You are on page 1of 70

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Diposkan oleh ilmu pertanian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif 1. 2. 3. 1.

Okulasi

Alat Pisau Okulasi Gunting Stek Plastik Poks Etilen/Plastik ES.

Bahan Batang Bawah Syarat batang bawah

2.

Terhindar dari hama dan penyakit Sebaiknya bibit lokal Pertumbuhan vegetatifnya tidak terganggu Telah cukup umur (3-4 bulan) mulai berkayu Mata Entres Syarat Mata Entres

Jelas asal usul batang batang induknya Varietas unggul Telah berbuah minimal 3 kali berturut-turut Terhindar dari Hamadan penyakit Kualitas, kuantitas, kontiniunitas buahnya sangat bagus.

Langkah-langkah dalam okulasi 1. Buat bidang okulasi pada batang bawah dengan lebar 1.5 cm, dan panjang 2-3 cm, usahakan pembuatan pembuatan bidang okulasi dibuat pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah.

2.

Ambil mata entres yang telah dipotong 2-3 cm, dan belah 1/3 nya, pada saat pembelahan mata entres usahakan kulit kita jangan mengenai kulit cambium, karena jika mengenai kulit cambium kita akan membawa bakteri yang akan mengganggu tumbuhnya mata entres.

3.

Tempelkan mata entres ke bidang okulasi yang telah kita buat. Kemudian dengan mengunakan plastic polietilen/plastic es, usahakan pengikatannya dimulai dari bawah ke atas. Seperti susunan genteng, dengan tujuan air tidak masuk ke mata entres yang kita tempelkan. Pengikatannya jangan ditarik terlalu kuat, yang di khawatirkan akan mematahkan mata entresnya.

4.

Setelah bibit selesai di okulasi kita dapat pindahkan ke tempat persemaian bibit/nursery. Dengan tujuan kita dapat mengontrol perkembangan tanaman yang telah okulasi.

5.

Setelah dua minggu kemudian mata entres sudah dapat kita lihat, jika mata entresnya berwarna hijau segar maka okulasi yang kita lakukan dikatakan berhasil.

6.

Kemudian setelah 21 harihingga 1 bulan kemudian jika mata entres masih berwarna hijau segar makaplastik es pengikat dapat kita buka. Dan diatas mata entres, batang bawahnya kita kerat setengahnya dan di rundukkan, dengan tujuan memperkecil pasokan makanan keatas pucuk daun batang bawah. Adapun tujuan agar tidak memotong batang bawah secara keseluruhan adalah agar batang bawah masih bias berfotosintesis.

7.

Kemudian setelah dua minggu kemudian, bagian batang bawah yang kita rundukkan dapat kita potong miring, dengan tujuan agar pada saat hujan turun atau saat kita melakukan penyiraman air tidak langsung mengenai pada mata entres yang kita tempelkan.

8.

Setelah 3-4 bulan kemudian bibit hasil okulasi telah dapat menanaminya di lahan. Adapun keunggulan dari perbanyakan tanaman dengan okulasi ialah sbb:

Lebih cepart berbuah Bibit yang dihasilkan 100% meniru sifat induknya yang unggul. Kelemahannya adalah sbb:

Mewarisi penyakit yang sama induknya Umurnya relative lebih pendek Sambung Susu

Alat 1. 2. 3. 4. Pisau okulasi Gunting stek Plastic es Tali rapiah

Bahan 1. Batang bawah *Syaratnya sbb: bibit local, pertumbuhan vegetative tidak terganggu, cukup umur, dan terhindar dari hama penyakit. 2. Pilih induk yang akan kita susukan syaratnya sbb: dari tanaman unggul, jelas asal usulnya, berbuah minimal 3 kali pada musimnya, terbebas dati hama penyakit, kualitas, kuantitas, dan kontiniunitas buahnya bagus. Langkah kerja 1. Syaratnya batang dari 1/3 diameternya, dengan panjang 2-3 cm. usahakan penyayatan yang dilakukan agak landai, agar mudah dalam pengikatran nantinya. 2. Sayat batang indukan 1/3 dari diameternya dan di usahakan antara batang bawah dan atas besarnya seimbang dengan tujuan presentase pertumbuhannya lebih baik. 3. Kemudian lakukan pengikatan dengan menggunakan plastic polyotilen atau plastic es yang sudah di potong dengan lebar +- 1 cm ikat dengan kuat sehingga tidak masuk air. 4. 5. Siram secukupnya apabila musim kemarau pagi dan sore Apabila sudah terjadi pembengkakan pada sambungan bertanda sambung susu berhasil kemudian setelah umur 1 bulan kita lakukan pengurangan antara batang atas dan batang bawah 1/3 dari diameter batang terus kita lakukan pengurangan berikutnya pada umur 1.5 bulan perkiraan pada umur 2 bulan sambung susu sudah bias di panen.

Keunggulan sambung susu Cepat berbuah Keberhasilannya cukup tinggi antara 70 s/d 90 % Memiliki sifat yang sama dengan induknya. Kelemahan sambung susu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. Biayanya mahal Perlakuannya lebih sulit dari pada perbanyakan yang lainnya Umur tanaaman biasanya lebih pendek Dapat merusak tajuk pohon induk

Cangkok Alat dan bahan Pisau tajam dan stanlis Sabut kelapa Tali rafia Platik transparan Zat perangsang tumbuh Gunting pangkas Tanah liat Langkah kerja Pilih cabang yang sehat dan jagur yang cenderung menghadap keratas Buat bidang sayatan antara 2-4 cm kikis kambiumnya sampai bersih Kemudian olesi keratin bagian atas dengan roton, roton berfungsi sebagai hormone auxin yang merangsang pertumbuhan akar.

4.

Kemudian ambil tanah sekepal , usahakan tanah yang digunakan tanah berliat (tanah liat), dengan tujuan mudah dalam penempelannya pada dahan yang di cangkok.

5.

Balut dengan sabut kelapa, kemudian balut lagi dengan pelastik. Pembalutan dengan sabut bertujuan sebagai sumbu untuk menyerap air pada saat huja, dan pembungkusan dengan plastic dengan tujuan menjaga kelembapan , sehingga memungkinkan tidak dilakukannya penyiraman secara berkala.

6.

Kemudian setelah akarnya tumbuh dan akarnya sudah tua (sudah tidak berwarna putih) panen dapat dilakukan. Keunggulan dari mencangkok

1. 2.

Produksi dan kualitas buahnya sama dengan indukannya. Cepat berbuah. Kelemahannya adalah

1. 2. 3.

Tanaman tidak tahan kering Tanaman tidak memiliki akar yang kuat Tajuk (dahan pohon) akan rusak, karena dahannya banyak dipotong.

http://teknikdasarpertanian.blogspot.com/2011/03/perbanyakan-tanaman-secaravegetatif.html

Reproduksi vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup secara aseksual (tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi vegetatif

bisa terjadi secara alami maupun buatan. Perkembangbiakan dengan membelah diri biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah,bersel satu/protoza, misalnya: amuba dan paramaecium. Pembelahan diri biner jika terjadi pembelahan individu menjadi 2 individu baru, dan disebut pembelahan diri multipel (perkembangbiakan dengan spora) jika pembelahan individu menjadi banyak individu, misalnya: plasmanium

Reproduksi vegetatif alami

Vegetatif alami secara tunas adventif/ tunas daun Reproduksi vegetatif alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak lain seperti manusia. Pada tumbuhan

Umbi batang. Contoh: bangkuang, kentang Umbi lapis. Contoh: bawang merah, bawang putih, bawang bombay Umbi akar. Contoh: wortel, singkong, lobak Geragih atau stolon. Contoh: rumput teki, stroberi Rizoma atau akar tinggal. Contoh: lengkuas, jahe, kunyit

Tunas. Contoh: pisang, bambu, tebu Tunas adventif. Contoh: cocor bebek

Pada hewan

Tunas. Contoh: Hydra, Ubur-ubur, Porifera Fragmentasi. Contoh: Planaria, mawar laut Membelah diri. Contoh: Amoeba Parthenogenesis. Contoh: serangga seperti lebah, kutu daun

Reproduksi vegetatif buatan Reproduksi vegetatif buatan atau perbanyakan vegetatif dalam pertanian dan botani merupakan sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui perkawinan. Perbanyakan vegetatif menghasilkan keturunan yang disebut klon. Karena itu, perbanyakan vegetatif dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kloning ("pembuatan klon"). Klon sebenarnya adalah salinan penuh dari individu induknya karena mewariskan semua karakteristik genetik maupun fenotipik dari induknya. Fenotipe dapat berbeda pada beberapa teknik perbanyakan vegetatif tertentu yang merupakan gabungan dua individu. Pada tumbuhan, klon seringkali telah mencapai tingkat kedewasaan tertentu sewaktu ditanam sehingga biasanya disukai oleh petani karena waktu tunggu untuk dimulainya produksi dapat dipersingkat. Tanaman buah-buahan dapat mulai menghasilkan dalam dua atau tiga tahun dengan kloning, sementara melalui biji petani harus menunggu paling cepat empat tahun ditambah risiko perubahan sifat akibat penggabungan dua sifat induk jantan dan betinanya. Teknik-teknik perbanyakan vegetatif pada tumbuhan Terdapat bermacam-macam teknik yang acap kali khas untuk jenis tumbuhan yang berbeda. Beberapa teknik hanya memanfaatkan organ reproduksi khusus yang diproduksi tanaman tertentu, sementara teknik lainnya sengaja merangsang pertumbuhan baru pada bagian tumbuhan tertentu. Berikut ini dipaparkan secara singkat berbagai teknik yang dipakai orang. Pemisahan anakan (tillering) Penyetekan Perkembangbiakan dengan setek dilakukan dengan cara menanam bagian tertentu tumbuhan tanpa menunggu tumbuhnya akar baru lebih dahulu. Dibandingkan cara

perkembangbiakan vegetatif buatan lainnya, cara setek adalah cara termudah. Pemebiakan tanaman dengan setek ada yang menggunakan batang (kayu) disebut setek batang, dan ada juga yang menggunakan daun disebut setek daun. Perundukan Pencangkokan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Cangkok Tujuan : memperoleh tumbuhan baru yang cepat berbuah dan sifatnya sama dengan sifat induk. mencangkok adalah membuat cabang batang tanaman menjadi berakar Penyambungan Okulasi Rahasia ini harus segera dibocorkan, karena banyak pihak yang membutuhkan. Jika tidak, akan banyak yang gagal melakukan okulasi. Okulasi termasuk cara perbanyakan tanaman yang cukup populer. Pastilah sudah banyak yang mengetahui cara okulasi. Hanya saja okulasi tak bisa sembarangan dilakukan. Harus tahu langkah-langkahnya. Ada beberapa rahasia yang bisa memengaruhi keberhasilan okulasi. Mari kita simak H. Abdul Ghani, dari Sanggar Buana Flora, berbagi rahasia sukses mengokulasi buah.

1. Memilih mata Ketepatan memilih mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhasilan okulasi. Mata tunas yang dipilih harus yang berpotensi tumbuh. Ciri-cirinya? Pada tanaman jambu dan mangga, pilih mata tunas yang sudah keluar tunas kecil. Sementara untuk tanaman lain, Adung alias Abdul Ghani menyarankan mata yang sama sekali belum bertunas. Untuk mangga dan duren sering diakali dengan cara perompesan/pelerengan. Caranya? Pangkas habis daun pada pucuk pohon mangga. Perompesan daun akan memacu tumbuhnya tunas baru. Nah, tunas baru itulah yang bisa dipakai. 2. Cara menyayat Perhatikan juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk lalu-lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak bakal

tumbuh. Tak boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan dulu mata tempel dari cabang atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil sayatannya rapi dan higienis. 3. Cara mengikat Mengikat mata tempel juga tidak boleh sembarangan. Ikatan harus rapat sampai angin tak bisa masuk ke tempelan. Harus pas, tidak boleh terlalu kencang tidak juga terlalu longgar. Kulit mata tunas menempel dengan sempurna sudah cukup. Kalau terlalu kencang, bisa tercekik. Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga tidak ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar, terutama air tidak bisa masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang. Supaya tunas bisa tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air tidak menyentuh tempelan. Soalnya, entres bisa busuk kalau kena air. 4. Kecepatan kerja Sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk tidak boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel. Kalau terlalu lama kambium pada kayu bisa kering. Agar kerja bisa cepat dan tak terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu. Agar sewaktu bekerja tak lagi perlu cari-cari alat yang dibutuhkan. Siapkan dulu mata tempel, baru sayat batang induk. Ada lagi cara untuk menyiasati kelambatan kerja. Bekerjalah di tempat yang teduh. Sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari. Terik matahari tentu akan mempercepat, kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di tempat teduh. Selain menghindari terik matahari, juga agar tak ada air yang masuk ke sambungan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_vegetatif

PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF CANGKOK PENDAHULUAN Adakalanya dipilih mencangkok apabila pohon yang akan dicangkok tidak dapat diperbanyak dengan pembiakan vegetatif lainnya yang lebilh mudah, misalnya dengan stek. Jenis tanaman yang biasa dicangkok adalah pohon buah-buahan misalnya mangga, beberapa jenis jeruk (Jeruk besar, jeruk nipis, jeruk manis, dan jeruk siam), berbagai jenis jambu ( jambu biji, jambu air dan jambu monyet), delima, belimbing manis, lengkeng dan sebagainya. Selain tanaman buah-buahan, beberapa tanaman hias juga bisa dicangkok misalnya bunga sakura, kemuning, soka, nusa indah, bougenvil, cemara dan lain sebagainya. Tanaman yang tersebut diatas adalah tanaman berkayu yang mudah dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit untuk dicangkok namun karena telah ditemukan caranya akhirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok, misalnya cemara dan tanaman buah lainnya. Tanaman tidak berkayu pun berhasil diangkok. Tentu saja dengan cara yang berbeda, misalnya papaya dan dieffenbachia, salak juga berhasil dicangkok dengan cara menampung tunas anakannya yang tumbuh. Cara pembiakan tanaman dengan cara mencangkok dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanan terhadap hama dan penyakit , rasa buah (khusus untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk tanaman hias) dan sebagainya. Karena seperti kita ketahui bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hamper seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat biasanya disebabkan oleh mutasi gen. Walau banyak keunggulan namun tehnik mencngkok tidak terlepas dari kelemahan. Sebenarnya mencangkok dapat dilakukan baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Bila mencangkok pada musim kemarau, memang harus rajin menyiraminya agar kelembaban media tetap terjag. Tetapi lebih cepat jadinya karena pada saat ini pertumbuhan akar sedang aktif. Sedangkan bila mencangkok pada musim hujan, tentu tidak repot menyiraminya. Lagi pula bila dilakukan pada awal musim hujan, maka dalam musim itu juga cangkokan telah jadi bibit dan dapat ditanam. Keunggulan dan kelemahan perbanyakan dengan cara mencangkok Keunggulan

1. Sifat tanaman baru sama seperti induknya 2. Menghasilkan buah dalam waktu yang relative singkat 4 tahun 3. Waktu yang diperlukan untuk perbanyakan relative singkat antara 1 3 bulan.

Kelemahan 1. Perakaran cangkokan kurang kuat dan dangkal 2. Bentuk pohon induk jadi rusak 3. Tidak dapat menyediakan bibit yang relative banyak dalam waktu yang cepat 4. Cara pengerjaan sedikit lebih rumit dan memerlukan ketelatenan 5. Jika sering dilakukan pencangkokan terhadap pohon induk maka produksi buah induk menjadi terganggu.

PERSIAPAN DAN PERAWATAN ALAT UNTUK MENCANGKOK 1. Pisau Okulasi Spesifikasi : a. Tangkai pisau okulasi Terbuat dari kayu, tanduk atau besi yang halus sehingga nyaman digunakan, fungsi tangkai adalah untuk pegangan pada waktu menggunakan.

Pi b. Pisau okulasi Pisau terbuat dari bahan besi stenless. Fungsinya untuk memotong bahan yang akan dipergunakan.

Fungsi alat

Fungsi alat perlu Anda ketahui terlebih dahulu sebelum Anda melakukan kegiatan penyiapan dan perawatan alat. Hanya dengan mengetahui fungsi alat, maka Anda akan dapat menyiapkan alat secara benar.

Pi Pisau okulasi/pisau cutter berfungsi untuk memotong dan mengerat bahan yang akan diperbanyak.

c. Fungsi alat Fungsi alat perlu Anda ketahui terlebih dahulu sebelum Anda melakukan kegiatan penyiapan dan perawatan alat. Hanya dengan mengetahui fungsi alat, maka Anda akan dapat menyiapkan alat secara benar. Pisau okulasi/pisau cutter berfungsi untuk memotong dan mengerat bahan yang akan diperbanyak. 2. Gunting Stek Spesifikasi : a. Tangkai Gunting Stek Terbuat dari plastik yang kuat, dengan spesifikasi keras, tahan benturan, dan halus sehingga nyaman untuk digunakan.

b. Pisau Gunting Pisau gunting terbuat dari bahan besi baja atau besi stenless. Fungsinya untuk memotong bahan pembiakan yang kecil dan agak lunak.

Tangaki Gun

c. Fungsi Gunting Stek Fungsi untuk memotong dahan atau batang yang akan diperbanyak secara vegetatif.

Pisau Guntin

3.

Gergaji Spesifikasi : a. Tangkai Gergaji Terbuat dari kayu atau plastik yang halus sehingga nyaman digunakan dalam bekerja.

Gergaji Stek b. Mata Gergaji Mata gergaji terbuat dari bahan baja/stenless ukuran dan bentuknya bervariasi sesuai dengan kegunaannya.

Mata Gergaj

c.

Fungsi Alat Fungsi gergaji adalah untuk memotong dahan atau batang yang digunakan dalam pembiakan tanaman secara vegetatif.

Tangkai Gerg

2)

Menyiapkan dan Merawat Pisau Okulasi Pisau kokulasi ini fungsinya untuk memotong dahan atau ranting, pucuk, daun, dan umbi dalam pembiakan tanaman secara vegetatif. Pastikan bahwa pisau okulasi dalam kondisi siap pakai/siap digunakan (mata pisau tajam dan tangkainya dalam keadaan kokoh/kuat). b) Merawat Perawatan selama pemakaian Untuk menjaga agar pisau okulasi tetap dalam kondisi baik dan siap pakai maka selama proses pemakaian harus dihindari dari :

a) Menyiapkan

Mata pisau okulasi membentur benda keras (batu, besi) yang dapat mengakibatkan mata pisau okulasi retak atau patah. Pada saat memotong pilihlah yang bisa dipotong dengan menggunakan pisau okulasi, jangan memaksakan pisau okulasi untuk memotong. Perawatan setelah pemakaian Pisau okulasi (tangkai dan mata pisau) setelah digunakan untuk memotong, biasanya kotor yang disebabkan oleh getah dan kulit tanaman yang menempel pada mata pisau. Bahan tersebut harus dibersihkan, karena apabila pisau okulasi tidak bersih dapat mengakibatkan proses pengkaratan pada mata pisau okulasi. Untuk itu diupayakan mata pisau okulasi dalam keadaan bersih dan kering. Untuk menjaga ketajaman pisau okulasi dilakukan pengasahan yaitu dengan menggunakan asahan batu halus. Setelah ditajamkan dan

dibersihkan selanjutnya disimpan pada tempatnya (bersih dan kering) agar mudah mencarinya. 3) Menyiapkan dan Merawat Gunting Stek Gunting stek ini fungsinya untuk memotong dahan atau ranting yang akan diperbanyak, sehingga bahan pembiakan tanaman secara vegetatif sudah menjadi potongan menurut jenis dan karakteristik tanaman. Pastikan bahwa Gunting Stek siap untuk digunakan, kaitan antara mata pisau gunting tajam, bersih dan tangkainya dalam keadaan kuat. b) Merawat Perawatan selama pemakaian Untuk menjaga agar Gunting stek tetap dalam kondisi baik dan siap pakai maka selama proses pemakaian harus dicegah dari: Mata gunting stek tidak terbentur oleh benda yangt keras (batu, besi & kaca) Pada waktu memotong ambillah dahan atau ranting yang bisa dipotong dengan menggunakan gunting stek, seandainya gunting stek tidak mampu untuk memotong yang dipaksakan. Gunting stek, setelah digunakan harus dijaga agar tetap dalam kondisi baik dan siap pakai. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah bahwa : Perawatan setelah dipakai : Gunting stek (tangkai dan mata gunting) setelah digunakan untuk memotong, biasanya kotor oleh getah maupun kulit yang menempel pada mata gunting stek. Bahan tersebut harus dibersihkan, karena apabila gunting stek tidak bersih dapat mengakibatkan proses pengkaratan pada mata gunting stek yang ditandai dengan munculnya warna kehitaman dan kecoklatan. Dalam

a) Menyiapkan

jangka pendek mata gunting stek akan cepat rusak (aus) untuk itu mata gunting stek diupayakan dalam kondisi bersih dan kering, agar gunting stek enak digunakan dan tajam serta tahan lama. Untuk menjaga ketajaman gunting stek, maka dilakukan pengasahan pada mata gunting stek dengan menggunakan asahan dari batu yang halus. Setelah dibersihkan gunting stek sebaiknya di lap dengan kain yang kering, selanjutnya disimpan pada tempat penyimpanan agar tetap baik dan mudah mencarinya.

4)

Menyiapkan dan Merawat Gergaji Pilihlah gergaji yang sesuai untuk memotong batang, dahan atau ranting yang dengan mudah dalam penggunaannya. Pastikan gergaji dalam kondisi siap pakai b) Merawat Perawatan selama pemakaian Untuk menjaga agar gergaji tetap dalam kondisi baik dan siap pakai maka selama proses pemakaian harus dicagah dari:

a) Menyiapkan

Gigi gergaji tidak terbentur oleh benda yang keras (besi) agar supaya gigi gergaji tidak potong Pada waktu menggunakan posisi gergaji dalam keadaan yang benar (tidak melengkung)

Perawatan setelah pemakaian Gergaji (tangkai gergaji dan gigi gergaji) setelah digunakan biasa kotor dan getah maupun serbuk kayu yang menempel pada gergaji Kotoran tersebut harus dibersihkan karena apabila gergaji dalam keadaan kotor maka akan mengakibatkan proses pengkaratan. Untuk menjaga ketajaman gergaji, maka dilakukan pengasahan (pengikiran) pada gigi gergaji dengan menggunakan kikir. Satu demi satu pada gigi gergaji dikikir hingga tajam Setelah itu gergaji dibersihkan dengan kain yang bersih dan kering agar supaya tetap terjaga kebersihannya dan ketajamannya selanjutnya disimpan pada tempatnya agar mudah mencarinya.

PEMILIHAN POHON INDUK Setelah peralatan dipersiapkan dengan benar, maka selanjutnya adalah memilih pohon induk dan menentukan cabang atau dahan yang akan dicangkok. Pohon intuk hendaknya sudah cukup umurnya, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Pohon yang terlalu tua biasanya mempunyai jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok hanya sedikit. Sedangkan pohon induk yang terlalu muda tentu belum diketahui sifat-sifatnya dengan jelas. Bila kita bertanya berapa umur pohon induk yang ideal, tentu sulit untuk menjawabnya yang jelas, pohon induk harus telah berbungan bagi tanaman hias buang dan, telah berbuah sedikitnya tiga kali bagi tanaman buat-buahan. Dengan demikian kita sudah tahu keindahan bentuk dan warna bunga, atau kelezatan rasa buah dari tanaman yang akan dicangkok. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah pohon nampak kuat dan subur, serta tidak terserang hama penyakit yang akan dapat menggagalkan hasil cangkokan. Syarat terakhir adalah pohon harus bercabang banyak atau rimbun sehingga setelah dicangkok, pohon tidak akan kehabisan cabang. Dengan telah diketahui dan dipilih pohon induk yang bermutu baik diharapkan bibit hasil cangkokan nantinya akan mempunyai sifat persis atau sama dengan pohon induknya. PEMILIHAN CABANG Tahapan selanjutnya adalah mengamat-amati cabang yang kiranya tepat digunakan sebgagai bibit cangkokan. Cabang yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu besar. Ukurannya kira-kira sebesar kelingking atau pensil. Walaupun demikian, berdasarkan pertimbangan tertentu, cabang sebesar lidi atau pun sebesar lengan manusia, bahkan batang pokok, tetap bisa dicangkok. Asalkan batang atau cabang tersebut berkulit mulus dan berwarna cokelat muda.

Pemilihan cabang yang berukuran kecil bertujuan agar dari tiap pohon induk diperoleh belasan sampai puluhan cangkokan tetapi bentuk pohon tidak akan rusak. Selain itu bibit cangkokan ini bila sudah dipindah ke lapangan/lahan pertanaman, akan kecil penguapan airnya. Ini jelas lebih baik mengingat akar cankokan belum banyak, dengan demikian jumlah air dan zat hara yang terserap belum banyak. Bentuk cabang yang baik adalah lurus atau tegak dan mulus. Cabang yang berwarna kehitaman dan berkerak, pertumbuhan akarnya sedikit dan pendek-pendek. Batang yang tidak mulus ini biasanya disebabkan serangan hama, misalnya karena serangan penggerek batang. TAnda lain bekas gesekan adalah adanya bekas bubuk yang melekat pada cabang. Tidak dipilihnya cabang seperti ini karena akan menghambat aliran air dan hara dari bawah ke pucuk cabang atau bagian atas luka sayatan, akibatnya akan menghasilkan cangkokan yang pucat. Pada cabang yang berwarna cokelat muda akan lebih cepat terbentuk kalus dan akar. Kalus adalah penutup luka. Cabang masih berwarna hijau dan muda hanya mempunyai sedikit persediaan makanan, sehingga pertumbuhan akar cangkokan akan lambat dan jumlahnya sedikit. Bibit cangkokan yang demikian akan mengalami kesulitan hidup di lapangan. Begitu juga bila dipilih cabang yang sudah terlalu tua. Panjang cabang yang dipilih hendaknya berukuran 20 30 cm saja, kalau terlampau panjang, nanti akan mengalami kesulitan pada waktu penanaman dilahan. Selain itu pohonnya akan jangkung tidak karuan. Apalagi dewasa ini orang lebih suka dengan tanaman yang kecil namun telah menghasilkan/walaupun hasilnya sedikit. Bibit cangkokan yang kecil juga mempunyai keuntungan karena mudah dibentuk, sehingga tanaman buah pun bisa berfungsi sebagai tanaman hias. Jumlah daun yang akan disertakan pada batang cangkokan harus banyak. Banyaknya helaian daun ini akan memperbanyak makanan yang diolah,

sehingga sangat menunjang pembentukan dan pertumbuhan akar bibit hasil cangkokan. Cabang yang gundul sukar menumbuhkan akar. Mengingat fungsi daun adalah sebagai pabrik lahan makanan bagi tumbuhan maka jangan sampai daun yang ada pada cabang cangkokan di kurangi dan terserang ulat atau hama lain. Cabang yang baik untuk dicangkok mempunyai arah ke atas 45 atau ke samping dan rajin berbuah. Cara-cara memilih cabang tersebut di atas belaku untuk semua jenis tanaman, kecuali cemara. Pemilihan cabang cemara untuk dicangkok harus berdasarkan mahkota atau tajuk pohonnya. Maksudnya adalah bagaimana bentuk tajuk tanaman induk setelah dipotong cangnya nanti. Bila memang atanaman cemara itu merupakan pohon induk ditempat pembibitan/ tentu tidak menjadi masalah. Tetapi bagi para pecinta tanaman tentu tidak menginginkan bentuk tajuk tanaman cemaranya akan berkurang keindahannya.

PEMBUATAN SAYATAN Di dalam melakukan penyayatan cabang cangkokan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni : 1) Cabang kecil Cabang yang berdiameter kurang dari 2 cm digolongkan ke dalam cabang kecil. Kulit kayu yang tepat untuk disayat berada tepat di bawah kuncup daun, karena disitulah terkumpul zat pembentuk akar yang disebut rizokalium. Dalam satu cabang bisa dibuat satu atau lebih sayatan (cangkok berantai).

Cangkok Berantai 2) Cabang besar

Batasan cabang besar disini adalah cabang yang diameternya melebih 2 cm. Dengan besarnya cabang ini maka diperlukan perimbanga jumlah akar yang sesuai untuk memasok air dan zat hara yang nantinya diperlukan setelah hasil cangkokan ditanam. Perakaran yang tumbuh dari bentuk penyayatan seperti pada cabang kecil sering kurang memadai. Oleh karena itulah bentuk sayatan dibuat sedemikian rupa agar bidang yang nantinya ditumbuhi akar menjadi luas

Keratan Bergerigi Setelah kulit kayu tersayat akan tampak kambium. Kambium yang umumnya terdapat hanya pada tanaman dikotil ini kmerupkan suatu tabunga yang berada antara xilem dan floem. Hasil kerja kambium erupa pertambahan lingkaran batang berkayu. Untuk menghindari kejadian ini pada luka sayatan juga agar proses pertumbuhan akar tidak terganggu, kambium harus dihilangkan. PEMBERSIHAN KAMBIUM Untuk membuang kambium ada beberapa cara yakni diangin-anginkan selama kurang lebih dua sampai dengan empat hari. Untuk tanaman

bergetah seperti sawo misalnya, waktu yang diperlukan adalah 2 3 minggu. Cara lain untuk membuang kambium adalah dengan menggunakan lap kain atau kertas yang bersih. Kain atau kertas ini digosokkan keluka sayatan sehingga kayu kelihatan kering dan terasa tidak licin ada kalanya kertas untuk membersihkan kambium ini dicelupkan dulu ke dalam air garam, dengan demikian kambium yang menyerupai lendir ini akan cepat bersih. Setelah itu dibersihkan dengan air bersih agar keadaan disekitar luka tetap netral. Cara lainnya dalah dikerik dengan pisau secara perlahan-lahan agar tidak melukai kayunya. Bila kayu terluka tentu saja xilem akan terluka juga, padahal peranan xilem ini sanga besar yaitu mengangkut hara dan air dari akar ke seluruh bagian tanaman. Dengan terputusnya saluran pengankutan ini maka batang, cabang/ranting dan daun yga berada di atas luka akan mengering dan hasil cangkokan akan gagal. Akar-akar pada cangkokan bisa tumbuh karena dengan terbuangnya jaringan floem yang terdapat pada kulit cabang, maka zat-zat makanan yang berupa kabohidrat, zat pembentuk akar (rizokalin) dan auxin sebagai zat perangsan pertumbuhan yang berasal dari daun-daun di bagian atas sayatan, tidak akan mengalir ke bagian bawah sayatan, zat-zat ini akan mengumpul di bagian atas sayatan, yang dapat dilihat dengan adanya pembengkakan pada kulit cabangnya. Dan dengan adanya media yang lembab maka zat-zat tersebut akan merangsang timbulnya akar pada bagian atas sayatan.

ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung/merangsang, menghambat, dan mengubah proses fisiologi tanaman. 1. Pengelompokan ZPT Dari berbagai jenis ZPT yang ada maka dapat dikelompokkan menjadi 5 golongan yaitu : a. Auxin b. Sitokinin c. Giberelin d. Ethylen e. Asam absisik 2. Pengaruh ZPT terhadap proses fisiologis tanaman a. Auxin Untuk pembesaran sel Untuk menghambat tunas samping Mengaktifkan perkembangan kambium Berperan dalam pertumbuhan akar Memacu sintesa protein Memacu pembelahan sel Menghambat proses penuaan daun Memacu perkembangan tunas samping Menghambat pembentukan akar Memacu pembungaan dan pembuahan Memacu pematahan dormansi Memperbanyak buku batang

b. Sitokinin

c. Giberelin

Memperluas permukaan daun dan memperbesar bunga Mendorong pembentukan buah partenokarpi Menghambat pembentukan umbi Memacu perkembangan biji dan tunas yang dorman Memacu pembelahan dan pembesaran sel. Menyebabkan gugurnya daun, bunga, dan buah Menghambat pertumbuhan batang dan akar Memacu pemasakan buah Memudarkan warna bunga Menghambat pembentukan tunas samping Memacu pembungaan Memacu pembentukan cabang-cabang akar. Menyebabkan keluruhan daun Menyebabkan dormansi pada tunas Memacu penutupan stomata daun (dalam kondisi stress air).

d. Ethylen

e. Asam absisik

3. Berbagai nama produk ZPT yang banyak dijual di toko pertanian a. Atonik Atonik berkhasiat merangsang pertumbuhan akar. b. Dekamon Dekamon berkhasiat merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru serta mencegah kerontokan bunga/buah. c. Ergostim Ergostim berkhasiat meningkatkan mutu dan membuat buah matang seragam. d. Ethrel Ethrel berkhasiat meningkatkan mutu hasil pertanian.

e. Kalsium karbid Kalsium karbid berkhasiat mempercepat pembungaan pada nenas. f. Hidrasil Hidrasil berkhasiat merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. g. Florita Florita berkhasiat meningkatkan produksi tanaman hortikultura dan meningkatkan kualitas bunga h. Mixtaxol Mixtaxol berkhasiat meningkatkan pembentukan bunga. i. j. Sitozim Sitozim berkhasiat menyeragamkan pembungaan dan pembuahan. Rootone F Rootone F berkhasiat merangsang perakaran pada bibit. Aplikasi zat pengatur tumbuh pada tanaman ZPT berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan tanaman, peranannya dapat mempengaruhi aktifitas jaringan berbagai organ maupun sistem organ tanaman. ZPT tidak memberi tambahan unsur hara, karena ZPT bukan pupuk. Tugasnya dalam jaringan tanaman adalah mengatur proses fisiologis seperti pembelahan dan pemanjangan sel, mengatur pertumbuhan sel, juga mengatur pertumbuhan akar, batang, daun, bunga, dan buah. Bagaimana aplikasi ZPT tersebut pada tanaman? Secara umum penggunaan hormon ini pada tanaman dengan cara disemprotkan, tetapi ada juga yang dioleskan atau dicelupkan pada akar. Waktu pemberiannya dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Berikut ini adalah aplikasi berbagai ZPT pada tanaman. 1. Atonik

Atonik merupakan hormon berbentuk cairan yang berkhasiat merangsang pertumbuhan akar, mengaktifkan penyerapan unsur hara, meningkatkan keluarnya kuncup. Adapun dosis penggunaan atonik adalah : Pada benih : benih direndam selama 1 jam dengan konsentrasi 1 cc/2 liter air Pada pesemaian : bibit disemprot dengan konsentrasi 1 cc/4 liter air dengan frekwensi 5 hari sekali. Pada tanaman dewasa : daun dan buah yang masih kecil disemprot dengan dosis 1 cc/2 liter air dengan frekwensi 7 hari sekali. 2. Dekamon Dekamon merupakan ZPT berbentuk cairan berwarna cokelat dengan bau harum yang khas. ZPT ini berkhasiat untuk : Merangsang pertumbuhan tunas baru Mencegah kerontokan bunga dan buah Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil Aturan penggunaannya adalah dengan cara menyemprot tanaman 5 hari sekali dengan konsentrasi 2 2,5 cc/10 liter air. 3. Ethrel Ethrel cenderung berkhasiat untuk meningkatkan kualitas tanaman. Ada beberapa jenis ethrel yang beredar di pasar yaitu ethrel 10 LS, ethrel 21/2 LS, dan ethrel 40 PGR. Ethrel 10 LS khusus untuk tanaman karet sedangkan ethrel 40 PGR khusus untuk tanaman penghasil buah agar buah dapat matang serentak dengan warna seragam. Adapun cara penggunaannya adalah :

Ethrel 10 LS dan dan 2,5 LS dioleskan tipis pada bidang sedapan tanaman karet yang dikeruk dahulu selebar 2 cm. Pengolesan cukup dilakukan sebulan sekali.

Ethrel 40 PGR konsentrasi 0,05 % - 0,075 % disemprotkan pada buah kopi yang telah masak 10 %. Dua minggu kemudian buah kopi akan matang serentak dengan warna yang sama. Sedangkan untuk buah pisang cukup dicelupkan beberapa detik saja pada konsentrasi 0,1 0,15 %.

4. Florita Untuk tanaman hias florita berkhasiat dalam membuat bunga mekar lebih sempurna dengan warna cerah, tidak cepat layu, dan mencegah pembusukan pada tanaman hias cukup disemprotkan pada tanaman secara menyeluruh dan khusus untuk suplir 1 cc/2 liter air. Penyemprotan pada 3 minggu pertama adalah 2 kali sehari, kemudian 1 kali seminggu. 5. Rootone F Rootone F berbentuk bubuk berwarna putih, berkhasiat untuk merangsang pertumbuhan akar pada bibit (setek, cangkok). Penggunaannya adalah dengan menambahkan sedikit air pada ZPT ini dan diaduk hingga membentuk pasta. Untuk bibit setek cukup dicelupkan sebentar bagian ujung rantingnya sebelum ditanam di lapangan. Untuk bibit cangkokan cukup mengoleskan pasta pada batang yang telah disayat.

MEDIA CANGKOK Persyaratan media Media tanaman untuk pembiakan tanaman secara vegetatif khususnya mencangkok banyak sekali macamnya, tinggal memilih mana yang Anda sukai dan tidak susah mencarinya. Macam-macam media untuk mencangkok yaitu : Mos Bubuk sabut kelapa Pupuk kandang Kompos Lumut

Media mos banyak digunakan untuk media cangkokan karena bobotnya ringan dan mudah tertembus oleh akar cangkokan. Mos adalah akar kadaka atau akar epifit dari pakis sarang (asplenium nidus) Bubuk sabut kelapa, sebelum media ini digunakan sebagai media, sebaiknya bubuk ini dilapukkan dulu agar zat hara yang ada pada bubuk ini teruarai sehingga mudah dan cepat tersedia bila diperlukan oleh tanaman. Media ini kurang cocok untuk media cangkokan, karena tidak bisa menyimpat air, sehingga cepat kekeringan dan ada kemungkinan cangkokan gagal apabila tidak rajin menyiram. Pupuk kandang sesuai dengan namanya media ini berasal dari kotoran hewan, yaitu tinja dan air seni, dan kadang tercampur dengan bahan lain (makanan ternak) pupuk kandang basa digunakan asalkan sudah matang, cirinya pupuk kandang tidak berbau amoniak dan bau lain yang tajam, tidak lembek,becek jadi mudah diuraikan dengan langai, dan sudah tidak berserat. Pemakaian untuk media cangkok sering di campur dengan tanah yang remah (1 : 1).

Kompos merupakan bahan organik yang dapat berfungsi sebagai pupuk dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena tanah menjadi remah dan mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat dapat hidup lebih subur. Dalam penggunaannya kompos sebagai media cangkok umumnya di campur dengan tanah yang remah (1 : 1) Lumut, sebagai bahan untuk media cangkokan, lumut merupakan bahan media yang dapat menyimpan air dengan lama, sehingga sering media untuk cangkokan dicampur dengan lumut. Lumut serng tumbuh dikayu atau dibatu, seberlumnya dipergunakan dulu Dengan demikian syarat media cangkokan adalah : Bobotnya ringan Dapat menyimpan air dengan lama (kelembaban) Mudah ditembus akar cangkokan Banyak mengandung unsur hara Mudah di dapat. Pengaruh media terhadap keberhasilan cangkokan Proses perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok, media juga menentukan terhadap keberhasilan cangkokan untuk itu dalam meilih media haruslah berhati-hati. Dalam mencampur media untuk cangkokan harus merata (hmogen) karena apabila tidak merata akan mengganggu pertumbuhan akar. Pencampuran media untuk cangkokan biasanya menggunakan berbandingan 1 : 1 misalnya kompos dengan tanah yang remah sehingga media yang dipergunakan untuk mencangkok benarbenar sesuai dengan persyaratan yang di butuhkan untuk tumbuhnya akar baru. Penggunaan media yang salah ataupun dalam pencampuran tidak merata, maka akan mengakibatkan kegagalan di dalam pembiakan dengan cara mencangkokan.

MEMBUNGKUS MEDIA Cara membungkus sayatan sangat bergantung pada jenis media yang digunakan. Untuk media mos, biasanya mos yang telah dipupuk dan dalam keadaan basah ini dibungkuskan pada sayatan, lalu diikat dengan tali bagian tengahnya. Setelah itu mos dibalut dengan pembalut plastik atau yang lain. Plastik diikata di bagian bawah terlebih dahulu, kemudian pembalut diraikan dan diikat bagian tengah dan atasnya. Ikatan tali di bagian atas sebaiknya janga terlalu kencang, atau diikat dengan cara tali simpul. Jadi bila sewaktu-waktu ini membuka guna menyiramnya, kita tidak akan mengalami kesulitan. Lain lagi bila menggunakan pembalut pot dari tanah, plastik, kaleng dan tabung bambu. Biasanya pembalut ini didasarnya berlubang sebesar cabang yang dicangkok dan telah dibelah pada ke dua sisinya. Cara membungkusnya adalah memasang pot tersebut pada cabang yang telah disayat, lalu belahan sampingnya dirapatkan dengan menggunakan kawat atau tali. Setelah pot ini kelihatan kokoh pada cabang yang di cangkok maka baru medianya dimasukkan sampai paling tidak menutupi luka bekas sayatan. Ukuran pot yang digunakan jangan terlalu besar, cukup yang kecil saja dengan bobot yang ringan. Pot yang terlalu besar justru bisa mematahkan cabang bila terjadi angin kencang. Besar atau diameter pembungkusan in disesuaikan dengan diameter cabang dan panjang cabang yang dicangkok. Biasanya perbandingan antara panjang cabang dan diameter pembungkusnya adalah 5 ; 1. jadi, bila panjang cangkokan 30 cm, maka diameter pembungkusnya adalah 5 cm.

Pengikatan Pembalut Media Setelah media yang disiapkan sudah sesuai dengan persyaratan maka tinggal mencari pembungkusnya dan tali untuk mengikat pembungkus media. Oleh karena itu dalam memilih pembungkus harus mentaati prosedur atau persyaratan sebagai pembungkus cangkokan. Macam-macam pembungkus/pembalut cangkokan. Sabut kelapa Tabung bambu Kaleng bekas Plastik bening Pot tanah atau plastik macam pembalut media cangkokan

Mencangkok dengan Sabut Kelapa Tabung Bambu

Mencangkok

dengan

Plastik Bening

Pot Tanah/Plastik

Pembalut media cangkokan yang sering digunakan antara lain plastik bening dan sabut kelapa dengan menggunakan tali dari plastik (tali rafia).

Kaleng Bekas

MEMOTONG CANGKOKAN Ciri-ciri cangkokan yang siap dipotong Pemotongan pada cangkokan dapat dimulai apabila cangkokan sudah kelau akar/ tumbuh akar. Untuk mengetahui apakah cangkokan sudah siap untuk dipotong maka Anda harus memperhatikan kondisi cangkokan itu (akar sudah banyak yang tumbuh, umur cangkokan, dan sebagainya) Cepat lambatnya akat dipengaruhi oleh beberapa hal Jenis tanaman Media cangkokan Cara mencangkok Waktu mencangkok Pemotongan cangkokan dengan menggunakan alat gunting stek gergaji Di dalam pemotongan menurut prosedur dan disesuaikan dengan jenis tanaman. Ketepatan di dalam pemotongan cangkokan juga mempengaruhi kegerhasilan tumbuhnya tanaman. Karena pemotongan yang terlalu panjang dari tumbuhnya akar, maka sisa kayu/cabang tersebut bisa dimakan rayak. Untuk itu pemotongan harus tepat di bawah pembungkus cangkokan.

MENANAM CANGKOKAN Cangkokan yang telah dipotong, sebaiknya jangan langsung ditanam di lahan pertanaman. Suhu di lahan sangat tinggi sehingga akan mengakibatkan penguapan yang hebat, sedangkan penyerapan air oleh akar belum seberapa untuk itulahdaun yang ada perlu dikurangi sebagian. Tidak adanya keseimbangna antara penguapan dan penyerapan air bias mengakibatkan kekeringan dan kematian, maka tanaman hasil cangkokantersebu tlebih baik disemaikan terlebih dahulu agar kuat pertumbuhannya. Tempat untuk persemaian bias menggunakan keranjang pot, ataupun polybag (kantong plastic hitam). Polybag relative lebih murah dan selain itu warna hitam sangat diperlukan, mengingat tempat hidup akar adalah di tempat yang gelap. Media pesemaian sebaiknya terdiri dari campuran top soil lapisan tanah bagian atas dengan pupuk kAndang. Perbandinan campuran ini adalah 3:1 , bahan organik tidak perlu berebihan karne adaya serap dan daya ikat airnya sangat kurang. Keadaan sepereti ini dapat mengakibatkan tanaman yang telah disipakna. Bila menggunakan polybag sebaikny dilubangi dulu bagian bawahnya saja, tidak perlu dib again sampingnya karena fungsi lubang ini untuk membuang kelebihan air. Tanaman cangkokan yang telah ditanam di pesemaian ini, disimpan pada tempat yang teduh sampai perakaran bertambah banyak. Waktu yang diperlukan kurang lebih 3 bulan. Setelah itu peneduh sedikit demi sedikit dikurangi dengan dmekina diharapkan tanaman mampu membentuk jaringan yang lebih kuat dan mampu beradaptasi dengan teriknya matahari pembentukan kerangkan tanaman yang baik perlu juga dilakukan. Caranya dengan menangkas sedikit demi sedikit ranting yang kurang baik atau di juga tidak produktif

Perawatan tanaman ayng berupa pemupukan diberikan sekali dalam 1-2 bulan dengan NPK dosisi 1 sendok teh per kantung/ Polybag. Penyiraman dilakukan sewaktu kelembaban tanah mulai berkuang. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, tetap diberikan usaha pengendalian baik dengan pestisida maupun secara terpadu. Setelah 6 bulan. Tanaman sudah cukup besar dan berbentuk bagus serta telah siap menghadapi guncangan cuaca. Pada saat ini tanaman sudah bias dipindah untuk ditanam pada lahan dalam menyiram tanaman. Pemupukan sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan sehingga pada pemberiannya sekaligus dengan melakukan penyiraman. Hal ini untuk menghemat biaya tenaga kerja dan efisiensi waktu terlarutnya pupuk NPK sehinga dapt terserap oleh akar tanaman. Jika diperlukan data pula dilakukan pemberian pupuk daun untuk mempercepat proses penyembahan tanaman dari stress. penanaman-penanaman sebaiknya atau diusahakan pada awal musim penghujan sehingga tidka terlalu direpotkan

http://daysgreen-days.blogspot.com/2011/10/perbanyakan-tanaman-secaravegetatif.html

PERSEMAIAN Posted by baskara90 Desember 2, 2010 Tinggalkan sebuah Komentar Yang dimaksudkan dengan persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap ditanam). Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan.

PERENCANAAN PEMBUATAN PERSEMAIAN Perencanaan merupakan taraf permulaan dari setiap proses penyelenggaraan kegiatan. Dimana kita menggambarkan di muka hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pekerjaan persemaian, perencanaan dasar meliputi unsur-unsur kegiatan yang mencakup pemilihan jenis persemaian, lokasi persemaian, kebutuhan bahan, kebutuhan peralatan dan tenaga kerja yang diperlukan, serta tata waktu penyelenggaraan persemaian. Umumnya penyediaan semai/tahun sebanyak 20.000 batang merupakan kebutuhan minimum untuk memulai persemaian berukuran kecil. 1. Jenis Persemaian.

Sebelum dimulai pembuatan perlu ditentukan terlebih dahalu jenis persemaian apa yang akan dibuat. Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi 2 jenis/tipe yaitu persemaian sementara dan persemaian tetap. 1.1. Persemaian sementara Jenis persemaian ini biasanya berukuran kecil dan terletak di dekat daerah yang akan ditanami. Persemaian sementara ini biasanya berlangsung hanya untuk beberapa periode panenan (bibit/semai) yaitu paling lambat hanya untuk waktu 5 tahun. Keuntungan dan keberatan persemaian sementara adalah : 1. Keuntungan : 1. Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang sebenarnya. 2. Ongkos pengangkutan bibit murah. 3. Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian selalu berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin. 4. Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya. 5. Keberatannya. 1. Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan dengan hasil yang sedikit. 2. Ketrampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti petugas. 3. Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih. 4. Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan. 1.2. Persemaian Tetap. Jenis persemaian ini biasanya berukuran (luasnya) besar dan lokasinya menetap di suatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas. 1. Keuntungan : 1. Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan 2. Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki 3. Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang tetap dan terpilih 4. Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur 5. Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan pertumbuhannya lebih seragam 6. Kerugiannya :

1. Keadaan ekologi tidak selalu mendekati keadaan yang sebenarnya. 2. Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian sementara. 3. Membutuhkan biaya untuk investasi lebih tinggi dibanding persemaian sementara. Hal ini karena untuk persemaian tetap biasanya keadaan sarana (jalan angkutan, bangunanbangunan di persemaian) dan prasarana (peralatan kerja/angkutan) lebih baik kualitas dan lebih mahal harganya dibanding yang diperlukan persemaian sementara. 2. Pemilihan Lokasi Persemaian : Penentuan lokasi persemaian harus didahului dengan observasi lapangan. Untuk memilih lokasi persemaian persemaian yang baik, beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan adalah : 2.1. Aspek Teknis 2.1.1. Letak lokasi persemaian Sejauh mungkin lokasi persemaian diusahakan terletak di tengah-tengah daerah penanaman atau berjarak sedekat mungkin ke setiap areal penanaman. Areal persemaian terbuka/kena sinar matahari cukup/langsung, mudah dijangkau setiap saat dan terlindung dari angin kencang. 2.1.2. Jalan angkutan Adanya dekat jalan angkutan yang memadai sesuai keperluan, baik lewat darat maupun lewat air/sungai. Tanpa adanya jalan angkutan ini akan mempersulit pengawasan dan mempertinggi biaya angkutan. 2.1.3. Luas Persemaian Luas areal persemaian tergantung pada : 1. Jumlah semai yang diproduksi/tahun 2. Cara penanaman apakah sistim akar telanjang atau sistim container dimana lebih banyak ruang dibutuhkan dan 3. Lamanya semai/bibit dipelihara di pesemaian sampai diperoleh ukuran yang memenuhi persyaratan ukuran tinggi, diameter kekokohan batang dll. 2.2. Aspek Fisik

1. Air Adanya sumber air dan persediaan dalam jumlah yang cukup di dekat persemaian sangat memudahkan keberhasilan persemaian. Pada umumnya sumber air di dalam kawasan hutan adalah berupa sungai, mata air dan air dalam tanah, juga sumber air berupa air hujan merupakan sumber air yang banyak diharapkan oleh para pengelola persemaian.

1. Media tumbuh/tanah Tanah merupakan salah satu komponen habitat (tempat tumbuh) tanaman. Tanaman akan tumbuh subur bila medium tumbuhnya subur dan merana bila medium tumbuhnya tidak subur. Sebagai medium tumbuh semai, perlu diusahakan memilih tanah yang steril dan yang mempunyai sifat-sifat baik seperti porositas dan drainasenya baik, bebas batu dan kerikil. pH media sebaiknya berkisar antara 5 7 dan diusahakan tidak menggunakan tanah liat. Untuk pertumbuhan tanaman (sapihan) diperlukan adanya unsur-unsur hara penting (essensial). Menurut kebutuhan tanaman unsur-unsur hara penting dapat digolongkan menjadi : unsur-hara makro dan unsure hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah relative lebih banyak yaitu : Karbon(C), Hidrogen(H), Oksigen(O), Nitrogen(N), Phospor(P), Potasium(K), Sulfat(S), Magnesium(Mg) dan Kalsium(Ca) sedangkan unsur hara mikro ada 7 unsur yaitu : Iron (Fe), Boron (B), Copper (Cu), Zince (Zn), Molydenum (Mo) dan Chlorine (Cl). Unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman tersebut diatas berasal dari sumber yang berbeda-beda. Unsur-unsur hara C,H dan O berasal dari atmofir atau air, sedang unsur-unsur hara lainnya berasal dari mineral tanah. Pada umumnya tanahtanah pertanian di Indonesia kekurangan unsur-unsur N, P, dan K. Oleh karena itu pemupukan di Indonesia (bahkan di dunia) umumnya menggunakan unsur-unsur yang mengandung ketiga unsur tersebut. Pada tanah/media yang kurang subur dapat diberikan tambahan unsur hara dalam bentuk pupuk organik maupun anorganik.

Pupuk Organik

Pupuk organik (pupuk kandang, kompos dsb) merupakan sumber hara tetapi, kandungan unsur haranya rendah, dan untuk memperolehnya dalam jumlah banyak agak sulit. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah.

Pupuk Anorganik Pupuk Anorganik biasa pula disebut pupuk buatan. Pupuk buatan yang penting digolongan penting adalah nitrogen, pupuk fosfat dan pupuk kalium.

1. Kelerengan Pada umumnya persemaian dibuat pada lahan yang sedatar mungkin. Semakin miring topografinya akan semakin sulit pengerjaan persiapan lapangan dan juga semakin banyak tenaga dan biaya yang dibutuhkan. Kelas kelerengan lahan yang dijumpai di lapangan biasanya digolongkan sebagai berikut : Datar dengan kelerengan : 0-8 % Landai dengan kelerengan : 9-15 % Bergelombang dengan kelerengan : 16-25 % Berbukit dengan kelerengan : 26-45 % Bergunung dengan kelerengan lebih dari : 45 % Untuk persemaian sedapat mungkin dipilih/digunakan lahan kelas kelerengan relative datar landai. Pada umumnya diusahakan agar kelerengan untuk areal persemaian kurang dari 10 %.

2.3. Aspek tenaga kerja Kegiatan di persemaian, merupakan kegiatan yang sangat erat dengan masalah ketenaga kerjaan. Adanya tenaga kerja yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam usaha persemaian. Kualitas disini menyangkut pengertian keadaan tenaga kerja yang berpengetahuan dan trampil di bidang persemaian. Kebutuhan tenaga kerja ini terutama diharapkan dapat dicukupi dari penduduk sekitar atau dekat dengan persemaian sehingga lebih efisien dan memenuhi fungsi sosial penduduk setempat.

Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk tiap-tiap persemaian bergantung pada volume pekerjaan yang ada. Volume kegiatan pekerjaan di persemaian pada umumnya berbeda pada setiap tahap kegiatan, karena itu kebutuhan tenaga kerja juga berbeda-beda sesuai dengan tahapan kegiatan. 1. Kebutuhan bahan Kebutuhan bahan untuk persemaian meliputi benih, pasir, tanah atau jenis medium tumbuh lainnya (gambut, sekam dsb), kantong plastik kontiner) pupuk fungsida dan pestisida.

a)

Benih

Dua faktor penting yang perlu mendapat perhatian di dalam penyediaan benih untuk bahan penanaman di persemaian yaitu kualitas dan kuantitas benih,. Penyediaan benih yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu sangat menentukan keberhasilan sesuatu persemaian. Seringkali terjadi kekurangan benih bukan disebabkan kurangnya jumlah/berat benih yang tersedia, tetapi karena kualitas benihnya yang jelek. Hal ini dapat terjadi bagi suatu daerah yang tidak memiliki stok benih jenis tertentu sehingga harus didatangkan dari luar. Untuk menyakinkan kualitas benih apakah masih baik perlu dilakukan uji ulang apakah hasilnya sesuai dengan yang dicantumkan pada label. Banyaknya benih yang dibutuhkan suatu persemaian ditentukan beberapa faktor sebagai berikut : Jumlah semai yang harus dihasilkaan Peren perkecambahan (viabilitas) dari benih yang bersangkutan. Persen jadi semai sampai siap tanam,dan Jumlah butir benih tiap kg.

b)

Pasir dan tanah (jenis madia tumbuh lainnya)

Pada dasarnya bahan pasir (untuk medium) maupun tanah (atau medium tumbuh yang lain) untuk medium sapihan dipilih yang baik, bebas batu, kerikil dan benda-

benda lain. Yang dapat mengganggu pertumbuhan benih yang dikecambahkan maupun pertumbuhan semai hasil sapihan. Benda-benda keras yang dimaksud antara lain : kerikil, batu-batu. Pasir untuk medium perkecambahan diusahakan sesteril mungkin antara lain dengan cara dijemur pada tempat kena sinar matahari penuh selama 2-3 hari atau disiram air panas atau digoreng untuk menghindari kemungkinan adanya jamur. Dalam usaha untuk memacu pertumbuhan semai hasil sapihan, akhir-akhir ini banyak dilakukan pemberian pupuk yaitu secara dicampur dengan tanah yang telah dipilih untuk medium sapih. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara mencampur pupuk dan tanah sampai merata (diaduk) baru setelah itu diisikan kekantong plastik yang telah disiapkan. Perbandingan pupuk kandang dengan tanah yaitu : 1:2, sedang menggunakan pupuk TSP biasanya dengan dosis 4-5 gram setiap kantong plastik. c) Kantong plastik

Kantong plastik digunakan untuk medium sapihan setelah diisi hampir penuh dengan tanah. Tanah untuk medium sapih dipilih tanah yang baik halus, merata dan dicampur dengan pupuk. Banyaknya kantong plastik yang dipergunakan tergantung beberapa banyak semai yang akan dihasilkan dan berapa besar prosentase kerusakannya. Ukuran kantong plastik yang dipergunakan bervariasi,tergantung dari cepat pertumbuhan semai. Semakin cepat pertumbuhannya semakin besar ukuran kantong plastik Warna plastik ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan semai, warna kantong plastik hitam mempunyai pengaruh pertumbuhan semai yang baik, bila dibanding dengan warna putih,hijau,kuning, dan merah. Dan kantong plastik warna hitam biasanya lebih awet/tahan lama dibanding dengan yang lain. 1. Peralatan dan tenaga kerja 4.1. Peralatan Macam-macam peralatan yang perlu diadakan di persemaian adalah : 4.1.1. Kantor Kantor persemaian harus memenuhi persyaratan dan harus ada pelengkapan kantor perlu dilengkapi ruang kerja, ruang data, ruang istirahat, ruang P3K dan ruang khusus untuk gudang. Ruang gudang harus memenuhi syarat: tidak lembab dan ventilasinya harus cukup baik 4.1.2. Barak Kerja

Barak kerja diperlukan terutama untuk tempat pengisian tanah dan wadah/kantong plastik medium sapih dan sebagai tempat istirahat para pekerja. 4.1.3. Rumah Jaga Rumah jaga disediakan untuk tempat tinggal dan gudang petugas (mandor persemaian). Hal ini sangat penting agar persemaian selalu terjaga dan dapat mengambil tindakan secara apabila terdapat masalah-masalah di persemaian, antara lain masalah adanya gangguan persemaian oleh hama dan penyakit tanaman yang mungkin mendadak, pengaturan, dan sebagainya. 4.1.4. Sarana pengairan Sarana pengairan dipersemaian antara lain berupa parit/saluran dan bak penampung air yang cukup memadahi dengan keperluan. Disamping itu, umumnya persemaian tidak terlalu menggantungkan air penyiraman dari hujan. Oleh karena itu perlu adanya pompa air yang lengkap dengan peralatannya/pipa penyalur air. Untuk penyiraman persemaian dengan kurang dari 50.000 semai biasanya dilakukan dengan tangan, yaitu menggunakan gembor. Sedang untuk persemaian dengan produksi bibit/semai dari 50.000 semai akan lebih menguntungkan dengan menggunakan pompa motor dengan penyiraman otomatis. Pada persemaian modern penyiraman dilakukan dengan cara sprinkle irrgation dengan cara ini air disemprotkan lewat spayer yang dapat diputar seperti air mancur 4.1.5. Jalan angkutan dan jalan inspeksi Jalan angkutan perlu dibuat untuk mengangkut bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan dipersemaian termasuk untuk mengangkut semai-semai pada saat akan ditanam di lapangan. Lebar jalan angkutan biasanya tidak kurang dari 2,5 meter sedang lebar jalan inspeksi antara 0,75-1,00 meter. 4.1.6. Pemagaran Persemaian Seringkali diabaikan karena fungsi pagar dirasakan tidak terlalu penting. Tetapi bagi berbagai kondisi persemaian adanya pagar dirasakan tidak terlalu penting. Persemaian yang membutuhan pagar biasanya dalam kondisi : seringkali terjadi hembusan angin yang kencang adanya gangguan ternak adanya gangguan babi hutan/rusa. 4.1.7. Pengadaan naungan

Naungan dibuat dengan maksud untuk menghindarkan kerusakan semai dari cahaya dan suhu udara yang berlebihan serta kerusakan yang disebabkan oleh tempat air hujan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan semai dengan pertumbuhan yang baik dengan jalan memberikan cahaya serta suhu sesuai yang dibutuhkannya. Untuk memberikan naungan pada semai; hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah sifat jenis semai inti mengenai kebutuhannya akan cahaya. Untuk perkecambahan benih dan pertumbuhannya apakah semai itu memerlukan cahaya penuh ataukah perlu naungan. Dalam prakteknya naungan diperlukan baik untuk jenis yang perlu naungan maupun yang tidak perlu naungan. Hanya saja untuk jenis-jenis yang tidak perlu naungan atau memerlukan cahaya penuh, diberikan naungan yang ringan. 4.1.8. Sarana-sarana lain Sarana lain yang biasanya perlu disediakan antara lain adalah alat-alat kerja seperti : 1. sabit,cetok,cangkul dan peralatan pemberantas penjakit/sprayer, 2. Tenaga Kerja 3. Tata Waktu Penyelenggaraan Persemaian hama dan

Tata waktu kegiatan dipersemaian perlu direncanakan masak-masak mengingat bahwa kegiatan pembuatan tanaman di Indonesia khususnya sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim setempat. Penanaman dilapangan biasanya dilakukan pada permulaan musim penghujan, sehingga sebelum saat itu tata bibit (semai) harus sudah siap. Mengingat musim penghujan untuk masing-masing daerah kemungkinan berbeda-beda, maka permulaan dari pembuatan persemaian juga mengukuti keadaan setempat. Lamanya waktu penyelenggaraan setiap periode persemaian, selain dipengaruhi oleh iklim (musim tanam) setempat, juga dipengaruhi oleh jenisnya tanaman yang akan disemaikan, karena masing-masing banih dari suatu jenis tanaman yang akan sampai siap tanam di lapangan membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Berdasarkan berbagai pustaka dan pengalaman di dalam pembuatan persemaian akhir-akhir ini, dalam usaha memperpendek semai-semai di persemaian hingga siap ditanam adalah dengan cara pemberian pupuk TSP. Dan pada pemeliharaannya selanjutnya selama di bedengan sapih diberi pupuk NPK. Dan sampai dengan tiga kali, dimulai sejak sapihan berumur 1 bulan. Dosis pupuk TSP 3-5 gram setiap kantong plastik (berukuran lebar 10 cm dan panjang 20 cm) tanah media sapih. Sedang pupuk NPK dengan dosis 0,25 gram setiap semai sebulan sekali.

Dengan cara ini semai siap tanam biasanya dapat diperpendek waktunya sampai 1,5-2 bulan.

http://baskara90.wordpress.com/2010/12/02/persemaian/ PERSEMAIAN http://bpphp2.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=154 :modul-persemaian-diklat-pembinaan-hutan&catid=105:diklat-pembinaanhutan&Itemid=159

Kangkung merupakan sejenistumbuhanyang termasuk jenis sayur-sayuran. Kangkung termasuk suku Convolvulaceae banyak (keluarga terdapat di

k a n g k u n g - k a n g k u n g a n ) . Kangkung

kawasanAsiadan merupakan tumbuhan yang dapat d i j u m p a i h a m p i r di mana-mana terutama di kawasan berair. Terdapat dua j e n i s penanaman kangkung yaitu kering dan basah. Pada

penanaman kering, kangkungditanam pada jarak 5 inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan akar. Kangkung kering menghendaki tanahy a n g s u b u r , gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak

d i p e n g a r u h i keasaman tanah. Pada penanaman basah potongan

sepanjang 12 inci ditanam dalam lumpur dan dibiarkan basah. Kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenangair.Kangkung tergolong sayuran yang sangat populer, karena banyak peminatnya.Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar dan ke Malaysia, negara Burma, Afrika. Indonesia, Kangkung China banyak

SelatanAustralia ditanam di

bagi an

Jawa Aceh

Barat, Besar.

Irian J a y a , Tanaman

Kecamatan kangkung

Darussalam d a p a t tumbuh

Kabupaten

dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerahy a n g curah beriklim yang berkisar panas baik dan beriklim dingin. Jumlah tanaman mm/tahun.

hujan

untuk pertumbuhan 500-5000

kangkung

antara

Tanamankangkung membutuhkan lahan yang terbuka dan mendapat sinar matahari yangcukup. Kangkung sangat kuat terhadap panas terik dan kemarau yang p a n j a n g . Apabila

ditanam di tempat yang agak terlindung, kualitas daun akan bagus dan lemas

sedangkan apabila kangkung ditanam di tempat yang terlal u panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras.T i g a m i n g g u s e b e l u m melakukan penanaman kangkung, sebaiknya t a n a h diolah

terlebih dahulu. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 10 ton per hektar. Benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang tua. Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam. Selain itu juga diberikan pupuk urea,

seminggu setelah tanam, kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk u r e a d i c a m p u r d e n g a n a i r k e m u d i a n d i s i r a m p a d a p a n g k a l t a n a m a n . P a d a w a k t u menebar pupuk jangan sampai ada butir pupuk yang tersangkut atau menempel pada daun, sebab akan menyebabkan daun menjadi layu.P a n e n p e r t a m a k a n g k u n g s u d a h b i s a d i l a k u k a n p a d a h a r i k e 1 2 . S a a t i n i kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira -kira 20-25 cm. Ada pula yangmulai memangkas s etelah berumur 1,5 bulan dari saat

penanaman. Cara memanen kangkung yaitu dengan memangkas batangnya dan menyisakan sekitar 2-3 2-5 cm tua. di atas permukaan dilakukan tanah pada atau sore

meninggalkan

buku

Panen

hari.Panenan dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Panen dilakukan 2-3 minggu sekali. Setiap kali habis panen, biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupunkualitatif. Jika sudah terlihat berbunga, sisakan 2 m 2 untuk dikembangkan terus m e n j a d i b i j i y a n g k i r a - k i r a m e m a k a n waktu kangkung 40 hari sampai komersial dapat d i k e r i n g k a n . Pertanaman sekitar 15 ton/ha

secara

menghasilkan p a n e n a n 1 6 0

sepanjang b e b e r a p a t u r u t m 2 a t a u

b e r t u r u t -

s e k i t a r

k g / t a h u n / 1 0

Laporan Praktikum Ekologi Tanaman "Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kangkung"
Senin, 03 Mei 2010 | 10Share PENDAHULUAN Diposkan oleh Ahmad Nasir Blog |

Latar Belakang Tanaman kangkung berasal dari India, yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, China Selatan, Australia, dan Afrika. Di China, sayuran ini dikenal dengan nama weng cai. Di negara Eropa, kangkung biasa disebut swamp cabbage, water convovulus, atau water spinach (Suyono, 1997). Sementara di Indonesia, kangkung bisa ditemukan di hampir seluruh daerah. Bahkan, di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke, Papua, kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari bagi masyarakatnya. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual ke pasar(Suyono, 1997). Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-kangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Dalam satu musim saja, kangkung bisa tumbuh dengan panjang 30-50 cm (Plantus, 2008). Tanaman ini merambat di lumpur dan tempat-tempat yang basah, seperti tepi kali, rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga 1.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman bernama Latin Ipomoea reptans ini terdiri atas dua varietas, yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit (Rukmana, 1994). Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat berbunga

putih bersih. Perbedaan lainnya pada bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar daripada kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Lainnya, kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya daripada kangkung air, itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang (Plantus, 2008). Tanaman ini berumur lebih dari setahun, menetap, menjalar atau membelit. Mengandung banyak vitamin A, C serta mineral terutama zat besi. Ada 2 jenis kangkung yang enak dimakan yaitu: Kangkung Darat, mempunyai daun-daun yang panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau keputihan dan bunganya berwarna putih. Kangkung air yang mempunyai daun panjang dengan ujung yang agak tumpul berwarna hijau kelam dan bunganya berwarna putih keunguan (Wikipedia, 2007) Kangkung (Ipomoea reptans) merupakan tanaman sayuran penting di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Sayuran ini mudah dibudidayakan dan berumur pendek. Selain untuk sayuran, kangkung yang mengandung senyawa tertentu juga bermanfaat dalam industri farmasi (Pupon, 1992). Di Indonesia terdapat dua tipe kangkung, yaitu kangkung darat dan kangkung air. Kangkung darat tumbuh di lahan tegalan dan lahan sawah, sedangkan kangkung air tumbuh di air, baik air balong maupun air sungai. Kultivar lokal yang dikenal adalah kangkung Lombok dan kangkung Sukabumi, keduanya memiliki kualitas yang tinggi dengan ciri khas daun berwarna hijau muda cerah, menarik, dan lebar (biasanya jenis kangkung darat) serta batangnya renyah (Rukmana, 1994).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test pada Praktikum Ekologi Tanaman yang sekaligus merupakan syarat kelulusan mata kuliah tersebut pada Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, dan juga sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Hipotesa Terdapat pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman kangkung.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kangkung Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam: Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea Species : Ipomoea reptans (Rukmana, 1994).

Morfologi Tanaman Kangkung Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji, terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga seperti terompet, dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Ong, 2007). Batang tanaman kangkung berbentuk bulat panjang, berbuku buku, banyak

mengandung air (herbaceous), dan berlubang lubang. Batanng tanaman ini tumbuh merambat atau menjalar dan percabangannya banyak (Ong, 2007). Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang cabang akarnya menjalar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 100 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Ong, 2007). Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru (Ong, 2007). Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daun runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda (Ong, 2007). Buah kangkung berbentuk bulat telur yang di dalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk biji kangkung bersegi segi atau agak bulat, berwarna coklat atau kehitam hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat, biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif (Ong, 2007).

Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen

(Rukmana, 1994). Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Rukmana, 1994). Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Rukmana, 1994).

Peranan Jarak Tanam Pemanfaatan potensi sumberdaya lahan setempat secara optimal bagi tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan dan salah satunya adalah dengan penerapan teknologi pengaturan jarak tanam. Ke-unggulan sistem ini dapat mempengaruhi populasi tanaman, efesien dalam penggunaan cahaya, menekan perkembangan hama penyakit dan mengurangi kompetisi tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara (Musa et.al, 2007). Upaya peningkatan produksi tanaman perluasan tertentu dapat dilakukan dengan meningkatkan populasi tanaman dengan jarak tanam turut mempengaruhi produktifitas tanaman. Kerapatan atau ukuran populasi tanaman sangat penting untuk memperoleh hasil yang optimal, tetapi bisa terjadi persaingan dalam hara, air dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman akar tanam-an (Musa et.al, 2007). Pengaturan populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam pada suatu ta-naman akan mempengaruhi keefisienan tanaman dalam memanfaatkan matahari dan pesaingan tanaman dalam peman-faatan hara dan air yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman Dengan pengaturan jarak tanam yang baik, maka pemanfaatan ruang yang ada bagi pertumbuhan tanaman dan kapasitas penyangga terhadap peristiwa yang merugikan dapat diefesienkan. Berdasarkan hal

tersebut diatas, maka perlu melakukan kajian untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Musa et.al, 2007).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Jl. Tuar, Kecamatan Medan Amplas. Berlangsung mulai tanggal 08 Oktober 2009 sampai dengan 30 Nopember 2009.

Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih dari tanaman kangkung, dan pupuk. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, pisau, dan alat ukur berupa meteran atau penggaris.

Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial (Randomized Blok Design) dengan satu faktor yang terdiri dari tiga taraf perlakuan yaitu : 1. Faktor Perlakuan (P), yaitu : A1 : Jarak tanam 10 x 10 cm A2 : Jarak tanam 10 x 15 cm A3 : Jarak tanam 10 x 20 cm Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah plot percobaan : 9 plot Jumlah tanaman sampel per plot : 1 tanaman Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 9 tanaman Luas areal percobaan : 100 cm x 200 cm Dari hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan

menurut Duncan (DMRT).

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pembuatan Plot Dibuat plot dengan ukuran 1 x 2 m, sebanyak 3 ulangan, dan tiap ulangannya terdiri dari 3 perlakuan jarak tanam, yaitu A1, A2, dan A3. Jadi total plot yang dibuat adalah 9 plot.

Penanaman Benih Benih yang sudah tersedia ditanam pada tiap-tiap plot, masing masing plot disesuaikan

dengan jarak tanamnya, yaitu 10 x 10 cm, 10 x 15 cm, dan 10 x 20 cm. Dan pada masing masing lubang tanam diisi dengan 2 benih.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman dilakukan minimal 1 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari atau sore hari. Penyiraman ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman yang diteliti tidak terganggu, dan produksi yang dihasilkan lebih banyak. Penyiangan Penyiangan dilakukan ketika tanaman yang diteliti ditumbuhi oleh gulma. Yaitu dilakukan secara manual menggunakan tangan dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang diteliti (di dalam plot). Penyisipan Penyisipan dilakukan apabila terjadi kematian pada salah satu tanaman yang diteliti. Yaitu dengan cara mengambil tanaman dari tempat ataupun lahan tersendiri yang memang disediakan untuk tanaman sisipan, kemudian di tanam pada tempat dimana tanaman tersebut mati. Pemupukan Pemupukan dilakukan guna menambah hara tanah agar tanaman kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diberikan sesuai dengan fase pertumbuhannya dan dengan kadar yang sesuai. Pemupukan ini dilakukan dengan cara menaburkan pupuk pada sekitar tanaman di dalam plot. Pengandalian Hama dan Penyakit Pengendalian ini dilakukan apabila tanaman terserang oleh hama atau penyakit. Yaitu bisa dilakukan dengan cara mekanik ataupun kimia. Secara mekanik yaitu dengan mengusir / membuang langsung hama yang ada pada tanaman seperti ulat misalnya. Kemudian untuk pengendalian terhadap penyakit dapat dilakukan dengan cara kimia yaitu dengan memberikan pestisida.

Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur tanaman kangkung dari atas permukaan

tanah sampai pada titik tumbuh. Pengukuran dimulai pada saat tanaman berumur 5 minggu setelah tanam.

Jumlah Daun (helai) Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung setiap daun (helai) yang telah terbuka secara sempurna yang tumbuh pada tanaman tersebut. Pengukuran dimulai pada saat tanaman berumur 5 minggu setelah tanam. HASIL PENELITIAN

Tinggi tanaman Dari hasil penelitian, maka diperoleh rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan A3 dengan rataan tingginya 28 cm. Sedangkan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan A1, dengan rataan tingginya 20 cm.

Jumlah daun Dari hasil penelitian, maka diperoleh rataan jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan A3, dengan rataan jumlah daunnya 16 helai. Sedangkan rataan jumlah daun paling kecil terdapat pada perlakuan A1, dengan rataan jumlah daunnya 11 helai.

PEMBAHASAN

Tinggi tanaman Dari hasil penelitian yang diperoleh, pada tinggi tanaman didapati hasil yang tertinggi

pada perlakuan A3 yaitu dengan jarak tanam 10 x 20 cm, dengan rata rata tinggi tanaman 28 cm. Ini menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 10 x 20 lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 10 x 10 cm dan 10 x 15 cm. Hal tersebut dikarenakan jarak tanam yang lebih jarang dibandingkan dengan yang lainnya, dan menyebabkan persaingan diantara tanaman, baik itu berupa unsur hara, oksigen, ruang tumbuh, dan lainnya lebih sedikit dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat, dan berakibat tumbuhan tersebut pertumbuhannya lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih rapat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Musa (2007) yang menyatakan bahwa kerapatan atau ukuran populasi tanaman sangat penting untuk memperoleh hasil yang optimal, tetapi bisa terjadi persaingan dalam hara, air dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman akar tanam-an.

Jumlah daun Sedangkan pada jumlah daun, hasil yang terbanyak juga pada perlakuan A3, yaitu dengan jarak tanam 10 x 20 cm, dengan rata rata jumlah daun 16 helai. Ini menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 10 x 20 lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 10 x 10 cm dan 10 x 15 cm. Hal tersebut dikarenakan jarak tanam yang lebih jarang dibandingkan dengan yang lainnya, dan menyebabkan persaingan diantara tanaman, baik itu berupa unsur hara, oksigen, ruang tumbuh, dan lainnya lebih sedikit dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat, dan berakibat tumbuhan tersebut pertumbuhannya lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih rapat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Musa (2007) yang menyatakan bahwa pengaturan jarak tanam pada suatu ta-naman akan mempengaruhi keefisienan tanaman dalam memanfaatkan matahari dan pesaingan tanaman dalam peman-faatan hara dan air yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian, lampiran / perhitungan, dan pembahasan, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada tabel rataan tinggi tanaman, tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan A3 (jarak tanam 10 x 20) dengan rataan tinggi tanaman 28 cm. Dan yang terendah pada perlakuan A1 (jarak tanam 10 x 10) dengan rataan tinggi tanaman 24 cm. 2. Pada tabel rataan jumlah daun, jumlah daun yang terbanyak pada perlakuan A3 (jarak tanam 10 x 20) dengan rataan jumlah daun 16 helai. Dan yang terendah pada perlakuan A1 (jarak tanam 10 x 10) dengan rataan jumlah daun 11 helai. 3. Perlakuan jarak tanam berpengaruh pada pertumbuhan jumlah daun yang tumbuh pada tanaman kangkung. 4. Jarak tanam untuk tanaman kangkung yang paling baik dan ideal adalah dengan jarak tanam 10 x 20 cm. Saran Diharapkan untuk Praktikum Ekologi Tumbuhan kedepannya agar lebih ditingkatkan, baik itu dari teknis pelaksanaan praktikum, jalannya praktikum di lahan penelitian, dan cara penyampaian materi kepada para praktikan agar para praktikan lebih memahami makna dan tujuan dari praktikum tersebut dan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dari praktikan sendiri. DAFTAR PUSTAKA Musa Y., Nasaruddin, M.A. Kuruseng, 2007. Evaluasi produktivitas jagung melalui pengelolaan populasi ta-naman, pengolahan tanah, dan dosis pemupukan. Agrisistem 3 (1): 21 33.

Ong, H. C., 2007. Sayuran Khasiat Makanan dan Ubatan. Shamelin Perkasa. Kuala Lumpur Plantus, 2008. Kangkung si-Anti Racun. Utkampus. Bandung.

Pupon. (1992). Manfaat Tanaman Kangkung Darat. Sinar Tani.

Rukmana, R., 1994. Seri Budidaya Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.

Suyono, J., 1997. Pengaruh Kekurangan Nutrisi Pada Pertumbuhan Tanaman kangkung air. Universitas Cendrawasi. Jayapura.

Wikipedia, 2007. Kangkung (Ipomoea reptans). http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Ipomoea&action=edit&redlink=1

Lampiran 1 : Perhitungan Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) tanaman kangkung

Tabel 1 : Data Pengamatan Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) tanaman kangkung Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III A1 24 23 13 60 20 A2 25 23 24 72 24 A3 25 29 30 84 28

Total 74 75 67 216 24

FK : 5184 JKT : 186 JKP : 96 JKB : 12,67 JKE : 77,33 Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung F Tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 96 48 2,48tn 6,94 18,00 Blok 2 12,67 6,33 0,33tn 6,94 18,00 Galat 4 77,63 19,33 Total 8

KK : 18,32%

Lampiran 2 :Perhitungan Rata-rata Jumlah Daun (helai) Tanaman Kangkung

Tabel 2 : Data Pengamatan Rata-rata Jumlah Daun (helai) Tanaman Kangkung Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III A1 12 12 9 33 11 A2 14 15 12 41 13,67 A3 14 19 15 48 16 Total 40 46 36 122 13,56

FK : 1653,78 JKT : 62,22 JKP : 37,56 JKB : 16,89 JKE : 7,78 Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung F Tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 37,56 18,78 18,78** 6,94 18,00 Blok 2 16,89 8,44 4,34tn 6,94 18,00 Galat 4 7,78 1,94 Total 8

KK : 10,27%

http://ahmad-nasir.blogspot.com/2010/05/laporan-praktikum-ekologitanaman_03.html

:f :|

:D :))

:x :((

B-) =((

b-( :s

:@ :-j

x( :-p

:?

;;)

:-B

Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk. Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara tanaman yaitu nitrogen. Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman umumnya mengandung bahan lain, yaitu: 1. Zat pembawa atau karier (carrier). Double superfosfat (DS): zat pembawanya adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P). 2. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran bahan lain dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure amoniak) sering mengandung kotoran sekitar 3% berupa khlor, asam bebas (H2SO4) dan sebagainya. 3. Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud agar pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang, nilai higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin agar lebih menarik. Bahan yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin, malam, wax dan sebagainya. Pupuk yang bermantel harganya lebih mahal dibandingkan tanpa mantel. 4. Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi sering diberi filler agarratio fertilizer nya dapat tepat sesuai dengan yang diinginkan, juga dengan maksud agar mudah disebar lebih merata Dalam praktek perlu diketahui istilah-istilah khusus yang sering digunakan dalam pupuk antara lain ialah: 1. Mutu pupuk atau grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan kadar hara tanaman utama (N,P, dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan dalam prosen N total, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk Rustika Yellow 15-10-12 berarti kadar N 15%, P2O5 10% dan K2O 12%. 2. Perbandingan pupuk atau ratio fertilizer ialah perbandingan unsur N,P dan K yang dinyatakan dalam N total, P2O5 dan K2O merupakan penyederhanaan dari grade ferilizer. Misalnya grade fertilizer 16-12-20 berarti ratio fertilizernya 4:3:5.

3. Mixed ferilizer atau pupuk campuk ialah pupuk yang berasal dari berbagai pupuk yang kemudian dicampur oleh pemakainya. Misalnya pupuk Urea, TSP dan KCl dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan. Hal ini berbeda dengan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mempunyai dua atau lebih hara tanaman dibuat langsung dari pabriknya.

http://meyovy.wordpress.com/2011/11/04/pengertian-pupuk/

peranan intensitas cahaya terhadap tumbuhan dan organisme berklorofil tidak diragukan bahwa tumbuhan dan organisme memegang peran utama dalam menjadikan bumi sebagai tempat yang dapat dihuni. Tumbuhan membersihkan udara untuk kita, menjaga suhu bumi tetap konstan, dan menjaga keseimbangan proporsi gas-gas di atmosfer. Oksigen yang kita hirup di udara dihasilkan oleh tumbuhan. Bagian penting dari makanan kita juga disediakan oleh tumbuhan. Setiap tahun, seluruh tumbuhan di muka bumi dapat menghasilkan zat-zat atau bahan-bahan sebanyak 200 miliar ton. Berbeda dari sel manusia dan hewan, sel tumbuhan dan organisme berklorofil dapat memanfaatkan langsung energi matahari. Tumbuhan dan organisme berklorofil mengubah energi matahari menjadi energi kimia dan menyimpannya sebagai nutrisi dengan cara yang sangat khusus. Proses ini disebut "fotosintesis". Fotosintesis merupakan proses biologi yang dilakukan tanaman dan organisme berklorofil untuk menunjang proses hidupnya yakni dengan memproduksi gula (karbohidrat) pada tumbuhan hijau

dengan bantuan energi sinar matahari, yang melalui sel-sel yang ber-respirasi, energi tersebut akan dikonversi menjadi energi ATP sehingga dapat digunakan bagi pertumbuhannya. Reaksi umum dari proses fotosintesis adalah : 6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6 O2 Cahaya Proses fotosintesis adalah reaksi yang hanya akan terjadi dengan keberadaan sinar matahari, baik kualitas maupun kuantitasnya. Hasil dari fotosintesis seperti yang sudah tersebut di atas adalah C6H12O6 atau dengan sebutan umum yaitu gula (karbohidrat).(Hari Suseno, 1976). Peranan intensitas cahaya terhadap keberlangsungan ekosistem.

Karbohidrat merupakan jenis molekul yang paling banyak ditemukan di alam. Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis sehingga merupakan senyawa perantara awal dalam penyatuan karbon dioksida, hidrogen, oksigen, dan energi matahari kedalam bentuk hayati. Pengubahan energi matahari menjadi energi kimia dalam reaksi biomolekul menjadikan karbohidrat sebagai sumber utama energi metabolit untuk organisme hidup. Dari karbohidrat hasil fotosintesis dalam tanaman inilah yang merupakan dasar dari perkembangan kehidupan makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Intensitas Cahaya Matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada lagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata ditentukan intensitasnya ,cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan

pembuluh kayu lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung. Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada jenis tanaman (Leopold & Kriedemann, 1975) hal ini juga berlaku terhadap jenis-jenis anggrek. Pemberian naungan pada tanaman baik secara alami & buatan, akan berarti mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut, hal ini akan mempengruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman . Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai akar yang pendek, cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih panjang dan lebih bercabang. Radiasi matahari untuk pengeringan produk pertanian. Energi surya dapat dimanfaatkan ke dalam dua bentuk yaitu pemanfaatan secara termal dan pemanfaatan untuk listrik. Pada bidang pertanian pemanfaatan energi surya termal biasa digunakan pada proses pengeringan bahan pertanian. Cahaya Matahari

Sebagai Sumber Energi. Matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan. Energi cahaya matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen. Oleh produsen, energi cahaya matahari diubah menjadi energi kima Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat trofik melalui jalur rantai makanan.

Energy sinar matahari yang dipancarkan ke bumi salah satunya digunakan untuk memanaskan atmosfer. Pemanasan atmosfer ini memerlukan proses- proses sebagai berikut: 1. Pemanasan langsung melalui absorpsi Di dalam atmosfer terkandung uap air, debu, asam arang, dan zat asam. Adanya zat- azat tersebut berfungsi menyerap sebagian panas sinar matahari. Jadi, sebelum sampai di permukaan bumi, panas sinar matahari sudah diserap oleh zatzat tersebut. 2. Pemanasan Tidak Langsung Ternyata panas matahari setelah melewati atmosfer, kemudian diserap oleh bumi. Akibatnya bumi menjadi panas. Karena itu, permukaan bumi

merupakansumber panas atmosfer, terutama pada lapisan udara yang paling bawah.

http://wahid91ghifari.blogspot.com/2012/03/intensitas-cahaya.html

You might also like