You are on page 1of 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TUBERCULOSIS PARU

Disusun Oleh : Kelompok IV Asep Taslahudin, S. Kep. Cecep Hamzah, S. Kep. Cici Kusnadi, S. Kep. Dede Suharta, S.Kep. Rahmat Muttaqien, S.Kep. Ratna Gurnita, S.Kep. Soleh, S. Kep. Tatang Sukmana, S. Kep. Yosep D. Kurniawan, S. Kep.

PROGRAM PROFESI NERS

STIKes KARSA HUSADA GARUT 2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata Ajar Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Hari/Tanggal Waktu Penyuluh Tempat

: Keperawatan Gawat Darurat : Tuberculosis Paru dan diet TKTP untuk TBC : Perawatan pada pasien Tuberculosis Paru : Rabu 20 Juni 2012 : 13.00-selesai : Tatang sukmana, S.Kep. : Ruang Rubi RSUD dr. Slamet Garut

A. Tujuan Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan/pendidikan kesehatan maka keluarga Ruang Rubi RSUD dr. Slamet Garut. mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit dalam hal perawatan pasien Tuberculosis Paru untuk mencegah terjadinya penularan dan komplikasi lebih lanjut

Tujuan Khusus Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan selama 1 x 35 menit pasien dan keluarga mampu: 1. Mengetahui pengertian Tuberculosis Paru 2. Mengetahui tanda dan gejala Tuberculosis Paru 3. Mengetahui pengobatan Tuberculosis Paru 4. Mengetahui cara latihan pernafasan 5. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Tuberculosis Paru

B. Sasaran dan Target Sasaran ditujukan pada keluarga Ruang Rubi RSUD dr. Slamet Garut. Target ditujukan pada Ruang Rubi RSUD dr. Slamet Garut

C. Strategi Pelaksanaan Pendidikan kesehatan dilakukan pada hari Rabu tanggal 20 Juni 2012 pukul 13.00 WIB

D. Metode Ceramah Diskusi/ tanya jawab

E. Susunan Acara Tahap Pembukaan Kegiatan Mengucapkan salam Penyampaian maksud dan tujuan pertemuan sesuai kontrak waktu Melakukan Waktu 5 menit

Proses

penyuluhan

tentang

pengertian 25 menit

Tuberculosis Paru Melakukan penyuluhan tentang penyebab terapi Tuberculosis Paru Melakukan penyuluhan tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru Melakukan penyuluhan tantang cara latihan pernafasan Melakukan penyuluhan tentang pencegahan

Tuberculosis Paru Melakukan penyuluhan tentang penatalaksanaan pada pasien Tuberculosis Paru Memberikan pertanyaan pada keluarga Menutup pertemuan dan mengucapkan salam Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya

Penutup

5 menit

F. Media Leaflet Proyektor

G. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi Struktur Kesepakatan dengan keluarga (waktu dan tempat) Kesiapan materi penyaji 2. Evaluasi Proses Peserta/ keluarga bersedia dirumah sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan Anggota keluarga antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya Anggota keluarga menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan 1. Mahasiswa Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan Dapat menjalankan peranannya sesuai dengan tugas 2. Evaluasi Hasil Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Adanya kesepakatan antara keluarga dengan perawat dalam melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.

3. Daftar pertanyaan Apa definisi Apa yang dimaksud Hidroterapi Bagaimana mempraktekan latihan pernapasan Bagaimana Pengobatan Tuberculosis Paru dengan tanaman obat Sebutkan gejala Tuberculosis Paru Bagaimana cara pengobatan Tuberculosis Paru

MATERI TUBERKULOSIS PARU

A. Etiologi Tuberkulosi paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh nycobacterium tuberculosis, yaitu kuman batang tahan asam yang merupakan organisme pathogen maupun saprofit. Kuman tuberkulosis ini tidak hanya tahan terhadap asam tetapi juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan wajar ( dapat tahan bertahun-tahun dan dalam lemari es ) karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant inilah kuman dapat bangkit kembali lagi dan menjadi tuberculosis aktif lagi. Perlu diketahui bahwa sifat ini aerob. Hal inilah Yang menyebabkan paru-paru menjadi tempat predileksi penyakit tuberculosis.

B. Patofisiologi Kebanyakan penyakit tuberkulosis terjadi melalui airbone, yatu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman dan basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Infeksi akan dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia. Setelah menghirup, basil tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2 10 minggu ( 6 8 minggu ) pasca infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberculin. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atas paru-paru atau di bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.

Leukosit polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri tapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular dapat tumbuh sendiri sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit didalam sel daerah yang mengalami nekrosis kasescosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk kapsid yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus ghon, dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain.

C. Pathways
M. Tuberculosis terhirup dari udara M. bovis masuk ke paru-paru

Menempel pada bronchiole atau alveolus Memperbanyak setiap 18-24 jam

Proliferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel) Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar regional dan menimbulkan reaksi eksudasi

Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan Meluas ke seluruh paru-paru (bronchi atau pleura)

Erosi pembuluh darah

Basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh (TUBERKULOSIS milier)

Tulang

Ginjal

Otak

D. Penatalaksanaan Nutrisi Adekuat. Kemoterapi : pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik basil, yaitu basil yang berkembang cepat di tempat yang kaya akan oksigen, basil yang hidup dalam lingkungan yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga beberapa tahun, basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat. Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan selama 1824 bulan, dosis 10-20 mg/kgbb/hari melalui oral. Selanjutnya kombinasi antara INH, rifampizin, dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama dua bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali dalam satu minggu. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuscular) dan ethambutol. Tetapi kortiko steroid diberikan bersamaan dengan obat antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada meningitis. Pembedahan : dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak. Pencegahan : Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberculosis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat, meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan kemoterapi, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen.

E. Gambaran Klinis Keluhan yang dirasakan secara umum adalah : Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive) Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas, dapat disertai Pembesaran Kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple.

Batuk lendir lebih dari 30 hari. Diare yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Fisik. 2. Riwayat penyakit. 3. Pemeriksaan Radiologis. 4. Pemerksaan Laboratorium. Sputum Darah Tes Tuberkulin ( Mantoux) 5. Patologi anatomi : pada kelenjar getah bening, hepar, pleura peritoneum, kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam. 6. Uji BCG : reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat reaksi local yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.

You might also like