You are on page 1of 14

A.

PENDAHULUAN Sang Pemimpi Identitas buku Sang Pemimpi : Judul Buku : Sang Pemimpi Pengarang : Andrea Hirata Penerbit : Bentang Tahun : 2006 cetakan : Cetakan kedelapan belas, Maret 2008 Panjang : 20,5 cm Lebar : 13 cm Ketebalan : x + 292 hlm SINOPSIS SANG PEMIMPI Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi "Laskar Pelangi". Sesuai dengan judulnya, buku ini berkisah tentang sekelompok anak kampung yang berani menggantungkan cita-citanya di bulan dan mengejar mimpinya: ingin sekolah ke Prancis, ingin menginjakkan kaki-kaki miskin mereka di atas altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Ikal, Arai, dan adalah lakon utama dalam novel ini. Mereka memiliki seorang teman bernama Jimbron. Mereka bertiga adalah para pemimpi. Karena masih punya mimpilah mereka masih tetap bersemangat menjalani hidupnya yang berat. Baik itu mimpi tentang pencapaian masa depan, ataupun mimpi tentang lawan jenis. Selama masih bisa bermimpi, selama itulah masih ada harapan yang perlu diperjuangkan. Mereka bersekolah di sebuah SMA Negeri, satu-satunya SMA Negeri di Belitong, terletak di sebuah kota pelabuhan bernama Magai, 30 kilometer dari kampung Ikal. Disana mereka mendapatkan seorang guru sastra sekaligus kepala sekolah yang menginspirasi mereka untuk memiliki mimpi dan cita-cita pergi kuliah di University de Paris, Sourbone. Bagi Ikal dan Arai cita-cita ini adalah sebuah energi yang membakar semua semangat mereka menjadi kekuatan untuk mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki. Tapi bagi Jimbron, hanya kuda yang menjadi isi dari seluruh hidupnya. Mereka bertiga tinggal bersama di sebuah los kontrakan di dermaga sebuah pelabuhan. Untuk bisa tetap makan, mereka harus bekerja serabutan sepulang sekolah. Pekerjaan rutin yang sering mereka lakukan setiap hari adalah menjadi 'kuli ngambat'. Dengan modal sebilah bambu, dimulai pada pukul dua hingga pukul lima pagi, mereka mengangkut ikan dari perahu-perahu para nelayan ke pasar ikan. Setelah itu mereka harus buru-buru pergi ke sekolah dengan tubuh yang masih berbau ikan pari. Ada satu waktu, ketika Ikal kehilangan harapan. Saat ia menjadi dilematis bahwa masa depannya hanyalah akan seperti orang-orang dewasa yang ada disekelilingnya. Saat itulah ia kehilangan mimpinya dan tidak lagi bersemangat melakukan apapun. Tapi untunglah Arai adalah pemimpi yang konsisten, ia memberikan nasihat dan gertakan pada Ikal, sehingga Ikal pun bisa melambungkan mimpinya kembali. "Kita tak'kan pernah mendahului nasib!" Setelah melewati banyak cerita yang mengejutkan dan melelahkan, akhirnya, novel ini ditutup dengan kisah bahagia, setelah Ikal dan Arai sukses menjadi sarjana, mereka menerima beasiswa

melanjutkan kuliah S2 di Univesity de Paris, Sorbonne, Prancis. Ikal mendapat beasiswa prestasi untuk penemuan teori ekonomi yang sama sekali tak terpikirkan oleh dosennya. Begitu juga dengan Arai. Sang Alkemis Identitas buku Sang Alkemis: Judul Buku : Sang Alkemis Pengarang : Paulo Coelho Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun : 1988 cetakan : Cetakan kelima, November 2007 Panjang : 20,5 cm Lebar : 13 cm Ketebalan : 213 hlm SINOPSIS SANG ALKEMIS Dikisahkan perjalanan seorang pemuda penggembala bernama Santiago dari Andalusia dalam mewujudkan legenda pribadinya yaitu mencari harta karun di dekat piramida di Mesir. Ketika ia sedang tidur di bawah pohon di Andalusia, ia bermimpi tentang perjalannya ke piramida Mesir dan mendapatkan harta karun. Demi mewujudkan impiannya dari Eropa ia menyebrang ke Afrika. Dalam perjalanannya, Santiago menemui banyak hambatan yang sempat membuat dirinya gentar. Perjalanannya ke piramida harus melewati gurun dan dalam novel ini gurun melambangkan cobaan yang harus dilalui dalam meraih cita-cita. Ia sempat tertipu dan kehabisan uang, terjebak dalam perang antar suku di gurun, kudanya disita dan ia pun sempat ditahan oleh orang-orang gurun dan bertemu para perompak di Mesir. Tetapi hambatan dan godaan-godaan itu sebenarnya juga datang dari dirinya sendiri. Ia hampir tergoda untuk mengurungkan niatnya dan kembali ke Andalusia. Atas anjuran si penjual kristal ia pun kembali mengajar mimpinya. Santiago juga hampir tergoda untuk pulang kembali ke Andalusia serta tidak melanjutkan perjuangannya ketika ia merasakan kenyamanan di daerah oase dan bertemu dengan gadis gurun. Di akhir cerita, Santiago mewujudkan mimpinya sampai di piramida di Mesir. Tapi ia tak menemukan harta itu di sana. Ti tempat itu ia malah dirampok. Pemimpin perampok menertawakannya ketika Santiago menceritakan mimpinya. Pemimpin perampok itu pun bercerita bahwa ia pun bermimpi menemukan harta karun di sebuah pohon di Andalusia. Santiago pun kembali ke Andalusia dan menemukan harta karun yang terpendam di bawah pohon sycamore, tempat ia biasa menggembala.

B. ANALISIS 1. TEORI SASTRA BANDINGAN Istilah sastra bandingan pertama kali digunakan oleh Matteuw Arnold dengan istilah Literature Comparative, sebagai terjemahan dari kata historie comparative yang telah digunakan sebelumnya oleh JJ Ampere (1849) seorang ilmuan sastra Perancis. Konsep sastra bandingan menurut Rene Wellek dan Austin Warren dikelompokkan atas tiga bidang pengkajian, yaitu pengkajian sastra lisan, pengkajian dua atau lebih kesusastraan, dan pengkajian karya sastra umum, sastra dunia, sastra sejagad. Kegiatan pembandingan karya sastra pada hakikatnya untuk melihat persamaan dan perbedaan antar karya sastra yang pada akhirnya berupaya untuk memberikan pemahaman yang lebih luas kepada pembaca mengenai karya sastra sebagai hasil pemikiran manusia. Berbagai pendekatan dapat digunakan untuk membandingkan karya sastra, seperti intertekstual, struktural, ekspresif, pragmatis, mimesis, genetik, sejarah, sosiogis, feminis, dan psikologis. Untuk membandingkan novel Sang Pemimpi dan Sang Alkemis, penulis menggunakan pendekatan psikologis tokoh-tokoh dalam kedua novel.

2.

PERBANDINGAN SANG PEMIMPI DAN SANG ALKEMIS

a. Persamaan Terlepas dari asumsi, apakah Andrea Hirata dalam novel Sang Pemimpi mendapat pengaruh dari novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho, kedua karya ini memiliki banyak persamaan. Refleksi Sosok Sang Pemimpi Setiap orang memiliki harta yang menantinya. Mewujudkan legenda pribadi seperti dalam Sang Alkemis merupakan kewajiban real manusia. Setiap orang mempunyai impian. Setiap orang mempunyai legenda pribadi. Setiap orang memiliki cita-cita atau nilai yang berharga dalam hati mereka. Namun ketika menghadapi halhal rumit seseorang terkadang merasa mustahil untuk mewujudkan legenda pribadinya. Padahal sebenarnya hal-hal tersebut menunjukan cara mewujudkan legenda pribadinya. Tak sedikit yang putus asa dan tidak mewujudkan legenda pribadinya. Banyak orang yang menyerah terlalu dini sebelum meraih impian mereka. Dalam perjalanannya, Santiago menemui banyak hambatan yang sempat membuat dirinya gentar. Perjalanannya ke piramida harus melewati gurun dan dalam novel ini gurun melambangkan cobaan yang harus dilalui dalam meraih cita-cita. Ia sempat tertipu dan kehabisan uang, terjebak dalam perang antar suku di gurun, kudanya

disita, sempat ditahan oleh orang-orang gurun, hingga bertemu dengan para perompak di Mesir. Santiago mewakili setiap orang yang berjuang meraih cita-cita. Dalam setiap perjuangan meraih mimpi. Begitu pula hambatan yang sempat membiaskan impian Ikal dalam Sang Pemimpi. Kemiskinan yang makin merajalela di tanah Belitong membuat Ikal pesimis akan masa depannya. Ikal yang tengah beranjak dewasa juga mulai berpikir realistis. ia merasa bahwa ia kelak juga akan bernasib sama seperti teman masa kecilnya yang kehilangan kesempatan melanjutkan sekolah karena masalah ekonomi. Ikal juga membuat asumsi negatif bahwa sikap realistis sesungguhnya mengandung bahaya sebab ia memiliki hubungan linear dengan perasaan pesimis. Baginya, realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang.(hal. 144) Santiago dan Ikal mewakili setiap orang yang mau berjuang meraih cita-cita. Mereka berhasil mengatasi semua hambatan yang menghadang. Walaupun hambatan itu sempat menghentikan langkah mereka sesaat. Buat apa aku bersitegang urat leher berdebat di kelas soal geometri ruang euclidian yang rumit, jika yang tersisa untukku hanya sebuah ruang los sempit 2 x 2 meter di dermaga. Pepatahku sekarang adalah pepatah konyol kuli-kuli Meksiko yang patah arang dengan nasib: ceritakan mimpimu, agar Tuhan bisa tertawa. (Sang Pemimpi, hal 145) Aku akan menjadi getir dan tidak bisa lagi mempercayai orang-orang lain, karena satu orang telah mengkhianatiku. Aku bakal membenci orang-orang yang telah menemukan harta karun mereka, sebab aku sendiri tidak menemukan hartaku. Dan aku akan mati-matian menjaga sedikit milikku yang masih tersisa, sebab aku terlalu lemah dan tidak bakal bisa menaklukkan dunia. (Sang Alkemis hlm 53) Ikal dan Santiago sempat mengalami depresi neurotik, yakni gangguan psikoneurosis dengan gejala sedih, muram, merasa tidak berguna, dan tidak berdaya. Hambatan yang tengah dialami Ikal dan Santiago merupakan hambatan yang berasal dari dirinya sendiri, karena ia berhalusinasi dan berdialog pesimistis dengan dirinya sendiri. Selain itu, pada Santiago banyak mengalami hambatan dan godaan-godaan yang datang dari dirinya sendiri. Ia hampir tergoda untuk mengurungkan niatnya dan kembali ke Andalusia atas anjuran si penjual kristal ketika ia telah berhasil mengumpulkan uang bersama si penjual kristal. Santiago juga hampir tergoda untuk tidak melanjutkan perjuangannya ketika ia merasakan kenyamanan di daerah oase dan bertemu dengan gadis gurun. Oase dan godaan untuk pulang kembali ke Andalusia dalam kisah ini bisa diartikan sebagai zona kenyamanan (comfort zone). Banyak orang memilih untuk tidak meneruskan perjalanan meraih cita-cita dan mewujudkan legenda hidup karena mereka telah terbuai dalam zona kenyamanan. Bagaimanapun, hambatan dan godaan yang di alami Santiago tidak membuatnya menyerah. Justru dari godaan-godaan dan hambatan itu ia belajar banyak hal yang berharga. Sebelum sebuah mimpi terwujud, Jiwa Buana menguji semua yang telah dipelajari sepanjang perjalanan, bukan karena ia jahat tetapi supaya kita maju sebagai tambahan mewujudkan mimpi-mimpi, menguasai perjalanan-perjalanan yang kita tekuni saat bergerak menuju mimpi itu. Jika di tengah perjalanan, pikiran menggoda

untuk menyerah, ingatlah akan cita-cita, tujuan dan mimpi yang ingin diraih. Ingatlah alasan mengapa kita melakukan perjalanan itu. Hal ini dapat direfleksikan oleh pembaca. Semua orang tentu sering menghadapi situasi sulit, seperti terjebak di lingkungan yang negatif ataupun keterbatasan secara finansial. Juga tidak jarang orang lain tertawa ketika seseorang mengungkapkan impiannya. Sang Alkemis sendiri berkata, Bila kau memiliki harta yang sangat bernilai didalam dirimu, dan mencoba memberitahu orang lain tentang hal itu, jarang ada yang percaya.(hal. 165) Menjadi Pemimpin Bagi Diri Sendiri Keberanian mengambil keputusan merupakan sifat seorang pemimpin. Pemimpin dalam banyak hal, juga pemimpin untuk diri sendiri. Sang Pemimpi dan Sang Alkemis memberi ilham untuk mengikuti mimpi-mimpi dengan memandang dunia melalui mata sendiri bukan orang lain. Dalam meraih cita-cita, seseorang sering dihadapkan pada situasi untuk harus berani mengambil keputusan untuk diri kita. Jika kita tidak berani mengambil keputusan maka orang lainlah yang akan mengambil keputusan untuk kita. Keberanian untuk mengambil keputusan memang harus diikiuti dengan keberanian untuk mengambil resiko. Dalam Sang Alkemis, Santiago dalam perjalanan mewujudkan legenda pribadinya bertekad untuk mengambil keputusan bagi hidupnya. Ia berani mengambil keputusan untuk menjadi gembala karena ia suka berkelana. Ia berani mengambil keputusan untuk tidak mematuhi anjuran orang tuanya untuk menjadi pastor. Sikap protes Santiago ini merupakan suatu bentuk pernyataan jati dirinya, dan suatu bentuk pengakuan dirinya bahwa ia mampu berjalan di jalan yang telah dipilihnya sendiri. Santiago juga berani memutuskan untuk menjual domba-dombanya dan pergi ke Mesir demi mewujudkan cita-citanya walau dengan resiko kegagalan mendapatkan harta karun dan tidak akan mengembalikan domba-dombanya. Di tengah cerita, ia berani mengambil keputusan untuk meninggalkan oase yang merupakan zona kenyamanan baginya untuk meraih impiannya menuju piramida. Ikal dan Arai dalam Sang Pemimpi juga adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. mereka berani mengambil keputusan untuk melanjutkan studi di Pulau Jawa. Padahal bagi mereka, awalnya Pulau Jawa adalah sebuah tempat yang hanya akan dapat dibayangkan dan didengarkan ceritanya melalui radio. Berpegang pada kepercayaan diri yang penuh serta tekad yang kuat, Ikal dan Arai pun berani pergi ke Jakarta. Orang tua Ikal serta Santiago dapat menerima keputusan yang diambil anaknya tersebut. Ini merupakan suatu motivasi tersendiri bagi Santiago dan Ikal-Arai. Mereka memang membutuhkan dorongan dalam rangka pencarian jati diri dan perwujudan impian mereka. Baik Ikal maupun Santiago, orang tua adalah pihak penting yang juga harus diikutkan dalam setiap pengambilan keputusan. Ketika Santiago hendak meneruskan perjalanannya mencari harta karun, ia sempat menanyakan apakah restu orang tua masih menyertainya.(hal.55). begitu pula dengan ikal yang berpamitan meminta izin pada ayah dan ibunya ketika Ikal dan Arai hendak merantau ke Jakarta.

Mozaik Dan Petanda Kehidupan Masa kecil itu penuh dengan magical moments. Masa kecil akan membentuk kita pada hari ini. Apa yang kita lakukan hari ini, bagaimana persepsi kita terhadap hidup ini, semua terbentuk saat masa kecil. Dan saya merasa beruntung masa kecil saya dilalui di sekolah Muhammadiyah, sebuah sekolah miskin dan puritan, tapi saya rasa bagaimana saya melihat perspektif hidup saya sekarang, itu adalah bagaimana saya melalui masa kecil saya di sekolah itu. Bagaimana saya melihat persahabatan. Its magic! Saya selalu merasa beruntung, dan saya selalu merasa punya tempat untuk pulang. Bertemu dengan guru tercinta dan sahabat-sahabat saya. Itulah sepenggal perkataan Andrea Hirata--penulis Sang Pemimpi mengenai pemaknaannya akan masa kecil yang menjadikannya seperti sekarang ini. Andrea Hirata selalu memaknai semua hal yang terjadi sebagai sesuatu yang memang harus terjadi dan sudah diatur oleh Tuhan sebagai petunjuk. Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tehun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami,....(Sang Pemimpi, hal 272) Dalam Sang Alkemis dan Sang Pemimpi, setiap perjumpaan dengan orang atau sebuah kejadian adalah sebuah petunjuk-petunjuk yang memang harus dilalui, kemudian dirangkai untuk mewujudkan impiannya mencari harta karun. Setiap peristiwa di jagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak di sana-sini tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. Namun, perlahan-lahan ia akan bersatu membentuk montase seperti Antoni Gaudi. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa dirimu dewasa nanti. Lalu apa pun yang kau kerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian.., maka berkelanalah di atas bumi ini untuk menemukan mozaikmu! (Sang Pemimpi, hal. 72) Kalimat itu keluar dari Pak Balia, guru sastra Ikal dan Arai. Rangkaian kal itu terus diingat Ikal dan Arai. Dan berkat kalimat itulah Ikal dan Arai selalu menghargai setiap hari dan setiap kejadian yang mereka lalui. Andrea Hirata dalam Sang Pemimpi pun menamakan tiap babnya mozaik, mozaik 1 sampai mozaik 18. Setiap mozaik seperti berdiri sendiri karena Andrea Hirata tidak bercerita secara kronologis. Namun bila disusun, seluruh mozaik itu adalah satu kesatuan yang membentuk cerita pribadi Ikal dan Arai. Begitu pula dengan Santiago, Melkisedek memberinya petunjuk untuk selalu peka dan mengikuti pertanda-pertanda kehidupan, seorang tua yang mengaku sebagai Raja Salem. Setiap kejadian harus dipelajari dan diperhatikan karena hal itu merupakan petujuk bagaimana Santiago harus melangkah selanjutnya. Dia merogoh kantongnya dan mencari-cari salah satu batu itu. Tapi sekonyongkonyong kedua batu itu terdorong ke lubang di dalam kantong, dan jatuh ke tanah. Selama ini si anak lelaki tidak memperhatikan bahwa kantong itu berlubang. Dia pun berlutut untuk mencari ke Urim dan Tumim, untuk dimasukkan kembali ke dalam kantong. Tapi saat melihat kedua batu itu di tanah, dia teringat pesan lain orang tua itu.

Belajarah mengenali pertanda-pertanda, dan ikutilah petunjuk mereka, kata orang tua itu. Pertanda. Si anak lelaki tersenyum sendiri Setiap hari yang telah dilalui oleh Santiago, Ikal dan Arai memang merupakan hari yang harus mereka lalui. Pribadi Santiago, Ikal dan Arai merupakan kumpulan pribadi-pribadi mereka yang lalu. Mereka sangat menyadari hal ini dan selalu memaknai setiap peristiwa yang mereka lalui hingga impian yang mereka kejar dapat diraih. Membangun Motivasi Kisah Sang Alkemis dan Sang Pemimpimengajarkan pembaca tentang kearifan universal tentang bagaimana mendengarkan suara hati, membaca tanda yang bertebaran di sepanjang hidup manusia dan terutama bagaimana mengikuti mimpimimpi dan meraih tujuan hidup. Di mana hatimu, di situ terletak hartamu. Katakata ini memotivasi Santiago untuk mewujudkan legenda pribadinya yaitu mewujudkan impiannya mencari harta karun di dekat Piramida Mesir. Santiago sebelum memulai perjalanannya ke Piramida, membuat perencanaan perjalanan menuju ke Piramida. Pertemuannya dengan Melkisedek memberi ia pelajaran untuk lebih menjiwai perjalanan dan usahanya menuju ke Piramida. Itulah yang harus dilakukan setiap orang untuk mewujudkan mimpinya, yaitu menjiwai kerja, usaha dan perjalanan hidup. Dalam mewujudkan legenda pribadi, semua orang perlu membawa perencanaan-perencanaan yang ada dalam otak ke dalam hati, sehingga selalu menjiwai penerapan dari perencanaan itu atau melibatkan emosi positif dalam usaha. Penjiwaan ini merupakan usaha untuk memelihara cita-cita, mendefinisikan alasan kenapa seseorang harus berhasil. Dalam novel ini, perasaan cinta Santiago dan gadis gurun merupakan tambahan alasan bagi Santiago untuk meraih mimpi. Selama memelihara cita-cita, hati kita akan mampu menunjukan dimana harta itu berada. Pendefinisian legenda pribadi dalam Sang Alkemis dengan cara menentukan tujuan atau sasaran akan secara luar biasa memberikan motivasi serta membangun rasa percaya diri pembaca. Teknik menentukan tujuan atau sasaran memberikan visi jangka panjang dan motivasi. Hal ini mengarahkan pembaca dalam penguasaan pengetahuan, proses belajar, dan membantu pembaca mengatur waktu dan tenaga sehingga dapat melakukan yang terbaik dan memaknai hidup. Sang pengarang berusaha mengajukan model pencarian spiritual bagi individual dan menekankan keprihatinan-keprihatinan besar dalam semangat kemanusiaan modern. "Tanpa mimpi dan semangat orang seperti kita akan mati." "Kita tak 'kan pernah mendahului nasib!" "Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apapun yang terjadi!" (Sang Pemimpi hal. 153)

Andrea Hirata dalam Sang Pemimpi mengajak pembacanya untuk menertawakan kemiskinan, memparodikan tragedi sehingga pembacanya bertenaga kembali, tidak larut dalam kesedihan agar orang jangan mudah berputus asa Dari segi psikologis pembaca Kisah perjalanan dan kiasan-kiasan dalam dua novel ini memberikan inspirasi kepada pembaca dalam perjuangan hidup meraih cita-cita dan impian karena semua manusia mempunyai cita-cita, mempunyai impian, dan mempunyai harta karun yang mungkin masih terpendam. Sosok Karismatis Tokoh utama baik dalam Sang Pemimpi maupun Sang Alkemis tidak pernah terlepas dari hubungan sosial mereka dengan tokoh lainnya. Baik dengan tokoh pembantu yang penting, maupun dengan tokoh-tokoh kecil. Aku tak tahu apa yang telah merasukiku. Aku juga tak secuil pun tahu apa rencana Arai. Yang kutau adalah Allah telah menghadiahkan karisma yang begitu kuat pada sang Simpai Keramat inimungkin sebagai kompensasi kepedihan masa kecilnya. Hanya dengan menatap, Ikal dan Arai mampu menguasaiku....(Sang Pemimpi, hal.41) Dalam Sang Pemimpi, sosok sang pemimpi itu sendiri adalah sosok Ikal dan Arai. Namun selain sebagai sang pemimpi, Arai juga adalah sebagai motivator yang sangat memengaruhi Ikal. Itu semua karena Arai adalah sosok yang sangat karismatis. Karismanya sangat dirasakan oleh Ikal. Sehingga terkadang hanya dengan tatapan, Arai dapat menguasai pikiran dan memengaruhi Ikal. Keunikan sosok Arai mulai dirasakan ketika kali pertama Ikal menjemput Arai untuk tinggal bersama dengannya karena Arai adalah sebatang kara setelah seluruh anggota keluarganya meninggal. Ikal yang tengah sedih meratapi kejadian naas yang menimpa Arai justru mendapat penghiburan dari Arai. Arai telah memutarbalikan logika sentimental ini. ia justru berusaha menghiburku pada saat aku seharusnya menghiburnya. dadaku sesak.(hal. 28). Dalam Sang Alkemis, jiwa karismatis ditemukan dalam tokoh Alkemis. Di awal pertemuan Santiago dengan Alkemis, Santiago merasakan sesuatu yang aneh. Si Penunggang kuda (Alkemis-pen) tidak bergerak sedikit pun, begitu pula si anak (Santiago-pen). Sama sekali tidak terpikir olehnya untuk melarikan diri. Di hatinya dia merasakan suka cita yang aneh. (142). Hal ini menandakan bahwa memang ada sesuatu yang berbeda dalam diri sang Alkemis. pada kisah selanjutnya Alkemis banyak memberikan nasihat dan petunjuk pada Santiago. Karisma Sang Alkemis menuntun Santiago di setiap tindakannya. Sang Alkemis mengajarkan pembaca untuk mendengarkan suara hati karena suara itu berasal dari Jiwa Buana. Sang Alkemis memberikan nasihat kepada Santiago untuk tidak kalah terhadap rasa takut, karena rasa takut dapat membuatnya kurang menjiwai usaha dan perjalanan yang ia alami. Jangan kalah pada rasa takut karena kekalahan terhadap rasa takut membuat seseorang tidak mampu mendengarkan hatinya. Bahkan kekalahan terhadap rasa takut membuat seseorang menyerah dan mematikan impiannya. Dalam novel Sang Alkemis, Melkisedek, raja kerajaan Salem, juga memiliki karisma sehingga Santiago tak pernah meulapan pesan darinya. Melkisedek memberikan nasihat kepada Santiago untuk selalu mengikuti dan peka akan tanda-

tanda yang ditunjukan oleh Sang Pencipta. Saat kau menginginkan sesuatu, segenap alam semesta bersatu untuk membantumu meraihnya. Cara belajar yang baik adalah dengan tindakan dan menjalani legenda pribadi. b. Perbedaan Konsep impian Sang Pemimpi maupun Sang Alkemis mengangkat tema sama, dengan pokok permasalahan yang serupa pula. Yakni bertema impian dengan pokok permasalahan kekuatan semangat untuk mengejar impian. Konsep impian atau mimpi yang dikejar oleh Ikal dalam Sang Pemimpi dan Santiago dalam Sang Alkemis memiliki perbedaan yang mendasar. Tercetusnya impian besar mereka dilandasi oleh latar belakang yang berbeda. Pada Sang Alkemis, impian Santiago untuk mencari harta karun didasarkan atas mimpinya yang berulang-ulang ketika tidur. Sedangkan pada Sang Pemimpi, impian Ikal dan Arai didasai oleh ungkapan verbal Pak Balia, guru sastranya. Mimpi bukanlah suatu hal yang dapat digunakan sebagai dasar yang kokoh untuk seseorang melakukan tindakan atas petunjuk dalam isi mimpi. Namun atas dasar mimpi ketika tidurlah Santiago memulai petualangannya mengejar mimpi. Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata. Menurut Freud, mimpi adalah penghubung antara kondisi bangun dan tidur. Baginya, mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Menurut Ibnu Arabi mimpi adalah sebagai bagian dari imajinasi. Karena mimpi adalah bagian dari imajinasi, maka untuk memahami terminologi mimpi dalam khazanah pemikirannya, terlebih dahulu mengacu pada makna imajinasi itu sendiri. Ibnu Arabi juga menyatakan bahwa walaupun mimpi-mimpi semacam itu dapat dipercaya, namun itu harus ditafsirkan karena hanya berupa simbol-simbol saja. Imajinasilah yang mensuplai simbol-simbol itu. Dan kita tidak harus mengambil simbol-simbol itu secara realitas. Mimpi yang terjadi pada Santiago bisa jadi adalah sebuah pengimplementasian dari imajinasinya yang tinggi. Imajinasi Santiago memang sangat menguasai prilaku kehidupannya. Misalnya saja hasratnya untuk menjadi seorang pengembara. Padahal ia tentu tak tahu apa saja yang akan dilakukan oleh seorang pengembara. Imajinasinya menuntun dan menuntutnya untuk menjadi seorang pengembara. Dan jadilah Santiago sebagai seorang pengembara. Seorang perempuan tua (peramal) dalam Sang Alkemis berkata Mimpi-mimpi adalah bahasa Tuhan. Kalau Tuhan bicara dalam bahasa kita, aku dapat menafsirkan apa yang dikatakan-Nya(hal. 19). Santiago makin percaya akan kekuatan mimpinya ketika tahu bahwa mimpi adalah bahasa Tuhan. Bagi Santiago, mimpinya adalah sebuah petunjuk besar yang membimbingnya untuk mencari harta karun. Santiago pun memutuskan untuk percaya dan mengikuti mimpinya. Santiago berusaha menganalisis mimpinya dengan bertanya dengan peramal dan seorang tua bernama Melkisedek. Melkisedeklah yang memberinya kekuatan untuk benar-benar mewujudkan mimpinya mencari harta karun. Sedangkan pada Sang Pemimpi, Ikal dan Arai dirangsang untuk bermimpi melalui sebuah stimulasi verbal.

Dan tak dinyana, apa yang dikatakan dan diperlihatkan Pak Balia berikut ini bak batu safir yang terhujam ke hatiku dan Arai, membuat kami membiru karena kilaunya. Menahbiskan mimpi-mimpi yang muskil bagi kami. Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban....(hal. 73) Kata-kata Pak Balia tersebut sangat berharga dan membekas di benak Ikal dan Arai. Ikal dan Arai pun bertekad untuk berkuliah di Universit de Paris, Sorbonne. Padahal mereka hanyalah siswa miskin di pedalaman. Kata-kata itu menimbulkan motivasi untuk dapat melakukan perubahan dalam hidupnya. Sebuah upaya motivasi verbal yang direspon positif oleh Ikal dan Arai. Bila Ikal dan Arai tengah mengalami suatu hambatan, mereka akan mengingat kata-kata pak Balia itu dan mereka pun kembali bersemagat. Menginjakkan kaki di Universit de Paris, Sorbonne seperti bayangan besar yang mengejar mereka karena selalu membayang-bayangi setiap kehidupan Ikal dan Arai. Selain stimulasi verbal dari pak Balia, Ikal dan Arai juga mendapat stimulasi verbal dari Ibu Muslimah, guru sd Ikal. jangan pernah pulang sebelum jadi sarjana..., Pesan Ibu Muslimah, guru SD-kuantitas. Di samping beliau pak Mustar menganggukangguk. Mereka tersenyum katika kami menyalami mereka erat-erat karena mereka tahu itu pertanda kami menerima tantangan itu: tak kan pernah pulang ke Pulau Belitong sebelum jadi sarjana.(hal. 219) Hanya atas dasar sebuah mimpi pada Sang Alkemis dan motivasi verbal pada Sang Pemimpi, para sang pemimpi ( Santiago, Ikal, dan Arai) berani dan yakin untuk menggantungkan mimpi di tempat yang sangat tinggi. Bahasa Pengarang Paulo Coelho dalam Sang Alkemis banyak menggunakan kata-kata simbolis dalam melambangkan suatu hal, seperti kata Legenda pribadi, jiwa buana, Batu Filsuf, dan Obat Hidup. Novel Sang Alkemis banyak diilhami oleh dongeng-dongeng tradisional, dan dinafasi oleh kitab-kitab suci serta legenda-legenda. Hal inilah yang membuat kesan mendalam dalam novel Sang Alkemis. Paulo Coelho berhasil dalam mengawinkan refleksi spiritual dengan sastra. Sedangkan Andrea Hirata dalam Sang Pemimpi menggunakan kata-kata denotatif. Kalimat Andrea Hirata adalah kalimat lugas, namun mendalam. novel-novel andrea memang ditulis dengan gaya realis, karena novelnya merupakan sebuah memoar. Terkadang Andrea Hirata mengajak pembaca untuk menertawakan kemiskinan, kegagalan, dan penderitaan, serta memparodikan tragedi sehingga pembaca bertenaga kembali. Hal ini dianggap sebagai salah satu ciri kematangan kepribadian, yaitu kemampuan seseorang untuk melihat segi positif suatu kegagalan dan mampu menertawakan hal itu sebagai sesuatu yang wajar. Dalam psikologi, hal ini disebut dengan cita-cita kelakar.

Sang Pemimpi adalah sebuah memoar, oleh karena itu semua karakter dan kejadiaanya adalah nyata. Cara Andrea Hirata menulis cenderung detail, karena ia tertarik memberi gambaran yang filmis pada para pembaca. Tentu novel adalah sebuah karya sastra, dan sastra tidak dapat dipisahkan dengan imajinasi. Menurut Andrea Hirata Imajinasi dalam Sang Pemimpi tidak dimanifestasikan dalam bentuk mereka-reka karakter dan kejadian, tetapi di dalam cara menceritakan. Yang menjadi penciri gaya bercerita Andrea Hirata adalah dengan memasukkan istilah astronomi, biologi, fisika, dan kimia untuk menggambarkan suatu hal. Di bagian belakang novel terdapat glosarium mengenai istilah-istilah tersebut agar pembaca tidak tersesat dalam istilah-istilah tersebut. Bahasa pengarang dalam kedua novel ini sangat berbeda. Bahasa Sang Pemimpi dapat dipahami dengan mudah, sedangkan bahasa Sang Alkemis perlu pemahaman yang mendalam di setiap kalimatnya. Meskipun dalam bahasa Sang Pemimpi terdapat kata-kata ilmiah yang jarang dijumpai, namun pembaca dapat melihat arti kata sulit itu di bagian glosarium sehingga makna cerita dapat dipahami. Membaca Sang Pemimpi adalah seperti membaca komik, karena sangat ringan dan menarik, sedangkan membaca Sang Alkemis membutuhkan kosentrasi tinggi dan pemahaman yang mendalam. Sang Pemimpi tidak melulu membuat pembaca mengerutkan kening. Ada banyak bagian di dalamnya yang membuat pembaca tertawa sendiri membaca kalimatkalimat lucu yang naif namun memikat. Sedangkan bagian lainnya membuat pembaca merenung dan berpikir dalam-dalam. Dalam Sang Alkemis, teknik penceritaan dilakukan dengan monoton. Pembaca dituntut untuk selalu berpikir dalam-dalam. Tak ada satu bagianpun yang menunjukkan kesegaran humor. Mungkin hal ini adalah ciri teknik penceritaan Paulo Coelho, ia memang adalah pengarang novel-novel serius. Nama dan Karakter Tokoh Ada hal unik dalam novel Sang Alkemis, dalam novel ini nama tokoh-tokohnya nyaris tidak pernah dicantumkan, termasuk nama pemeran utama. Tokoh utamanya hanya dinotasikan sebagai seorang bocah, kata Santiago hanya disebutkan di awal novel. Tokoh-tokoh lain yang tak kalah penting peranannya hanya disebutkan sebagai Orang Inggris, Alkemis, Pemilik Toko Kristal, Puteri Pedagang Kain, dan sebagainya. Hanya ada dua nama yang pernah tercantum di sepanjang cerita. Mereka adalah nama seorang raja (Melchizedek) dan nama seorang wanita (Fatima). Upaya pengarang untuk tidak menyebutkan secara langsung nama tokohnya ini justru memudahkan pembaca mengingat tokoh dan perannya. Novel ini adalah sebuah karya besar dan menjadi best seller dunia (Karya Paulo Coelho telah terjual 43 juta copy dan diterjemahkan dalam 56 bahasa). Karena novel Sang Alkemis ini adalah novel terjemahan, ada satu hal yang sedikit mengganggu. Yakni penggunaan sebutan "si bocah" dalam edisi bahasa Indonesia ini untuk tokoh utama Santiago. Pada novel ini memang tak dijelaskan berapa umurnya. Namun pengalaman-pengalamannya sepanjang novel memberi pembaca gambaran bahwa Santiago berumur kira-kira pada tahun-tahun awal kedewasaan. Karena itu, sebutan "si bocah", yang mengandung gambaran masih anak-anak, terkesan kurang tepat. Mungkin lebih mengena kalau digunakan "si anak muda".

Sedangkan pada novel Sang Pemimpi semua nama tokohnya disebutkan secara gamblang. Tokoh-tokoh dalam novel Sang Pemimpi adalah sosok yang benar-benar ada dalam dunia nyata, yakni dalam kehidupan Andrea Hirata. Sehingga Andrea Hirata mudah mendeskripsikan tokoh-tokohnya. Hal ini jelas memudahkan pembaca memahami karakter tokoh-tokoh dan memahami keseluruhan novel. Penamaan judul novel pada kedua novel ini pun didasarkan atas dua hal yang berbeda. Pada novel Sang Pemimpi, pemberian judul Sang Pemimpi adalah penggambaran gamblang mengenai tokoh utama dalam novel sang pemimpi yakni Ikal dan Arai. Sedangkan pada novel Sang Alkemis, pemberian judul Sang Alkemis bukanlah penggambaran tokoh utama yang dikisahkan dari awal hingga akhir cerita. Sang Alkemis hanya adalah tokoh pembantu, namun sangat penting. Sang Alkemis adalah tokoh yang menginspirasi dan memberikan banyak nasihat pada Santiago, tokoh utama

C. PENUTUP 1. Kesimpulan Novel Sang Pemimpi dan Sang Alkemis memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan. Kesamaan yang mendasar dari kedua novel ini adalah masalah yang diangkat, yakni mengenai usaha mereih mimpi serta karakter tokoh-tokoh yang dimunculkan. Santiago dalam novel Sang Alkemis memiliki kesamaan karakter dan pengalaman hidup dengan Ikal dan Arai dalam novel Sang Pemimpi. Kedua novel berbeda generasi ini banyak memberikan makna perjuangan hidup serta ajaran untuk memeknai segala hal yang terjadi dalam hidup. Karena semua hal itu adalah mozaik atau pertanda yang menuntun seseorang untuk meraih impiannya. Santiago, Ikal dan Arai adalah para pemimpi yang berani menggantungkan mimpinya di tempat tinggi, berani berusaha hingga memperoleh impian itu. Kisah dalam Sang Pemimpi dan Sang Alkemis memberikan motivasi bagi pembaca untuk tidak putus asa mengejar mimpi. Perbedaan dari kedua novel ini adalah dari teknik penceritaan. Novel Sang Pemimpi adalah sebuah novel memoar. Oleh karena itu penggambaran tokoh serta kejadian-kejadinnya adalah sebuah realita. Sedangkan novel Sang Alkemis adalah novel imajinatif. Pengarangnya, Paulo Coelho juga banyak menggunakan kata-kata simbolis untuk mengungkapkan suatu maksud atau kejadian. Penamaan tokoh antara kedua novel pun sangat berbeda. Paulo Coelho dalam Sang Alkemis memberikan nama tokohnya bukan dengan nama real seperti Andrea Hirata dalam Sang Pemimpi. Dalam Sang Alkemis nama-nama hanya diwakilkan dengan konsep seperti orang Inggris, penjual kristal, sang alkemis, dll. Latar belakang tercetusnya mimpi pada kedua novel inipun berbeda. Santiago memiliki impian untuk mendapatkan harta karun karena ia mengalami mimpi yang berulang-ulang ketika tidur. Sedangkan pada Sang Pemimpi, Ikal dan Arai memiliki impian untuk melanjutkan sekolah di Universit de Paris, Sorbonne karena ungkapan verbal Pak Balia, guru sastranya. Perbedaan dalam novel Sang Pemimpi dan Sang Alkemis memiliki makna bahwa

walaupun memiliki kesamaan tema dan karakter tokoh, keduanya memiliki perbedaan yang sangat khas sebagai penciri pengarangnya.

PENULIS SANG ALKEMIS Paulo Coelho Paulo Coelho dilahirkan di Brazil dan telah menjadi salah satu pengarang yang karya-karyanya paling banyak dibaca di dunia. Karyanya yang paling disulai para pembaca adalah The Alchemist (Sang Alkemis). buku-buku karangannya telah terjual lebih dari 43 juta copi di seluruh dunia, dan telah diterjemahkan ke dalam 56 bahasa. Paulo Coelho telah menerima banyak penghargaan internasional yang bergengsi, diantaranya Crystal Award dari World Economic Forum dan legion dHonneur dari Prancis. Karya-karya Paulo Coelho telah memberikan inspirasi bagi banyak bangsa di dunia.

PENULIS SANG PEMIMPI Andrea Hirata Andrea Hirata yang memiliki nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun, lahir di Belitong. Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sainsfisika, kimia, biologi, astronomidan tentu saja sastra. Andrea Hirata berpendidikan ekonomi dari Universitas Indonesia. Ia mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master of sciencedi di Universit de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea Hirata di bidang ekonomi telekomunikasi mandapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis pria kelahiran 24 Oktober itu telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis orang Indonesia. Saat ini Andrea Hirata tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom. Andrea Hirata mendapat sejumlah penghargaan berkat novelnya, yang terbaru Aisyah Award dari Muhammadiyah. Buku ketiga Edensor juga masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award 2007 untuk kategori prosa. Bahkan sutradara kawakan Riri Riza dan produser Mira Lesmana sudah siap menggarap kisah LP ke layar lebar.

Daftar Pustaka

Endaswara, suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemoligi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta.

You might also like