You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu pancasila. Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, guna melaksanakan pembangunan nasional, reformasi, dan pendidikan pada khususnya. Sehingga di dalam kehidupan Akademik, pancasila sangat diperlukan peranannya, baik dari SD, SMP, SMA, maupun ketika berada di bangku perguruan tinggi, karena ketika kita di dalam kehidupan kampus, aliran informasi dan teknologi sangatlah terasa perkembangannya baik itu bersifat positif maupun negatif, maka dari itu di butuhkanlah pendidikan pancasila, guna untuk menjaga para mahasiswa agar menjadi mahasiswa berilmu tapi juga bermoral.

2. RUMUSAN MASALAH 2. 1. AKTUALISASI PANCASILA. * Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul betul ada,

terjadi, atau sesungguhnya. * Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai nilai Pancasila benar

benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa.

Nilai nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah

bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia. * Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :

Aktualisasi objektif dan aktualisasi subjektif. 1. Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya. 2. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.

2. 2. TRIDARMA PERGURUAN TINGGI.

Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah

Negara Pancasila diarahkan untuk membentuk manusia manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila, membentuk manusia manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia. * Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai

tugas pokok menyelenggarakan pendidikan dan pegajaran di atas perguruan tingkat menengah berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi : pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan Tinggi. * Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain

diarahkan untuk menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik mahasiswa untuk berjiwa penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang besar pada masa depan bangsa dan Negara, serta menggiatkan mahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan pengembangan daerah.
2. 3. BUDAYA AKADEMIK.

* Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang mendukungnya. * Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh masyarakat akademik yang bersangkutan. * Pancasila merupakan nilai luhur bangsa Indonesia. * Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai oleh nilai budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang bersangkutan. Suatu nilai budaya yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama, santun, mencintai kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap mencintai seni.
2. 4. KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM.

Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan

pengabdian masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai nilai luhur. * Kampus merupakan wadah perkembangan nilai nilai moral, di mana seluruh warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi dan dijiwai oleh pancasila. * Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

3. BATASAN MASALAH Disini di bahas tentang penjabaran pancasila sebagai paradigma reformasi, dan penerapan Pancasila khususnya di ruang lingkup Akademik.

4. MAKSUD DAN TUJUAN

4.1. Maksud Dengan makalah ini kami bermaksud memuat suatu pembelajaran mengenai aktualisasi Pancasila didalam dunia akademik karena kami melihat masih belum banyak pengaplikasian Pancasila didalam kehidupan akademik baik itu dari segi pengajar terkhususkan lagi bagi para pelajar.

4.2. Tujuan Sehingga pembuatan makalah ini kami tujukan agar kita dapat belajar bersama mengenai aplikasi pancasila didalam kehidupan akademik.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA 1. AKTUALISASI PANCASILA Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul betul ada, terjadi, atau sesungguhnya. Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai nilai Pancasila benar benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa. Nilai nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun normanorma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia. Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi obyektif dan subyektif. Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subyektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mengawasi diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

2. TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI Pendidikan Tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat melainkan senantiasa mengemban dan mengabdi kepada masyarakat. Menurut PP No. 60 Th. 1999, perguruan tinggi memiliki tiga tugas pokok yang disebut Tridharma Perguruan Tinggi, yang meliputi :

2.1. Pendidikan Tinggi Lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas melaksanakan pendidikan untuk menyiapkan, membentuk dan menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Tugas pendidikan tinggi adalah : 2.1.a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 2.1.b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Pengembangan ilmu di perguruan tinggi bukanlah value free (bebas nilai), melainkan senantiasa terikat nilai yaitu nilai ketuhahan dan kemanusiaan. Oleh karena itu pendidikan tinggi haruslah menghasilkan ilmuwan, intelektual serta pakar yang bermoral ketuhanan yang mengabdi pada kemanusiaan. 2.2. Penelitian Penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat obyektif dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Dalam suatu kegiatan penelitian seluruh unsur dalam penelitian senantiasa mendasarkan pada suatu paradigma tertentu, baik permasalahan, hipotesis, landasan teori maupun metode yang dikembangkannya. Dalam khasanah ilmu pengetahuan terdapat berbagai macam bidang ilmu pengetahuan yang masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri, karena paradigma yang berbeda. Bahkan dalam suatu bidang ilmu terutama ilmu sosial, antropologi dan politik terdapat beberapa pendekatan dengan paradigma yang berbeda, misalnya pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Dasar-dasar nilai dalam Pancasila menjiwai moral peneliti sehingga suatu penelitian harus bersifat obyektif dan ilmiah. Seorang peneliti harus berpegangan pada moral kejujuran yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu hasil penelitian tidak boleh karena motivasi uang, kekuasaan, ambisi atau bahkan kepentingan primordial tertentu. Selain itu asas manfaat penelitian harus demi kesejahteraan umat manusia, sehingga dengan demikian suatu kegiatan penelitian

senantiasa harus diperhitungkan manfaatnya bagi masyarakat luas serta peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan.

2.3. Pengabdian kepada Masyarakat Pengabdian kepada masyarakat adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kema Realisasi pengabdian kepada masyarakat dengan sendirinya disesuaikan dengan ciri khas, sifat serta karakteristik bidang ilmu yang dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Aktualisasi pengabdian kepada masyarakat ini pada hakikatnya merupakan suatu aktualisasi pengembangan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan umat manusia. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebenarnya merupakan suatu aktualisasi kegiatan masyarakat ilmiah perguruan tinggi yang dijiwai oleh nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

3. BUDAYA AKADEMIK Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai berikut : 3.1. Kritis, Senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian. 3.2. Kreatif, Senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat. 3.3. Obyektif, Kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada suatukebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi.

3.4. Analitis, Suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah. 3.5. Konstruktif, Harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat. 3.6. Dinamis, Ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan terus-menerus. 3.7. Dialogis, Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik serta mendiskusikannya. 3.8. Menerima kritik, Sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap insan akademik senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik. 3.9. Menghargai prestasi ilmiah/akademik, Masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah. 3.10. Bebas dari prasangka,

Budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah yaitu harus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah. 3.11. Menghargai waktu,

Senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi. 3.12. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah,

Memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya akademik. 3.13. Berorientasi ke masa depan,

Mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu perhitungan yang cermat, realistis dan rasional.

4. KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM. Masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan budaya akademik, terutama untuk tidak terjebak pada politik praktis dalam arti terjebak pada legitimasi kepentingan penguasa. Hal ini bukan berarti masyarakat kampus tidak boleh berpolitik, melainkan masyarakat kampus harus benar-benar berpegang pada komitmen moral yaitu pada suatu tradisi kebenaran objektif. 4.1. Kampus sebagai Sumber Pengembangan Hukum Dalam rangka bangsa indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu agenda yang sangat mendesak untuk diwujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan tertib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus seruai dengan tertib hukum Indonesia. Berdasarkan tertib hukum Indonesia maka dalam pengembangan hukum positif di Indonesia, maka dasar filsafat negara merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. Namun perlu disadari bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai Pancasila sebagai sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilah hukum Tuhan (sila I), nilai yang terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumgu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V). Selain ini tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan

pengembangan hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakan dan rakyat adalah merupakan sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.

4.2. Kampus sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hak Asasi Manusia Sebagaimana dibahas di muka bahwa dalam reformasi dewasa ini bangsa Indonesia telah mewujudkan Undang-Undang Hak Asasi Manusia yaitu UU Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999. Sebagaimana terkandung dalam Konsiderasi, bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia adalah, seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Di samping hak asasi manusia, UU No. 39 Tahun 1999 tersebut juga menentukan Kewajiban Dasar Manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Dalam penegakan HAM tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif, dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia.

10

BAB III
KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM DENGAN PANCASILA SEBAGAI DASARNYA

1. CONTOH KASUS Tawuran antardua kelompok mahasiwa di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (15/11) reda. Polisi telah berhasil mengamankan kampus, dan mensterilkan area sekitar kampus. Tawuran yang melibatkan mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Kehutanan (FKeh) tak jelas ujung pangkalnya. Sebab, masing-masing kelompok memberi keterangan versi masingmasing. Menurut informasi yang diterima Reporter Metro TV, Rachel Marimbuna, mahasiswa FT menyebut, tawuran dipicu setelah Mahasiswa Baru (Maba) FT diganggu Mahasiswa Lama (Mala/senior) Fkehutanan. Namun, mahasiswa FKeh menyebut, justru Maba FKeh lah yang diejek, kemudian dikeroyok mahasiswa senior FT. Insiden pertama terjadi Senin (14/11) petang. Tawurang diawali aksi saling ejek. Kemudian, sekitar pukul 19.00 WIta, tawuran pecah. Kemudian mahasiswa FT diduga membakar ruangan kuliah milik Fkeh. Parahnya, tawuran tersebut tak hanya melibatkan senior, melainkan maba dan mahasiswa fakultas lain. Mereka saling lempar batu, dan benda tumpul lain. Akibatnya, puluhan mahasiswa terluka. Saat ini, polisi sudah berada di area kampus Unhas. Meski mengaku terlambat, polisi sudah berhasil mengamankan kampus. Selain itu, Retorak Unhas sudah meminta mahasiswa meninggalkan kampus tepat pukul 18.00 Wita.1

http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/15/139812/Tawuran-Mahasiswa-UnhasBerhenti

11

2. PEMBAHASAN Indonesia dalam melaksanakan reformasi dewasa ini, agenda yang mendesak untuk diwujutkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundangundangan. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan negara untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus dilakukan pengembangan hukum positif. Dalam reformasi bidang hukum, bangsa Indonesia telah mewujudkan undangundang Hak Asasi Manusia yaitu UU No. 39 Th. 1999. Sebagai terkandung dalam konsideran bahwa yang di maksud hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan kebenaran manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa dan merupakan anugrah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Di samping hak asasi manusia, undang-undang ini juga menentukan kewajiban manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dalam penegakkan hak asasi manusia tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat obyektif dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia.

12

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN Didalam contoh kasus di atas di perlihatkan bahwa aktualisasi pancasila belum sepenuhnya terimplementasikan, terutama di dalam kehidupan akademik, padahal di ketahui bahwa kehidupan kampus sebagai kekuatan moral utama sebagai dasar pengembangan hukum dan HAM, tapi dalam kenyataanya hal ini masih jauh dari yang kita harapkan. Kehidupan kampus masih di warnai dengan tindak anarkis dan kesewenang wenangan, hanya dengan kasus sepele, seperti saling ejek sudah dapat memicu tindakan yang lebih luas seperti contoh kasus di atas, hal ini membuktikan kurangnya kesadaran dari masyarakat akdemik, terutama para mahasiswa akan pentingnnya peran pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di dalam kehidupan kampus.

2. SARAN Sebenarnya hal seperti di atas dapat di hindarkan, asalkan kita sebagai mahasiswa menerapkan pancasila dalam kehidupan dikampus, namun juga tak terlepas bagi para pengajar untuk tetap memberikan wawasan mengenai pancasila sebagai dasar pengembangan hukum dan HAM di Indonesia, dan di dalam kehidupan kampus terkhususnya, kurangnya perhatian dari pihak akademik dan pemerintah dalam pengimplementasian pancasila dapat juga memicu hal ini dapat terjadi. Namun tak kalah pentingnya juga implementasi pancasila di ajarkan juga di dalam kehidupan keluarga, karena keluarga adalah dasar dari perkembangan moral dasar dari seorang anak, mahasiswa pada khususnya. Sehingga menurut pendapat kami, mengapa hal seperti tawuran antar

mahasiswa ini dapat terjadi harusnya menjadi koreksi dari semua pihak dari akademik sebagai penyelenggara pendidikan, dari pemerintah sebagai pengawas pendidikan, dan terutama dari keluarga sebagai pembentuk moral dasar seseorang.

13

Jadi marilah kita, sebagai mahasiswa yang sedang menjalankan proses pendidikan hendaknya mengambil contoh dari kasus di atas, dan menghindarkan hal ini terjadi di dalam lingkungan kampus kita.

14

Daftar Pustaka
1. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/computer-science-and-information/informationsystem-s1-1/pendidikan-pancasila/aktualisasi-pancasila-di-perguruan-tinggi

2. Buku Pendidikan Pancasila Penerbit: GUNADARMA http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_10261/title_kampus-sebagaipengembang-ham/

3. http://nenu666.blogspot.com/2011/12/moral-force-pancasila.html 4. http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/15/139812/Tawuran-MahasiswaUnhas-Berhenti

15

MAKALAH
KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM DENGAN PANCASILA SEBAGAI DASARNYA
Di susun oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bayu Elwiyandi Agung Rumekso Yuda Mulyadi Yuda Adi Septya M.Aminudin Gelar Pamungkas Asep Suhendi

POLITEKNIK PIKSI GANESHA MANAJEMEN INFORMATIKA PROGRAM DIPLOMA 3 MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA BANDUNG 2012

16

You might also like