You are on page 1of 37

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

1. Pengertian Jamkesmas Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada prinsip-prinsip: 1. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost effective dan rasional. Pelayanan Terstruktur, berjenjang dengan Portabilitas dan ekuitas. 1. Transparan dan akuntabel.

2. 3.

2. Tujuan Jamkesmas Tujuan dari Jamkesmas dibagi menjadi dua, yaitu : a. Tujuan umum yaitu

terselenggaranya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan sehinga tercapai derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh peserta Jamkesmas

b. Tujuan khususnya yaitu

Memberikan kemudahan dan askes pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan PPK Jamkesmas Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel meningkatkan cakupan masyarakat dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

3. Sasaran, Target, dan Kepesertaan Jamkesmas

Sasaran program Jamkesmas ini adalah masyarakat miskin tidak mampu diseluruh indonesia dan yang tidak termasuk sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya, masyarakat miskin dan tidak mampu yang ditetapkan oleh bupati/walikota sesuai kuota, Gelandangan, pengemis, anak terlantar, Peserta program keluarga harapan (PKH), Maskin penghuni lapas, panti sosial, rutan dan korban bencana alam pasca bencana . Jumlah sasarannya yaitu 76,4 juta jiwa, dan tidak termasuk penduduk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Sasaran Jamkesmas saat ini masih sama dengan Tahun 2009 yakni 76,4 juta meski data masyarakat miskin menurut BPS Tahun 2008 telah turun menjadi 60,39 juta. Baseline data kepesertaan Tahun 2010 tetap menggunakan data sebelumnya. Dalam rangka memperluas cakupan kepesertaan pada Tahun 2010, terdapat kelompok peserta baru menjadi sasaran peserta Jamkesmas, yaitu : a) Masyarakat miskin penghuni Lapas/Rutan dengan melampirkan surat keterangan dari Kepala Rutan/Kepala Lapas setempat. b) Masyarakat miskin penghuni panti-panti sosial, melalui Surat Keputusan Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota setempat, selanjutnya Ke- menterian Kesehatan akan segera membuatkan kartu Jamkesmas. c) Masyarakat miskin akibat bencana pasca tanggap darurat sebagaimana yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat. d) Untuk semua kepesertaan diatas, SKP diterbitkan petugas PT. Askes (Persero). Serta terdapat perhatian khusus kepada peserta Jamkesmas yang belum masuk database seperti bayi baru lahir dari keluarga miskin, anak terlantar/gelandangan/pengemis (rekomendasi Dinas Sosial), peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Untuk administrasi kepesertaan Depkes menunjuk PT Askes (Persero), dengan kewajiban melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry olehPT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan diKabupaten/Kota; 2. 3. 4. Entry data setiap peserta; Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dandidistribusikan kepada peserta; PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak,mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yangditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta; dan 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepadaBupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi danKabupaten/Kota serta rumah sakit setempat.

Kepesertaan Jamkesmas 1. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang membayar iuran atau iuarannya dibayar oleh Pemerintah. 2. Peserta Program Jamkesmas adalah fakir miskin dan orang yang tidak mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayar oleh Pemerintah sejumlah 76,4 juta jiwa bersumber dari data makro Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2006. 3. Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi : 1. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan oleh Surat Kepu- tusan (SK) Bupati/Walikota Tahun 2008 berdasarkan pada kuota Kabupaten/ Kota (BPS) yang dijadikan database nasional. 2. 3. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas. Semua Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah memiliki atau mempunyai kartu Jamkesmas.

4.

Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara.

5.

Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu, tidak termasuk dalam Surat Keputusan Bupati/Walikota maka Jaminan Kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Cara penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah seyogyanya mengikuti kaidah-kaidah pelaksanaan Jamkesmas.

6.

Peserta Jamkesmas ada yang memiliki kartu sebagai identitas peserta dan ada yang tidak memiliki kartu. 1. Peserta yang memiliki kartu terdiri dari :

1) 2) 3)

Peserta sesuai SK Bupati/Walikota Penghuni panti-panti sosial Korban bencana pasca tanggap darurat

2. Peserta yang tidak memiliki kartu terdiri dari : 1) Gelandangan, pengemis, anak terlantar pada saat mengakses pelayan- an kesehatan dengan

menunjukkan rekomendasi dari Dinas Sosial se- tempat. 2) Penghuni lapas dan rutan pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukkan rekomendasi dari Kepala Lapas/Rutan. 3) Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) pada saat mengakses pe- layanan kesehatan dengan

menunjukkan kartu PKH. 4) Bayi dan anak yang lahir dari pasangan peserta Jamkesmas, setelah terbitnya SK Bupati/Walikota dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukkan akte kelahiran/surat kenal lahir/surat keterangan lahir/pernyataan dari tenaga kesehatan, kartu Jamkesmas orang tua dan Kartu Keluarga orangtuanya. 1. Terhadap peserta yang memiliki kartu maupun yang tidak memiliki kartu sebagaimana tersebut diatas, PT. Askes (Persero) wajib menerbitkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) dan membuat pencatatan atas kunjungan pelayanan kesehatan. 2. Bila terjadi kehilangan kartu Jamkesmas, peserta melapor kepada PT. Askes (Persero) untuk selanjutnya dilakukan pengecekan database kepesertaannya dan PT. Askes (Persero) berkewajiban menerbitkan surat keterangan yang bersangkutan sebagai peserta. 3. 4. Bagi peserta yang telah meninggal dunia maka haknya hilang dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Penyalahgunaan terhadap hak kepesertaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

Verifikasi Kepesertaan PT. Askes (Persero) bertugas melaksanakan verifikasi kepesertaan dengan mencocokkan kartu Jamkesmas dari peserta yang berobat dengan database kepesertaan untuk selanjutnya diterbitkan SKP. Verifikasi kepesertaan

dilengkapi dengan dokumen berupa Kartu Keluarga (KK) / Kartu Tanda Penduduk (KTP) / identitas lainnya untuk pembuktian kebenarannya. Bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar yang tidak punya identitas cukup dengan surat keterangan/rekomendasi dari Dinas/Instansi Sosial setempat. Khusus untuk penghuni lapas dan rutan, cukup dengan surat rekomendasi dari Kepala Lapas/Kepala Rutan setempat. (Pengaturan lebih lanjut lihat tata laksana pelayanan kesehatan). Jamkesmas Jateng Sasaran Jamkesmas tahun 2009/2010 untuk Provinsi Jawa Tengah sebanyak 11,7 juta. Seperti di Kota Semarang, khusus masyarakat miskin yang tidak masuk dalam Jamkesmas dan Jamkesmaskot, sudah diatur dalam Peraturan Wali Kota tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Kota. Dalam peraturan tersebut diatur bagi masyarakat miskin yang belum masuk dalam Jamkesmas dan Jamkesmaskot, maka pengobatan bisa dengan cara menunjukkan surat keterangan tidak mampu (SKTM) yang harus diverifikasi oleh pihak kelurahan bersangkutan. Berdasarkan data yang ada jumlah keluarga miskin Kota Semarang periode Januari-Juni 2009 sebanyak 138.361 kepala keluarga atau 498.985 jiwa. Dari total 498.985 jiwa tersebut, yang mendapat Jamkesmas dari pusat sebanyak 306.700 jiwa, sehingga masih ada 192.285 jiwa yang belum menerima Jamkesmas. Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan tertanggal 6 Februari 2008 disebutkan, kelebihan kuota Jamkesmas menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota. Pemerintah Kota Semarang kemudian memiliki program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Kota (Jamkesmaskot) Semarang dari 192.285 jiwa yang belum menerima Jamkesmas tersebut. Prosedur Pelayanan Jamkesmas Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya.

Apabila peserta JAMKESMAS memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergency Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi :

a. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/ BBKPM /BKPM/BP4/BKIM. b. Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit c. Pelayanan obat-obatan d. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic

Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan

Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan SKPdan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan rawat inap.

Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat daruratdi BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta. Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap.

Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan di beri waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu dimana ybs belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud diatas maka Direktur RS dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. Yang dimaksud pada kondisi tertentu pada butir 8 diatas meliputi anak terlantar, gelandangan, pengemis, karena domisili yang tidak memungkinkan segera mendapatkan SKTM. Pelayanan atas anak terlantar, gelandangan,

pengemis dibiayai dalam program ini. 5. Prinsip Penyelenggaraan Ada beberapa prinsip penyelenggaraan di dalam Jamkesmas, yaitu :


1.

Pendanaan berasal dari bersumber dari APBN sebagai dana Bantuan Sosial Sektor Kesehatan. Prinsip prinsip Penyelenggaraan sebagai berikut :

1. 2. 3. 4. 5.

Dana amanah dan dikelola secara nirlaba Portabilitas dan Ekuitas Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terstruktur berdasarkan kebutuhan medis yang cost efektif Iuran dijamin oleh pemerintah Dikelola secara transparan dan akuntabel.

Pengelolaan meliputi :

1. Tatalaksana kepesertaaan, 2. Tatalaksana pelayanan kesehatan, 3. Tatalaksana administrasi keuangan 4. Pengorganisasian dan manajemen 6. Pelayanan Kesehatan (PPK) 1. Paket manfaat JAMKESMAS yang diterima peserta Jamkesmas Komprehensip (Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif) sesuai kebutuhan medis Jenis Pelayanan Kesehatan Perseorangan (Personal Care) Jaringan Pelayanan Kesehatan Lanjutan di milik pemerintah, swasta dan TNI-Polri

2. 3.

4.

Jaringan pelayanan kesehatan dasar (Yankesda) di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan Jaminan Persalinan (Jampersal) dapat melibatkan Bidan Praktek, Klinik Bersalin, Rumah Bersalin, Dokter Praktek.

5.

Ketersediaan Obat, AMHP, Alkes, Darah dan bahan penunjang lainnya sepenuhnya menjadi tanggungjawab Rumah Sakit/Balkesmas

6.

Diperlakukan Formularium Obat RS Jamkesmas.

TATALAKSANA PELAYANAN KESEHATAN A. KETENTUAN UMUM 1. Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi: pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat. 2. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik. 3. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan terstruktur dan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. 4. Pelayanan kesehatan dasar (RJTP dan RITP) diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Khusus untuk persalinan normal dapat juga dilayani oleh tenaga kesehatan yang berkompeten (praktek dokter dan bidan swasta) dan biayanya diklaimkan ke Puskesmas setempat sebagaimana diatur dalam juknis pelayanan dasar. 5. Pelayanan tingkat lanjut (RJTL dan RITL) diberikan di PPK lanjutan jaringan Jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/Polri dan RS Swasta) berdasarkan rujukan. Pelayanan Balkesmas merupakan PPK untuk layanan RJTL dengan pemberian layanan dalam gedung. 6. PPK lanjutan harus mempunyai kode PPK lanjutan agar dapat mengoperasi- kan software INA-DRG versi 1.6. Apabila PPK lanjutan belum mempunyai kode atau kode tersebut sudah tidak valid, maka diharapkan segera melapor dan membuat permintaan kode kepada Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik 7. Pelayanan RITL diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila karena sesuatu hal seperti misalnya tidak tersedianya tempat tidur, peserta terpak- sa dirawat di kelas yang lebih tinggi dari kelas III, biaya pelayanannya tetap diklaimkan menurut biaya kelas III. 8. Pada RS khusus (RS Jiwa, RS Kusta, RS Paru, dll) yang juga melayani pasien umum, klaim pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terpisah antara pasien khusus sesuai dengan kekhususannya dan pasien umum dengan mengguna- kan software INA-DRG yang berbeda sesuai penetapan kelasnya. 9. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh PPK wajib memberikan pe- layanan penanganan pertama keadaan gawat darurat kepada peserta Jam- kesmas walaupun tidak sebagai PPK jaringan Jamkesmas sebagai bagian dari fungsi sosial PPK. Setelah kegawatdaruratannya selesai ditangani, selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan PPK Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut. 10. Status kepesertaan harus ditetapkan sejak awal untuk mendapatkan pelayan- an kesehatan. Peserta Jamkesmas tidak boleh dikenakan iuran dengan alasan apapun. 11. Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK lanjutan harus dilakukan se- cara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Manajemen PPK lanjutan melakukan analisis pelayanan dan memberi umpan balik secara internal kepada instalasi pemberi layanan.

B. PROSEDUR PELAYANAN Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut: 1. Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jarin- gannya, peserta harus menunjukkan kartu Jamkesmas. Untuk peserta gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, menggunakan surat keterangan/rekomendasi Dinas/Instansi Sosial setempat. Bagi peserta PKH yang belum memiliki kartu Jamkesmas, cukup menggunakan kartu PKH. 2. 3. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di Puskesmas dan jaringannya. Bila menurut indikasi medis peserta memerlukan pelayanan pada tingkat lanjut maka Puskesmas dapat merujuk peserta ke PPK lanjutan. PPK lanjutan penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta Jamkesmas disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di PPK yang merujuk.

4.

2. Pelayanan Tingkat Lanjut 1. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut (RJTL dan RITL), dirujuk dari Puskesmas dan jaringannya ke PPK tingkat lanjut secara berjenjang dengan membawa kartu peserta Jamkesmas/iden- titas kepesertaan lainnya dan surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan. 2. Kartu peserta Jamkesmas/identitas kepesertaan lainnya dan surat rujukan dari Puskesmas dibawa ke loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Ru- mah Sakit (PPATRS) untuk diverifikasi kebenaran dan kelengkapannya, se- lanjutnya dikeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) oleh petugas PT. Askes (Persero), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan. 3. Bayi dan anak yang lahir dari pasangan peserta Jamkesmas secara otoma- tis menjadi peserta dengan merujuk pada kartu orang tuanya. Bila bayi dan anak memerlukan pelayanan dapat langsung diberikan dengan mengguna- kan identitas kepesertaan orang tuanya dan dilampirkan surat keterangan lahir dan Kartu Keluarga orang tuanya. 4. 5. Pelayanan tingkat lanjut sebagaimana diatas meliputi : Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit dan Balkes- mas. 1. Pelayanan rawat jalan lanjutan yang dilakukan pada Balkesmas bersifat pasif (dalam gedung) sebagai PPK penerima rujukan. Pelayanan Bal- kesmas yang ditanggung oleh program Jamkesmas adalah Upaya Ke- sehatan Perorangan (UKP) dalam gedung. 2. 3. Pelayanan rawat inap bagi peserta diberikan di kelas III (tiga) di Rumah Sakit. Pelayanan obat-obatan dan alat/bahan medis habis pakai. 1. 2. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya. Untuk kasus kronis yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu lama, seperti Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal, Kanker, dll, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan. Untuk kasus kronis lainnya seperti kasus gang- guan jiwa, kusta, kasus paru dengan komplikasi, surat rujukan dapat berlaku selama 3 bulan. Pertimbangan pemberlakuan waktu surat rujukan (1 atau 3 bulan) didasarkan pada pola pemberian obat. 3. Peserta yang berobat lintas daerah, verifikasi kepesertaan tetap dilakukan oleh PT. Askes (Persero) dengan melihat pada kartu Jamkesmas. Dalam hal terdapat keragu-raguan mengenai status kepesertaannya, dapat dilakukan konfirmasi status kepesertaan tersebut ke

database daerah asal peserta oleh petugas PT. Askes (Persero) atau tim pengelola daerah tempat asal pasien. 4. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan RS antar daerah dilengkapi surat rujukan dari rumah sakit asal pasien dengan membawa identitas kepesertaannya untuk dapat dikeluarkan SKP oleh petugas PT. Askes (Persero). 5. Peserta Jamkesmas dalam keadaan gawat darurat wajib ditangani langsung tanpa diperlukan surat rujukan. Apabila setelah penanganan kegawat-daru- ratannya peserta belum melengkapi identitasnya, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk melengkapi identitasnya yakni kartu peserta disertai KK dan KTP. 6. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggungjawab menyediakan semua obat sesuai dengan formularium dan bahan habis pakai yang diperlukan. Meski telah diberlakukan INA-DRG, agar terjadi efisiensi pelayanan, pemberian obat wajib menggunakan formularium obat Jamkesmas di Rumah Sakit (formularium obat Jamkesmas akan di tetapkan dengan SK Menkes tersendiri). 7. Penggunaan INA-DRG versi 1.6 bagi seluruh PPK lanjutan sebagai dasar pertanggungjawaban/klaim diberlakukan sejak 1 Maret 2010. 8. Alat Medis Habis Pakai (AMHP) tertentu dapat diklaimkan terpisah di luar paket INA-DRG. RS wajib membuat daftar AMHP dan kisaran harga yang ditetapkan pihak RS atas masukan komite medik. Pilihan penggunaan AMHP tersebut didasarkan kepada ketersediaan AMHP dengan mempertimbang- kan efisiensi, efektifitas dan harga yang ekonomis tanpa mengorbankan mutu. Ketentuan mengenai AMHP ini terdapat dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor JP.01.01/I/3392/2009 tanggal 2 September 2009 tentang Edaran Pelaksanaan Jamkesmas 2009. 9. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk men- jamin ketersediaan obat, AMHP, darah termasuk reagennya. Pelayanan darah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari paket tarif INA- DRG sehingga tidak dapat diklaimkan terpisah. 10. Pelayanan RJTL dan pelayanan RITL di PPK lanjutan dilakukan secara ter- padu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut INA-DRG. Dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa yang tepat sesuai ICD-10 dan ICD-9 CM sebagai dasar penetapan kode INA-DRG. Dalam hal tertentu, tenaga Koder RS dapat membantu proses coding diagnosa dokter. Dokter penanggung jawab harus menuliskan nama dengan jelas serta menandatangani berkas peme- riksaan (resume medik). 11. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3 menurut kode INA-DRG harus mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk/diberi tanggungjawab oleh RS untuk hal tersebut. 12. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat hanya diklaim menggunakan 1 (satu) kode INA-DRG dengan jenis pelayanan rawat inap. 13. Pasien yang datang ke 2 (dua) atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih diagnosa akan tetapi diagnosa tersebut merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya maka diklaimkan menggunakan 1 (satu) kode INA-DRG. 14. PPK lanjutan melakukan pelayanan dengan efisien dan efektif agar biaya pelayanan seimbang dengan tarif INA-DRG. 7.Sumber Pembiayaan

Dana Pelayanan Kesehatan Jamkesmas, Jampersal, BOK bersumber dari APBN (6,3 T, 932 M).

Jenis Belanja Yankes Jamkesmas, Jampersal adalah BANSOS, sedangkan BOK berupa Belanja Barang. Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola bersumber APBN melalui Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Tetap dilakukan Luncuran dana dengan memperhitungkan Lap. Pertanggungjawaban dan Kepatuhan Faskes (Cooperatif) Pertanggungjawaban Dana Luncuran; Di Pelayanan Kesehatan dasar dengan Klaim Di Pelayanan Kesehatan Lanjutan tetap dengan INA-CBGs Tim Pengelola Jamkesmas & BOK (Bag Verifikasi) untuk Pelayanan kesehatan Dasar Verifikator Independen untuk Pelayanan Kesehatan Lanjutan Pendanaan Jamkesmas Yandas dan Jampersal menjadi satu rekening khusus Jamkesmas (Giro) di Dinkes Kab/Kota, sedangkan BOK dengan SATKER tersendiri. Proses Verifikasi Pertanggungjawaban dana tetap dilakukan;. Setelah diverifikasi Verifikator Independen dan ditandatangani oleh Direktur RS/Balkesmas dan Verifikator Independen RS/Balkesmas dapat langsung mencairkan dana klaim tanpa menunggu Umpan Balik (feed back) dari Pusat (PPJK)

P2JK (TP Jamkesmas Pusat) akan turun segera melakukan pembinaan apabila ada praduga kesalahan pertanggung jawaban, kesulitan secara teknis software. Ada pengalihan Grouper INA-DRGs ke INA-CBGs (UNU-IIHG)

PELAYANAN KLAIM JAMKESMAS A. PENYALURAN DANA KE PPK

PUSKESMAS

Dana untuk Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Puskesmas dan jaringannya disalurkan langsung dari Departemen Kesehatan (cq Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat) ke Puskesmas melalui pihak PT Pos Indonesia. Penyaluran dana ke Puskesmas berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mencantumkan nama dan alokasi Puskesmas penerima dana yang akan dikirimkan secara bertahap.

RUMAH SAKIT /BKMM /BBKPM /BKPM /BP4 /BKIM

Dana untuk Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Rumah Sakit/BKMM/ BBKPM/BKPM/BP4/BKIM disalurkan langsung dari Departemen Kesehatan melalui Kas Negara (KPPN) ke rekening Bank Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM. Pada tahap pertama diluncurkan dana awal sebesar 2 (dua) bulan dana pelayanan kesehatan yang diperhitungkan berdasarkan jumlah klaim rata-rata perbulan tahun sebelumnya.

B. PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA DI PPK PUSKESMAS Puskesmas membuat Plan Of Action (POA) yang telah dibahas dan disepakati sebelumnya pada forum lokakarya mini Puskesmas. Setiap pengambilan dana dari rekening Puskesmas harus mendapat persetujuan dari Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan POA yang telah disusun sebagaimana butir a.

Dana yang diterima Puskesmas, dimanfaatkan untuk membiayai:

1) Dana pelayanan kesehatan dasar yang meliputi: (a). Biaya pelayanan dalam dan luar gedung (b). Biaya jasa pelayanan kesehatan (c). Biaya transportasi petugas (d). Biaya rawat inap (e). Biaya penanganan komplikasi kebidanan dan neonatal di Puskesmas PONED (f). Biaya jasa pelayanan dokter spesialis dan penggunaan peralatan penunjang spesialistik (g). Biaya transport dan petugas kesehatan pendamping untuk rujukan 2) Dana pertolongan persalinan: (a). Biaya pertolongan persalinan normal (b). Biaya pelayanan nifas Pengelolaan dan pemanfaatannya secara rinci atas dana pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.03.05/BI.3/2036/2007Tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar dan Pertolongan Persalinan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin di Puskesmas dan jaringannya Tahun 2007

RUMAH SAKIT/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM

Rumah Sakit menerima pembayaran setelah klaim yang diajukan, disetujui untuk dibayar oleh Departemen Kesehatan. Penerimaan klaim RS tahun 2008, pengelolaan dan pemanfaatannya diserahkan pada mekanisme daerah. Klaim Rumah Sakit tahun 2008 berdasarkan : Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008 (dalam masa transisi), sambil menunggu kesiapan

INA-DRG . - Paket klaim tersebut diajukan oleh Rumah Sakit meliputi Pelayanan Kesehatan RJTL, RITL, obat dan penunjang.

Berdasarkan Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008 , maka RS melakukan klaim dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut; Untuk berbagai jenis pelayanan (tindakan, pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah

serta pelayanan lainnya, tidak termasuk pelayanan haemodialisa) diklaimkan secara terpadu oleh Rumah Sakit sehingga biaya diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan. Dalam format klaim wajib dicantumkan diagnosa sebagai pembelajaran awal penerapan INA-DRG

C. PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DI PPK

PUSKESMAS

Pembayaran ke Puskesmas dan jaringannya harus dipertanggung jawabkan dengan dilakukan verifikasi pelayanan meliputi: RJTP (jumlah kunjungan dan rujukan), RITP, Persalinan, Transportasi Rujukan, Pelayanan Spesialistik oleh Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota.

RUMAH SAKIT/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM

Prosedur pembayaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit/BKMM/ BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dilakukan secara bertahap. Tahapan pembayaran pelayanan kesehatan ke Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

Pembayaran Dana luncuran Pertama (awal) tahun 2008. Departemen Kesehatan mengucurkan dana awal pada bulan Februari 2008 ke rekening

RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM. Besarnya jumlah dana yang dibayarkan dipehitungkan berdasarkan ratarata pembayaran per bulan di Rumah Sakit pada tahun sebelumnya. Dana luncuran tersebut langsung disalurkan dari Departemen Kesehatan melalui KPPN Pusat ke Rekening RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM. RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dapat langsung mengambil dan menggunakan dana tersebut untuk pelayanan kesehatan peserta. Pertanggung jawaban dana awal tersebut berupa klaim pelayanan RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM

yang besarannya mengacu pada Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008 Sebelum terbentuknya Pelaksana Verifikasi, klaim pertanggung jawaban dana awal tersebut langsung dikirim ke Tim Pengelola JAMKESMAS Pusat, dengan menggunakan format rekapitulasi klaim biaya mingguan untuk RJTL, IGD, ODC, dan RITL (form 1c sampai dengan 4c), serta rekapitulas klaim biaya total (form 5) seperti terdapat dalam lampiran IV. Dana luncuran berikutnya dapat disalurkan bila dana luncuran awal telah dipertanggungjawabkan. Penerimaan klaim bagi RS Daerah, pertanggungjawaban, pengelolaan dan pemanfaatannya diserahkan

pada mekanisme Daerah. Khusus untuk RS Vertikal/ BKMM/BBKPM /BKPM/BP4/BKIM disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Rumah Sakit dapat memanfaatkan dana tersebut sesuai kebutuhan dan ketentuan masing-masing

RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM antara lain: jasa medik/pelayanan, jasa sarana, pemenuhan kebutuhan bahan medis habis pakai, dana operasional, pemeliharaan, obat, darah dan kebutuhan administrasi pendukung lainnya. Khusus untuk belanja investasi untuk Rumah Sakit daerah harus mendapat persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan untuk Rumah Sakit Vertikal persetujuan dari Dirjen Bina Yanmed. Seluruh berkas dokumen pertanggung jawaban disimpan oleh RS, dan akan diaudit kemudian oleh Aparat

Pengawas Fungsional (APF). RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengirimkan laporan realisasi klaim kepada Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota. Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan ke

Tim Pengelola Propinsi Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Pusat

Pembayaran Dana Luncuran ke dua

Apabila telah terbentuk tenaga pelaksana verifikasi, maka akan dilakukan verifikasi dengan mengacu pada Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008, dengan demikian pembayaran dilakukan berdasarkan klaim RS yang sudah di verifikasi. Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengajukan klaim (setiap minggu), sedangkan verifikasinya dilakukan setiap hari oleh tenaga verifikasi Rekapitulasi Klaim yang telah diverifikasi dikirimkan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Pusat yang ditanda

tangani direktur Rumah Sakit dan diketahui oleh pelaksana Verifikasi Terhadap Klaim tersebut dilakukan telaah dan otorisasi oleh Tim Pengelola Pusat untuk selanjutnya dilakukan pembayaran melalui KPPN. Dasar besaran klaim mengacu sampai dengan bulan Juni 2008 tetap mengacu pada jenis paket dan tarif

pelayanan kesehatan tahun 2008 dengan kewajiban Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mencantumkan diagnosa pada setiap klaim denganditambahkan kode diagnosa, meskipun kode tersebut belum dijadikan dasar pembayaran. Apabila belum ada tenaga pelaksana verifikasi pengaturan penggunaannya seperti luncuran tahap pertama Periode klaim Juli-Desember 2008 dasar besaran klaim RS mengacu pada Tarif Paket JAMKESMAS di

RS tahun 2008 (INA-DRG) yang berlaku efektif. Terhitung bulan Juli 2008, dasar besaran klaim Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengacu pada Tarif Paket Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Tahun 2008 (INA-DRG) sesuai dengan kode dan diagnosa penyakit. Penerimaan klaim bagi RS Daerah, pengelolaan dan pemanfaatannya diserahkan pada mekanisme Daerah. Khusus untuk RS Vertikal/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Rumah Sakit dapat memanfaatkan dana tersebut sesuai kebutuhan dan ketentuan masing-masing RS antara lain: jasa medik/pelayanan, jasa sarana, pemenuhan kebutuhan bahan medis habis pakai, dana operasional, pemeliharaan, obat, darah dan kebutuhan administrasi pendukung lainnya. Khusus untuk belanja investasi bagi Rumah Sakit daerah harus mendapat persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan untuk Rumah Sakit Vertikal harus mendapatkan persetujuan Dirjen Bina Yanmed, departemen kesehatan. Seluruh berkas dokumen pertanggung jawaban disimpan oleh RS, dan akan diaudit kemudian oleh Aparat Pengawas Fungsional (APF). RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengirimkan laporan realisasi klaim kepada Tim Pengelola

JAMKESMAS Kabupaten/Kota. Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan ke Tim Pengelola Propinsi Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan ke Tim

Pengelola JAMKESMAS Pusat Apabila pengajuan klaim oleh Rumah Sakit melebihi 30 hari kalendar sejak pasien pulang, maka klaim tersebut tidak akan dibayarkan. Ketentuan ini diberlakukan efektif mulai pelayanan pada bulan April 2008.

Kekurangan ataupun kelebihan pembayaran pada bulan Januari sampai dengan Maret 2008 akan diperhitungkan pada pembayaran berikutnya. Klaim Paket Jamkesmas di rekapitulasi mingguan oleh RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan di verifikasi oleh Pelaksana Verifikasi dan diajukan oleh RS ke Depkes untuk pembayaran. Depkes membayar klaim paling lama 7 (tujuh) hari kalender setelah tanggal Berita Acara Verifikasi oleh Tim Pengelola Pusat.

D. VERIFIKASI Verifikasi adalah kegiatan penilaian administrasi klaim yang diajukan PPK yang dilakukan oleh Pelaksana Verifikasi dengan mengacu kepada standar penilaian klaim. Tujuan dilaksanakannya verifikasi adalah diperolehnya hasil pelaksanaan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Tiap-tiap RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM akan ditempatkan pelaksana verifikasi yang jumlahnya diperhitungkan dari jumlah TT yang tersedia di RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan beban kerja. Verifikasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat meliputi: verifikasi administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan dan administrasi keuangan. Pelaksana Verifikasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari di RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM berdasarkan beban kerja di bawah koordinasi Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/ Kota. Pelaksana verifikasi ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan yang ditugaskan untuk melaksanakan penilaian administrasi klaim yang diajukan PPK, dengan mengacu kepada standar penilaian klaim, dan memproses klaim sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.

PROSES VERIFIKASI Proses verifikasi dalam pelaksanaan JAMKESMAS, meliputi:

Pengecekan kebenaran dokumen identitas peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat Pengecekan adanya Surat Rujukan dari PPK dan Penerbitan SKP (Surat Keabsahan Peserta), (1 dan 2) Oleh PT Askes. Proses memastikan dikeluarkannya data entry rekapitulasi pengajuan klaim oleh petugas RS sesuai dengan format pengajuan klaim Pengecekan kebenaran penulisan paket/diagnosa, prosedur, No. Kode Pengecekan kebenaran besar tarif sesuai paket/diagnosa, prosedur, No. Kode Pengiriman rekapitulasi pengajuan klaim yang di tanda tangani oleh Direktur RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ke TIM Pengelola JAMKESMAS Pusat, tembusan Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi/Kabupaten/Kota

Mengirim laporan rekapitulasi dan realisasi pembayaran klaim RS/BKMM /BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ke Tim Pengelola Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota

8. Komponen Organisasi Pengorgannisasian dalam penyelenggaraan jamkesmas terdiri dariTim pengelola dan Tim koordinasi di Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/kota, pelksana verifikasi di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPk) serta PT.Askes (Persero) sebagai pengelola manajemen kepesertaan. A. TIM PENGELOLA JAMKESMAS

Tim Pengelola Jamkesmas melaksanakan pengelolaan jaminan kesehatan bagi pe-serta meliputi kegiatankegiatan manajemen kepesertaan, pelayanan, keuangan,perencanaan, SDM, informasi, hukum dan organisasi serta telaah hasil verifikasi. 1. TIM PENGELOLA JAMKESMAS PUSAT

Tim Pengelola Jamkesmas ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan tentangTim Pengelola Jamkesmas Pusat Tahun 2010. Keberadaan tim ini bersifat inter-nal lintas program Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan membentuk Tim Pengelola Jamkesmas Pusat terdiri dari Pelindung, Pengarah, dan Pelaksana Teknis. Sebagai Pelindung adalah Menteri Kesehatan sedangkan Pengarah terdiri daripara Pejabat Eselon I di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal KementerianKesehatan. Pelaksana Teknis terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Anggota yang ter-diri dari Pejabat Eselon I, II dan III terkait di Kementerian Kesehatan dan Bidang-Bidang yang terdiri dari Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, SDM, Infor-masi dan Hukor, Bidang Kepesertaan, Bidang Pelayanan Kesehatan, BidangKeuangan, dan Bidang Verifikasi. Struktur Organisasi Tim Pengelola JAMKESMAS Pusat I. Pelindung : Menteri Kesehatan RI II. Pengarah : Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dan para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Kesehatan III. Pelaksana Teknis : Ketua : SAM Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat Wakil Ketua : SAM Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi Sekretaris : Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Anggota : Pejabat Eselon II dan III terkait Bidang-Bidang yang meliputi : 1. Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, SDM, Informasi dan Hukor:

terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua Bidang Administrasi Umum besertaanggota, Ketua Bidang Perencanaan & Penganggaran beserta anggota,Ketua Bidang SDM beserta anggota, Ketua Bidang Sistem Informasi Manajemen & EDP beserta anggota, Ketua Bidang Hukum & Organisasi besertaanggota. 1. 2. Bidang Kepesertaan: terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua Bidang Pen-dataan dan Registrasi beserta anggota, Ketua Bidang Penanganan Keluhandan Advokasi/Sosialisasi beserta anggota. 3. 4. Bidang Pelayanan Kesehatan: terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua Bi-dang Pelayanan Kesehatan Dasar beserta anggota, Ketua Bidang Pelayan-an Kesehatan Rujukan beserta angsgota. 5. 6. Bidang Keuangan: terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua Bidang Pertang-gungjawaban dan Klaim beserta angggota, Ketua Bidang Pembayaran be-serta anggota.

7. 8.

Bidang Verifikasi: terdiri dari Penanggung Jawab Verifikasi Umum, Pe-nanggung Jawab Verifikasi Teknis, Ketua beserta anggota.

Tugas Tim Pengelola Pusat Pengarah : 1. merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional dan teknis, pelaksanaanprogram Jaminan Kesehatan 2. 3. 4. Masyarakat (Jamkesmas) agar sejalan denganUU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN.

melakukan pengawasan dan pembinaan atas kebijakan yang telah ditetap-kan. melakukan sinkronisasi dan koordinasi terkait pengembangan kebijakan. memberi masukan kepada Menteri Kesehatan terkait pelaksanaan program Jamkesmas.

Pelaksana Teknis : 1. 2. merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh peng-arah. menyusun pedoman teknis pelaksanaan, penataan sasaran, penataan sa-rana pelayanan kesehatan (pemberi pelayanan kesehatan). 3. menyusun dan mengusulkan norma, standar, prosedur dan kriteria dalampenyelenggaraan Jamkesmas kepada pengarah. melaksanakan pertemuan berkala dengan pihak terkait dalam rangka koor dinasi, sinkronisasi dan evaluasi penyelenggaraan Jamkesmas. Melaksanakan advokasi, sosialisasi, sinkronisasi penyelenggaraan Jamkes-mas. menyusun perencanaan, evaluasi, monitoring dan pengawasan seluruh kegi-atan sesuai dengan kebijakan teknis dan operasional yang telah ditetapkan. melakukan telaah hasil verifikasi, otorisasi dan realisasi pembayaran klaimdan mengusulkan kebutuhan anggaran pelayanan kesehatan. 8. membuat laporan hasil penyelenggaraan Jamkesmas kepada pengarah -Bidang :

4.

5. 6.

7.

Bidang 1.

memberikan masukan kepada Tim Pengelola (pengarah dan pelaksana) terkait penyelenggaraan Jamkesmas.

2.

menyiapkan dan menyusun pedoman pelaksanaan Jamkesmas sesuai de-ngan arah kebijakan pengarah dan rumusannya.

3. 4. 5.

membantu kelancaran administrasi pelaksanaan tugas Tim Pengelola. menyiapkan norma, standar, prosedur dan kriteria penyelenggaraan Jam-kesmas. menyiapkan dan menyusun bahan-bahan bimbingan teknis, monitoring,evaluasi penyelenggaraan Jamkesmas.

6.

membantu pengarah dan pelaksana dalam melakukan advokasi, sosialisasi,monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Jamkesmas.

7. 8.

melaksanakan pelatihan-pelatihan terkait penyiapan SDM dalam pelaksa-naan Jamkesmas. melakukan analisis aspek kendali biaya dan kendali mutu.

9.

membuat laporan secara berkala kepada pengarah dan pelaksana.

2. TIM PENGELOLA JAMKESMAS PROVINSI Tim pengelola Jamkesmas Provinsi bersifat internal lintas program di DinasKesehatan Provinsi. Jamkesmas merupakan suatu sistem yang memadukansubsistem pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan kesehatan, karenaitu dalam pelaksanaannya sebaiknya Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi meli-batkan berbagai bidang/subdin terkait yang tidak terlepas dari tugas pokok danfungsi dari masing-masing bidang atau subdin-subdin di Dinas Kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi membentuk Tim Pengelola JamkesmasProvinsi terdiri dari 1 (satu) orang Ketua sebagai Penanggung Jawab yangdijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi; 1 (satu) orang Sekretaris seba-gai koordinator operasional dijabat oleh seorang Kasubdin/Kabag/Kabid yangmembidangi pembiayaan/jaminan kesehatan; 2 (dua) orang staf koordinator,yaitu: 1 (satu) orang staf Penanggung Jawab yang membidangi kepesertaan & pelayanan, dan (satu) orang staf Penanggung Jawab bidang Administrasi &Keuangan. Stuktur tim ini bersifat minimal, apabila Dinas Kesehatan Provinsiingin memperluas masih dimungkinkan sepanjang tersedia dana penunjanguntuk mendukung aktifitas Tim Pengelola. Tugas Tim Pengelola Provinsi : 1. 2. melaksananakan kebijakan yang telah ditetapkan Tim Pengelola Jamkes-mas Pusat. bertanggung jawab dalam pengelolaan manajemen penyelenggaraan Jam-kesmas secara keseluruhan di wilayah kerjanya. 3. mengkoordinasikan manajemen kepesertaan, pelayanan dan administrasikeuangan dalam penyelenggaraan Jamkesmas. 4. 5. Memfasilitasipermasalahan lintas batas. bertindak atas nama Menteri Kesehatan melakukan rekruitmen dan me-nyampaikan usulan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian tenagaverifikator independen yang bekerja di seluruh PPK jaringan yang berada diprovinsinya atas usulan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota. 6. melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap unit-unitkerja yang terkait dalam penyelenggaraan Jamkesmas di wilayah kerjanya. 7. memfasilitasi pertemuan secara berkala dengan Tim Koordinasi sesuai ke-butuhan dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, evaluasi, dan penyelesai-an masalah lintas sektor yang terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmasdi provinsi. 8. membuat laporan secara berkala atas pelaksanaan Jamkesmas di wilayah-nya kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat. 9. menangani penyelesaian keluhan dari para pihak.

10. meneruskan hasil rekruitmen PPK dari Dinkes Kabupaten/Kota ke Pusat. 11. memonitor pelaksanaan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Dinas Kesehat-an Kabupaten/Kota dengan PPK yang menyelenggarakan Jamkesmas diwilayah kerjanya. 12. melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap inventaris barang yangtelah diserahkan Kementerian Kesehatan untuk menunjang pelaksanaanJamkesmas di daerahnya. 13. menyusun dan menyampaikan laporan atas semua hasil pelaksanaan tugaspenyelenggaraan Jamkesmas kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.

3. TIM PENGELOLA JAMKESMAS KABUPATEN/KOTA Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota bersifat internal lintas program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Jamkesmas merupakan suatu sistem yang memadukan subsistem pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan ke-sehatan karena itu dalam pelaksanaannya sebaiknya Tim pengelola JamkesmasKabupaten/Kota melibatkan berbagai bidang/subdin terkait yang tidak terlepastugas pokok dan fungsi dari bidang atau subdinsubdin di Dinas Kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membentuk Tim Pengelola Jamkes-mas Kabupaten/Kota. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota terdiri dari 1(satu) orang ketua sebagai penanggung jawab yang dijabat oleh Kepala DinasKesehatan Kabupaten/Kota; 1 (satu) orang sekretaris sebagai koordinator ope-rasional orang dijabat oleh salah seorang kasubdin/kasudit yang membidangipembiayaan/jaminanan kesehatan; 3 (tiga) orang staf koordinator yang membi-dangi kepesertaan, pelayanan, administrasi dan keuangan. Tugas Tim Pengelola Kab/Kota: a) bertanggung Jawab mengelola manajemen penyelenggaraan Jamkesmassecara keseluruhan diwilayah kerjanya. b) melakukan rekruitmen dan menyampaikan usulan pengangkatan, pemindah-an dan pemberhentian tenaga verifikator independen yang bekerja di selu-ruh PPK yang berada di kabupaten/kota. c) melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap unit-unitkerja yang terkait dalam penyelenggaraan Jamkesmas diwilayah kerjanya(termasuk pada sarana yankes dasar di puskesmas dan jaringannya danPPK Lanjutan). d) memfasilitasi pertemuan secara berkala dengan tim koordinasi sesuai kebu-tuhan dalam rangka review, evaluasi, dan penyelesaian masalah lintas sek-tor yang terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmas di kabupaten/kota. e) mengkoordinasikan manajemen kepesertaan, pelayanan dan administrasikeuangan dalam penyelenggaraan Jamkesmas di kabupaten/kota. f) membentuk tim rekruitmen tenaga verifikator independen serta melakukanpembinaan, pengawasan dan

pengendalian serta mobilisasi tenaga verifika-tor di PPK lanjutan. g) menyusun dan menyampaikan laporan atas semua pelaksanaan tugas pe-nyelenggaraan Jamkesmas kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat mela-lui Dinas Kesehatan Provinsi setempat. h) melakukan pengelolaan kepesertaan yang mencakup pencatatan dan up-dating data kepesertaan di

wilayah kerjanya. i) j) menangani penyelesaian keluhan yang belum dapat terselesaikan baik di PPK maupun peserta. Menyiapkan bahan laporan penyelenggaraan Jamkesmas

k) memfasilitasi calon PPK baru, yang meliputi: penyiapan rekomendasi ber-dasarkan hasil penilaian kelengkapan dokumen calon PPK tingkat lanjutyang baru. menyiapkan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan PPK yang me-nyelenggarakan Jamkesmas di wilayah kerjanya.

l)

Selaku Pembina verifikator independen melakukan pembinaaan dan penga-wasan pelaksanaan kegiatan

verifikator independen di daerahnya, termasukdidalamnya adalah melakukan evaluasi kinerja terhadap kegiatan verifikatorindependen. m) melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap inventaris barang yangtelah diserahkan Kementerian

Kesehatan untuk menunjang pelaksanaanJamkesmas di daerahnya.

4. PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) atas penugasan Menteri Kesehatan, melaksanakan mana-jemen kepesertaan, yang didukung dengan jaringan kantor terdiri dari: 1. PT. Askes (Persero) 2. PT. Askes (Persero) Regional 3. PT. Askes (Persero) Cabang dan Area Asisten Manajer (AAM) Tugas PT. Askes (Persero): a. melakukan penatalaksanaan kepesertaan dalam pelayanan kesehatan, me-liputi: 1) verifikasi peserta Jamkesmas yang memanfaatkan pelayanan di PPKtingkat lanjut; bila terjadi keraguan atas identitas yang diserahkan pe-serta, petugas PT. Askes (Persero) berkewajiban mengecek kebenaran-nya. 2) penerbitan Surat Keabsahan Peserta (SKP); kelalaian terhadap pener-bitan SKP sepenuhnya menjadi

tanggung jawab PT. Askes (Persero). b. melakukan penatalaksanaan organisasi dan manajemen kepesertaan,meliputi: 1) melakukan penanganan keluhan peserta terkait penugasan manajemenkepesertaan dan rekapitulasi pelaporannya. 2) melakukan telaah utilisasi kepesertaan atas akses pelayanan kesehatandi PPK tingkat lanjut berdasarkan

wilayah kab/kota/provinsi, jenis ke-lamin dan umur per PPK lanjutan secara bulanan dan triwulanan. 3) melakukan pelaporan hasil telaah utilisasi secara berjenjang ke Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten /Kota, Provinsi, dan Pusat. 4) melakukan koordinasi aktif dalam pelaporan telaah utilisasi dan pena-nganan keluhan peserta dengan

Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/ Kota/Provinsi. 5) melakukan pelaporan tahunan atas pelaksanaan tugasnya dalam mana-jemen kepesertaan Jamkesmas yang mencakup rekapitulasi telaah utili-sasi kepesertaan, aspek manajerial dan aspek akuntabilitas pencapaianprogram, kendala yang dihadapi dan saran perbaikan. 6) melakukan pelaporan tahunan atas pelaksanaan tugasnya dalam mana-jemen kepesertaan Jamkesmas yang mencakup rekapitulasi telaah utili-sasi kepesertaan, aspek manajerial dan aspek akuntabilitas pencapaianprogram, kendala yang dihadapi dan saran perbaikan.

B. TIM KOORDINASI PROGRAM JAMKESMAS

Tim Koordinasi melaksanakan koordinasi penyelenggaraan Jamkesmas yang meli-batkan lintas sektor dan stakeholder terkait dalam berbagai kegiatan seperti koordi-nasi, sinkronisasi, pembinaan, pengendalian dan lainlain. 1. TIM KOORDINASI JAMKESMAS PUSAT Menteri Kesehatan membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas Pusat terdiri dariPelindung dan Pelaksana yang terdiri dari Ketua dan Anggota serta Sekretariat.Tim Koordinasi bersifat lintas sektor terkait, diketuai oleh Sekretaris Kemente-rian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan anggota terdiri dari Pe-jabat Eselon I Kementerian terkait dan unsur lainnya. Tugas Tim : 1. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi program. Melaksanakan pertemuan berkala dalam rangka evaluasi kebijakan. Mengindentifikasi permasalahan lintas program dan lintas sektor yang ber-sumber dari atau berkaitan dengan kebijakan program di tingkat pusat sertamenyampaikan hasil penyelesaiannya kepada Tim Pengelola JamkesmasPusat. 5. Melaporkan secara berkala perkembangan hasil keputusan dalam Tim Koor-dinasi kepada Menteri Kesehatan.

2. 3. 4.

2. TIM KOORDINASI PROVINSI Gubernur membentuk Tim Koordinasi Program Jamkesmas Tingkat Provinsi ter-diri dari Pelindung, Ketua dan Anggota serta Sekretariat. Tim koordinasi bersifatlintas sektor terkait dalam pelaksanaan program Jamkesmas, diketuai oleh Sek-retaris Daerah Provinsi dengan anggota terdiri dari Pejabat terkait. Tugas : 1. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi program JaminanKesehatan Masyarakat di tingkat Provinsi dengan tetap mengacu pada kebi-jakan pusat 2. 3. 4. 5. Melakukan pembinaan dan pengendalian program Jamkesmas di provinsi. Melaksanakan pertemuan dalam rangka review/evaluasi sesuai kebutuhand. Menyelesaikan permasalahan Jamkesmas yang menyangkut lintas sektor di tingkat provinsi Menggali sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan pelak-sanaan di daerahnya melalui advokasi ke DPRD, PEMDA, organisasi ke-masyarakatan, swasta/dunia usaha lainnya.

Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas Tingkat Provinsi berikut: Pelindung :Gubernur Ketua :Sekretaris Daerah Anggota :Kadinkes Provinsi

: Asisten Kesra : Direktur Rumah Sakit : Ketua Komisi DPRD yang membidangi Kesehatan : Kepala PT. Askes (Persero) Regional/ Cabang Sekretariat Ketua : Kasubdin/Kabid yang bertanggung jawab pada program Pem-biayaan dan Jaminan Kesehatan Staf Sekretariat : 2 orang

3. TIM KOORDINASI KABUPATEN/KOTA Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kotaterdiri dari Pelindung, Ketua dan Anggota serta Sekretariat. Tim koordinasi bersifatlintas sektor terkait dalam pelaksanaan program Jamkesmas, diketuai oleh Sekre-taris Daerah Kabupaten atau Kota dengan anggota terdiri dari Pejabat terkait. Tugas : 1. 2. 3. 4. 5. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi Program Jamkes-mas Tingkat Kabupaten/Kota; Melakukan pembinaan dan pengendalian Program Jamkesmas Tingkat Ka-bupaten/Kota; Melaksanakan pertemuan review/evaluasi secara berkala sesuai kebu-tuhan; Menyelesaikan permasalahan Jamkesmas yang menyangkut lintas sektor di tingkat Kabupaten/Kota; Menggali sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan pelak-sanaan di daerahnya melalui advokasi ke DPRD, PEMDA, organisasi ke-masyarakatan, swasta/dunia usaha lainnya. Struktur Tim Koordinasi Program Jamkesmas Tingkat Kabupten/Kota berikut : Pelindung : Bupati/ Walikota Ketua : Sekretaris Daerah Anggota : Kadinkes Kabupaten/Kota :Asisten Kesra : Direktur Rumah Sakit : Ketua Komisi DPRD yang membidangi Kesehatan : Kepala PT. Askes (Persero) Cabang/ AAM Sekretariat Ketua : Kasubdin/kabid yang bertanggung jawab program Pembi-ayaan dan Jaminan Kesehatan

Staf Sekretariat : 2 orang

C. PELAKSANA VERIFIKASI Tenaga Pelaksana Verifikasi adalah tenaga yang memiliki pengetahuan dan ke-mampuan dalam melakukan administrasi klaim meliputi aspek kepesertaan, pe-layanan kesehatan, keuangan dan mampu melaksanakan tugasnya secara profes-sional serta telah mengikuti pelatihan. Prosedur rekrutmen dilakukan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 160/ MENKES/SK/II/2009 tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana VerifikasiDalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagaimanatelah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/ XII/2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 160/MENKES/SK/II/2009 Tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi DalamPenyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Adapun jumlah tenagapelaksana verifikasi 2010 masih mengacu pada jumlah tenaga pelaksana verifikasiTahun 2009. Lingkup-Kerja-Pelaksana-Verifikasi: 1. 2. 3. Melaksanakan verifikasi administrasi kepesertaan; Melaksanakan verifikasi administrasi pelayanan; Melaksanakan verifikasi administrasi keuangan.

Uraian Tugas: 1) 2) 3) 4) Memastikan kebenaran dokumen identitas peserta program Jamkesmas; Memastikan adanya Surat Rujukan dari PPK; Memastikan adanya dokumen Surat Keabsahan Peserta (SKP); 4. Memastikan dikeluarkannya rekap pertanggungjawaban keuangan oleh petu-gas RS sesuai dengan

format paket yang ditetapkan; 5) 6) 7) 8) 9) Memastikan kebenaran penulisan paket/diagnosa, prosedur, nomor kode; Memastikan kebenaran besar tarif sesuai paket/diagnosa, prosedur, nomorkode; Menyimpulkan kelayakan hasil verifikasi; Melakukan rekapitulasi laporan pertanggungjawaban dana PPK lanjutan yangsudah layak bayar; Menandatangani rekapitulasi laporan pertanggungjawaban dana;

10) Memastikan Direktur RS/Kepala Balai Kesehatan menandatangani rekapitulasilaporan pertanggungjawaban dana; 11) Membuat laporan hasil pekerjaan bulanannya kepada Tim Pengelola Kabu-paten/Kota, termasuk absensi kehadiran.

9. Perbaikan Dalam Jamkesmas

Percepatan penyelesaian pendataan sasaran maskin Percepatan pembayaran klaim Tim verifikasi independen Pembayaran langsung ke rekening Pusk & RS Pemberlakuan paket pelayanan JAMKESMAS di RS Peningkatan peran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam fungsi pengelola, koordinasi serta pengawasan & pengendalian

10. Indikator Keberhasilan Jamkesmas Input : Ada Tim Koordinasi di tingkat Pusat/Prov/Kab/Kota Adanya sekretariat Pengelola di tingkat Pusat/Prov/Kab/Kota Ada Tim Verifikasi di semua RS Ada Anggaran utk manajemen Operasional Adanya APBD untuk maskin diluar yg ditetapkan Bupati/Walikota

Proses : Adanya Database Kepesertaan 100% di Kab/Kota Tercapainya Distribusi Kartu Peserta JAMKESMAS 100% Tarif Paket Pelayanan JAMKESMAS Klaim tepat waktu Laporan tepat waktu

Output : Peningkatan Cakupan Kepesertaan:

100% Kab/Kota memiliki database peserta Distribusi Kartu 100% Peningkatan cakupan & mutu pelayanan: Kewajaran Tingkat Kunjungan RJTP & RITP Kewajaran Tingkat Rujukan dr PPK I ke PPK II/III Kewajaran Kunj RJTL Kewajaran Kunj RITL

Ketepatan Mekanisme Pembayaran dg Penggunaan Tarif Paket JAMKESMAS di RS Kecepatan Pembayaran Klaim & Limitasi: Klaim diajukan setiap hari Jumat (setiap minggunya) Pembayarn Klaim selambat-lambatnya 7 hari setelah Tgl Berita Acara Verifikasi di Depkes Peningkatan Transparansi & Akuntabilitas

11. Tugas PT ASKES 1. 1. 1. Tata laksana kepesertaan membuat data base kepesertaan sesuai SK bupati/walikota mendistribusikan database kepesertaan kepada puskemas, RS, dinkes kesehatan propinsi/kab/kota melakukan pencetakan blanko kartu, entry, penerbitan dan distribusi kartu (Rp 1000,-/kartu melakukan advokasi kepada bupati/walikota untuk penetapan sasaran analisis kepesertaan Tatalaksana Pelayanan Melakukan Pre Verifikasi kepesertaan Melakukan telaah utilisasi (berdasarkan laporan) bulanan/triwulan Tatalaksana Organisasi & Manajemen : Melakukan penanganan keluhan Melakukan pengolahan dan analisa data kepesertaan Melakukan pelaporan meliputi: kepesertaan dan pemanfaatan pelayanan

12. Tata Laksana Pendanaan Sumber Dana berasal dari APBN sektor Kesehatan Tahun Anggaran 2008 dan kontribusi APBD.Pemerintah Daerah berkontribusi dalam menunjangdan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin didaerah masing-masing. Adapun kontribusi Pemda sebagai berikut: 1. 2. 3. Masyarakat miskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaanJamkesmas; Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008; Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari RSKabupaten/Kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukkan dari puskesmas ke RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggungoleh biaya operasional Puskesmas; 4. 5. Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan; Pendamping pasien rawat inap; dan

6.

Menanggulangi kekurangan dana operasional Puskesmas.

Dana yang digunakan untuk penyelenggaraan Program Jamkesmas merupakan dana bantuan sosial dimana dalam pembayaran kepada rumahsakit dalam bentuk paket, dengan berdasarkan klaim yang diajukan. Khusus untuk BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM pembayaran paket disetarakan dengantarif paket pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap rumah sakit dan peserta tidak boleh dikenakan iuran biaya dengan alasan apapun.Dana program dialokasikan untuk membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen operasional Program Jamkesmas dengan rincian sebagai berikut : 1.Dana Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Pemberi PelayananKesehatan (PPK); dan 2.Dana manajemen operasional.

13. Sumber dan Alokasi Dana Program 1. Sumber Dana Pelayanan Jamkesmas bersumber dari APBN sektor Kesehatan dan APBD. Pemerintah daerah melalui APBD berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu di daerah masing- masing meliputi antara lain: 1. 2. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jamkesmas. Biaya transportasi rujukan dari rumah sakit yang merujuk ke pelayanan kesehatan lanjutan serta biaya pemulangan pasien menjadi tanggung jawab Pemda asal pasien. Biaya transportasi petugas pendamping pasien yang dirujuk. Dukungan biaya operasional manajemen Tim Koordinasi dan Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi/Kabupaten/Kota. Biaya lain-lain di luar pelayanan kesehatan, sesuai dengan spesifik daerah dapat dilakukan oleh daerahnya.

3. 4.

5.

Adapun dana Operasional Manajemen Tim Pengelola di Provinsi bersumber dari APBN melalui dana dekonsentrasi, sedangkan untuk Tim Pengelola Kabupaten/Kota bersumber dari APBN melalui dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

2. Alokasi Besaran alokasi dana pelayanan Jamkesmas di pelayanan dasar untuk setiap kabupaten/kota dan pelayanan rujukan untuk rumah sakit/balkesmas ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan. LINGKUP PENDANAAN Pendanaan Jamkesmas terdiri dari: 1. Dana Pelayanan Kesehatan Adalah dana yang langsung diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan di FASKES Tingkat Pertama dan FASKES Tingkat Lanjutan. Dana Pelayanan Kesehatan bagi peserta Jamkesmas meliputi seluruh pelayanan kesehatan di:

a. puskesmas dan jaringannya untuk pelayanan kesehatan dasar. b. rumah sakit pemerintah/swasta termasuk RS khusus, TNI/POLRI, balkesmas untuk pelayanan kesehatan rujukan. 2. Dana Operasional Manajemen Adalah dana yang diperuntukkan untuk operasional manajemen Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menunjang program Jamkesmas. a. Operasional Manajemen Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Pusat Dana Operasional Manajemen Tim pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas Pusat adalah dana APBN yang dialokasikan melalui DIPA Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Setjen Kementerian Kesehatan RI, dana tersebut dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Administrasi kepesertaan 2) Koordinasi Pelaksanaan dan Pembinaan program 3) Advokasi, Sosialisasi 4) Bimbingan Teknis 5) Pelatihan Petugas Coder dan Klaim RS, Verifikator Independen 6) Pertemuan evaluasi program Jamkesmas 7) Kajian dan survei Pembayaran honor dan operasional 9) Perencanaan dan pengembangan program 10)Pengelolaan Pelaporan Pelaksanaan Jamkesmas 11)Pengembangan dan Pemantapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Software Jamkesmas 12)Penanganan pengaduan masyarakat b. Operasional Manajemen Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Provinsi/Kabupaten/Kota Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Provinsi/Kabupaten/Kota adalah dana operasional yang bersumber dari APBN dan disediakan melalui dana dekonsentrasi, tugas pembantuan (TP) dan kontribusi dana APBD, yang penggunaannya untuk kegiatan-kegiatan antara lain: 1) Pembayaran honorarium tim pengelola Provinsi/Kabupaten/Kota 2) Operasional Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Provinsi/Kabupaten/kota

3) Koordinasi Pelaksanaan, Konsultasi dan Pembinaan program 4) Sosialisasi program bagi stakeholder dan melalui media 5) Evaluasi program di Provinsi/Kabupaten/Kota 6)Pengelolaan Pelaporan Pelaksanaan Jamkesmas dan BOK di Provinsi/Kabupaten/Kota PENYALURAN DANA 1. DANA PELAYANAN KESEHATAN a. PUSKESMAS 1) Dana pelayanan kesehatan program Jamkesmas di puskesmas terintegrasi secara utuh dengan dana jaminan persalinan dan disalurkan secara langsung dari rekening kas negara ke rekening giro atas nama Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. 2) Penyaluran dana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dilakukan secara bertahap berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan yang mencantumkan, alokasi, rekening Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan besaran dana yang diterima. 3) Pengaturan lebih rinci tentang penyaluran, pemanfaatan dan Apabila terjadi kekurangan dana pelayanan kesehatan pada akhir tahun anggaran, akan diperhitungkan dan dibayarkan pada tahun berikutnya. Sebaliknya bila terjadi kelebihan dana pelayanan kesehatan pada akhir tahun anggaran, maka dana tersebut menjadi sumber dana pelayanan kesehatan tahun berikutnya. Dana Jamkesmas yang disalurkan ke Rekening FASKES Lanjutan sebelum dipertanggungjawabkan dengan mekanisme INA-CBGs belum menjadi pendapatan FASKES Lanjutan, karena masih merupakan dana masyarakat (sasaran), jadi tidak dapat dicairkan Bunga Bank/Jasa Giro yang terdapat pada Rekening FASKES Lanjutan dan dinas kesehatan kabupaten/kota yang bersumber dari Dana Jamkesmas harus disetor ke Kas Negara melalui KPPN setempat (contoh Fomat Setoran Bunga Bank/Jasa Giro ke kas Negara terlampir pada Formulir 4) pertanggung jawaban dana di puskesmas dan jaringannya di atur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis tersendiri melalui Peraturan Menteri Kesehatan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pedoman pelaksanaan Jamkesmas. 5) Pengaturan lebih rinci dana jaminan persalinan di FASKES tingkat pertama akan diatur dalam Petunjuk Teknis tersendiri (Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan). b. RUMAH SAKIT/BALKESMAS 1) Dana pelayanan kesehatan program Jamkesmas di FASKES Lanjutan terintegrasi secara utuh dengan

dana jaminan persalinan dan disalurkan secara langsung dari rekening kas negara ke rekening FASKES lanjutan melalui Bank. Penyaluran dana dilakukan secara bertahap. 2) Penyaluran Dana Pelayanan ke FASKES Lanjutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

yang mencantumkan Nama FASKES Lanjutan, besaran dana yang diterima. 3) Perkiraan besaran dana yang disalurkan untuk pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan perhitungan atas laporan pertanggung jawaban dana PPK Lanjutan.

4)

Pengaturan lebih rinci dana jaminan persalinan di FASKES lanjutan akan diatur dalam Petunjuk Teknis

tersendiri (Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan). 2. DANA OPERASIONAL MANAJEMEN Dana operasional manajemen yang bersumber dari APBN untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan Jamkesmas bagi Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK di kabupaten/kota penyalurannya mengikuti aturan dan ketentuan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pengelolaan Dana (Penerimaan, Pencairan/Pembayaran, Pemanfaatan, Dan Pertanggungjawaban) 1. DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA a. Dana Pelayanan Kesehatan 1) Penerimaan Dalam persiapan awal Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk dan menetapkan salah satu anggota Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK sebagai penanggung jawab yang akan mengelola dana Jamkesmas dan Jampersal. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota segera membuka rekening giro khusus untuk menerima dana Jamkesmas dan Jampersal. Penanggung jawab keuangan mencatat semua penerimaan dana Jamkesmas yang telah disalurkan dari Pusat.

2) Pembayaran 1. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota membuat inventarisasi POA dan klaim yang diajukan oleh puskesmas serta rencana pencairan dana pelayanan kesehatan. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota melakukan telaah dan verifikasi terhadap; (a) POA dan Klaim yang diajukan oleh puskesmas, (b) Klaim yang diajukan faskes/tenaga kesehatan swasta. Pembayaran atas klaim-klaim sebagaimana dimaksud pada butir a) dan b) dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi yang dilakukan Tim Pengelola Jamkesmas & BOK Kabupaten/Kota. 4. Verifikasi klaim yang dilakukan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota mencakup: 1. Kesesuaian realisasi pelayanan dan besaran tarif jampersal/tarif perda yang digunakan disertai bukti pendukungnya. 2. Pengecekan klaim dari FASKES yang memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas serta faskes/tenaga kesehatan swasta yang memberikan pelayanan Jaminan Persalinan beserta bukti pendukungnya. 3. Melakukan kunjungan ke lapangan untuk pengecekan kesesuaian dengan kondisi sebenarnya bila diperlukan. 4. Memberikan rekomendasi dan laporan pertanggungjawaban atas klaim-klaim tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan setiap bulan yang akan dijadikan laporan pertanggungjawaban keuangan ke Pusat.

2.

3.

3) Pertanggungjawaban 1. Penanggung jawab keuangan sebagai pengelola keuangan yang ditunjuk harus memiliki buku catatan kas keluar/masuk untuk mencatat setiap uang masuk dan keluar dari kas yang terpisah dengan sumber pembiayaan yang lain, dan pembukuan terbuka bagi pengawas intern (Inspektorat Jenderal Kemkes dan BPKP) maupun ekstern (BPK) setelah memperoleh izin Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2. Seluruh berkas dan bukti-bukti: 1. 2. 3. Kwitansi pembayaran klaim dana pelayanan Jamkesmas ke puskesmas. POA dan Klaim pelayanan Jamkesmas beserta bukti pendukung dari puskesmas. Klaim pelayanan persalinan dari faskes/tenaga kesehatan swasta. Disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai dokumen pertanggung jawaban yang akan diaudit kemudian oleh Aparat Pengawas Fungsional (APF). 4. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota membuat dan mengirimkan Laporan Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana pelayanan Jamkesmas dan Jampersal yang telah dibayarkan ke puskesmas dan FASKES/Tenaga Kesehatan swasta (Format Terlampir dalam Formulir 5). b. Dana Operasional Manajemen Pengelolaan dana operasional manajemen oleh Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK kabupaten/kota mengikuti sesuai ketentuan yang APBN yang berlaku. 2. PUSKESMAS a. Pencairan/Pembayaran 1) Puskesmas membuat Plan Of Action (POA) sebagai acuan rencana kerja puskesmas dan jaringannya dalam pemberian pelayanan kesehatan perorangan peserta Jamkesmas baik di dalam maupun di luar gedung. POA tersebut telah dibahas dan disepakati sebelumnya melalui forum lokakarya mini puskesmas. POA dibuat secara terpadu untuk ketiga kegiatan (Jamkesmas, Jampersal dan BOK, Contoh Form Terlampir pada Formulir 6) dan pengusulan POA tersebut dapat dilakukan perbulanan. Pencairan dana dapat dilakukan perbulanan, perdua bulanan atau pertiga bulanan disesuaikan kebijakan kepala Dinas Kesehatan setempat dengan mempertimbangkan letak geografis dan kesulitan-kesulitan puskesmas. 2) Pencairan dan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang telah dikeluarkan didasarkan pada: 1. 2. POA dan Klaim dari puskesmas Klaim dari Faskes/tenaga kesehatan swasta

b. Pemanfaatan 1. Pemanfaatan dana Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya dapat digunakan untuk membayar:

a. Pelayanan Rawat Jalan tingkat primer b. Pelayanan Rawat Inap

c. Pertolongan persalinan d. Pelayanan Spesialistik e. Transport rujukan (untuk pasien Jampersal transport rujukan dari Faskes tingkat pertama ke tingkat lanjutan menggunakan dana BOK) 1. Dana Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya tidak dapat dimanfaatkan untuk operasional Pelayanan Kesehatan Luar Gedung karena akan didanai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Biaya pelayanan kesehatan di puskesmas mengacu pada Perda Tarif yang berlaku di daerah tersebut. Apabila dalam Perda Tarif tersebut tidak mengatur tentang tarif atas jenis pelayanan yang diberikan maka dapat dibuatkan Surat Keputusan Bupati/Walikota berdasarkan usulan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Khusus untuk pelayanan dalam Jampersal menggunakan tarif yang ditetapkan dalam Juknis Jampersal. 3. Dana yang telah menjadi pendapatan puskesmas pembagiannya dapat diatur oleh Bupati atau Walikota melalui usulan kepala Dinas Kesehatan setempat disesuaikan dengan pengaturan yang telah atau akan diberlakukan di daerah tersebut. Pengaturan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa pilihan sebagai berikut: a) Pilihan pertama: Pendapatan puskemas tersebut masih bersifat bruto dan dapat langsung dibayarkan untuk jasa pelayanan kesehatan dan sisanya (setelah dibayarkan jasa pelayanan) dapat disetorkan ke Kantor Kas daerah sebagai pendapatan netto (setelah dipotong Jasa pelayanan). Pendapatan bruto dan bersih (netto) keduanya dilaporkan secara utuh kepada kantor kas daerah untuk dicatat. Sisa dana pada rekening dinas kesehatan kabupaten/kota yang tidak digunakan dan/atau tidak tersalurkan sampai dengan akhir tahun anggaran harus disetor ke kas negara (Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-21/PB/2011 tentang Petunjuk Pencairan Dana Jaminan Kesehatan Masyarakat, terlampir) b) Pilihan kedua : Pendapatan puskesmas tersebut seluruhnya dilaporkan kepada kantor kas daerah (tidak secara fisik) untuk dicatat dan dana tersebut dapat digunakan langsung untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan keperluan kegiatan-kegiatan lainnya. c) Pilihan ketiga : Dana hasil pendapatan puskesmas tersebut disetorkan dan tercatat di kantor kas daerah sebagai pendapatan puskesmas, tetapi dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan dana tersebut dikembalikan untuk membayar jasa pelayanan kesehatan dan kegiatan lainnya. d) Jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud huruf (a),(b), dan (c), dibayarkan sebesar minimal 50% dari pendapatan pelayanan kesehatan dasar program Jamkesmas dan minimal 75% untuk jasa tenaga kesehatan penolong persalinan. 5) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada angka empat (4) diatur melalui peraturan Bupati/Walikota atas usul Kepala Dinas Kesehatan yang didasari atas surat keputusan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk teknis pelaksanaan ini. 6) Dana yang telah menjadi pendapatan fasilitas kesehatan swasta (yang bekerjasama) sepenuhnya menjadi pendapatan fasilitas tersebut, termasuk Bidan Praktik, Dokter Praktik, Klinik Bersalin, dan sebagainya.

2.

c. Pertanggungjawaban 1. Pertanggungjawaban dana Jamkesmas yang diterima puskesmas untuk pelayanan kesehatan dasar dan jaminan persalinan oleh Faskes/Tenaga Kesehatan Swasta menggunakan mekanisme klaim (Format terlampir pada Formulir 7 dan Formulir 2. Pengaturan lebih rinci tentang pengelolaan dana Jamkesmas di pelayanan dasar akan diatur dalam Petunjuk Teknis tersendiri.

3. RUMAH SAKIT/BALKESMAS a. Pertanggungjawaban 1) FASKES Lanjutan membuat pertanggungjawaban Dana pelayanan kesehatan dengan menggunakan

Software INA-CBGs. Tarif balkesmas dalam implementasi INA-CBGs disetarakan dengan RS kelas C/D dan RS yang belum mempunyai penetapan kelas ditetapkan setara dengan kelas C/D. Pada RS khusus yang melayani pelayanan kesehatan umum, maka diberlakukan dua tarif INA-CBGs sesuai dengan penetapan kelas oleh Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan 2) Selanjutnya pertanggungjawaban tersebut akan diverifikasi oleh Verifikator Independen dengan

menggunakan Software verifikasi Klaim Jamkesmas. 3) Setelah verifikasi dinyatakan layak oleh Verifikator Independen, selanjutnya pertanggungjawaban tersebut ditandatangani oleh Direktur Rumah Sakit/Kepala Balai Kesehatan Masyarakat dan Verifikator Independen. 4) Pertanggungjawaban dana Jamkesmas di FASKES lanjutan menjadi sah setelah mendapat persetujuan

dan ditandatangani Direktur/Kepala PPK lanjutan dan Verifikator Independen. 5) Selanjutnya PPK lanjutan mengirimkan secara resmi laporan pertanggungjawaban dana Jamkesmas dalam bentuk hard copy yaitu form 1C, 2C, 3, dan koreksi (Formulir 9 ) serta soft copy dalam satu CD yang memuat (1) file txt INA-CBGs; (2) file txt administrasi klaim; (3) Raw data VI kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dan tembusan kepada Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota dan Provinsi berupa hardcopy form 3 sebagai bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan. 6) Pertanggungjawaban dana yang diterima oleh Tim Pengelola Jamkesmas Pusat akan dilakukan telaah dan selanjutnya diberikan umpan balik sebagai upaya pembinaan. 7) Pelaporan pertanggungjawaban dana disertai dengan hasil kinerja atas pelayanan kesehatan di PPK

lanjutan meliputi kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), kunjungan kasus Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), disertai dengan karakteristik pasien, sepuluh penyakit terbanyak dan sepuluh penyakit dengan biaya termahal. Pertanggungjawaban dana Jamkesmas untuk Rumah Sakit khusus jiwa menggunakan ketentuan sebagai berikut: - Termin 1 hari 1 hari 35 = Tarif INA-CBGs - Termin 2 hari 36 hari 103 = Rp. 90.000,- Termin 3 hari 104 hari 180 = Rp. 45.000,Sedangkan untuk Rumah Sakit khusus kusta menggunakan ketentuan: - Termin 1 hari 1 hari 35 = Tarif INA-CBGs

- Termin 2 hari 36 hari 103 = Rp. 50.000,- Termin 3 hari 104 hari 180 = Rp. 25.000, 34 b. Pencairan Dan Pemanfaatan 1) Dengan telah ditandatanganinya pertanggungjawaban dana oleh Direktur FASKES Lanjutan/Kepala Balai

dan Verifikator Independen, maka FASKES Lanjutan sudah dapat mencairkan dana pelayanan kesehatan tersebut dengan batas pencairan sejumlah dana yang dipertanggungjawabkan. 2) Dana yang sudah dicairkan, bagi RS Daerah yang belum berstatus BLUD, pengelolaan dan

pemanfaatannya diserahkan kepada mekanisme daerah. Apabila terjadi selisih positif (surplus) yang disebabkan tarif perda setempat lebih rendah dari pendapatan klaim Jamkesmas maka pengaturan selisih dana yang ada diatur oleh kebijakan daerah seperti SK Gubernur/Bupati/Walikota. Untuk RS Daerah dan Vertikal yang berstatus BLU/BLUD, mengikuti ketentuan BLU/BLUD. Dan untuk RS Swasta mengikuti ketentuan yang berlaku di RS tersebut. 3) Pemanfaatan atas dana luncuran yang telah menjadi hasil kinerja pelayanan kesehatan sebagai penerimaan/pendapatan atas klaim pelayanan, dapat digunakan sesuai kebutuhan dan ketentuan masingmasing, antara lain jasa medis/jasa pelayanan, jasa sarana, pemenuhan kebutuhan bahan medis habis pakai, dana operasional, pemeliharaan, obat, darah dan administrasi pendukung lainnya. Khusus untuk belanja investasi; misalnya untuk rehabilitasi atau pembangunan dan perluasan gedung, harus mendapat persetujuan kepala Dinas Kesehatan Provinsi bagi RS Daerah dan persetujuan dari Ditjen Bina Upaya Kesehatan untuk RS Vertikal. 4) Seluruh berkas dokumen pertanggungjawaban dana disimpan oleh RS, dan akan diaudit kemudian oleh Aparat Pengawas Fungsional (APF). Dana program dialokasikan untuk membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen operasional program JAMKESMAS dengan rincian sebagai berikut : 1. Dana Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di: a. Puskesmas dan jaringannya, b. Rumah Sakit, c. Rumah Sakit Khusus d. Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), e. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), f. Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), g. Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4), h. Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM). 2. Dana manajemen operasional:

a. Administrasi kepesertaan, b. Koordinasi Pelaksanaan dan Pembinaan program, c. Advokasi, Sosialisasi, d. Rekruitmen dan Pelatihan, e. Monitoring dan Evaluasi Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat, f. Kajian dan survey, g. Pembayaran honor, investasi dan operasional, h. Perencanaan dan pengembangan program, i. SIM Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).

14. Ketentuan Umum Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik(BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota.Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat. Bagi Kabupaten/kota yang telah menetapkan peserta JAMKESMAS lengkap dengan nama dan alamat peserta serta jumlah peserta JAMKESMAS yang sesuai dengan kuota, segera dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy) dan dokumen cetak (hard copy) kepada : a. PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan di distribusikan kartu ke peserta, sebagai bahan analisis dan pelaporan. b. Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta JAMKESMAS yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus sebagai bahan analisis. c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota setempat sebagai bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan bahan analisis. d. Dinas Kesehatan Propinsi atau Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan. e. Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat, pembayaran klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan jumlah dan nama masyarakat miskin (no, nama dan alamat), selama proses penerbitan distribusikartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan jumlah, nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan tersebut sampai dengan penerbitan dan pendistribusian kartu peserta, maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila sampai batas waktu tersebut pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka terhitung 1 Juli 2008 pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di wilayah tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Pada tahun 2008 dilakukan penerbitan kartu peserta JAMKESMAS baru yang pencetakan blanko, entry data, penerbitan dan distribusi kartu sampai ke peserta menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero). Setelah peserta menerima kartu baru maka kartu lama yang diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi meskipun tidak dilakukan penarikan kartu dari peserta. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar, yang karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Surat Keputusan Bupati/walikota, akan dikoordinasikan oleh PT Askes (Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan kartunya. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta JAMKESMAS langsung menjadi peserta baru.

15. Dasar Hukum Program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanat Pasal 28 H ayat (1)UUD Negara RI Tahun 1945, yang menyatakan bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu berdasarkan Pasal 34 ayat (3) UUD Negara RI Tahun1945 dinyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. 5 Dasar hukum penyelenggaraan program Jamkesmas adalah: UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional; UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008;. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

16. Kepesertaan Jamkesmas Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidakmampu yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanankesehatan. Jumlah sasaran peserta sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin(RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data BadanPusat Statistik (BPS) tahun 2006, yang dijadikan dasar penetapan jumlahsasaran peserta secara nasional oleh Menkes. Berdasarkan Jumlah SasaranNasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota.Bupati/Walikota wajib menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota dalamsatuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk KeputusanBupati/Walikota.Administrasi kepesertaan Jamkesmas meliputi: registrasi, penerbitandan pendistribusian kartu kepada peserta. Untuk administrasi kepesertaan Depkes menunjuk PT Askes (Persero), dengan kewajiban melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1.

1.

Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry olehPT Askes (Persero) untuk

menjadi database kepesertaan diKabupaten/Kota; 2. 3. 4. Entry data setiap peserta; Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dandidistribusikan kepada peserta; PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak,mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yangditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta; dan 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepadaBupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi danKabupaten/Kota serta rumah sakit setempat.

17. Kebijakan Umum Jamkesmas Sasaran jamkesmas diperuntukan bagi seluruh masyarakat miskin tidak mampu, dengan demikian seluruh anggota PKH (Program Keluarga Harapan) masuk dalam jamkesmas Kebijakan jamkesmas 2011 dikembangkan jaminan persalinan bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki jaminan persalinan), dengan demikian seluruh ibu dari anggota PKH ditanggung persalinanya (paket lengkap ANC 4x, persalinan dan PNC 3x, dan pelayanan KB) Untuk membantu kelancaran operasional puskesmas dikeluarkan kebijakan bantuan operasional kesehatan (BOK) Jaminan persalinan lanjutan (tidak dapat ditangani dipelayanan dasar), dirujuk di rumah sakit dan menjadi

satu kesatuan dengan pelaksanaan jamkesmas di RS yang sudah berjalan selama ini Penerima dana untuk jamkesmas yankesdas, jaminan persalinan dan BOK dilokuskan di kabupaten/kota, tidak diluncurkan ke puskesmas Jamkesmas di Yankesdas dikelola oleh TIM pengelola kabupaten/kota

18. Kriteria Pencapaian Seluruh Peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dapat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2009. A. Ketentuan Umum 1) Setiap peserta JAMKESMAS mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasarmeliputi: pelayanan

kesehatan rawat jalan tingkat pertama (RJTP) dan rawat inap tingkat pertama (RITP), pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat. 2) Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat

menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik, bukan berupa uang tunai. 3) Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan terstruktur dan pelayanan berjenjang

berdasarkan rujukan.

4)

Pelayanan kesehatan dasar (rawat jalan tingkat pertama dan rawat inap tingkat pertama) diberikan di

Puskesmas dan jaringannya. Khusus untuk persalinan normal dapat juga dilayani oleh tenaga kesehatan yang berkompeten (praktek dokter dan bidan swasta) dan biayanya diklaimkan ke Puskesmas setempat. 5) Pelayanan tingkat lanjut (rawat jalan dan rawat inap) berdasarkan rujukan, diberikan di PPK Jaringan

JAMKESMAS (BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM, Rumah Sakit pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/Polri dan RS Swasta). Pelayanan Rawat Inap diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). 6) Pada RS khusus yang juga melayani pasien umum, penetapan kelasnya akan ditentukan kemudian

berdasarkan surat edaran. 7) Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan wajib memberikan

pelayanan penanganan pertama keadaan gawat darurat kepada peserta JAMKESMAS walaupun tidak sebagai PPK jaringan JAMKESMAS sebagai bagian dari fungsi sosial PPK. Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan PPK JAMKESMAS untuk penanganan lebih lanjut. 8) Untuk mendapat pelayanan, status kepesertaan harus ditetapkan sejak awal dgn merujuk pada kartu peserta ataupun database kepesertaan (bagipeserta yang terdapat dalam SK Bupati/Walikota) ataupun surat keterangan/rekomendasi dari Dinas Sosial bagi gelandangan pengemis,anak dan orang terlantar serta kartu PKH bagi peserta PKH yang belum mempunyai kartu JAMKESMAS. 9) Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK harus dilakukan secara efisien dan efektif, dengan

menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu.

19. Prosedur Pelayanan 1. Pelayanan Kesehatan Dasar Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, peserta harus menunjukkan kartu JAMKESMAS atau surat keterangan/rekomendasi Dinas Sosial setempat (bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar) atau kartu PKH bagi peserta PKH yang belum memiliki kartu JAMKESMAS. (Mekanisme pelayanan kesehatan dasar lebih lanjut diatur dalam juknis tersendiri) 2. Pelayanan Tingkat Lanjut 1. Peserta JAMKESMAS yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut (RJTL dan RITL), dirujuk dari Puskesmas dan jaringannya ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut disertai kartu peserta JAMKESMAS atau surat/kartu lainnya sebagaimana dimaksud pada butir 1(satu) dan surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan. 2. Kartu peserta JAMKESMAS atau surat/kartu lainnya sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) diatas dan surat rujukan dari Puskesmas dibawa ke loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) untuk diverifikasi kebenaran dan kelengkapannya untuk selanjutnya dikeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan. 3. Bayi-bayi yang terlahir dari keluarga peserta JAMKESMAS secara otomatis menjadi peserta dengan merujuk pada kartu orang tuanya. Bila bayi memerlukan 4. pelayanan dapat langsung diberikan dengan menggunakan identitas kepesertaan orang tuanya dan dilampirkan surat kenal lahir dan kartu Keluarga orang tuanya. Pelayanan persalinan normal dibayarkan secara paket baikibu maupun bayinya, akan tetapi apabila bayi mempunyai kelainan dan memerlukan pelayanan khusus dapat diklaimkan terpisah sesuai diagnosanya.

5.

Bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar dapat mengakse pelayanan walaupun tanpa kepemilikan kartu JAMKESMAS dengan menunjukan surat keterangan/rekomendasi dari Dinas Sosial setempat yang menerangkan bahwa yang bersangkutan warga terlantar dan tidak mampu.

6. -

Pelayanan tingkat lanjut sebagaimana diatas meliputi :

Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/ BBKPM /BKPM/BP4/BKIM.

Pelayanan lanjutan yang dilakukan pada BKMM/ BBKPM /BKPM/BP4/BKIM bersifat pasif (dalam gedung) sebagai PPK penerima rujukan Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan pindah kelas atas

permintaannya. 1. Pelayanan obat-obatan Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya Untuk kasus khronis tertentu yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu lama, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan (seperti, Diabetes Mellitus). Untuk kasus kronis khusus seperti kasus gangguan jiwa dan kasus pengobatan paru, surat rujukan dapat berlaku s/d 3 bulan. 2. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan antar daerah dilengkapi surat rujukan dari RS yang merujuk, copy kartu peserta atau surat keterangan/rekomendasi dari Dinas Sosial (bagi gelandangan pengemis, anak dan orang terlantar) serta kartu PKH bagi peserta PKH yang belum mempunyai kartu JAMKESMAS serta surat pengantar dari petugas yang memverifikasi kepesertaan. Pada kasus-kasus rujukan antar daerah, petugas yang memverifikasi kepesertaan pada RS rujukan dapat melakukan konfirmasi ke database kepesertaan melalui petugas PT Askes(Persero) tempat asal pasien. 3. Pada keadaan gawat darurat, apabila setelah penanganan kegawatdaruratannya peserta memerlukan rawat inap dan identitas kepesertaanya belum lengkap, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk melengkapinya atau status kepesertaannya dapat merujuk pada data base kepesertaan yang dilengkapi oleh petugas PT Askes (Persero). 4. Pelayanan obat di Rumah Sakit dengan ketentuan sebagai berikut :

Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggung jawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan. Meski telah diberlakukan INADRG, agar terjadi efisiensi pelayanan, pemberian obat didorong agar menggunakan Formularium obat JAMKESMAS di rumah sakit. Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat sebagaimana butir 1) diatas maka Rumah Sakit

berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 (tiga) hari kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 (tiga) hari sesuai dengan kebutuhan medis. Pemberian obat dilakukan dengan efisien dan mengacu pada clinical pathway. 1. Pemberlakuan INA-DRG bagi seluruh PPK lanjutan sebagai dasar pertanggungjawaban/ klaim sejak 1 Januari 2009. Pemberlakuan INADRG tersebut memerlukan persiapan perangkat keras, perangkat lunak dan sumber daya manusia (SDM) 2. Pelayanan kesehatan RJTL di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan di Rumah Sakit, dan pelayanan RITL di Rumah Sakit dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut INA-DRG. Dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa yang tepat sesuai ICD-10 dan ICD-9 CM sebagai dasar penetapan kod INA-DRG. Dokter

penanggung jawab harus menuliskan nama dengan jelas serta menandatangani berkas pemeriksaan (resume medik). 3. Apabila dalam proses pelayanan terdapat diagnosa penyakit/prosedur yang belum tercantum baik kode maupun tarifnya dalam Tarif Paket INADRG (ungroupable), maka Balai-Balai Kesehatan/RS melaporkannya ke Center for Casemix/Ditjen Bina pelayanan Medik untuk dilakukan penetapannya. Pengaturan khusus untuk pelaksanaan INA-DRG dilakukan dengan petunjuk teknis khusus. 4. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3 menurut kode INA-DRG maka disamping harus dilengkapi butir k) diatas juga harus mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk untuk dan yang diberi tanggung jawab oleh RS. 5. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap melalui instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat hanya diklaim menggunakan 1 (satu) kode INA-DRG dengan jenis pelayanan rawat inap. 6. Pasien yang datang ke 2 (dua) atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih diagnosa akan tetapi diagnosa tersebut merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya maka diklaimkan menggunakan 1 (satu) kode INA-DRG. 7. Pasien yang datang ke 2 (dua) atau lebih instalasi rawat jalan dengan kasus yang bukan merupakan diagnosa sekunder dari diagnose utamanya dapat diklaimkan menurut diagnosa masing-masing. Setiap pasien yang datang untuk kontrol ulang instalasi rawat jalan, diagnosa utamanya menggunakan kode Z. 8. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk menjamin ketersediaan Alat Medis Habis pakai (AMHP), obat dan darah 9. Untuk menjamin ketersediaan dan harga obat /vaksin/serum di pusat dan daerah serta di Balai-Balai dan RS, dilakukan kesepakatan kerja sama antara Menkes dan Konsorsium BUMN Farmasi. RS dan balaiBalai Kesehatan menindaklanjutinya dengan kerjasama teknis dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan kesepakatan kerjasama tersebut 10. Pelayanan RS diharapkan dapat dilakukan dengan cost efficient dan cost effective agar biaya pelayanan seimbang dengan tarif INA-DRG.Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan iur biaya oleh PPK dengan alasan apapun.

You might also like