Professional Documents
Culture Documents
IS SSN 2088-3153
Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4 Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710 Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836 Email : tinjauan.ekon@gmail.com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website www.ekon.go.id
REDAKSI Pembina
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
DAFTAR ISI
Editorial Rubrik Agenda Koordinasi Tinjauan Perindustrian Tahun 2012 Tinjauan Sektor Energi Tahun 2012 Rubrik Ekonomi Makro Perkembangan Inflasi Mei 2012 Neraca Perdagangan April 2012 Defisit Rubrik Ekonomi Internasional Belajar dari Program Penghematan Energi Industri China Indonesia di Tengah Gejolak Harga Minyak Dunia Perkembangan Perekonomian China dan India Rubrik Keuangan Perkembangan dan Tantangan Keuangan Syariah Rubrik APBN Arah Kebijakan Fiskal 2013 Rubrik Kebijakan dan Regulasi Ekonomi Kebijakan Stabilisasi Harga Beras Untuk Mengendalikan Inflasi Rubrik Utama Akselerasi Ekspor Melalui Hilirisasi Industri Penguatan Pasar Domestik Sebagai Salah Satu Antisipasi Global Masalah dan Tantangan Utang Luar Negeri Swasta Rubrik Penyaluran KUR Realisasi Penyaluran KUR Mei 2012 Rubrik Ekonomi Daerah Peran Pemerintah Daerah Dalam Menghadapi Dampak Krisis Ekonomi Global 1
Pengarah
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan
2 3
4 5
Koordinator
Bobby H. Rafinus
Kontributor Tetap
Edi Prio Pambudi M. Edy Yusuf Mamay Sukaesih Tri Kurnia Ayu Rista Amallia Windy Pradipta Arin Puspa Nugrahani Ruth Nikijuluw Ahmad Fikri Aulia Alexcius Winang Komite Kebijakan KUR
6 7 8 9
10
11
13 14 15
16
17
Opini Pakar Wawancara dengan Purbaya Yudhi Sadewa: Target Pertumbuhan Ekonomi Dapat Tercapai dengan Syarat 18
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembangan indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
EDITORIAL
Menyebarnya kondisi ekonomi Yunani yang memburuk menjadi kekhawatiran berbagai pihak. Krisis ekonomi dan politik Yunani berujung pada pilihan sulit bagi masyarakat dan elit politiknya yaitu tetap sebagai anggota Eurozone dan mematuhi program penyesuaian struktural yang pahit atau keluar dari Eurozone dengan kemungkinan kondisi yang memburuk. Pilihan pertama tidak disukai oleh masyarakat Yunani karena memberikan bayangan hilangnya otoritas kebijakan ekonomi nasional untuk keluar dari masalah hutang dan pengangguran dalam jangka panjang. Sementara itu pilihan yang kedua tidak disukai oleh sebagian besar anggota negara Eurozone. Keluarnya Yunani dikhawatirkan menambah jumlah negara Eropa yang sakit menjadi pasien troika (IMF, ECB, dan EU). Dalam kondisi rumit ini maka semangat ekletisisme yaitu mencari paduan yang terbaik dari berbagai kemungkinan yang ada menjadi penting. Semangat tersebut bagi Yunani khususnya dan Eropa umumnya merupakan bagian dari sejarah perjalanan budayanya. Krisis Eropa memberikan pelajaran Indikator Ekonomi
Indikator
Inflasi (% yoy) Indeks Harga Saham Gabungan Harga Minyak ICP (USD per barel) Indeks Harga Perdagangan Besar Cadangan Devisa* (USD milyar) Nilai Tukar Petani Nilai Tukar (Rp/USD) Pertumbuhan Ekonomi Tw.1-2012 (%) Tingkat Pengangguran (Feb. 2012) (%) *kumulatif, NPI : Neraca Pembayaran Indonesia
bahwa dinamika ekonomi global dapat menghantam negara manapun yang lalai menjaga ketahanan ekonominya. Ada empat aspek ketahanan ekonomi yang perlu dijaga menurut hasil kajian Economic Vulnerability and Resilience oleh Lino Briguglio dan kawan-kawan dari United Nations University tahun 2008. Pertama adalah stabilitas ekonomi makro. Hal ini tercermin antara lain dari indikator defisit anggaran negara dan rasio utang terhadap PDB. Utang beberapa negara Eropa berdampak fatal dan luas karena sumber pembiayaannya berasal dari perbankan di banyak negara. Kedua adalah efisiensi pada tingkat ekonomi mikro. Indonesia memperoleh nilai yang rendah pada aspek ini. Dari Forum Konsultasi Publik Kemenko Perekonomian bulan Juni ini terungkap cukup banyak komoditi yang sediaannya tergantung pada impor impor sehingga rentan terhadap dinamika ekonomi global, seperti kosmetik, alat kesehatan, dan baja. Selain itu juga impor bahan antara untuk memproduksi obat dan pupuk. Forum menyarankan perlunya peningkatan kapasitas dan daya saing
Mei 2012
4,45% 3.832,82 113,76 189,72 115,53 104,77 9.312 6,30 6,32
produksi nasional, seperti pendirian industri alat kesehatan oleh BUMN. Pemerintah merupakan konsumen terbesar komoditi ini. Selain itu disarankan investasi pada pengadaan bahan baku serta revitalisasi mesin pada industri pupuk. Ketergantungan impor bahan obat dapat dikurangi apabila diberikan iklim investasi yang kondusif pada industri farmasi. Ketiga adalah good governance. Aspek ini disarankan dibangun melalui pengawasan barang beredar dan edukasi konsumen yang selanjutnya dapat berdampak pada penguatan pasar dalam negeri. Langkah ini selain melindungi masyarakat dari barang impor yang berbahaya dan berkualitas rendah juga efektif membendung arus impor. Keberhasilannya memerlukan koordinasi dan sinergi antar instansi pemerintah pusat dan daerah. Aspek terakhir dari ketahanan ekonomi nasional adalah social development. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan membangun ketiga aspek sebelumnya akan tercermin dari tingkat kesejahteraan masyarakat. Dan sebaliknya perbaikan kesejahteraan masyarakat akan menjamin keberlanjutan ketiga aspek yang lain. (BHR)
Apr 2012
203,26 16,0 16,6 626,1 11,86 1.548,3 1.358,2 12,36% -1,03
Apr 2012
4,50% 4.180,73 124,63 189,45 116,41 104,71 9.169 Ekspor (USD miliar) Impor (USD miliar)
Indikator
Utang Pemerintah* (USD milyar)
Mar 2012
202,55 17,3 16,4 658,6 12,01
Wisatawan Mancanegara (ribu orang) Suku Bunga Kredit Modal Kerja Bank (%) Belanja Negara APBN-P 2012 (Rp. Tr)* Pendapatan Negara APBN-P 2012 (Rp. Tr)* Tingkat Kemiskinan (Sept, 2011) (%) Neraca Keseluruhan NPI Tw I-2012 (USD miliar)
2. Percepatan Proses Pengambilan Keputusan Pemerintah untuk Menyelesaikan Hambatan Birokrasi (Debottlenecking)
Perkembangan Inflasi
Sumber: BPS
Ekspor China ke Eropa pada kuartal I-2012 mengalami penurunan menjadi US$ 87 milyar dari kuartal I2011 sebesar US$ 88 milyar. Akan tetapi jika dilihat dari ekspor ke kawasan lain, jalur perdagangan tidak terlalu mengkhawatirkan karena total ekspor masih mengalami peningkatan dari US$ 340 milyar pada kuartal I-2011 menjadi US$ 430 (bersambung ke halaman 20) milyar pada kuartal 1-2012. Hal ini
Rubrik Keuangan
Sumber: ADB
Rubrik APBN
10
Sumber: BPS
Lonjakan harga beras terjadi apabila peningkatan harga beras di tingkat konsumen mencapai 10% atau lebih terhadap harga normal yang berlangsung selama paling sedikit satu minggu dan atau dapat meresahkan masyarakat. Dalam pelaksanaan OP pernah terjadi harga OP yang lebih tinggi dibandingkan harga pasar, dan terjadinya tumpang tindih dengan program Raskin. Ke depannya diharapkan pelaksanaan OP lebih terkoordinasi dengan program lain dan disesuaikan dengan daya beli masyarakat. Sementara Kementerian Perdagangan mengemukakan tingkat konsumsi beras semakin tinggi. Berdasarkan data historis, pada tahun 1954 pemenuhan bahan pangan pokok yakni beras mencapai 53,5%. Setelah 33 tahun (1987) pola konsumsi pangan pokok sudah bergeser menjadi 81,1% beras sedangkan sisanya dipenuhi dengan jagung dan ubi kayu. Saat ini kontribusi konsumsi beras mencapai sekitar 90% dan pangsa non beras semakin menghilang dari pasaran. Dari segi pengadaannya selain dari pengadaan dalam negeri yang utama, selama kurun waktu tahun 1999 s/d 2011, Pemerintah telah melakukan kebijakan impor untuk pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan Stok di BULOG, dengan ratarata berkisar 3,4% dari total supply nasional, sehingga kebutuhan DN telah dipasok dari produksi DN sekitar 96,6 % (swasembada beras). Pada saat impor beras belum dibatasi yaitu sebelum tahun 2004, 12
Indonesia mengimpor beras berkisar 1,5 - 2 juta ton/tahun. Jumlah impor beras rata-rata sejak 2004 menurun (Grafik 6). Mulai 2004 diterapkan pengaturan impor beras melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 9/MPP/Kep/1/2004 tentang Ketentuan Impor Beras. Kriteria/trigger yang menjadi bahan pertimbangan Tim Koordinasi Stabilisasi Pangan Pokok dalam menentukan pelaksanaan impor beras, yakni: 1) persediaan beras yeng ada di Perum BULOG; 2) perbedaan harga beras rata-rata terhadap Harga Pembelian Pemerintah (HPP); 3) perkiraan surplus produksi beras nasional. Adapun besaran angka stok, perbedaan harga dan perkiraan surplus produksi ditentukan kemudian pada rapat Tim Koordinasi Stabilisasi Pangan Pokok. Menurut Muhammad Firdaus, peneliti Institut Pertanian Bogor, kebijakan stabilisasi harga beras seyogyanya mencakup langkahlangkah : 1) Peningkatan
produktivitas penyediaan bahan pangan sebesar 1% setahunnya untuk memenuhi permintaan pangan sampai dengan 2050 ; 2) Mendorong diversifikasi pangan melalui i) pendidikan konsumen dan keluarga, ii) pengembangan sumber bahan pangan yang menyerupai beras tetapi terbuat dari bahan tepung lokal, seperti sorgum, sagu, dan umbi-umbian; 3) Meningkatkan infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan dan benih; 4) Memberikan kemudahan pembiayaan pertanian serta terobosan seperti kredit pasca penen dengan mekanisme penyimpanan berkelompok; 5) Menghapuskan hambatan perdagangan sehingga harga beras domestik mengikuti fluktuasi harga beras dunia; 6) Penggudangan oleh pemerintah, misalnya dengan meningkatkan stok sekitar 8% menjadi 20% dari produksi beras nasional; 7) Subsidi penggudangan oleh swasta; 8) Penguatan Infrastruktur pasar induk; dan 9) Penggudangan Regional ASEAN. (AWS dan MS) 6
Rubrik Utama
Rubrik Utama
Jan-Apr'12
Jan-Apr'11
14
Rubrik Utama
USD 200
118.6
118.6
118.4
74.5
67.3
69.4
80.2
75.8
106.7
80 60 40 20 0
79.9
52.5
86.6
99.3
150
83.6
72.4
66.8
82.2
63.7
56.8
58.0
56.8
60.6
68.5
73.6
83.8
110.1
100
54.9
54.5
38.3
27.4
48.2
54.3
50
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
* diolah dari bahan Indonesia Debt Forum Semester I-2012, Bank Indonesia
2012 (Mar)
15
16
Penciptaan iklim investasi, melalui berbagai kemudahan, kecepatan dan ketepatan pemberian perijinan akan membantu masuknya investasi baru. Pajak dan Retribusi Daerah sudah tidak memungkinkan dilakukan ekstensifikasi karena akan membawa dampak munculnya Perda Bermasalah yang kontroversial. Daerah juga harus lebih memberi Tarif yang bersaing perlu diberikan perhatian penuh terhadap pelaku daerah kepada investor baru utama sektor riil yang dimotori oleh sehingga investasi yang dilakukan UMKM yang mencapai 99%. Skema dapat membawa dampak yang pembiayaan perlu diperluas untuk positif. membiayai kebutuhan akan Pengembangan potensi ekonomi investasi. Kalau melihat struktur PDB daerah perlu terus dikembangkan, Indonesia pada triwulan I-2012 ini, Tantangan lain yang perlu mendapat diolah dan harus dapat menciptakan nampak bahwa konsumsi rumah perhatian adalah daerah masih nilai tambah. Selain itu, daerah perlu tangga masih mendominasi yaitu mengandalkan pembiayaan bekerjasama dengan pemerintah sebesar 55%. Kemudian investasi pembangunan dari dana pusat dan KBRI untuk sebesar 31,8%, ekspor-impor perimbangan pusat. Sebagian dana mengembangkan tujuan ekspor sebesar 24,8% dan pengeluaran APBN dan APBD dalam menghadapi utamanya ke negara yang tidak pemerintah sebesar 7%. dampak krisis global seharusnya terkena dampak krisis. (GEP) tidak tersedot untuk belanja Dari struktur PDB tersebut, aparatur (rutin) dan hanya tersisa diperlukan peran pemerintah (Pusat dengan jumlah yang kurang dan Daerah) untuk menjaga jangan memadai untuk belanja publik, astruktur dan sektor riil. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I Juni 2012 17
Opini Pakar
Wawancara dengan Purbaya Yudhi Sadewa: Target Pertumbuhan Ekonomi Dapat Tercapai dengan Syarat
Paruh kedua tahun 2012 membawa harapan perbaikan kinerja ekonomi Indonesia. Dalam periode tersebut diperkirakan terjadi peningkatan ekspor, penguatan rupiah, dan aliran modal masuk berpeluang membaik. Meski demikian, target pertumbuhan 6,5% diprediksi sulit tercapai. Demikian pendapat Purbaya Yudhi Sadewa, Ekonom Danareksa Research Institute. Beliau berpendapat bahwa kondisi Amerika Serikat, Eropa, dan Emerging Market diperkirakan masih dalam level aman sepanjang 2012 dan mulai stabil di tahun 2013. Leading Economic Index (LEI) dan Coincident Economic Index (CEI) merupakan indikator yang baik untuk menggambarkan hal ini. Pada umumnya CEI akan bergerak 6-12 bulan dengan arah yang sama setelah LEI bergerak. Tren LEI Amerika saat ini masih naik, sehingga paling tidak 8 bulan setelah April tahun ini ekonomi AS masih bertumbuh, dan sepanjang tahun ini akan aman dengan pertumbuhan 2,2%. Salah satu pendorongnya adalah kebijakan moneter dan fiskal yang efektif mendorong perekonomian. Indikasi yang tidak terlalu buruk juga terlihat di Eropa, dengan prediksi pertumbuhan -0,4% tahun ini diperkirakan akan berbalik positif 0,9% di tahun 2013. Tak jauh berbeda dengan AS, LEI Jepang juga masih naik seiring dengan upaya pemulihan pasca tsunami yang masih berlangsung. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan di China, menurut Purbaya, memang dirancang untuk mengendalikan perekonomian yang sempat overheating pada laju pertumbuhan yang dianggap terlalu tinggi 12%. Langkah bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, sasaran akhirnya adalah mengembalikan China pada laju pertumbuhan potensial. Sama halnya dengan pendapat banyak ekonom, Purbaya yakin masih terdapat ruang yang besar bagi China untuk mengucurkan stimulus moneter maupun fiskal. Optimisme di tengah resiko ketidakpastian global ini memberikan peluang penguatan Rupiah. Nilai tukar Rupiah diprediksi akan menguat pada level Rp 9000/US$ di paruh kedua 2012 dan selanjutnya. Peluang penguatan Rupiah tidak akan membahayakan ekspor sebab ada peluang perbaikan kinerja ekspor pada semester 2 tahun ini. Ekspor riil diprediksi akan tumbuh 7,9% tahun ini. Prospek harga komoditas ke depan juga akan cenderung stabil rendah dengan kemungkinan sedikit dari saat ini. Purbaya perkirakan harga minyak tidak akan naik hingga level yang membahayakan APBN Indonesia. Ini mengindikasikan, probabilitas kenaikan harga BBM di tahun ini menjadi lebih kecil. Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya mencapai 6,3%, lebih rendah dari target pemerintah. Sementara itu, pertumbuhan kuartal II, III, dan IV 2012 diprediksi akan mencapai 6,2%; 6,5%; dan 6,3%. Target pertumbuhan y-o-y 6,5% menurut Purbaya masih ada peluang tercapai bila daya serap anggaran pemerintah pusat dan daerah diperbaiki. Langkah ini terutama ditujukan untuk meningkatkan efisiensi anggaran yang berasal dari hutang karena ada beban pembayaran bunga setiap tahun. Percepatan dan optimalisasi penyerapan anggaran pemerintah selain untuk meningkatkan daya dorong belanja fiskal ke perekonomian, juga untuk menjaga aliran modal masuk. Pemerintah disarankan tetap fokus pada perbaikan iklim investasi, percepatan proses perizinan, serta pembenahan infrastruktur dan insentif lain bagi para investor.
18
Opini Pakar
Sejalan dengan upaya itu, pemerintah pusat perlu mendorong pemerintah daerah menciptakan iklim investasi yang baik, sehingga investasi langsung dapat tetap terjaga. OECD dalam proyeksi Mei 2012 memperkirakan investasi dan ekspor diprediksi menjadi pendorong utama pertumbuhan tahun 2012. (APN)
China diperkirakan tidak mengalami hard landing karena penurunan ekspor ke Eropa dapat dikompensasi ke kawasan lain. India justru memiliki permasalahan yang lebih berat karena menghadapi permasalahan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ekspor, tekanan harga domestik yang tinggi serta laju depresiasi yang besar. Eropa diharapkan dapat segera mengambil langkah tepat untuk keluar dari krisis utang sehingga mengembalikan kepercayaan dan tingkat permintaan global. (AFA)
(15,5%), serta Listrik, Gas, dan Air Bersih (14,1%). Hasil kajian BI menunjukkan ULNS pada sektor industri pengolahan kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhannya. Sementara pada kedua sektor yang lain cukup signifikan. Sebagian perusahaan Indonesia memperoleh pendapatan usaha dalam Rupiah, sehingga relatif rentan terhadap beberapa resiko utang luar negeri. Hal tersebut dapat segera dihindari apabila peran perbankan nasional meningkat dalam pembiayaan perusahaan bukan keuangan. (BHR)
Sambungan halaman 7: Indonesia di Tengah Gejolak Harga Minyak Dunia Melihat tren penurunan harga minyak di pasar internasional, mengindikasikan optimisme akan turun dan stabilnya harga ICP. Ini berarti memperkecil kemungkinan ICP rata-rata 6 bulan menembus batas kenaikan 15% diatas asumsi APBN-P 2012 sebagai syarat dinaikkannya harga BBM bersubsidi, yakni 120,75 US$/barel. (APN dan RN)
Sambungan halaman 16: Masalah dan Tantangan Utang Luar Negeri Swasta Saat ini terdapat tiga sektor yang memiliki porsi ULNS besar yaitu Industri Pengolahan (21,3%), Pertambangan dan Penggalian
Sambungan halaman 8: Perkembangan Perekonomian China dan India Di pihak lain, rupee mengalami depresiasi sebesar 25,5% dibandingkan tahun lalu. Bank Dunia menyebutkan bahwa ekonomi India seperti Argentina, Brazil, Ghana, dan Turki yaitu berada diatas PDB potensial sehingga overheating. Kondisi tersebut menimbulkan tekanan di sisi permintaan dan menciptakan situasi dimana sisi penawaran lebih mudah untuk meningkatkan harga. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I Juni 2012 19
Cadangan devisa adalah Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia dan tercatat pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri
Debt Service Payment adalah jumlah pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri, termasuk fee
Debt Service Ratio adalah Rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor suatu negara Debt Swap adalah pertukaran atau konversi utang, baik dalam bentuk perjanjian pinjaman maupun surat berharga, dengan kontrak utang baru Obligasi adalah surat berharga jangka panjang bersifat utang yang dikeluarkan oleh pihak penerbit (emiten) kepada pemegang obligasi, dengan kewajiban membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh tempo kepada pemegang obligasi
Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu
Pinjaman Official Development Assistence (ODA) atau Concessional loan adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari suatu negara atau lembaga multilateral, yang ditujukan untuk pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan kesejahteraan sosial bagi negara penerima dan memiliki komponen hibah
Pinjaman Program adalah pinjaman luar negeri pemerintah dalam valuta asing yang dapat dirupiahkan (in cash) dan digunakan untuk pembiayaan APBN
Pinjaman Proyek adalah pinjaman luar negeri pemerintah yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan tertentu dan umumnya ditarik dalam bentuk barang (in kind)