You are on page 1of 12

LAPORAN PERCOBAAN

Perpindahan Kalor

OLEH : KOMANG SUARDIKA (0913021034)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2010

LAPORAN PRAKTIKUM PERPINDAHAN KALOR

I.

TUJUAN 1. Mengamati peristiwa konveksi di dalam zat cair dan gas. 2. Membandingkan nilai konduktivitas termal (k) pada beberapa logam.

II.

LANDASAN TEORI

1. Konveksi Konveksi merupakan suatu peristiwa perpindahan kalor yang diikuti oleh perpindahan partikel-partikel perantara. Namun, pada dasarnya perpindahan kalor secara konveksi pada dasarnya adalah proses perpindahan energy gabungan antara konduksi panas, gerak percampuran dan proses penyimpangan energy. Perpindahan kalor secara konveksi berlangsung pada zat cair dan zat gas. Konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar. Mekanisme perpindahan kalor terjadi dengan tahap sebagai berikut: a. Kalor mengalir secara konduksi dari permukaan zat padat ke partikel-partikel fluida (cairan atau gas) yang berbatasan dengan permukaan zat padat tersebut. b. Kalor yang diterima fluida akan menaikkan suhu partikel-partikel penyusun fluida tersebut. c. Partikel fluida yang bersuhu lebih tinggi akan bergerak ke daerah yang bersuhu lebih rendah, kemudian bercampur dan melepaskan sebagian kalor yang dimilikinya. Proses perpindahan kalor secara konveksi dapat dinyatakan dengan persamaan yang dinyatakan oleh Isaac Newton dengan menyatakan bahwa laju perpindahan kalor denagn cara konveksi dipengaruhi oleh luas permukaan benda A yang bersentuhan dengan fluida dan beda suhu T diantara benda dan fluida. Jika h adalah koefisien konveksi yang dipengaruhi oleh bentuk dan kedudukan permukaan, maka diperoleh persamaan yaitu:

Keterangan:

T = perubahan suhu (K)

Q = kalor (J) t = waktu (s) h = koefisien konveksi (W/m2.K) A= luas permukaan (m2) Pada gambar dibawah ini merupakan salah satu contoh peristiwa konveksi yang terjadi pada zat cair

2. Konduksi Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konduksi adalah proses perpindahan kalor di mana kalor tersebut mengalir dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam suatu medium atau antara medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung. Konduksi dapat berlangsung dalam zat padat, zat cair, atau zat gas. Konduksi kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul-molekul. Pada logam, menurut teori modern, tumbukan antara elektron-elektron bebas di dalam logam dan dengan atom logam tersebut terutama mengakibatkan untuk terjadinya konduksi. Pada gambar dibawah ini proses terjadinya konduksi.

Pada ujung besi yang dibakar diatas pegang lama kelamaan terasa semakin panas. Hal ini disebabkan adanya perpindahan kalor yang melalui besi. Konduksi kalor hanya terjadi jika ada perbedaan temperatur. Dan memang, ditemukan pada percobaan bahwa kecepatan aliran kalor melalui benda sebanding dengan perbedaan temperatur antara ujung-ujungnya. Ditemukan dari percobaan bahwa aliran kalor Q per selang waktu t dinyatakan pada gambar dibawah ini:

Benda yang terletak di sebelah kiri memiliki suhu yang lebih tinggi (T1) sedangkan benda yang terletak di sebelah kanan memiliki suhu yang lebih rendah (T2). Karena adanya perbedaan suhu (T1 T2), kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah (arah aliran kalor kekanan). Benda yang dilewati kalor memiliki luas penampang (A) dan panjang (l). Berdasarkan hasil percobaan, jumlah kalor yang mengalir selama selang waktu tertentu (Q/t) berbanding lurus dengan perbedaan suhu (T1 T2), luas penampang (A), sifat suatu benda (k = konduktivitas termal) dan berbanding terbalik dengan panjang benda. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :

Q KA(T1 T2 t l
Konduktivitas termal (k) merupakan sifat zat yang menunjukkan kemampuan zat tersebut dalam memindahkan kalor secara konduksi. Zat-zat dimana k besar, menghantarkan kalor dengan cepat dan dinamakan konduktor yang baik. Sedangkan, zatzat yang memiliki k yang kecil, merupakan penghantar kalor yang buruk dan dengan demikian dinamakan isolator.

TABEL KONDUKTIVITAS TERMAL Konduktivitas Termal, k Zat Perak Tembaga Aluminium Baja Kuningan Es Batu bata dan Beton Gabus dan serat kaca Wol Udara Kkal/s m Co 10 x 10-2 9,2 x 10-2 5,0 x 10-2 1,1 x 10-2 0,24 x 10-2 5 x 10-4 2,0 x 10-4 0,1 x 10-4 0,1 x 10-4 0,055 x 10-4 J/s m Co 420 380 200 40 10 2 0,84 0,042 0,040 0,023

III.

ALAT DAN BAHAN a. Konveksi untuk Zat Cair 1. Tabung konveksi 2. Pembakar Spritus 3. Statif 2 buah 4. Korek api 5. Gelas ukur 6. Serbuk dupa 7. Kaki tiga + kassa 8. Air b. Konveksi untuk Zat Gas 1. Lilin 2. Dua buah cerobong asap 3. Obat nyamuk 4. Korek api

c.

Konduksi 1. Logam tembaga 2. Logam besi 3. Logam kuningan 4. Logam aluminium 5. 4 potongan lilin dengan massa yang sama (0,58 gram) 6. Kaki Tiga 7. Pembakar Spritus 8. Stopwatch (nst = 0,2 sekon) 9. Korek api 10. Neraca ohaus (nst = 0,01 gram) 11. Cutter

IV.

LANGKAH KERJA a. Konveksi pada Zat Cair 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Set-up alat seperti gambar di bawah ini: A B C

D E
Pembakar spritus

3. Memasukkan air ke dalam tabung konveksi sampai air terisi penuh 4. Memasukkan serbuk dupa ke dalam tabung kaca 5. Menyalakan pembakar spiritus 6. Mengamati peristiwa yang terjadi

b. Konveksi Pada Gas 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan 2. Set up alat seperti gambar di bawah ini Cerobong 1 Cerobong 2
Obat nyamuk

Lilin

Kotak Kaca

3. Memasukkan lilin sebanyak satu buah pada cerobong satu dan amati hasilnya 4. Menambahkan lilin sebannyak satu buah pada cerobong dua kemudian amati hasilnya 5. Menambahkan lilin sebanyak satu buah pada tengah-tengah diantara cerobong satu dan dua. c. Konduksi 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Set-up alat seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3 kuningan aluminium besi tembaga

3. Menimbang lilin dengan menggunakan Neraca Ohaus untuk memastikan memiliki massa yang sama. 4. Meletakkan lilin di atas logam-logam kemudian di bawahnya diletakkan kaki tiga dan pembakar spritus. 5. Menyalakan pembakar spritus yang bersamaan dengan menekan stopwatch untuk mengukur waktu yang diperlukan masing-masing logam untuk melelehkan lilin. 6. Mencatat waktu yang diperlukan lilin mulai meleleh pada masing-masing logam.

V.

DATA HASIL PENGAMATAN 1. Konveksi (zat cair dan gas) Pada peristiwa konveksi data tidak dalam bentuk kuantitatif melainkan secara kualitatif yaitu mengamati peristiwa perpindahan kalor secara konveksi. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan yang kami lakukan adalah: A. Konveksi pada zat cair Dari hasil pengamatan dari praktikum yang dilakukan pada percobaan gambar 1, saat pembakar spritus diletakkan pada ujung titik D, maka serbuk dupa tersebut akan bergerak dari titik A,E,D,C dan kembali ke A atau dengan kata lain pergerakannya membentuk suatu siklus. B. Konveksi pada gas Ketika kita memasukkan lilin pada cerobong 1 dan obat nyamuk diletakkan pada cerobong 2, maka asap dari obat nyamuk akan masuk ke dalam kotak dan asap akan keluar ke cerobong 1. Ketika kita menambah lilin dan diletakkan pada cerobong 2 dimana letak obat nyamuk pada cerobong 2, maka asap dari obat nyamuk sebagian besar akan tidak masuk pada kotak tetapi sebagian kecil asap masuk dalam kotak, dalam hal ini asap keluar kembali melalui cerobong 2. Ketika kita menambahkan lagi lilin dan diletakan antara lilin yang ada pada cerobong 1 dan cerobong 2 sedangkan asap obat nyamuk diletakkan pada cerobong 2, maka asap tidak ada yang masuk pada kotak tetapi asap keluar pada cerobong 2.

2. Konduksi No Jenis Logam t (waktu habis lilin meleleh) sekon 1 2 3 4 Tembaga Aluminium Besi Kuningan 59,0 60,0 120,0 360,0

VI.

TEHNIK ANALISIS DATA Dalam praktikum ini, tidak menggunakan analisis dalam bentuk perhitungan, namun hanya membandingkan sebuah teori dengan hasil pengamatan yang diperoleh saat percobaan. Selain itu, juga mengamati pergerakan zat pewarna dalam air pada gelas kimia. Sedangkan pada gas kita hanya mengamati pergerakan asap. Pada percobaan konduksi, membandingkan nilai konduktivitas pada beberapa logam.

VII.

PEMBAHASAN a. Konveksi pada zat cair Dari hasil pengamatan dari praktikum yang dilakukan pada percobaan gambar 1, saat pembakar spritus diletakkan pada ujung titik D, maka serbuk dupa tersebut akan bergerak dari titik A,E,D,C dan kembali ke A atau dengan kata lain pergerakannya membentuk suatu siklus. Berdasarkan teori yang ada, memang benar pergerakan serbuk dupa seperti itu, sehingga percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori. Peristiwa konveksi yang terjadi di dalam air berlangsung seperti sebuah siklus karena ketika partikel diberikan kalor, maka partikel tersebut akan menjadi lebih ringan dan bergerak ke arah partikel yang mempunyai massa jenis yang lebih besar. Begitu pula partikel yang mempunyai massa jenis lebih

besar bergerak ke arah partikel yang mempunyai massa jenis yang lebih kecil sehingga terjadi peristiwa siklus b. Konveksi pada zat gas Ketika kita memasukkan lilin pada cerobong 1 dan obat nyamuk diletakkan pada cerobong 2, maka asap dari obat nyamuk akan masuk ke dalam kotak dan asap akan keluar ke cerobong 1. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan suhu masing-masing cerobong tersebut. Partikel-partikel udara yang berisi lilin pada cerobong 1 akan menerima kalor yang menyebabkan udara tersebut akan memuai sehingga massa jenis udara yang ada pada cerobong 1 akan mengecil dibandingkan dengan massa jenis udara yang ada diluar kotak. Partikel udara yang telah panas tersebut akan bergerak ke atas sehingga tekanan didalam kotak konveksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tekanan udara sekitar. Sedangkan udara yang lebih dingin dan memiliki tekanan yang lebih rendah pada cerobong 2 akan turun menuju udara yang lebih panas. Rapat massa dan tekanan udara yang berada pada cerobong 2 lebih besar sehingga asap akan menuju kerapat massa dan tekanan udara yang lebih kecil. Ketika kita menambah lilin dan diletakkan pada cerobong 2 dimana letak obat nyamuk pada cerobong 2, maka asap dari obat nyamuk sebagian besar akan tidak masuk pada kotak tetapi dalam hal ini asap keluar kembali melalui cerobong 2. Hal ini disebabkan karena,tidak adanya perbedaan massa jenis udara. Karena kedeua cerobong diisi dengan lilin, maka massa jenis udara dikedua cerobong tersebut menjadi lebih ringan dari massa jenis udara di lingkungan. Sehingga asap obat nyamuk akan mengarah keatas (kembali ke tempat dimasukkannya obat nyamuk) dan tidak bisa masuk ke dalam kotak konveksi. Jadi konveksi tersebut hanya terjadi antara obat nyamuk dengan udara dalam lingkungan. Ketika kita menambahkan lagi lilin dan diletakan antara lilin yang ada pada cerobong 1 dan cerobong 2 sedangkan asap obat nyamuk diletakkan pada cerobong 2, maka asap tidak ada yang masuk pada kotak tetapi asap keluar pada cerobong 2. Hal ini disebabkan karena,tidak adanya perbedaan massa jenis udara. Karena kedeua cerobong diisi dengan lilin, maka massa jenis udara dikedua cerobong tersebut menjadi lebih ringan dari massa jenis udara di lingkungan.

Sehingga asap obat nyamuk akan mengarah keatas (kembali ke tempat dimasukkannya obat nyamuk) dan tidak bisa masuk ke dalam kotak konveksi. Jadi konveksi tersebut hanya terjadi antara obat nyamuk dengan udara dalam lingkungan. c. Konduksi Dari hasil percobaan yang diperoleh, maka lilin yang diletakkan pada logam tembaga paling pertama meleleh dengan waktu 59,0 sekon, yang kedua meleleh lilin yang diletakkan pada logam aluminium dengan waktu 60,0 sekon, yang ketiga meleh lilin yang diletakkan pada logam besi dengan waktu 120,0 sekon, dan yang terakhir meleleh adalah lilin yang diletakkan pada logam kuningan dengan waktu 360,0 sekon. Dari teori yang ada menyatakan bahwa semakin besar nilai konduktifitas termal, maka lilin akan lebih cepat meleleh. Dari tabel konduktifitas termal, dapat dilihat bahwa k tembaga = 9,2 x 10-2 Kkal/s m Co, k untuk aluminium 5,0 x 10-2 Kkal/s m Co, k untuk besi = 1,1 x 10-2 Kkal/s m Co,dan k untuk kuningan = 0,24 x 10-2 Kkal/s m Co. dilakukan sesuai dengan teori. Dalam percobaan ini meskipun hasil yang diperoleh secara kualitatif sesuai dengan teori , namun dalam percobaan yang kami lakukan juga terjadi Kesalahan ,antara lain: 1. Kesalahan umum, Kesalahan ini terjadi karena kesalahan pengamat saat melakukan praktikum. Kesalahan umum yang terjadi yaitu ketidaktepatan dalam mengukur masing masing massa lilin agar keempat massa lilin itu sama. 2. Kesalahan sistematis. Kesalahan ini disebabkan oleh alat ukur dan lingkungan. Kesalahan ini terjadi pada saat api dari pemanas bunsen yang ditiup oleh angin sehingga nyalanya tidak rata. sehingga percobaan yang

Adapun kendala yang kami hadapi dalam melaksanakan praktikum, antara lain: 1. Kesulitan dalam mengukur keempat massa lilin yang digunakan agar memiliki massa yang sama. 2. Sulitnya mengkondisikan agar pemanas bunsen tepat berada di tengah-tengah logam yang di akibatkan oleh adanya angin yang bertiup.

VIII.

KESIMPULAN 1. Perpindahan kalor secara konveksi pada zat cair akan membentuk sebuah siklus yang disebabkan karena ketika partikel diberikan kalor, maka partikel tersebut akan menjadi lebih ringan dan bergerak ke arah partikel yang mempunyai massa jenis yang lebih besar. Begitu pula partikel yang mempunyai massa jenis lebih besar bergerak ke arah partikel yang mempunyai massa jenis yang lebih kecil. Sedangkan perpindahan kalor secara konveksi pada gas, dimana asap obat nyamuk bisa masuk ke kotak atau tidak disebabkan karena adanya perbedaan temperature dan perbedaan massa jenis. 2. Pada perpindahan kalor secara konduksi, nilai konduktivitas termal (k) pada logam akan berpengaruh terhadap cepat lambatnya lilin tersebut meleleh. Dimana logam yang

memiliki nilai konduktivitas termal (k) paling besar akan menyebabkan lilin paling cepat meleleh, sedangkan logam yang memiliki nilai konduktivitas termal (k) paling kecil, akan menyebabkan lilin lebih lambat meleleh.

You might also like