You are on page 1of 8

Job 4

SUBJEK TOPIK
1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum Setelah akhir pelajaran mahasiwa diharapkan dapat menghitung perbandingan agregat kasar menjadi agregat gabungan yang mempunyai gradasi yang diinginkan. 1.2 Tujuan khusus 1. Menentukan gradasi agregat kasar dengan mengunakan hasil analisa saringan/ayakan. 2. Mengunakan peralatan yang diperlukan.

: PENGUJIAN AGREGAT : ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

2. Refrensi
SNI 03-1750-1990 MUTU DAN CARA UJI AGREGRAT BETON SNI 03-1968-1990 ANALISA SARINGAN AGREGRAT HALUS DAN KASAR SII 0052-80 MUTU DAN CARA UJI AGREGRAT BETON BS 812 PENGUJIAN ANALISA AYAK UNTUK MENGETAHUI GRADASI SK SNI T 15-1990-03;1 PENGERTIAN AGREGRAT HALUS DAN KASAR SNI 03-2834-1993 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL

3. Landasan teori
Mengingat bahwa agregrat menempati 70-75% dari total volume beton makan kualitas agregrat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregrat yang baik, maka beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama, (durable), dan ekonomis. Ada dua peraturan yang berlaku. Pertama, SII 0052-80 Mutu dan Cara Uji Agregrat Beton. Kedua, PBI 89 menyebutkan ASTM C33 Standard Specification for Concrete Aggregate. Agregrat (yang tidak bereaksi) adalah bahan-bahan campuran beton yangs saling diikat oleh perekat semen. Agregrat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil, dan batu pecah. Pemilihan agregrat tergantung dari: 1) Syarat-syarat yang ditentukan beton 2) Persiadaan lokasi pembuatan 3) Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu Dari pemakaian agregrat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi oleh suatu pembagi yang dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Agregrat normal (kuarsit, pasir, kerikil, dan basalt) 2) Agregrat halus (puing batu, terak lahar, dan serbuk batu/binus) 3) Agregrat kasar (beriet, bijih besi magnetiet, dan limoniet) Kecuali agregrat alami dapat juga digunakan produk alami sinter atau terbakar, beton gilas/puing tembok, dan lain-lain. Agregat didefisinikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat berupa massa berukuran besar ataupun berupa fragment-fragment. Agregrat diklasifikasikan menjadi 3 bagian bedasarkan ukuran partikelnya yaitu: 1) Agregrat kasar, yaitu agregrat dengan ukuran >4.75 mm menurut ASTM atau >2 mm menurut AASHTO 2) Agregrat halus, yaitu agregrat dengan ukuran <4.75 mm menurut ASTM atau <2 mm menurut AASHTO 3) Abu batu/mineral filter, yaitu agregrat halus yang umumnya lolos saringan nomor 200

Gradasi agregrat adalah gambaran yang memperlihatkan distribusi ukuran butiran dari agregrat. Pembagian gradasi agregrat adalah: 1) Gradasi sempurna adalah agregrat yang memiliki butiran dengan variasi butiran yang cukup banyak, dimana rongga-rongga butiranyang besar diisi oleh butiran agregrat yang kecil 2) Gradasi seragam adalah agregrat yang terdiri dari butiran yang mempunyai ukuran hampir sama atau seragam, sehingga terdapat rongga yang cukup besar 3) Gradasi senjang adalah agregrat terdiri dari butiran yang bervariasi cukup banyak, namun ada suatu fraksi yang tidak tersedia Ada 4 batas gradasi halus: 1) Batas gradasi pasir (kasar) 2) Batas gradasi pasir (sedang) 3) Batas gradasi pasir (agak halus) 4) Batas gradasi pasir (halus) Gradasi atau dapat dikatakan distribusi partikel-partikel bedasarkan ukuran agregrat. Gradasi agregrat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan satu set saringan, dimana saringan yang paling kasar diletakkan atas dan yang paling bawah adalah yang paling halus. Satu set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan tutup. Gradasi dari jenis agregrat dibedakan atas 3 macam, yaitu: Gradasi seragam/uniform graded yaitu agregrat dengan ukuran sama atau seragam atau agregrat yang memiliki sedikit agregrat halus sehingga tidak bisa mengisi rongga antar agregrat Gradasi rapat/menerus/dense graded yaitu agregrat memiliki semua ukuran butir atau campuran agregrat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang, sehingga dinamakan juga dengan agregrat bergradasi baik (well graded). Agregrat dinamakan bergradasi baik jika persen yang lolos saringan lapis dari sebuah gradasi memenuhi Gradasi sela/gap gradation/poorly graded yaitu salah satu atau lebih ukuran butir agregrat tidak ada campuran agregrat/fraksi hilang/fraksi sedikit sekali. Seiring disebut dengan gradasi senjang

Analisa saringan agregrat adalah penentuan persentase berat butiran agregrat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Dalam pratikum ini penguji akan menguji analisa saringan agregrat halus. Bahan uji pratikum adalah agregrat halus berupa pasir. Mengingat agregrat lebih murah daripada semen makan akan ekonomis bila agregrat dimasukkan sebanyak mungkin selama secara teknis memungkinkan dan kandungan semennya minimun. Meskipun dulu agregrat dianggap sebagai material pasif, berperan sebagai pengisi saja, kini disadari adanya kontribusi positif agregrat pada sifat beton, seperti stabilitas volume, ketahanan abrasi, dan ketahanan umum (durability) diakui. Bahkan beberapa sifat fisik beton secara langsung tergantung pada sifat agregrat, seperti agregrat, seperti kepadatan, panas jenis, dan modulus elastisitas. Modulus halus butir atau biasanya disingkat MHB adalah suatu indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekesaran butir-butir agregrat (Abrams, 1918). MHB didefinisikan sebgai jumlah persen komulatif dari butir agregrat yang tertinggal di atas satu set ayakan (38, 19, 9.5, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, 0.15, 0.075, dan pan) kemudian nilai tersebut dibagi seratus (Ilsley, 1942:232). Makin besar nilai MHB suatu agregrat maka semakin besar pula butir agregratnya. Nilai MHB pada agregrat kasar ialah 5-8.

4. Bahan dan Alat


4.1 Bahan

Split/Batu Pecah 4.2 Alat

Cawan

Density Spon

Timbangan

Saringan

Kuas

Alat Penggetar

5. Langkah Kerja
Timbang benda uji seberat 2000gr berat bersih Ayak benda uji tersebut dengan menggunakan susunan ayakan sebagai berikut: 75 mm, 38 mm, 19 mm, 9.6 mm, 4.8 mm, 2.4 mm, 1.2 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm, dan 0.075. Goncang selama 15 menit menggunakan alat pengguncang, kemudian agregat kasar yang berada di pan di ayak lagi menggunakan saringan susunan ayakan sabagai berikut: 19 mm, 9.6 mm, 4.8 mm, 1.2 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm, 0.075 mm, dan pan. Pengayakan ini di lakukan dengan meletakan susunan ayakan pada mesin penggguncang selama 15 menit Timbang agregat yang tertahan pada masing-masing saringan Hitung persentase berat benda yang tertahan diatas masingmasing lubang ayakan terhadap berat total.

6. Data dan Pengolahan data


6.1 Split (batu pecah) Analisa Ayakan Agregrat Kasar NOMOR SARINGAN 75 38 19 9.6 4.8 2.4 1.2 0.6 0.3 0.15 0.075 BERAT SARINGAN 1384 1147 1197 1095 474 474 474 470 448 432 417

6.2 Pengolahan Data Daftar Agregat Kasar BERAT TERTAHAN GRAM 473 522 0.24 1.46 0.93 0.49 0.32 0.42 0.46 0.68 1000 % 47.3 52.2 0.024 0.146 0.093 0.049 0.032 0.042 0.046 0.068 100 % KOMULTATIF AGREGRAT TERTINGGAL 47.3 99.5 99.524 99.670 99.763 99.812 99.844 99.886 99.932 100 745.299 LOLOS 52.7 0.5 0.476 0.33 0.237 0.188 0.156 0,114 0.068 0

NOMOR SARINGAN 19 9.6 4.8 2.4 1.2 0.6 0.3 0.15 0.075 PAN TOTAL

MHB(split) =

totalkumulatifagregattertahan 100

745.299 100

= 7.45299

7. Kesimpulan
Dari hasil pengujian di Laboratorium dapat disimpulkan bahwa nilai Modulus halus butir agregrat halus 7.452 memenuh syarat ketetapan MHB yaitu 5-8. Besar butir maksimal pada JMF ukuran agregrat maksimum 20 mm sesuai hasil dari ayakan yang paling banyak tertahan.

You might also like