadi karena larvanya menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang. Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan kematian bagian tanaman yang dirusak. Serangan pada titik tumbuh dapat mematikan tanaman. Pada pembibitan Phalaenopsis sp. dapat terserang berat hama ini. Serangan kumbang gajah dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak terjadi pada musim hujan, terutama pada awal musim hujan tiba. Pengendalian : menyemprotkan tanaman yang diserang dengan menggunakan insektisida sistemik secara rutin; bersihkan pot dari kepompong dan telur kumbang dengan jalan memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang baru pula.

Semut : Semut merupakan hama yang tidak secara langsung merusak anggrek. Cendawan yang

dibawa oleh semut merusak akar dan tunas muda. Kehadiran semut juga dapat sebagai tanda/indikasi adanya hama lainnya seperti scale, aphid atau kutu putih karena hamahama tersebut mengeluarkan cairan manis yang disukai semut. Pengendalian : pot direndam dalam air, basmi hama (scale, aphid atau kutu putih) yang mengeluarkan cairan manis tersebut dengan insektisida dan ciptakan lingkungan bersih di sekitar lokasi tanaman.

Belalang : Gejala : pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak beraturan dan berwarna hitam. Untuk jenis belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat. Pengendalian : segera semprotkan insektisida yang bersifat racun kontak atau sistemik; bila jumlahnya sedikit bisa langsung dimusnahkan/dibunuh.

Keong, siput, bekicot : Gejala : memakan lembaran daun dan keluar pada malam hari. Pengendalian : dalam jumlah sedikit cukup diambil/dibunuh; bila jumlah banyak perlu memakai insektisida.

Jenis hama

Hama Pada Tanaman Hias


Coba bayangkan betapa sedihnya hati kita, kalau tiba-tiba melihat tanaman hias kesayangan kita menjadi rusak, robek, compang camping, lemas, layu atau bahkan mati akibat serangan hama. Belum lagi kerugian material yang harus kita tanggung. Bayangkan betapa menderitanya hati kita kalau anthurium atau aglaonema yang bernilai jutaan rupiah tiba-tiba menjadi rusak dan mati. Untuk itu, mengenal, mencegah atau menanggulangi serangan hama wajib diketahui secara dini. Berikut ini beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman hias beserta cara penangulangannya. 1. Kutu Putih (Mealy Bugs) Kutu putih merupakan hama yang paling banyak ditemui menyerang tanaman hias. Kehadirannya cukup mudah dideteksi. Mereka bergerombol di batang, daun, ketiak daun, bawah daun sampai pucuk daun. Disebut kutu putih karena warnanya yang terlihat putih karena adanya semacam serbuk berwarna putih yang menyelimuti tubuhnya. Kutu putih menghisap cairan daun, sehingga menyebabkan daun menjadi kisut. Kutu putih juga mengeluarkan semacam cairan madu yang lama kelamaan akan berubah menjadi jelaga berwarna hitam di permukaan daun. Selain mengakibatkan kerusakan pada tanaman, kutu putih juga bisa menularkan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.

Beberapa hobiis sering kesulitan memberantas kutu putih. Hal ini diakibatkan adanya semacam lapisan lilin yang menyelimuti tubuh si kutu. Lapisan lilin ini melindungi tubuh kutu putih termasuk dari serangan insektisida. Cara sederhana yang sering dilakukan adalah dengan menyemprotkan larutan detergen cair dengan dosis satu sendok makan detergen cair dengan satu liter air. Setelah di semprot dengan cairan detergen, maka lapisan lilin pada kutu putih akan hilang, dan warna kutu berubah menjadi kekuningan. Ini menandakan bahwa perisai si kutu sudah hilang. Sekarang giliran insektisida beraksi menumpas si kutu. Insektisida yang umum digunakan seperti Decis, Curacron, Confidor, Rumba, dll dosis 2 ml/Liter. Penyemprotan insektisida bisa diulang seminggu kemudian, sampai serangan hilang. Satu hal yang perlu diingat, agar media tanam tidak terkontaminasi dengan larutan detergen yang bersifat alkalis, maka sebaiknya setelah treatmen ini, media tanam diganti dengan yang baru dan steril. 2. Root Mealy Bugs Root Mealy Bugs berbentuk seperti kutu putih, tetapi hidup menempel pada akar tanaman. Tanaman yang terserang akan menjadi kurus, kerdil, daun menjadi kecil dan layu. Untuk mengetahui serangan hama ini, maka perlu mencabut tanaman dari media. Penanganan yang umum dilakukan adalah dengan menyemprotkan insektisida sistemik seperti Confidor, supracide dengan dosis seperti aturan yang tertera (umumnya 2 ml/Liter). Untuk menjamin bahwa serangan root mealy bugs bisa diberantas dengan tuntas, maka perlu melakukan penggantian media tanam. 3. Ulat Dua macam ulat yang biasa menyerang tanaman hias adalah Spodoptera yang menyerang daun dan Noctuidae yang memakan batang. Serangan spodoptera ditandai dengan adanya daun yang robek/rusak. Sedangkan serangan Noctuidae lebih sulit dideteksi, karena mereka menggorok batang tanaman dari dalam, yang bisa berakibat fatal. Pada tahap serangan ringan, penanggulangan dengan manual, yaitu membunuh ulat yang tampak. Tetapi apabila serangan sudah mulai serius, maka digunakan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron, dosis 2 ml/Liter. 4. Belalang Gejala serangan belalang hampir mirip dengan serangan Spodoptera. Belalang mempunyai kemampuan untuk berpindah kedaun atau tanaman lain dengan cepat, sehingga serangannya dengan mudah bisa berpindah-pindah. Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan memungut dan membuang belalang yang tampak, tetapi pada serangan yang serius, maka pemakaian insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter tidak bisa dihindarkan. 5. Tungau (Thrips) Tungau berbentuk seperti lintah dengan ukuran yang kecil dan melekat kuat dibalik daun serta pelepah tanaman. Thrips akan menghisap cairan tanaman sehingga akan membuat daun mengkerut, menguning, kisut dan bahkan akhirnya mati.

Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan mengerik kumpulan thrips dengan kuku atau alat lain.Tetapi pada serangan yang serius, maka digunakan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter. 6. Keong Tanpa Cangkang Hama ini berbentuk seperti siput yang berukuran kecil dan tidak mempunyai cangkang. Gejala serangan hampir mirip dengan serangan ulat atau belalang, tetapi dalam area yang lebih kecil karena pergerakan keong yang lambat. Keong tanpa cangkang aktif dimalam hari, makanya pengendalian mekanis bisa dilakukan dimalam hari. Sedangkan pengendalian secara kimia bisa dilakukan dengan aplikasi insektisida Mesurol dengan dosis 2 ml/Liter. 7. Aphid Aphid adalah serangga kecil yang berbentuk seperti buah pear dengan warna hijau atau coklat. Aphid menghisap cairan tanaman, sehingga menyebabkan daun menjadi keriting, tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan menjadi kerdil. Aphid juga mengeluarkan cairan seperti madu yang akan berubah menjadi jelaga hitam. Pengendaliannya sama dengan hama yang lain yaitu menggunakan penyemprotan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter. 8. Spider Mite Seperti namanya hama ini adalah keluarga laba-laba yang berbentuk kecil. Spider Mite juga menghisap cairan pada tanaman. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang dihisap cairannya. Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida. Untuk itu disarankan menggunakan akarisida seperti Kelthane sesuai dosis dikemasannya. 9. Fungus Gnats Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup didalam media tanam dan sering makan akar halus tanaman. Fungus Gnat dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala seranganmunculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga. Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakuakn dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter. 10. Cacing Cacing yang sering menjadi hama adalah Cacing liang (Radhopolus Similis) yang menghisap cairan pada akar tanaman. Gejala tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.

Demikianlah sepuluh hama yang sering dijumpai menyerang tanaman hias. Tindakan terbaik adalah melakukan pencegahan sebelum hama menyerang tanaman, yaitu dengan sering mengontrol tanaman dan perkembangannya. Penggunaan media tanam yang steril serta penggantian media tanam secara terjadwal, menjaga kebersihan lingkungan tempat tanaman diletakkan, serta menjauhkan tanaman yang sudah terindikasi mendapat serangan. Apabila serangan hama sudah terjadi, untuk skala serangan awal, cara manual / mekanis lebih dianjurkan. Sedangkan apabila serangan sudah memasuki tahap serius, maka penggunaan insektisida, akarisida dan nematisida tidak terelakkan lagi. Dosis yang dianjurkan adalah seperti yang tertera pada kemasan, atau umumnya bisa menggunakan dosis 2 ml/Liter untuk yang berbentuk cair. Dan dosis 2 Gr/Liter untuk yang berbentuk powder. Sedangkan Nematisida seperti Furadan G yang berbetuk butiran disesuaikan dengan lebar dan volume pot/media tanam. Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak negative yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.
Penanggulangan

Bioinsektisida, pengendali hama yang ramah lingkungan


Serangan hama merupakan salah satu faktor pembatas untuk peningkatkan produksi pertanian yang dalam kasus ini adalah pemeliharaan anggrek. Untuk megendalikan hama seringkali digunakan pestisida kimia dengan dosis yang berlebih. Padahal akumulasi senyawa-senyawa kimia berbahaya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Ditengah maraknya budidaya pertanian organik, maka upaya pengendalian hama yang aman bagi produsen/petani dan konsumen serta menguntungkan petani, menjadi prioritas utama. Salah satu alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur penyebab penyakit pada serangga (bioinsectisida), yaitu jamur patogen serangga Beauveria bassiana. Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa). Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya. Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi secara massal jamur patogen serangga B. bassiana sebagai insektisida alami. Berdasarkan kajian jamur B. bassiana efektif mengendalikan hama walang sangit, wereng batang coklat, dan kutu (Aphids sp). Akan tetapi, bukan tidak mungkin akan efektif bila diuji coba pada serangga-serangga hama anggrek seperti kutu gajah. Sistem kerjanya yaitu spora jamur B. bassiana masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kutikula tubuh serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu, miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian

tubuh serangga. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa berwarna putih. Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B. bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphids sp.) pada tanaman sayuran. Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai pestisida hayati yaitu :

Selektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan serangga lain bukan sasaran, seperti predator, parasitoid, serangga penyerbuk, dan serangga berguna lebah madu. Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air alami. Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.

Teknik aplikasinya cukup mudah, yaitu dengan mengambil 2-3 gr formulasi dan disuspensikan dalam 1 ltr air, tambahkan 3 sendok gula pasir per tangki, waktu semprot sore hari. Dalam satu kemasan formulasi B. bassiana, berisi 100 gram formulasi padat. Itupun dapat dikembangbiakan secara konvensional, sehingga lebih menghemat pengeluaran. Akhirnya, walaupun keberhasilan dari insektisida biologis dari jamur ini memberikan dampak positif terhadap pengendalian serangga hama tanaman dan keselamatan lingkungan. Namun dalam penerapannya di masyarakat masih minim, sehingga memerlukan upaya sosialisasi yang lebih intensif.

You might also like