You are on page 1of 7

PENYUSUNAN STUKTUR DAN ANATOMI PEMBUATAN KONTRAK Tugas Makalah

DISUSUN OLEH: DIDIK ARI SETIAWAN (08.11.106.31011.2679) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BALIKPAPAN 2012

Tahapan Pembuatan dan Anatomi Perjanjian Tahapan Pembuatan Perjanjian 1. Tahapan-tahapan pembuatan perjanjian, yaitu sebagai berikut. 2. Pra contractual (negosiasi), yaitu tahap saat para pihak belum terikat perjanjian, tetapi melakukan negosiasi untuk mencapai kata sepakat. 3. Contractual, yaitu tahap saat para pihak sudah terikat perjanjian melalui kesepakatan yang sudah tercapai sampai dengan akhir dari suatu perjanjian. 4. Post contractual, yaitu tahap pemenuhan kewajiban para pihak setelah masa perjanjian. Anatomi Perjanjian Negosiasi adalah suatu proses untuk mencapai kesepakatan dengan saling memberikan konsensus satu sama lain (give and take). Dalam sebuah negosiasi, yang dirundingkan adalah unsur-unsur perjanjian dan wanprestasi (ingkar janji). a. Unsur-Unsur Perjanjian Unsur-unsur dalam perjanjian ada tiga macam, sebagai berikut.
1. Essensialia yaitu unsur mutlak yang hams ada dalam perjanjian. Tanpa unsur ini perjanjian

tidak mungkin ada.Contohnya, harta dan barang yang disepakati dalam perjanjian jual beli. 2. Naluralia yaitu unsur yang tidak diperjanjikan secara khusus, tetapi dengan sendirinya dianggap ada karena sudah melekat dalam perjanjian. Unsur ini sudah diatur dalam undang-undang, namun dapat dibuat kesepakatan lain oleh para pihak. Contohnya, pada pasal 1276 KUH Perdata dinyatakan bahwa biaya penyerahan ditanggung oleh penjual, sedangkan biaya pengambilan ditanggung oleh pembeli. Jika dalam perjanjian tidak disebutkan, secara otomatis penjual menanggung biaya penyerahan. Tetapi dengan kesepakatan kedua belah pihak, maka biaya penyerahan dapat ditanggung oleh pembeli. 3. Accidentalia yaitu unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak ketika undangundang tidak mengatur tentang hal tersebut. Karena tidak diatur oleh undang-undang, maka unsur tersebut harus dimuat secara tegas dalam perjanjian. Contohnya, memilih domisili hukum jika terjadi sengketa. b. Wanprestasi Wanprestasi atau ingkar janji merupakan perbuatan tidak melakukan kewajiban sesuai dengan kesepakatan yang dibuatnya. Wujud wanprestasi dapat berupa (Pramono, 2007):

1.Tidak melakukan hal yang disanggupi akan dilakukannya. 2.Melaksanakan hal tidak sebagaimana yang diperjanjikan. 3. Terlambat melakukan hal yang diperjanjikan. 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Dibawa ini adalah akibat-akibat hukum wanprestasi, yaitu: 1.membayar ganti rugi, 2.pembatalan perjanjian, 3. peralihan risiko, 4. pembayaran biaya perkara. c.Overrnacht atau Force Majeure Overmacht atau force majeure yaitu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga terjadinya sehingga menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajibannya. Contohnya bencana alam seperti banjir, badai, gempa bumi serta kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti kebakaran, perampokan, krisis ekonomi dan sebagainya. d.Pengertian Anatomi Perjanjian Anatomi perjanjian merupakan struktur yang terdapat dalam perjanjian. Semua perjanjian yang dibuat secara tertulis dituangkan dalam bentuk akta. Dalam perjanjian konsekuensi obligatoir bentuk kesepakatan tidak penting, karena konsensual obligatoir merupakan perjanjian bebas, bisa tertulis atau tidak tertulis. Tetapi biasanya dituangkan dalam bentuk akta. Pasal 1867 KUH Perdata menyatakan bahwa pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisantulisan otentik maupun dengan tulisan-tulisan di bawah tangan. terdapat dua jenis bentuk akta yaitu akta otentik dan akta di bawah tangan.

e. Akta Otentik Pasal 1868 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang, oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat akta dibuat. Menurut Pasal 1868 KUH Perdata, ciri-ciri akta otentik adalah: a.bentuknya ditentukan undang-undang, b.dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu, c.dibuat di wilayah kerja pejabat umum tersebut, d.apabila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka otentisitas akta tersebut akan hilang. Contohnya, seorang notaris untuk wilayah kerja di daerah Yogyakarta, pada saat berlibur di Bali bertemu klien yang biasa ditanganinya dan klien tersebut meminta dibuatkan akta perjanjian, maka akta yang dibuat notaris tersebut di Bali bukan merupakan akta otentik tetapi merupakan akta di bawah tangan. Contoh dari akta otentik adalah akta notaris, vonis, surat berita acara sidang, surat perkawinan, kelahiran, dan kematian. f. Minuta Minuta adalah akta otentik yang tidak boleh keluar dari kantor notariat dan akta tersebut merupakan dokumen negara. Para pihak hanya memegang salinan aktanya saja. Minuta berisi halhal sebagai berikut: 1. Nomor akta yang dibuat urut perbulan. 2. Judul. 3. Awal akta yang berisi penyebutan hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pembuatan akta (jam perlu dicantumkan dimaksudkan untuk pengawasan notaris). 4. Komparasi (penghadap) yang berisi: Penyebutan para pihak yang menghadap notaries, Premis akta yang berisi rumusan, peraturan perundang-undangan yang mendasari dibuatnya suatu perjanjian, dan kesepakatan para pihak. 5. Isi akta. 6. Penutupan akta atau akhir akta yang berisi: tujuan dibuatnya akta, yaitu sebagai alat bukti, dan penandatanganan para pihak, saksi dan notaris.

Dalam situasi terjadi bencana alam yang mengakibatkan akta rusak atau hilang, maka notaris diminta untuk membuat berita acara tentang kehilangan atau kerusakan akta-akta tersebut dan melindungi notaris dari tuntutan hukum. g. Akta Di bawah Tangan Pasal 1874 KUH Perdata menyatakan bahwa yang dianggap sebagai tulisan-tulisan di bawah tangan adalah akta-akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat-surat, register-register, suratsurat urusan rumah tangga dan tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pejabat umum. Jadi akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat tanpa campur tangan pejabat umum dan dibuat sendiri oleh para pihak. Akta ini mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti yang sempurna apabila diakui oleh para pihak. Namun ada beberapa hal yang bisa disangkal dari akta tersebut, yaitu: keberadaan akta, tanggal pembuatan akta, tanda tangan para pihak.

Jenis-jenis akta di bawah tangan adalah sebagai berikut: 1.Akta yang isinya ditetapkan bersama-sama oleh para pihak Dalam akta ini setiap detail dari perjanjian dirundingkan dengan para pihak. Dengan demikian, diharapkan hak dan kewajiban para pihak akan dirumuskan dengan seimbang. 2.Perjanjian standar/perjanjian baku Perjanjian di bawah tangan dibuat secara massal dan ketentuan-ketentuan di dalamnya/persyaratanpersyaratannya serta bentuknya telah dibakukan secara sepihak oleh pihak yang mempunyai kedudukan ekonomis dan psikologis yang lebih kuat. Oleh karena dirumuskan secara sepihak, maka di dalamnya terdapat banyak sekali Kausa eksenorasi yaitu klausul (pasal-pasal) yang menghilangkan atau membatasi tanggung jawab yang secara yuridis merupakan tanggung jawab salah satu pihak di dalam perjanjian itu. Oleh karena ada klausul eksenorasi itulah maka ada pro-kontra dalam pelaksanaannya. Pakar yang tidak setuju mengatakan bahwa perjanjian ini melanggar asas kebebasan berkontrak karena persyaratan di dalam perjanjian ditentukan secara sepihak oleh pihak yang secara ekonomis atau psikologis lebih kuat, sedangkan di pihak lawan yang merupakan pihak yang secara ekonomis atau psikologis lebih lemah, terpaksa menerima persyaratan tersebut karena terdesak oleh kebutuhannya dan tidak mampu berbuat lain.

Sedangkan pihak yang setuju mengatakan bahwa setiap orang yang menandatangani perjanjian, bertanggung jawab pada isi dan hal yang ditandatanganinya. Jika ada seseorang yang menandatangani perjanjian baku, tanda tangan itu membangkitkan kepercayaan, bahwa yang bertanda tangan mengetahui dan menghendaki isi perjanjian tersebut. Tidak mungkin seseorang menandatangani hal yang tidak diketahuinya. Prof. Mariam Darus mengambil jalan tengah dengan mengatakan bahwa motivasi diterimanya perjanjian standar adalah bahwa hukum berfungsi untuk melayani masyarakat dan bukan sebaliknya, meskipun perjanjian standar bertentangan dengan asas-asas hukum perjanjian maupun kesusilaan, tetapi dalam praktik, perjanjian ini tumbuh karena Keadaan menghendakinya dan harus diterima sebagai kenyataan. Bagian-bagian perjanjian bawah tangan yang biasa dibuat adalah sebagai berikut. 1. Judul akta, sebisa mungkin menggambarkan isi akta dan akta. tidak menyebutkan jam. 2. Penyebutan para pihak yang berguna untuk menentukan siapa yang terikat pada perjanjian tersebut serta sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian. 3. Premis akta, merupakan ketentuan-ketentuan yang mendesain bentuk perjanjian atau faktafakta yang mendahului terjadinya perjanjian serta konsensus para pihak. 4. Isi akta, biasanya pada pasal 1 konsensusnya diulang tetapi rinci dan pasal selanjutnya berisi pernyataan-pernyataan dan perjanjian. 5. Penutup akta, merupakan tujuan pembuatan akta, dibuat sebagai bukti sahnya akta, dan harus ditandatangani para pihak. h. Meterai Penjelasan secara lengkap tentang meterai dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai. Dikenakan Bea Materai atas dokumen-dokumen sebagai berikut. 1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk dikenakan sebagai alat bukti yang bersifat perdata. 2. Surat yang memuat sejumlah nominal uang. Jika nominal uang lebih kecil dari Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tidak diperlukan meterai. Jika nominal uang antara Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) hingga Rp1.000.000 (satu juta rupiah) dikenakan biaya meterai Rp3.000 (tiga ribu rupiah). Jika nominal uang lebih besar dan Rp1.000.000 (satu juta rupiah) dikenakan biaya meterai Rp6000 (enam ribu rupiah) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai.

3. Akta notaris dan pejabat pembuat akta tanah beserta salinannya. Meterai adalah pajak untuk suatu dokumen. Sebuah dokumen tanpa meterai masih tetap sah, tapi tidak bisa dijadikan alat bukti di pengadilan. Untuk bisa menjadi bukti di pengadilan, maka negara meminta pajaknya dalam bentuk meterai dengan cara kita melakukan Negeri. yaitu pemeteraian kembali yang dilakukan pejahat kantor pos kemudian kita membayar biaya meterai dan denda yang besarnya 200% (dua ratus person) dan bea meterai yang tidak dibayar tersebut.

You might also like