You are on page 1of 21

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM SAINS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-model Pembelajaran Sains

Dosen Pengampu : Dr. rer.nat Rayandra Asyhar, M.Si

Disusun Oleh: Hutomo Atman Maulana Wella Pusvita Sari

MAGISTER PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar kompetensi mata pelajaran Sains atau yang kita kenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA di tuntutan penguasan pengetahuan samping berisi

IPA (konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum)

juga menekankan pada penguasaan keterampilan kerja ilmiah (termasuk di dalamnya keterampilan hand on yang berhubungan dengan alat-alat IPA) dan sikap ilmiah. Hal ini sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri yang meliputi produk (pengetahuan

IPA yang, mencakup fakta, konsep, prinsip, teori, hukum), proses (yang mencakup kegiatan-kegiatan ilmiah yang menggunakan proses IPA) dan sikap (sikap ilmiah yang meliputi keingintahuan, keteguhan hati, ketekunan, hati-hati, objektif, dsb). Dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran IPA yang optimum, untuk mempelajari IPA disarankan menggunakan berbagai variasi metode, pendekatan, dan model pembelajaran, sesuai dengan tuntutan kompetensi siswa yang harus dikuasai. Untuk membantu guru sains dalam mengimpelementasikan pesan kurikulum IPA, para praktisi pendidikan IPA telah banyak memperkenalkan dan menerapkan

berbagai model atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik mata pelajaran IPA. Dari beberapa model pembelajaran yang dikemukakan pakar pendidikan IPA, dapat kita pelajari bahwa setiap model pembelajaran didasari oleh teori belajar tertentu dan digunakan untuk tujuan tertentu pula. Untuk tujuan penguasaan perilaku tertentu (misalnya penguasaan keterampilan motorik) model pembelajaran yang dapat digunakan berbeda untuk tujuan penguasaan keterampilan berpikir. Atas dasar adanya tujuan- tujuan yang berbeda dalam pembelajaran, maka penggunaan model pembelajaran pun hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan karakteristik topik yang akan diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan perilaku (misalnya perilaku penguasan

keterampilan motorik) adalah model pembelajaran langsung atau Direct Instruction.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan Model Direct Instruction? 2. Apa saja unsur dasar dari Model Direct Instruction (sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung)? 3. Bagaimana aplikasi Model Direct Instruction dalam pembelajaran Sains?

1.3 Tujuan Penulisan Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui definisi Model Direct Instruction. 2. Mengetahui unsur dasar dari Model Direct Instruction (sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung). 3. Mengetahui Aplikasi Model Direct Instruction dalam pembelajaran Sains.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Model Pembelajaran Joyce & Weil (1996) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran: 1. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik. 2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai 3. Langkah-langkah mengajar yang duperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Model mengandung maksud tertentu bagi pengguna, menawarkan pernyelesaian dari beban pembelajaran dan menyajikan fokus dan arahan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Model ini dimaksudkan untuk memudahkan para guru melaksanakan pembelajaran. Pola pikir yang digunakan adalah perumusan tujuan, penyusuanan kegiatan belajar, dan penyusuan kegiatan penilaian untuk mencapai tujuan serta memahami keefektifan kegiatan belajar yang telah dilaksanakan (Ella Yulaelawati, 2004). Model pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat belangsungnya pembelajaran, oleh karena itu peranan model pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Suatu model mengajar dapat diartiakan sebagai suatu rencana atau pola yan digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya (Dahlan, 2000). Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konsep sebagai pedoman dalam mengatur materi pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai .

Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil, 1996), yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

2.2 Model Direct Instruction Direct Instruction atau model pembelajaran langsung menurut Arends dalam Trianto (2009:41) adalah suatu model pembelajaran dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Menurut Hamzah (2008:166) menyatakan bahwa model pembelajaran langsung adalah program yang paling efektif untuk mengukur pencapaian keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep diri sendiri. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Transformasi dan ketrampilan secara langsung 2. Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu 3. Materi pembelajaran yang telah terstuktur 4. Lingkungan Belajar yang telah terstruktur 5. Distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap

penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

2.3 Unsur Dasar Model Direct Instruction Model Direct Instruction memiliki beberapa unsur dasar, yaitu: sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung. 2.2.1 Sintaks Model Direct Instruction Sintaks Model Pembelajaran Langsung menurut Kardi dan Nur (2008:8) terdiri dari 5 fase diantaranya: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, Membimbing pelatihan, Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Penjelasan 5 Fase Model Pembelajaran Langsung 1. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa 1) Menyampaikan tujuan Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpatisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu (Kardi dan Nur, 2000: 27).
6

2) Menyiapkan siswa Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari, tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pembicaraan pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa (Kardi dan Nur, 2000:29). Menyiapkan siswa yaitu memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan kita ajarkan, membantu siswa melihat relevansi pelajaran, serta memotivasi siswa berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan Menurut Kardi dan Nur (2000:31) kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif adalah sebagai berikut: 1) Mencapai kejelasan Kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Sementara itu, pada guru pemula dan belum berpengalaman ditemukan banyak penjelasan yang kabur dan membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi pokok bahasan yang diajarkannya, dan tidak meguasai teknik komunikasi yang baik. 2) Melakukan demonstrasi Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan di demonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponenkomponennya. 3. Membimbing pelatihan Menurut Kardi dan Nur (2000:35) prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan diantaranya: 1) Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna 2) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep atau keterampilan yang dipelajari. 3) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan dan latihan terdistribusi.
7

4) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan. 4. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pembelajaran langsung, karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa, dalam kenyataannya, tugas paling penting bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran langsung adalah memberi siswa umpan balik bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihannya (Kardi dan Nur, 2000: 37). Fase ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada siswa dan siswa memberikan tanggapan berupa jawaban yang menurut mereka benar. Selanjutnya, guru merespon jawaban yang diberikan siswa tersebut. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa, misalnya umpan balik secara lisan, tes, dan komentar tertulis (Kardi dan Nur, 2000:37). Umpan balik sebaiknya diberikan seusai pelatihan dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga siswa dapat mengetahui dan memperbaiki kesalahannya dalam menjawab latihan. 5. Memberikan Kesempatan untuk Pelatihan Lanjutan dan Penerapan Menurut Kardi dan Nur (2000:42) kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pembelajaran langsung adalah pekerjaan rumah, ada tiga panduan umum untuk latihan-latihan mandiri yang diberikan sebagai Pekerjaan Rumah (PR) diantaranya: 1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya. 2) Guru semestinya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka yang diharapkan. 3) Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang Pekerjaan Rumah (PR) tersebut. Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut: 1. Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
8

materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran. 2. Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit. 3. Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah. 4. Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan. 5. Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan. Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut: 1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan. 2. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.

3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya. 4. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. 5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok. 6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. 7. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. 2.2.2 Sistem Sosial Model Direct Instruction Sistem sosial adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran. Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran: 1. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut. 2. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti. 3. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilanketerampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving). 4. Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis) 5. Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan. 6. Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.

10

7. Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik. 8. Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen. 9. Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur. 10. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa. 2.2.3 Prinsip Reaksi Model Direct Instruction
Prinsip reaksi adalah suatu pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana memberikan respon terhadap siswa. Prinsip-

prinsip reaksi diatur oleh kebutuhan untuk memberikan pengetahuan hasil, membantu semua siswa mengikuti sendiri, dan menawarkan penguatan. 2.2.4 Sistem Pendukung Model Direct Instruction
Sistem pendukung merupakan semua sarana dan alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan model tersebut. Sistem pendukung mencakup rangkaian tugas-tugas pembelajaran, kadang-

kadang serumit dengan pengaturan yang dikembangkan tim instruksi yang dijelaskan secara individu. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung Kelebihan model pembelajaran langsung: 1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. 2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. 3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. 4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. 5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilanketerampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah. 6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
11

7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa. 8. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. 9. Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan. 10. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model

pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan. 11. Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari. 12. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. 13. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini. 14. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat). 15. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut. 16. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
12

17. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya. Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung: 1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk

mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa. 2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. 3. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. 4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. 5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa. 6. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif. 7. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan. 8. Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini. 9. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
13

10. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri. 11. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham. 12. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

2.4 Aplikasi Model Direct Instruction Dalam Pembelajaran Sains Contoh penerapan model pembelajaran langsung dalam pembelajaran IPA sebagai berikut ini. Contoh Model Pembelajaran Langsung Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek : Ilmu Pengetahuan Alam : VI/1 : Benda dan Sifatnya berdasarkan pengamatan bahwa oleh berbagai faktor

Kompetensi Dasar : 5. Menyimpulkan perubahan

benda dipengaruhi

(termasuk suhu dan waktu). Materi Pokok : Kondisi yang mempengaruhi perubahan pada benda antara lain suhu dan waktu Waktu Indikator : 2 x 35 menit : Mendeskripsikan perubahan berbagai benda dengan kondisi yang berbeda, misal suhu dan kelembaban. Untuk mencapai indikator tersebut, siswa harus mampu menggunakan termometer, dengan demikian indikator tambahan adalah: a. menyebutkan urutan langkah-langkah mengukur suhu zat cair dengan termometer; b. memperagakan cara menggunakan termometer.

14

Kegiatan Pembelajaran Sintaks pembelajaran Orientasi Guru menginformasikan tujuan pembelajaran: Misalnya: Anak-anak hari ini kalian akan belajar dan berlatih menggunakan termometer, setelah pelajaran Kegiatan Guru-Siswa

selesai kamu diharapkan dapat: 1. menyebutkan urutan langkah-langkah

mengukur suhu zat cair dengan termometer; 2. memperagakan termometer. Guru menginformasikan kegiatan dilakukan dan pentingnya yang akan mempelajari cara menggunakan

penggunaan termometer. Guru menginformasikan hal-hal yang harus

diperhatikan siswa dalam pelajaran. Presentasi 1. Guru menunjukkan termometer termometer dan

menjelaskan nama dan jenis

kemudian menjelaskan urutan langkah-langkah cara menggunakan termometer. 2. Guru mendemonstrasikan cara mengukur suhu zat cair dengan termometer. 3. Guru meminta seorang siswa menyebutkan kembali urutan langkah-langkah menggunakan termometer sesuai dengan apa yang telah dijelaskan. 4. Guru meminta seorang siswa mengulang peragaan menggunakan termometer.

15

Latihan terstruktur Guru meminta

siswa

melakukan

kegiatan

mengukur suhu zat cair dengan kondisi suhu zat cair berbeda-beda dibawah instruksi guru dan pengawasan guru.

Latihan terbimbing

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan pengukuran suhu berbagai zat cair dengan kondisi dipanaskan dan tidak

dipanaskan dan suhu campuran air panas dengan Latihan mandiri air dingin. Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan pengukuran suhu berbagai zat zair. Penutup Guru mengadakan tanya jawab dan untuk

memantapkan

pengetahuan

keterampilan

yang telah dipelajari siswa.

16

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan pada makalah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Transformasi dan ketrampilan secara langsung b. Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu c. Materi pembelajaran yang telah terstuktur d. Lingkungan Belajar yang telah terstruktur e. Distruktur oleh guru. 2. Model Direct Instruction memiliki beberapa unsur dasar, yaitu: a. Sintaks Sintaks Model Pembelajaran Langsung menurut Kardi dan Nur (2008:8) terdiri dari 5 fase diantaranya: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, Membimbing pelatihan, Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. b. Sistem sosial Sistem sosial sangat terstruktur c. Prinsip reaksi Prinsip-prinsip reaksi diatur oleh kebutuhan untuk memberikan

pengetahuan hasil, membantu semua siswa mengikuti sendiri, dan menawarkan penguatan. d. Sistem pendukung Sistem pendukung mencakup rangkaian tugas-tugas pembelajaran, kadang-kadang serumit dengan pengaturan yang dikembangkan tim instruksi yang dijelaskan secara individu. 3. Aplikasi model direct instruction dalam pembelajaran sains Contoh penerapan model pembelajaran langsung dalam pembelajaran IPA sebagai berikut ini.

Contoh Model Pembelajaran Langsung Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek : Ilmu Pengetahuan Alam : VI/1 : Benda dan Sifatnya berdasarkan pengamatan bahwa oleh berbagai faktor

Kompetensi Dasar : 5. Menyimpulkan perubahan

benda dipengaruhi

(termasuk suhu dan waktu). Materi Pokok : Kondisi yang mempengaruhi perubahan pada benda antara lain suhu dan waktu Waktu Indikator : 2 x 35 menit : Mendeskripsikan perubahan berbagai benda dengan kondisi yang berbeda, misal suhu dan kelembaban. Untuk mencapai indikator tersebut, siswa harus mampu menggunakan termometer, dengan demikian indikator tambahan adalah: a. menyebutkan urutan langkah-langkah mengukur suhu zat cair dengan termometer; b. memperagakan cara menggunakan termometer. Kegiatan Pembelajaran Sintaks pembelajaran Orientasi Guru menginformasikan tujuan pembelajaran: Misalnya: Anak-anak hari ini kalian akan belajar dan berlatih menggunakan termometer, setelah pelajaran Kegiatan Guru-Siswa

selesai kamu diharapkan dapat: 3. menyebutkan urutan langkah-langkah

mengukur suhu zat cair dengan termometer; 4. memperagakan termometer. cara menggunakan

Guru menginformasikan kegiatan dilakukan dan pentingnya

yang akan mempelajari

penggunaan termometer. Guru menginformasikan hal-hal yang harus

diperhatikan siswa dalam pelajaran.

Presentasi

5. Guru

menunjukkan

termometer termometer

dan

menjelaskan nama dan jenis

kemudian menjelaskan urutan langkah-langkah cara menggunakan termometer. 6. Guru mendemonstrasikan cara mengukur suhu zat cair dengan termometer. 7. Guru meminta seorang siswa menyebutkan kembali urutan langkah-langkah menggunakan termometer sesuai dengan apa yang telah dijelaskan. 8. Guru meminta seorang siswa mengulang peragaan menggunakan termometer. Latihan terstruktur Guru meminta siswa melakukan kegiatan

mengukur suhu zat cair dengan kondisi suhu zat cair berbeda-beda dibawah instruksi guru dan pengawasan guru.

Latihan terbimbing

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan pengukuran suhu berbagai zat cair dengan kondisi dipanaskan dan tidak

dipanaskan dan suhu campuran air panas dengan Latihan mandiri air dingin. Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan pengukuran suhu berbagai zat zair. Penutup Guru mengadakan tanya jawab dan untuk

memantapkan

pengetahuan

keterampilan

yang telah dipelajari siswa.

3.2 Saran Berdasarkan pemaparan pada makalah, maka penulis dapat memberikan saran bahwa model direct instruction tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa

DAFTAR PUSTAKA
Indrawati. 2005. Model Pembelajaran Langsung. Bandung: Depdiknas Joyce, Bruce; Weil , Marsha, and Showers, Bweverly.1992. Models of Teaching. Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Slavin, Robert E., 2003, Educational Psychology: Theory and Practice, 7thEdition, Boston: John Hopkins University. Tobing, Rangke L , Setia Adi, Hinduan, 1990, Model-Model mengajar Metodik Khusus Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam Sekolah Dasar, makalah dalam penataran Calon Penatar Dosen Pendidikan Guru SD (Program D-II) Winataputra, Udin. 1992/1993. Materi pokok Strategi Belajar Mengajar IPA. Modul 19. Jakarta: Depdikbud

You might also like