You are on page 1of 12

Penilaian PAN dan PAP

A. Penilaian Acuan Normatif (PAN) Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu. Contoh: 1. Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor (nilai mentah): 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30 Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan perolehan terendah adalah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor di atas dapat diberi nilai 10, 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Cara lain ialah dengan menghitung persentase jawaban benar yang dijawab oleh setiap siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi. Jika skor (nilai mentah) di atas didapat dari 60 butir pertanyaan atau skor maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel di bawah ini)! Tabel. 1 Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah) Nilai 50 45 75,0 45 75,0 40 66,7 40 66,7 40 66,7 35 58,5 35 58,5 30 50,0

mentah Persentase 83,3 jawaban yang benar

Nilai (1-10)

10

Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3% dihargai 10, maka 75,0% harganya adalah (75,0%/83,3%) x 10 = 9,0. Dapat juga dicari faktor pengali terlebih dahulu, yaitu: 83,3% adalah 10 atau (83,3/100) x n = 10 atau n = 12. Jadi faktor pengalinya adalah 12, sehingga 66,7% pada nilai (1-10) adalah 66,7% x 12 = 7,9 atau 8. 2. Sekelompok siswa terdiri dari 40 orang dalam satu ujian memperoleh nilai mentah sebagai berikut: 55 52 49 48 46 43 43 43 42 39 39 40 40 40 38 38 37 37 37 37 37 36 36 36 36 35 35 35 34 34 34 34 33 33 32 32 30 28 22 21

Penyebaran nilai mentah di atas dapat ditulis seperti tabel berikut:

Tabel. 2
Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (1-10) No. 1 1 2 3 4 5 6 7 Nilai Mentah 2 55 52 49 48 46 43 42 Jumlah Siswa 3 1 1 1 1 1 3 1 Jika 55 diberi 10 maka 4 10,0 9,5 9,0 8,7 8,4 7,8 7,6 Jika skor maks. Persentase diubah 75 maka % yg menjadi (1-10) benar 5 6 73,3 10,0 69,3 9,5 65,3 9,0 64,0 8,7 61,3 8,4 57,3 7,8 56,0 7,6

8 40 9 39 10 38 11 37 12 36 13 35 14 34 15 33 16 32 17 30 18 28 19 22 20 21 Jumlah siswa: 40

3 2 2 5 4 3 4 2 2 1 1 1 1

7,3 7,1 6,9 6,7 6,5 6,4 6,2 6,0 5,8 5,5 5,1 4,0 3,8

53,3 52,0 50,7 49,3 48,0 46,7 45,3 44,9 42,7 40,0 37,3 29,3 28,0

7,3 7,1 6,9 6,7 6,5 6,4 6,2 6,0 5,8 5,5 5,1 4,0 3,8

Jika nilai mentah yang paling tinggi 55, diberi nilai 10 maka nilai untuk: 52 adalah (52/55) x 10 = 9,5. Misalnya dalam ujian tersebut nilai maksimalnya 75, maka besar presentase dihitung sebagai berikut: (55/75) x 100% = 73,3%. Nilai akhir yang dihitung berdasarkan perubahan nilai mentah menjadi nilai (1-10) atau nilai mentah menjadi persentase kemudian menjadi nilai (1-10) hasilnya sama, sebagaimana terlihat pada kolom 4 dan kolom 6 pada tabel 2 di atas. Bilamana jumlah anggota kelompok tidak hanya satu kelas tetapi beberapa kelas sehingga banyaknya peserta didik (siswa) ratusan jumlahnya maka untuk memberi nilai kepada setiap anggota kelompok digunakan statistik sederhana dengan menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok (mean and standard deviation). Jumlah anggota kelompok yang besar, distribusi (penyebaran) kemampuannya mulai dari yang paling pandai, pandai, sedang, kurang dan sangat kurang. Dalam hal ini penyebaran kemampuan anggota kelompok biasanya digambarkan menurut kurva normal. Menurut distribusi kurva normal kalau sekelompok peserta didik (siswa) yang memiliki skor rata-rata 60, maka jumlah siswa yang mendapat skor 60 ke atas adalah: 60 sampai dengan (60 + 1.SD) adalah 34,13% (60 + 1.SD) sampai dengan (60 + 2.SD) adalah 13,59% (60 + 2.SD) sampai dengan (60 + 3.SD) adalah 2,14%

Begitu pula siswa yang mendapat skor 60 ke bawah adalah: 60 sampai dengan (60 1.SD) adalah 34,13% (60 1.SD) sampai dengan (60 2.SD) adalah 13,59% (60 2.SD) sampai dengan (60 3.SD) adalah 2,14% Dengan kata lain jumlah siswa yang memperoleh skor antara (+ 1.SD sampai dengan 1.SD) adalah 68,26%, yang memperoleh skor antara (+ 2.SD sampai dengan 2.SD) adalah 95,44%. Tabel. 3 Konversi Skor Mentah ke dalam Nilai (1-10) Skor Mentah Skor Rata-rata + 2,25SD Skor Rata-rata + 1,75SD Skor Rata-rata + 1,25SD Skor Rata-rata + 0,75SD Skor Rata-rata + 0,25SD Skor Rata-rata 0,25SD Skor Rata-rata 0,75SD Skor Rata-rata 1,25SD Skor Rata-rata 1,75SD Skor Rata-rata 2,25SD Nilai (1-10) 10 9 8 7 5 6 4 3 2 1 Contoh Perhatikan table. 2, peserta dengan skor mentah 49 mendapat nilai: 37,4 + 6,8n = 49 ( n = besar penyimpangan antara + 2,25 sampai dengan 2,25, maka didapat n = 1, 71. Dengan demikian peserta dengan skor mentah 49 mendapat nilai 8,5. B. Pengembangan Butir Soal untuk PAN Di atas telah disebutkan bahwa dasar penentuan nilai akhir adalah kurva normal, artinya peserta ujian dianggap mengikuti kurva normal, yaitu 68,3% dari mereka memiliki kemampuan akademis yang sedang, 13,6% memiliki kemampuan akademis baik, dan 2,3% memiliki kemampuan akademis baik sekali, sebaliknya 13,6% kemampuannya kurang dan 2,3% kemampuannya kurang sekali. Dengan demikian kalau membuat soal yang semuanya sukar akan berakibat hanya sebagian kecil yang lulus, sebaliknya kalau membuat soal yang semuanya mudah maka kebanyakan atau hampir semuanya akan lulus. Dengan kata lain soal yang semuanya sukar atau soal yang semuanya mudah tidak akan memenuhi kondisi kurva normal. Susunlah soal yang sebagian besar tingkat kesukarannya sedang, sebagian kecil ada

yang mudah dan ada yang sukar. Dengan penyusunan perangkat soal seperti ini akan dapat diharapkan bahwa peserta yang pintar akan dapat menjawab semua butir soal, sehingga mereka akan ada yang memperoleh nilai tertinggi pada skala (1-10), namun kebanyakan peserta akan dapat menjawab butir-butir pertanyaan yang mudah dan yang sedang, dan sebagian kecil peserta ujian hanya menjawab dengan tepat butir-butir soal yang mudah ditambah sebagian kecil dari butir soal yang sedang, mereka inilah calon peserta yang tidak lulus. Dengan kata lain, mencantumkan butir soal pada saat satu perangkat soal ditentukan oleh kemampuan kelompok yang akan mengikuti ujian, bukan ditentukan konsep-konsep yang harus dikuasai oleh peserta ujian. Dampak pengukuran PAN pada masing-masing individu adalah alat ukur yang digunakan belum pasti dapat mengukur kemampuan maksimal yang dimiliki seseorang (peserta ujian). C. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Patokan (PAP) didasarkan pada adanya tujuan instruksional yang dapat diukur. Tujuan inilah yang dipedomani untuk melaksanakan pembelajaran dan untuk mengembangkan (menulis) alat ukur. Dengan kata lain apa yang direncanakan, maka dilaksanakan dalam proses pembelajaran dan diukur untuk menentukan apakah proses pembelajaran sudah mencapai tujuan. Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP. Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan. PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning). Pada cara ini hanya mereka yang telah menguasai paling sedikit sekian persen soal-soal yang ditanyakan, siswa yang dianggap menguasai materi yang ditanyakan itu. Batas kelulusan itu misalnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebanyak 75%. Bila hendak dikonversi terhadap nilai A, B, C, D atau E, dapat menggunakan pedoman berikut: Tabel. 4 Konversi Angka terhadap Nilai

Angka 95 100 87 94 75 86 60 74 <>

Nilai (Huruf) A B C D E (Gagal)

Pengelompokan nilai-nilai mentah kedalam huruf-huruf tersebut tanpa adanya alasan ilmiah, hanya rasional saja. D. Pengembangan Butir Soal untuk PAP Pengembangan butir soal untuk PAP tingkat kesukarannya tidak diperhatikan karena maksud soal ini bukan membedakan siswa yang pandai dari siswa yang kurang, tetapi melihat penguasaan seseorang terhadap bahan atau tujuan instruksional. Juga daya pembeda tidak diperhatikan dalam PAP, tetapi yang menjadi perhatian ialah daya serap siswa. PAN dan PAP, keduanya digunakan dalam penilaian kognitif (pengetahuan). Kedua pendekatan ini akhirnya dapat menggunakan angka (1-10) atau (1-100) atau A, B, C, D, E. Sedangkan penilaian untuk yang non kognitif (sikap, keberhasilan, disiplin misalnya) dinyatakan secara verbal seperti baik sekali, baik, sedang, kurang, atau kurang sekali. E. Perbandingan PAP dan PAN No. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Normatif (PAN) 1. PAP digunakan untuk PAN digunakan untuk menentukan menentukan status setiap peserta status setiap peserta terhadap terhadap tujuan yang kemampuan peserta lain direncanakan 2. Tidak memperdulikan perbedaan Perbedaan individual mendapat individual penekanan dalam PAN 3. Keragaman bukan menjadi Pengembang PAN berupaya untuk faktor penentu dalam PAP, menghasilkan tes-tes yang walaupun pada akhirnya tes-tes menghasilkan keragaman yang akan membedakan peserta yang cukup berarti telah menguasai dan belum menguasai 4. PAP secara khusus menekankan PAN mengukur kompetensi umum pada ranah (kawasan ) tertentu peserta didik yang harus dipelajari peserta didik

No. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Normatif (PAN) 5. Butir-butir soal ditulis PAN menghasilkan penguasaan berdasarkan pengelompokkan, peserta didik secara umum dalam setiap kelompok terpusat pada bidang pembelajaran tertentu tujuan tertentu 6. PAP memberikan indikator yang PAN memberikan hasil pengukuran lebih meyakinkan bahwa tujuan yang meyakinkan terhadap telah tercapai penguasaan secara umum mengenai pembelajaran 7. PAP memiliki standar PAN memiliki kecendrungan untuk penguasaan untuk semua peserta menggunakan rentangan tingkat yaitu berhasil atau gagal penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius 8. PAP memberikan penjelasan PAN memberikan skor yang tentang penguasaan kelompok menggambarkan penguasaan terhadap satu atau sejumlah kelompok tujuan 9. Mudah menentukan materi yang Sukar menentukan dan memberi belum dikuasai peserta didik dan bantuan materi yang belum dikuasai mudah memberikan bantuan peserta didik untuk menguasainya 10 Baik PAP maupun PAN diperlukan dalam pengukuran, karena keputusan yang tepat untuk memilih alat ukur yang digunakan akan sangat menentukan, misal alat ukur untuk UN berbeda dengan alat ukur untuk UMPT Diposkan oleh Nandang Fkip di 20:40
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN) DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP)

7 Komentar

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seringkali pengembang intruksional termasuk pengajar menyusun tes setelah proses instruksional berakhir. Ia menyusunnya dalam waktu yang singkat berdasarkan isi pelajaran yang telah diajarkan

dan masih segar dalam ingatannya. Keadaan yang seperti itu sangat memungkinkan tidak berfungsinya tujuan intruksional yang telah dirumuskannya. Tes yang disusunnya mungkin konsisten dengan isi pelajaran, tetapi tidak konsisten dengan perilaku yang seharusnya diukur. Tes yang seharusnya disusun adalah tes yang mengatur tingkat pencapaian mahasiswa terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan intruksional. Tes tersebut mungkin tidak dapat mengukur penguasaan mahasiswa terhadap seluruh uraian pengajar dalam proses intruksional, sebab apa yang diberikan pengajar selama proses tersebut belum tentu seluruhnya relevan dengan tujuan intruksional. Isi pelajaran bukanlah kriteria untuk mengukur keberhasilan proses pelaksanaan intruksional. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya suatu tes hasil belajar dapat dipakai untuk menyatakan : 1. Deretan kedudukan mahasiswa yang relatif, atau 2. Memberikan suatu gambaran tentang tugas-tugas yang dapat atau belum dapat dilakukan oleh mahasiswa. Hasil tes jenis pertama secara relatif menunjukkan deretan kedudukan setiap mahasiswadi antara mahasiswa lain. Metode menafsirkan hasil tes seperti ini disebut tafsiran yang mengacu kepada sebuah norma. Hasil tes jenis kedua dinyatakan dengan jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diperlihatkan oleh setiap mahasiswa. Metode penafsiran seperti ini disebut mengacu kepada sebuah patokan. Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan standar-standar tertentu sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus mengetahui bagaimana cara atu teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak didiknya, sejauhmana pencapaian siswa dalam menguasai materi yang disampaikan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pengertian dari Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) 2. Persamaan dan perbedaanPAN dan PAP 3. Kekurangan dan kelebihan PAN dan PAP C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Dalam setiap kegiatan tentunya ada tujuan yang hendak dicapai oleh pelakunya, begitu pula dengan penulisan makalah ini penulis hendak mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui teknik-teknik yang tepat untuk memberikan pemeriksaan, penskoran dan penilaian. 2. Mampu membandingkan teknik-teknik yang ada dan menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi perkembangan dunia pendidikan. 3. Mengetahui perbedaan, kelemahan dan kelebihan dari tiap teknik. 4. Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum memperolah dan meberikan nilai. PEMBAHASAN A. Pengertian Penilaian Acuan Norma Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu: 1. Acuan norma merupakan elemen pilihan yang memeberikan daftar dokumen normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar. Data dokumen normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam penerapan standar. 2. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal sebagai penilaian acuan norma (PAN). 3. PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu. 4. Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas / kelompok dipakai sebagai dasar penilaian. Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan Norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelmpok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu. B. Penilaian Acuan Norma (PAN) Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku normative dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan variannya . Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :

1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya. 2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat relative. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut. 3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya). 4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius. 5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok. C. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional . Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP. Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan. PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning). D. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai berikut:

1. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus 2. Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi siwa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan. 3. Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua pengukuran samasama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument. 4. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur. 5. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes penampilan atau keterampilan. 6. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya. 7. Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda. Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut: 1. Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku. 2. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes. 3. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya. 4. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan. PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian-uraian singkat yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada tujuan instruksional atau untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus tersebut. Penilaian acuan norma adalah penilaian yang mengacu kepada norma untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta didik di antara kelompoknya. 2. Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang diukur, disusun dari sampel butir-butir tes yang relevan dan representatif, keduanya dinilai kualitasnya dari segi

validitas dan reliabilitas dan digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda. 3. Adapun perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain: a) Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku. b) Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes. c) Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya. d) Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan. B. Saran Dalam hal ini penulis mencoba memberikan saran dari uraian di atas : 1. Pendidik sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam pengolahan dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian acuan norma dan acuan patokan. 2. Pendidik mampu menangani peserta didiknya dalam proses pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar,Jakarta: Erlangga:University Press,1986. Bistok Sirait. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang Press, 1985. Atwi Suparman, Desain Instruksional, Jakarta: PAU ,1997. http://nandangfkip.blogspot.com/2008/07/penilaian-pan-dan-pap_2459.html

You might also like