You are on page 1of 18

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Hipoparatiroid

disusun oleh : Andy Sunaryo P 174 2030 9004 Arif Kurnianto_ P 174 2030 9007 Intan Puji Lestari_ P 174 2030 9015 Joshua Miftah Diksi_ P 174 2030 9016 Makhya Amaliy_ P 174 2030 9021 Rizki Amaliyah P 174 2030 9033

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PEKALONGAN


TAHUN AKADEMIK 2010/2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPOPARATIROID

A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian a. Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai gejala utama (Haznam). b. Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton). c. Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon paratiroid atau parathyroid hormone (PTH). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani. 2. Etiologi a. Hipoparatiroid primer: pada anak-anak dibawah umur 16 tahun, jarang sekali. b. Hipoparatiroid sekunder:
y y

Terjadi setelah tindakan strumektomi karena kelenjar paratiroid ikut terekresi. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama: Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi. Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat.

y y y

Hipomagnesemia. Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif. Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme).

3. Patofisiologi
y

Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%). Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat

kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi. Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.

4. Gejala Klinik Gejala utama adalah reaksi neuromuskuler yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang rendah. Keluhan penderita 70 % adalah tetani. a. Laten tetani: Mati rasa, tingling, kram pada tangan dan kaki. b. Over tetani: bronchospasme, laringospasme, spasme carpopedal, dispagia, potophobia, cardiac disritmia. c. Gejala lain: 1) Gangguan emosional: cemas, mudah marah, depresi . 2) Perubahan tropik pada ectoderm: rambut jarang dan cepat putih, kulit kering dan permukaan kasar, kuku tipis. 3) Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata, tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan bahkan delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi dapat terjadi. (Brunner & Suddath, 2001)

5. Pemeriksaan Diagnostik Tetanus laten ditunjukan oleh tanda trousseau atau tanda Chvostek yang positif. Tanda trousseau dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumabtan aliran darah ke lengan selama 3 menit dengan manset tensimeter. Tanda Chvostek menujukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba didaerah nervous fasialis tepat di kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasme atau gerakan kedutan pada mulut, hidung dan mata. Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu: 1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang

berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi. 2. Fosfat anorganik dalam serum tinggi 3. Fosfatase alkali normal atau rendah 4. Foto Rontgen: Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid 5. Density dari tulang bisa bertambah 6. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

6. Komplikasi a. Hipokalsemia Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut b. Insufisiensi ginjal kronik Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).

7. Penatalaksanaaan a. Penatalaksanaan medis 1) Hipoparatiroid akut: a) Koreksi kalsium secepatnya (calsium glukonas 10 cc IV atau perinfus), hati-hati karena bisa menyebabkan aritmia dari jantung. b) Suntikan hormon paratiroid IM (100 200 U). c) Pemberian vitamin D2 per oral (100.000 U)

2) Hipoparatiroid kronik Maksudnya untuk meningkatkan kadar kalsium serum dan menurunkan kadar fosfor serum secara kontinue. Usaha yang dilakukan dengan kombinasi diet dan obat-obatan peroral. a) Diet: Diet yang banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor. b) Medikamentosa: (1) Untuk menyukarkan absorbsi fosfor dalam intestinum dapat digunakan alumunium hidroksida. (2) Suntikan hormon paratiroid dalam jangka lama menyebabkan reaksi lokal dan pembentukan zat anti, oleh karena itu hormon paratiroid tidak digunakan untuk hipoparatiroid kronik. (3) Vit D2 (ergocalsiferol) ditambah DHT3 (dihydrotachysterol) kebutuhan tubuh terhadap vitamin D 400 IU. Fungsi vitamin D: (a) Menambah absorbsi kalsium dan fosfor di intestinum. (b) Meningkatkan ekresi fosfor dan menurunkan fosfor serum. (c) Efek langsung terhadap kalsifikasi. b. Penatalaksanaan keperawatan 1) Istirahat 2) Observasi vital sign 3) Makanan cair/personde 4) Perhatikan saluran nafas 5) Penanganan kejang 6) Fisiotherapi

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Identitas a) Identitas klien b) Identitas penanggung jawab 2) Riwayat kesehatan a) Sejak kapan klien menderita penyakit b) Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama c) Apakah klien pernah mengalami tindakan oprasi khususnya pengangkatan kelenjar paratiroid atau kelenjar tiroid d) Apakah ada riwayat penyinaran daerah leher. 3) Keluhan utama meliputi: a) Kelainan bentuk tulang b) Perdarahan yang sulit berhenti c) Kejang-kejang, kesemutan dan lemah. 4) Pemeriksaan fisik a) Sistem persarafan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Parestesis: bibir, lidah, jari-jari, kaki. Kesemutan Tremor Hiperefleksia Tanda chvosteks dan trousseaus positif Papil edema Labilitas emosional Peka rangsang Ansietas

(10) Depresi (11) Delirium (12) Delusi (13) Perubahan dalam tingkat kesadaran

(14) Tetani (15) Kejang b) Sistem muskuloskeletal (1) (2) Kekakuan Keletihan

c) Sistem cardiovaskuler (1) (2) (3) Sianosis Palpitasi Disritmia jantung

d) Sistem pernafasan (1) (2) Suara serak Edema/stridor laring

e) Sistem gastrointestinal (1) (2) Mual muntah Nyeri abdomen

f) Sistem urinaria Pembentukan kalkuli pada ginjal g) Sistem integumen (1) Distrofik, kering, kulit, dan kuku keras (2) Figmentasi kutan (3) Alopesia (4) Tepi kuku horizontal (5) Kuku rapuh 5) Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan laboratorium b) Pemeriksaan radiologi c) Pemeriksaan EKG

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi a. Potensial cedra berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.

1) Tujuan: Klien tidak mengalami cedra dengan kriteria: reflek normal, tanda vital stabil, makan diet dan obat seperti yang dianjurkan, kadar kalsium serum normal. 2) Intervensi: Rasional Intervensi a. Pantau tanda-tanda vital dan a. untuk mengetahui mungkin. reflek tiap 2 jam sampai 4 jam. kelainan sedini

b. Pantau fungsi jantung secara b. Untuk mengetahui abnormalitas dari gambaran EKG. terus menerus/gambaran EKG.

c. Bila pasien dalam tirah baring berikan bantalan paga tempat tidur dan pertahakan tempat tidur dalam posisi rendah.

c. Untuk mencegah terjadinya injuri/jatuh.

d. Bila aktivitas kejang terjadi d. Untuk menghindari cedra yang terjadi ketika pasien bangun dari akibat benda yang terdapat di lingkungan tempat tidur, bantu pasien sekitar klien dan mencegah kerusakan untuk berjalan, singkirkan yang lebih berat akibat kejang. benda-benda

membahayakan, bantu pasien dalam menangani kejang dan reorientasikan bila perlu. e. Kolaborasi dengan dokter e. Antisifasi terhadap hipokalsemia dengan cara penanganan medis.

dalam menangani gejala dini dengan memantau memberikan efektifitas dan cairan

Rasional Intervensi parenteral dan kalsium. f. Pemberian hati-hati. kalsium dengan f. Pemberian kalsium yang terlalu cepat akan mengakibatkan tromboflebitis

hipotensi.

g. Berikan suplemen vitamin D g. Untuk membantu memenuhi kekurangan kalsium dalam tubuh. dan kalsium sesuai program.

h. Kaji ulang pemeriksaan kadar kalsium.

h. Untuk mengontrol kadar kalsium serum.

b. Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan oedema laring atau aktivitas kejang. 1) Tujuan: Jalan nafas efektif dengan kriteria: a) Frekwensi, irama, dan kedalaman pernafasan normal. b) Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih. 2) Intervensi: Rasional Intervensi a. Siapkan peralatan penghisap a. Supaya memudahkan karena serangan bisa secara tiba-tiba.

dan jalan nafas oral di dekat tempat tidur sepanjang waktu. b. Siapkan tali tracheostomi,

oksigen, dan peralatan resusitasi manual siap pakai sepanjang waktu.

b. Untuk memudahkan dalam tindakan apabila terjadi sumbatan jalan nafas.

Rasional Intervensi Edema laring: c. Kaji upaya pernafasan dan c. Untuk mengetahui suara dan keadaan jalan nafas.

kualitas suara setiap 2 jam.

d. Auskultasi untuk mendengarkan d. Adanya stridor suatu tanda adanya stridor laring setiap 4 jam. e. Laporkan gejala dini oedema laring. pada e. Kolaborasi dengan jalan dokter nafas untuk tetap

dokter dan kolaborasi untuk mempertahankan tetap terbuka. jalan nafas

mempertahankan

terbuka karena perawat terbatas akan hak dan wewenang.

f. Intruksikan

pasien

agar

f. Agar

perawat

bisa

siap-siap

untuk

menginformasikan pada perawat atau dokter saat pertama terjadi tanda kekakuan pada tenggorok atau sesak nafas. g. Baringkan pasien untuk

melakukan suatu tindakan.

g. Untuk

mencegah

penekanan

jalan

nafas/mempertahankan jalan nafas untuk tetap terbuka.

mengoptimalkan bersihan jalan nafas, pertahankan kepala dalam posisi kepala dalam posisi

alamiah, garis tengah. Kejang: h. Bila terjadi kejang: pertahankan jalan orofaring berikan O2 nafas, sesuai sesuai penghisapan indikasi, pesanan, h. Bila terjadi kejang otomatis O2 ke otak menurun sehingga bisa berakibat fatal ke seluruh jaringan tubuh termasuk

pernafasan.

pantau tensi, nadi, pernafasan dan tanda-tanda neurologis,

periksa setelah terjadi kejang, catat frekwensi, waktu, tingkat kesadaran, bagian tubuh yang

Rasional Intervensi terlibat dan lamanya aktivitas kejang. i. Siapkan untuk berkolaborasi i. Kolaborasi dengan dokter dalam hal tindakan wewenang dokter (pengobatan dan tindakan).

dengan dokter dalam mengatasi status efileptikus misalnya:

intubasi, pengobatan. j. Lanjutkan kejang. perawatan untuk j. Untuk mencegah terjadinya serangan berulang.

c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output. 1) Tujuan: Kien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas dengan kriteria: a) Tingkat aktivitas meningkat tanpa dispnoe, tachicardi atau peningkatan tekanan darah. b) Melakukan aktivitas tanpa bersusah payah. 2) Intervensi: Intervensi a. Kaji pola aktivitas yang lalu. Rasional a. Untuk membandingkan aktivitas sebelum sakit dan yang akan diharapkan setelah perawatan. b. Kaji terhadap perubahan dalam b. gejala muskuloskeletal setiap 8 jam. c. Kaji respon terhadap aktivitas: Catat perubahan tensi, nadi, c. Untuk melihat suatu perkembangan secara

Untuk perawatan.

memantau

keberhasilan

pernafasan, hentikan aktivitas bila terjadi perubahan, dalam tingkatkan kegiatan

perawatan bertahap.

terhadap

aktivitas

keikutsertaan

kecil sesuai dengan peningkatan

Intervensi toleransi, ajarkan pasien untuk memantau respon terhadap

Rasional

aktivitas dan untuk mengurangi, menghentikan atau meminta

bantuan ketika terjadi perubahan. d. Rencanakan perawatan bersama pasien aktivitas selesaikan: untuk yang menentukan d. Dengan ingin pasien bantuan perawat merencanakan dengan klien perawatan, dapat

Jadwalkan

mempermudah suatu keberhasilan karena datangnya kemauan dari klien.

dengan orang lain. e. Seimbangkan antara

waktu e. Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan.

aktivitas dengan waktu istirahat. f. Simpan benda-benda dan barang f. Untuk menghemat penggunaan energi lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi pasien. klien.

d. Resti terhadap inefektif penatalaksanaan regimen therapetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. 1) Tujuan: Klien mengerti tentang diet dan medikasinya, dengan kriteria: Klien dan orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan prinsip perawatan tindak lanjut dan perawatan di rumah serta pengobatan dan diet yang diperlukan. 2) Intervensi: Rasional Intervensi a. Jelaskan tentang konsep dasar a. Penyuluhan tentang penyakitnya sangat tentang proses penyakit. penting karena klien membutuhkan medikasi dan modifikasi diet sepanjang hidupnya.

Rasional Intervensi

b. Agar klien mengerti akan keadaan dirinya b. Diskusikan alasan tentang sehingga klien tahu tentang terjadinya perubahan fisik dan emosional. c. Ajarkan pasien untuk

penanggulangannya. c. Agar klien bisa mengontrolkan dirinya secara berkala sehingga penyakitnya bisa tertanggulangi dan tidak mengakibatkan lebih parah.

memeriksakan dan melaporkan gejala dini tetani, kesemutan, tremor, tanda chvosteks atau trusseaus positif perubahan

dalam upaya pernafasan. d. Ajarkan orang terdekat untuk mengenali aktivitas kejang

d. Orang terdekat adalah orang yang selalu berada dan tahu persis tentang pasien sehingga bila terjadi sesuatu terhadap diri klien dia bisa melakukan sesuatu dan apa yang tidak boleh dilakukan sehingga bisa memperingan penyakitnya.

pasien dan menentukan cara yang harus dilakukan restrain atau prilaku,

menghindari menghentikan

observasi dan mencatat prilaku yang diperlihatkan sebelum e. Untuk melatih mobilisasi sehingga klien bisa melakukan ADLnya.

dan selama kejang. e. Tekankan aktivitas sehari-hari dan latihan sesuai toeransi dan

untuk melaporkan peningkatan f. Untuk mencegah keletihan atau kelemahan otot. lingkungan. f. Diskusikan tentang pentingnya mempertahankan yang aman. g. Ajarkan dosis, nama waktu obat-obatan, dan metode lingkungan g. Obat-obat tersebut

cedra

akibat

dari

penting

untuk

mempertahankan hidupnya.

pemberian, tujuan, efek smping

Rasional Intervensi dan toxik. h. Ajarkan klien tentang diet h. Asupan diet yang seimbang akan

tinggi kalsium rendah fosfat, seperti mengurangi susu dan keju karena banyak

meningkatkan kadar kalsium darah.

mengandung fosfor.

e. Resti terhadap inefektif penatalaksanaan regimen therapetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. 1) Tujuan: Klien mengerti tentang diet dan medikasinya, dengan kriteria: Klien dan orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan prinsip perawatan tindak lanjut dan perawatan di rumah serta pengobatan dan diet yang diperlukan. 2) Intervensi: Rasional Intervensi a. Jelaskan tentang konsep dasar penyakit. tentang proses a.Penyuluhan tentang penyakitnya sangat penting karena klien membutuhkan

medikasi dan modifikasi diet sepanjang hidupnya.

b. Diskusikan alasan tentang terjadinya perubahan fisik dan emosional. c. Ajarkan pasien untuk dan

b.Agar dirinya

klien

mengerti akan klien tahu

keadaan tentang

sehingga

penanggulangannya. c.Agar klien bisa mengontrolkan dirinya secara berkala sehingga penyakitnya bisa

memeriksakan

Rasional Intervensi melaporkan gejala dini tertanggulangi dan tidak mengakibatkan lebih parah.

tetani, kesemutan, tremor, tanda chvosteks atau

trusseaus positif perubahan dalam upaya pernafasan. d. Ajarkan orang terdekat d.Orang terdekat adalah orang yang selalu berada dan tahu persis tentang pasien sehingga bila terjadi sesuatu terhadap diri klien dia bisa melakukan sesuatu dan apa yang tidak boleh dilakukan sehingga bisa memperingan penyakitnya.

untuk mengenali aktivitas kejang pasien cara dan yang

menentukan harus

dilakukan

menghindari restrain atau menghentikan observasi dan prilaku, mencatat

prilaku yang diperlihatkan sebelum kejang. e. Tekankan aktivitas seharihari dan toeransi melaporkan latihan sesuai dan untuk dan selama e.Untuk melatih mobilisasi sehingga klien bisa melakukan ADLnya.

peningkatan

keletihan atau kelemahan otot. f. Diskusikan pentingnya mempertahankan lingkungan yang aman. g. Ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek g.Obat-obat tersebut penting untuk tentang f.Untuk mencegah cedra akibat dari lingkungan.

mempertahankan hidupnya.

smping dan toxik. h. Ajarkan klien tentang diet h.Asupan diet yang seimbang akan

Rasional Intervensi tinggi kalsium rendah meningkatkan kadar kalsium darah.

fosfat, seperti mengurangi susu banyak fosfor. dan keju karena

mengandung

DAFTAR PUSTAKA

http



http

ameliarina.blogspot.com

vinilover.blogspot.com



http

www.4shared.com

 





Doe goes, E.2000.Asuh n


  

w t n Edisi 3.Jakarta EGC

Hudak & Gallo.2001.

w t n

itis, Edisi VI,Vol I, Jakarta EGC

Sme tzer, C . S za



e, kk.2002.Bu u Aj

w t n

di l B d h, Edisi 8 Vol 1. Jakarta EGC

PATHWAYS

Pentingnya penatalaksanaan medikasi dan perawatan diri secara spesifik Kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi

Hipoparatiroid

Penurunan kalsium serum

Hipokalsemi

Peningkatan permeabilitas membrane

Resti terhadap inefektif penatalaksanaan regimen Otot rangka


Otot pernafasan

neuron

Otot polos
peningkatan peristaltic usus

Otot jantung
cardiac arithmia

kontraksi tetani Resiko tinggi cedra

Tidak efektifnya jalan nafas

Gangguan keseimbangan cairan dan elktrolit

penurunan cardiac Intoleran aktivitas

You might also like