You are on page 1of 8

Proposal Lokakarya dan Seminar

Diperbaiki mulai tanggal 12 Agustus 2009 Contoh proposal: diubah untuk Propinsi Sumbar atau ......... Proposal ini sekedar acuan untuk memudahkan panitia melaksanakan acara. Dapat diperbaiki sesuai kondisi setempat SEMINAR NASIONAL DAN LOKAKARYA TENTANG: PERAN PENTING LEMBAGA KEIMAMAN `ULAMA ZU`AMA (DEWAN TUANKU IMAM BESAR INDONESIA) UNTUK PEMBENTUKAN MASYARAKAT MUSLIM BERBASIS MASJID, SEBAGAI BASIS PENGAMALAN ISLAM MENUJU INDONESIA RAYA DALAM BINGKAI MASYARAKAT MADANIY ISLAMIY DUNIA MODERN

I. DASAR PEMIKIRAN, GAGASAN DAN TUJUAN. Umat Islam di seluruh dunia berkewajiban untuk mengamalkan Dinul Islam secara baik dan benar, tanpa pandang dari mana asal dan keberadaan mereka, termasuk umat muslim yang berada di Indonesia. Hal itu sangat disadari oleh umumnya kaum muslimin. Hasil dari kesadaran tersebut disuarakan dan wujudkan dalam berbagai macam bentuk. Ada yang melembagakan wujud kesadaran ke Islaman itu menjadi simbol kebangsaan atau kesukuan mereka. Seperti terdapat dalam falsafah: Adat Bersendi Syara, Syara Bersendi Kitabullah yang menjadi pedoman dalam lingkungan dunia Melayu Nusantara, termasuk Minangkabau. Dinul Islam itu harus diamalkan sesuai dengan sumber dan landasan pokoknya, yakni al-Quran dan Sunnah al-Nabawiyyah. Pemahaman terhadap kedua sumber tersebut tentu dengan mempedomani metode yang ditempuh oleh fuqaha sahabat (manhaj ijtihad fuqaha al-shahabat) sepeninggal Rasulullah SAW, serta metode para ulama mujtahid terkemuka yang diakui (mu`tabarah). Para ulama itulah yang mewarisi metode fuqaha sahabat tersebut dalam memahami dan mengaplikasikan dinul Islam tersebut, hingga menyebar ke seluruh dunia sampai saat ini. Tanpa mengikuti sistem tersebut akan menjauhkan umat dari kebenaran Islam. Ummat Islam berkewajiban untuk mengamalkan Dinul Islam secara menyeluruh (kaffah), meliputi unsur `aqidah tauhid (keyakinan bahwa hanya Allah SWT yang berhak diibadahi), `ubudiyah mahdah (ibadah khusus yang telah ditentukan cara dan bentuknya) dan `ubudiyah ghairu mahdah (perbuatan-perbuatan baik yang tidak ditentukan bentuk dan caranya tetapi dapat dinilai sebagai ibadah), akhlaqul karimah (budi pekerti lahir dan batin yang mulia), mu`amalah syar`iyyah (hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial menurut tuntunan syari`at), taqaddum fi al-`ulum wa al-tsaqafah (kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan/teknologi), hirasah al-din (pemeliharaan terhadap semua hal ihwal agama Islam) dan siyasah al-dunia (peranan dalam pengaturan urusan dunia, termasuk masalah bangsa dan negara). Untuk mencapai kondisi ideal tersebut, yakni terbentuknya umat terbaik (khaira ummat) sebagaimana terdapat dalam al-Quran yang digambarkan sebagai sosok-sosok berkarakter pelaksana amar ma`ruf nahyi munkar, dilandasi kekuatan iman kepada Allah SWT yang bermuara untuk mewujudkan umat dan negeri yang diridhai dan diberkati oleh Allah SWT.

Upaya untuk mencapai kondisi ideal tersebut tentu tidak dapat dilakukan dengan cara serampangan, tergesa-gesa, tanpa modal yang cukup, tanpa upaya serta perjuangan yang memadai. dibutuhkan syarat-syarat pokok antara lain ialah terselenggaranya pendidikan dan pembinaan ummat yang intensif (istimrariyat ta`lim wa tarbiyyah al-diniyyah) yang merata terhadap umat Islam yang jumlah mereka cukup banyak, mulai dari tingkat anak-anak hingga orang dewasa dan manula, the Islamic long live education (al-tarbiyat min al-mahdi il al-lahdi) dengan arah yang jelas dan dengan berperannya keteladanan dari para pemimpin yang mampu mendidik umat. KH. Abdul Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pada masa perjuangan kemerdekaan, pernah berkata kepada KH. Saifuddin Zuhri, yang kemudian juga pernah menjabat menteri agama RI, al-muslimun `ala kharin wa innma dha`fu fil qiyadah (kaum muslimin ini senatiasa dalam kebaikan, namun kelemahan itu terletak kepada kepemimpinan umat). Beranjak dari keinginan untuk mewujudkan hal tersebut, muncullah pertanyaan, siapakah yang mungkin, dapat, tepat, pantas dan patut untuk melakukan semuanya itu? Siapakah yang tepat untuk melakukan pembinaan umat dengan cara yang benar atas dasar kebenaran al-Quran, sunnah Rasulullah SAW, dan dengan berpedoman kepada manhaj `ulama al-salaf al-shalih? Mungkinkah urusan penting untuk melakukan pembentukan mental dan kepribadian umat tersebut dilaksanakan oleh sembarangan orang? Jawabannya jelas, tidak! Sebab urusan ini adalah urusan yang besar, menentukan, strategis dan hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang tepat, memenuhi syarat untuk itu. Mereka ialah orang-orang yang menjadi ahli waris untuk melanjutkan misi nubuwwah, yaitu para ulama zu`ama, the riil `ulama, yang senantiasa memposisikan dirinya sebagai da`i pendidik umat (murabbiy), yang senantiasa menyediakan waktu mereka, baik dalam keadaan susah ataupun senang, untuk membimbing kaum muslimin dari segala kalangan, agar terbentuk pribadi-pribadi yang memahami dan mengamalkan Islam secara kaffah dan mereka terbimbing untuk itu. Lalu muncul pula pertanyaan penting ? Dapatkah sosok seperti itu muncul secara tiba-tiba dan sekonyong-konyong tanpa dipersiapkan. Mungkinkah orang-orang seperti mantan artis, pemain film, lalu belajar Islam satu atau dua tahun secara sambilan, kemudian mengisi ceramah agama dengan modal ketenarannya, lalu mereka dapat menjadi ulama Islam pembina umat? Begitukah? Jawabannya jelas, tidak! Mungkinkah sosok ulama pembina umat itu terlahir dari generasi yang berkualitas rendah? Seperti mereka yang masuk ke perguruan tinggi agama Islam karena tidak lulus bersaing masuk ke perguruan tinggi umum? Orang-orang terbuang? Jawabnya jelas, tidak! Mereka harus berasal dari generasi muslim yang berkualitas unggul ! Mungkinkah program besar, membina umat Islam yang banyak itu tempatnya di hotel-hotel mewah, tempat-tempat wisata, atau yang serupa dengannya? Dengan membayar pendaftaran jutaan rupiah untuk satu atau dua minggu pelatihan dan training? Jawabannya jelas, tidak! Sebab sunnah Rasulullah SAW telah diperintahkan untuk menjadikan dan memposisikan masjid sebagai tempat pembinaan umat, bukan di gedung-gedung mewah atau istana-istana megah. Masjid adalah tempat menghimpun manusia beribadah sujud dan berdzikir kepada Allah SWT, ia sentral tempat pendidikan umat. Masjidlah sarana yang secara syari`at disediakan sebagai tempat terbaik untuk membentuk umat utama/terbaik (khaira ummah) tersebut. Persoalannya ialah, bagaimana gambaran masjid yang seharusnya sehingga ia memang dapat berfungsi sebesar-besarnya menjadi tempat pendidikan bagi umat muslim yang banyak itu? Anak-anak, remaja, dewasa, para orang tua dan termasuk manusia lanjut usia (manula). Sebab, sebenarnya, semakin lanjut usia seseorang maka dia semakin butuh pendidikan (pentarbiyahan) yang intensif, bukan sebaliknya. Bertambah dekat kemungkinan manusia untuk menempuh

kematian semakin penting baginya mempersiapkan diri untuk itu. Selain daripada itu, bangunan dan segala bentuk sarana dan fasilitas masjidpun harus memenuhi standar syari`at Islam. Sebab umat Islam dilarang menjadikan kuburan-kuburan siapapun sebagai tempat membangun masjid, oleh karena itu masjid tidak boleh dibangun di atas kuburan-kuburan sipapun juga. Masjid harus menghadap ke arah kiblat dengan benar (Ka`bah atau Masjidil Haram), terjauh dari lokasi yang orang ramai melakukan maksiat, tidak boleh terletak di tempattempat yang bersuara bising yang dipastikan dapat menggangu ketenangan shalat, selain itu masjid harus memiliki sarana tempat bersuci dan berwuduk yang memenuhi standar dan beberapa sarana lainnya. Berdasarkan hal tersebut sebelumnya, diperlukan adanya program akreditasi masjid yang diselenggarakan secara terus menerus oleh sebuah badan khusus yang berkompetensi untuk itu. Badan tersebut sekaligus berfungsi untuk melayani dan membuat merancang pembanguan masjid secara benar dan dengan memperhitungan lokasi yang strategis, demi kepentingan pembinaan umat Islam ke depan. Badan akreditasi masjid ini diharapkan juga berfungsi untuk memperbaiki kondisi masjid yang tidak memenuhi syarat syari`at Islam. Hingga dewasa ini masih banyak masjid yang arah hadap kiblatnya salah, sehingga telah beberapa kali menggeser arah hadap kiblatnya. Hal ini bukan urusan enteng, karena berkaitan dengan hukum sah dan batalnya shalat bagi banyak orang. Selain itu perlu pula disadari bahwa bangunan masjid adalah benda yang tak dapat bergerak dan tak berbicara, ia bukanlah pemikir, bukan pemimpin yang dapat mengarahkan manusia. Ia adalah semata benda yang beku (jamid), tempat, bangunan dan sarana. Bila masjid dibangun namun tidak dimanfaatkan sama sekali, maka ia tidak lebih seperti sebuah patung dan monumen, tak peduli apakah ia bangunan yang megah dan mahal. Akan tetapi jika masjid dapat dimanfaatkan secara maksimal maka berfungsilah ia sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan fungsi masjid untuk menjadi pusat pembinaan umat, dari berbagai level, tidak akan mungkin terwujud jika di masjid itu tidak ada orang-orang yang berilmu (faqih dalam Islam) dan mempunyai kompetensi yang memadai, yang mendidik dan membimbing umat secara tekun dan istimrariyah (terus-menerus). Suburnya berbagai aliran sesat yang menjerumuskan sebagian umat muslim terutama kaum mudanya yang tidak paham dengan Islam, ke dalam gerakan dan kehidupan sesat, baik gerakan sesat yang bersifat keagamaan atau kesesatan cara hidup akibat pengaruh budaya Barat yang jahiliyah, adalah sebagai hasil dari ketidakterdidikan dan tidak terbimbingnya mereka dengan baik dan benar secara intensif oleh orang-orang yang tepat, yang berkompetensi untuk itu. Pada umumnya umat muslim di berbagai daerah saat ini bagaikan anak ayam kehilangan induk, berpencar ke mana-mana tanpa penjagaan. Bagaikan kelas tak punya guru, sehingga muridmurid kebingunan tidak dapat belajar dan tak tahu apa yang harus mereka kerjakan. Kebutuhan umat muslim kepada pemimpin kegamaan (spritual leader), yang lebih banyak mencurahkan kemampuan dan ilmu mereka untuk mendidik dan membimbing umat mutlak diperlukan. Rasulullah SAW telah secara tegas menekankan pentingnya hal ini dalam sunnah beliau. Bahkan bila beberapa orang muslim bermusafir walaupun hanya dalam jumlah tiga orang saja, mereka diperintahkan oleh beliau untuk mengangkat salah seorang dari mereka sebagai imam shalat iddza ijtama`a tsalatsatu nafarin fal yaummahum aktsara quranan wa in kana ashghara hum, artinya: jika tiga orang melakukan perjalanan jauh maka hendaklah salah seorang menjadi imam shalat, yakni yang paling banyak menguasai al-Quran walaupun umurnya lebih muda dari yang lain. Lalu ditegaskan beliau lagi dalam hadis idza amma hum fa huwa amiru hum jika seseorang diangkat menjadi imam shalat mereka maka dialah yang

menjadi amir (pemimpin) mereka. Demikianlah gambaran betapa Rasulullah SAW menaruh perhatian besar dalam persoalan kepemimpinan umat ini. Kriteria yang diberikan oleh beliau tersebut bertujuan agar kepemimpinan umat jangan dijabat oleh orang-orang yang salah, karena hal itu pasti dapat merugikan Islam dan umatnya. Sebab umat ini dibangun oleh Nabi Muhammad SAW dibantu oleh para sahabat beliau dengan pengorbanan yang amat banyak. Beranjak dari hal-hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan upaya konkrit untuk menata dan membina umat muslim ini, dan diselenggarakan oleh pihak yang berkompetensi, dengan menjadikan masjid sebagai markaz basis pembangunan umat muslim dari berbagai segi. Sehingga terwujud masyarkat muslim berbasis masjid, yakni masyakat yang tertata secara rapi, terdidik secara intensif dengan Islam, memiliki kesatuan dan persaudaraan mulai dari tingkat sesama unsur jamaah masjid hingga tingkat lebih luas. Dalam hal ini peranan kepemimpinan imam fungsional mutlak diperlukan. Masyarakat berbasis masjid ini sekaligus sebagai ujung tombak komunitas pengamal syari`at Islam secara kaffah. Adapaun imam yang dimaksud di sini bukanlah sosok yang sekedar pandai menjadi imam shalat dengan bermodalkan suara yang merdu, penguasaan tajwid dan hafalan ayat yang banyak semata, tetapi dia mestilah seorang yang faqih, alim, wara, zuhud serta mempunyai jiwa kepemimpinan. Sosok seperti itu dapat dihasilkan oleh gemblengan pendidikan khusus keimaman yang diakui dan disegani oleh segenap pihak. Para imam itu harus berasal dari pribadi-pribadi yang berkualitas, cerdas, dididik dengan program unggul, sehingga layak menjadi pemimpin umat di masa datang. Merekalah nantinya akan menjadi Tuanku Imam Besar, sekaligus mufti dan murabbiy di tengah umat. Sehubungan dengan telah adanya organisasi keulamaan seperti Majelis Ulama Indonesia mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional, maka para tuanku imam besar diharapkan sebagai bahagian aktif dari unsur yang ada Majelis Ulama Indonesia tersebut. Hal itu sangat tepat karena mereka yang dikukuhkan sebagai tuanku imam besar mulai dari tingkat kecamatan adalah lulusan pendidikan pascasarjana untuk bidang pokok keilmuan Islam, syari`ah, tafsir dan hadis, hafizh al-Quran, menguasai ilmu alat dan bahasa Arab baik pasif dan aktif, ditambah dengan penguasaan terhadap keilmuan penunjang lainnya seperti ilmu tarbiyah, pendidikan, dakwah, sejarah, sosial politik, ekonomi, bahasa asing lain, dan lain-lain. Demikianlah sekilas latar belakang gagasan yang terdapat dalam proposal ini untuk diseminarkan dan dilokakaryakan, hingga mendapat jalan penyelesaiannya, untuk kebutuhan umat, kebutuhan bersama kaum muslimin. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka bermaksud membedah persoalan tersebut di atas dalam SEMINAR NASIONAL DAN LOKAKARYA. Semiloka ini bertujuan untuk dapat memperoleh bentuk solusi konkrit dan penyelesaiannya yang akan diterapkan kelak, baik bentuk program dalam jangka pendek maupun program jangka panjang. Kami meyakini upaya ini akan dapat berhasil dengan baik jika dilaksanakan dengan semangat kebersamaan (ta`awun `ala al-birr wa al-taqwa) oleh berbagai unsur Organisasi Islam, LSM Muslim, Yayasan-yayasan Islam, Partai-partai Islam dan Partai Nasionalis Agamis, Madrasah-madrasah, Pesantren-pesantren, berbagai Perguruan Tinggi Islam, DPRD, Departemen Agama dan dengan dukungan dari Pemerintah Pusat dan Daerah. Seiring dengan itu nantinya, melalui seminar dan lokakarya nasional ini, diharapkan dapat dibentuk panitia besar untuk pembentukan lembaga-lembaga strategis Islam tersebut agar dapat mewujudkan cita-cita besar bagi terbentuknya Khaira Ummah dan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, Insya Allah. Untuk itu dengan bantuan berbagai pihak secara bersama-sama bergotong royong, dan semata-

mata karena mengharapkan ridha Allah SWT maka kami panitia berencana melaksanakan kegiatan Seminar Nasional dan Lokakarya tersebut dengan tema: PERAN PENTING LEMBAGA KEIMAMAN `ULAMA ZU`AMA (DEWAN TUANKU IMAM BESAR INDONESIA) UNTUK PEMBENTUKAN MASYARAKAT MUSLIM BERBASIS MASJID, SEBAGAI BASIS PENGAMALAN ISLAM MENUJU INDONESIA RAYA DALAM BINGKAI MASYARAKAT MADANIY ISLAMIY DUNIA MODERN II. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN Seminar dilaksanakan di Aula Kantor Gubernur Propinsi.... Acara dimulia pukul 08.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Seminar adalah persiapan untuk lokakarya yang akan dilaksanakan dengan jadwal tersendiri. (Jika memungkinkan dapat sejalan dengan Lokakarya) III. SUSUNAN ACARA SEMINAR DAN LOKAKARYA 1. Pembacaan Ayat Suci al-Quran (5 menit) oleh : Agt. Panitia 2. Lagu Indonesia Raya (5 menit) dipimpin oleh : Agt. Panitia 3. Laporan Panitia (10 menit) oleh : Ketua Panitia Pelaksana 4. Sambutan Gubernur...... dan Secara Resmi Membuka Acara (30 menit) : 5. Key Note Speaker: (45 menit) oleh: Menteri Agama RI : 6. Pembacaan Doa (5 menit) : 7. Seminar Nasional : Panitia / Peserta Sesi Pertama (180 menit): (belum untuk ditanggapi oleh umum). Pemakalah dan Pembahas terdiri dari tim: 1) Prof.DR.H.Bustanuddin Agus, M.A. (Pemakalah/ Promotor Penggagas) 2) Amrizal S. Amri, M.Ag. (Pemakalah/ Penghimpun Gagasan) Sesi Kedua: Pemakalah 3) Prof. DR.H. (Pemakalah) Guru Besar Fak.Tarbiyah IAIN 5) 6) 7)

8) 9)

Tanggapan Umum Peserta Secara Lisan dan Tulisan (120 menit) Jawaban Umum Panitia Penggagas (60 menit) 1. Jika suara terbanyak memberikan mendukung terhadap: a)Proposal Reaktualisasi dan Revitalisasi Lembaga Keimaman, b)Program Masyarakat Muslim Berbasis Masjid, c)Ma`had Tinggi Purnasarjana Pendidikan Khusus Keimaman Fungsional, d)Badan Akreditasi Masjid, e)Badan Kenadziran Pengelola Harta Wakaf dan Dana Abadi Umat Indonesia Sebagai Badan Penjamin Utama Anggaran Lembaga Keimaman dan Dakwah Islamiyah; maka agenda acara dilanjutkan ke tahap lokakarya untuk ditangani secara bersama oleh Pimpinan MUI Propinsi, IAIN, UIN, STAIPIQ, STAIN se Prop...., Kanwil Depag dan dengan dukungan Gubernur Propinsi... 2. Jika tidak mendapat dukungan untuk dilokakaryakan, maka Panitia Seminar akan menyimpulkan untuk menawarkan program terpadu ini ke Propinsi lain yang bersedia dan berpotensi sebagai pilot proyek pelaksanaan program-program dimaksud, mengingat gagasan yang diusung ini sangat strategis dan sangat dibutuhkan oleh umat Islam secara umum. Selain itu program ini dimaksudkan lestari tanpa batas waktu. D. Pandangan dan Kesimpulan Umum dari dua Master Seminar (60 menit) E. Kesimpulan Seminar (SC. Panitia). F. Pendaftaran Calon Peserta Lokakarya B. Lokakarya Tanggal 200... di Aula Gedung Serbaguna / Aula Pasca Sarjana 1. Lokakarya hari . Tanggal 200... a. Pembacaan Kesimpulan-kesimpulan Seminar b. Pembacaan Masukan dan Pemikiran Peserta Seminar Secara Tertulis c. Pandangan Umum Para Peserta Lokakarya d. Kesimpulan Umum yang berisi Rekomendasi Tentang Pentingnya Lembaga Keimaman, Badan Kenadziran Indonesia Pengelola Harta Wakaf dan dana Abadi Umat, Program Pendidikan Khusus Keimaman Tingkat Purnasarjana dan Program Terpadu Masyarakat Muslim Berbasis Masjid. 2. Pembentukan Masing-masing Panitia Khusus: a. Panitia Khusus untuk Pendirian Program Pendidikan Khusus Keimaman Tingkat Purnasarjana di Prop.... yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengadaan Tuanku Imam Besar di wilayah Asia Tenggara (unsur: MUI, IAIN, UIN, Depag, DDII, NU, Muhammadiyah, dll). b. Panitia Khusus untuk Pembentukan Badan Kenadziran Pengelola Umum Harta Wakaf dan Dana Abadi Umat Indonesia Propinsi .... (MUI, Depag, BAZIS, PKPU, Perbankan Syari`ah, UIN, NU, Muhammadiyah, Perti, Thawalib, dll). c. Panitia Khusus untuk Pembentukan Badan Akreditasi Masjid Indonesia Propinsi... (MUI,

DMI, UIN, Depag, dll). d. Panitia Khusus untuk Perancangan Program Terpadu Masyarakat Muslim Berbasis Masjid (MUI, UIN, DDII, Muhammadiyah, NU, Perti, dll) Masing-masing Panitia, terdiri dari: Ketua, wakil Ketua, Sekretaris, Wakil sektretaris dan Bendahara, ditambah dengan 8 orang Anggota (semuanya terdiri dari beberapa unsur, dengan pertimbangan keahlian dan kompetensi yang dimiliki masing-masing person). 3. Pembentukan Panita Besar (Gabungan Masing-masing Panitia) Menjadi Komite Besar Pembangunan Lembaga Penting dan Startegis Islam Propinsi ...., yang dipimpin oleh 4 orang, terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara. 4. Pengukuhan Komite Besar dan masing-masing Panitia Khusus Oleh Gubernur Prop.... 5. Penyampaian Undangan rapat kerja Pertama Komite Besar 6. Penutupan Lokakarya. Diharapkan dengan selesainya tahap seminar dan lokakarya tersebut dan dengan telah dibentuknya Panita Besar yang mengkoordinir masing-masing panitia khusus, maka dipandang umat Islam Propinsi... khususnya telah berhasil meletakkan gagasan Semiloka ini kepada orangorang yang tepat untuk mengerjakannya. Panitia yang pada awalnya bertindak sebagai fasilitator acara, akan menempatkan posisi sebagai pendukung secara aktif untuk setiap bagian dari program-program tersebut di atas. Panitia dengan sebatas kemampuannya dalam hal ini bertindak sebagai bidan, maka para pengasuhnya yang berkompetenlah yang bertanggung jawab untuk selanjutnya meneruskan pelaksanaan program besar dan strategis ini sampai berhasil. IV. KEBUTUHAN DANA SEMINAR DAN JENIS PENGELUARANNYA Selain dari itu, panitia akan berupaya untuk menyediakan konsumsi selama acara, sertifikat / piagam, foto copy bahan seminar (makalah atau kertas kerja), bantuan transportasi secukupnya bagi pembahas dan pembicara yang berasal dari luar kota. V. PESERTA Undangan yang akan mengikuti Seminar diperkirakan sebanyak 500 orang , berasal dari: MUI, Badan dan Ormas-ormas Islam, Parpol Islam atau Nasionalis Agamis, Yayasan/LSM Islam, Pesantren / Madrasah, Civitas Akademika dan Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam, Pengusaha Muslim, unsur Pemerintah dan anggota DPRD. Juga diundang peserta dari luar Propinsi ... sehinga program pemerintah daerah ... ini dapat diketahui secara Nasional. Contoh Estimasi Anggaran Seminar Nasional Dan Lokakarya Untuk 500 orang, (terdiri dari 6 pemakalah, 6 pembahas utama, 450 peserta dan 20 unsur panitia dan undangan khusus lainnya). Semua Pemakalah dan Pembahas dibayar dan diberi honorium(kecuali penggagas: Amrizal S.Amri). Sebagai penggagas Amrizal S. Amri tidak diberi honorium untuk sajian makalahnya yang berisi Reaktualisasi dan Revitalisasi Lembaga Keimaman dan beberapa makalah sertaannya. Anggaran ini dibuat tahun 2007 yang lalu, tentu perlu diperbaiki sesuai dengan kemampuan program panitia.

A.Administrasi a. Surat menyurat Rp. 150.000,b. Pembuatan dan Penggandaan Proposal Rp. 100.000,c. Amplop biasa 1 kotak Rp. 12.000,d. Amplop Folio 3 kodi Rp. 30.000,e. Pembuatan Stempel Panitia Seminar Rp. 20.000,f. Penggandaan Makalah (@ 80 hal)= Rp.7.500,- x 500 Rp. 3.750.000,g. Piagam (@ Rp. 1000) x 500 Rp. 500.000,h. Pembuatan Laporan Panitia Rp. 75.000,- + Subtotal Rp. 4.637.000,B.Sewa Peralatan / Uang Pemeliharaan Aula Uang Kebersihan Pemeliharaan Aula Rp. 300.000,Rental In Focus 1 hari Rp. 200.000,- + Subtotal Rp. 500.000,C.Tranportasi Bantuan Tranportasi Panitia Rp. 500.000,Bantuan Tranportasi Pemakalah dari Jakarta dan Jogja Rp. 2.000.000,-+ Subtotal Rp. 2.500.000,D.Publikasi dan Dokumentasi Pembuatan Brosur 1 Rim Rp. 75.000,Pembuatan Spanduk 2 helai @ Rp. 200.000,- Rp. 400.000,Iklan Radio 2 (10x), @ Rp. 150.000,- Rp. 150.000,Pers Releas 2 koran lokal @ Rp. 50.000,- Rp. 100.000,Pembayaran Telpon Untuk Kepentingan Acara Rp. 100.000,- + Subtotal Rp. 825.000,E.Konsumsi Snek @ Rp.2000,- x 500 orang Rp. 1.000.000,Makan siang @ Rp.6.000,- x 500 orang Rp. 3.000.000,-+ Subtotal Rp. 4.000.000,- F.Honorium Pemakalah dan Pembahas Utama Pemakalah 5 orang @ Rp. 400.000,- Rp. 2.000.000,Pembahas Utama 5 orang @ Rp. 200.000,- Rp. 1.000.000,Key Note Speaker Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-+ Subtotal Rp. 4.500.000,Total Biaya Keseluruhan (A sd.F) Rp. 16.962.000,-

You might also like