You are on page 1of 10

muhkanm dan mutsyabbih

Disusun Oleh 1. 2. 3. 4. JURUSANEKONOMI ISLAM FakuLtas syaRiah dan HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Kata pengantar

Segala puji hanya milik allah ,dan marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada allah swt. Selawat beserta salam semoga tetap trcurahkan kepada baginda rosullullah saw. Kesukuran yang luarbiasa atas nikmat yang di berikan oleh allah,sehigga penulis bisa menyelesaikan tugas yang di berikan,kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan ,karna kami hanyalah hamba yang lemah olehkarna itu,saran sangat kami butuhkan dari kawan-kawan sekalian.dan kami berharap kawan-kawan bisa menyukseskan makaah kami nanti.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Ilmu muhkam wal Mutasyabih di latar belakangi oleh adanya perbedaan pendapaulamatentang adanya hubungan suatu ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain mengatakan bahwa didalam Al-Quran ada ayat atau surat yang tidak berhubungan, di sebabkan pendapat ini, maka suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-Qursn cukup penting kedududkannya.

B. Pembatasan masalah Untuk lebih lanjut terarahnya penulisan makalah ini, maka penulis membatasi sebagai berikut : 1. Pengertian Al-Muhkam wal Mutasyabih. 2. Sikap Ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal Mutasyabih. 3. Fawatill Al-Suwar. 4. Hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih.

C. Tujuan Pembahsan 1. Untuk menambah ilmu pengetahuan kita, dalam memahami tentang ilmu Muhkam wal Mutasyabih. 2. Untuk bahasan dalam mata kuliah Ulumul Quran. 3. Untuk memenuhi tugas terstuktur padamata kuliah Ulumul Quran.

BAB II AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH


A. PENGERTIAN AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH

1. Muhkam Muhkam berasal dari kata Ihkam yang bearti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminology muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Contoh surat Al- Baqarah ayat 83 :

)(
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

2. AL-Mutasyabih kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal. Tasyahabad Isttabaha berarti dua hal yang masing-masing menyerupai yang lainnya.Sedangkan secara terminology Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelasmaksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau Allah yang mengetahuinya. Contoh surat Thoha ayat 5 :

)(

Artinya : Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy.

Secara istilah, para Ulama berbeda pendapat dalam merumuskanMuhkam dan Mutasyabih.Al- Suyuti telah mengemukakan 18 definisi atau tempat yang diberikan Ulama.Al-Zarqani mengemukakan 11 definisi yang sebagian dikuip dari Al-Suyuti.

Diantara defenisi yang dikemukakan Al-Zakqarni adalah : 1. Pendapat Al-Alusi kepada pemimpin-pemimpin mazhab Hanafi. Muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan nasakh. Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi ( maknanya ), tidak diketahui maknanya baik secra akil maupun naqli, dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetauhinya , seperti datangnya kiamat , hurufhuruf yang terputus-putus di awal-awal surat. 2. Pendapat dibangsakan kepada ahli sunah sebagai pendapat yang terpilih dikalangan mereka. Muhkam ialah ayta yang diketahui maksudnya, baik secara nyata maupun Takwil. Mutasyabih ialah ayat yang hanya Allah lah yang mengetahui maksudnya, seperti datangnya hari kiamat, kelurnya Dajjal, huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat. 3. Pendapat dibangsakan kepada Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli fikih mengikutinya. Muhkam ialah ayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan makna Takwil. Mutasyabih ialah ayat yang mengandung banyak Takwil. 4. Pendapatini diceritakan dari Imam Ahmad ra. Muhkam ialah ayat yang tidak berdiri sendiri dan tidak memerlukan keterangan. Mutasyabih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri tetapi memerlukan keterangan. 5. Pendapat ini dibangsakan kepada Imam Al-Haramain. Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya. Mutasyabih ialah ayat yang seharusnya tidak terjangkau dari segi bahasa kecuali bila ada bersamanya indikasi / melalui konteksi. 6. Pendapat Al-Thibi. Muhkam ialah ayat yang jelas maknya dan tidak masuk kepadanya isykal ( kepelikan ). Mutasyabih ialah lawannya.
1

Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-

Nya.

7. Pendapat dibangsakan kepada Imam Al-Razi dan banyak peneliti yang memilih. Muhkam ialah ayat yang ditujukan makna kuat, yaitu lafal Al-Quran nas dan lafal zahir sunah. Mutasyabih ialah ayat yang ditunjukkan maknanya tidak kuat yaitu lafal mujmal, muawwal, dan musykil.

B. SIKAP ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MUTASYABIH DAN AYAT-AYAT MUHKAM

Menurut Al-Zarqani, ayat-ayat Mutasyabih dapat dibagi 3 ( tiga ) macam : 1. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya, seperti pengetahuan tentang zat Allah dan hari kiamat, hal-hal gaib, hakikat dan sifat-sifat zat Allah. Sebagian mana firman Allah dalam surat Al-Anam ayat 59 : Artinya : dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri. 2. Ayat-ayat yang setiap orang bias mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian, seperti ayat-ayat : Hutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutannya, dan seumpamanya. Contoh surat An-Nisa ayat 3 :

)(
Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil , Maka (kawinilah) seorang saja , atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
2 3

Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang

bersifat lahiriyah.
3

Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu.sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

3. Ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para Ulama tertentu dan bukan semua Ulama. Maksud yang demikian adalah makna-makna yang tinggi yang memenuhi hati seseorang yang jernih jiwanya dan mujahid. Sebagai mana diisyaratkan oleh Nabi dengan doanya bagi Ibnu Abbas : Artinya : Ya Tuhanku, jadikanlah seseorang yang paham dalam agama,dan ajarkanlah kepada takwil. Mengenal ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah, pendapat Ulama terbagi kepada dua mazhab : 1. Mazhab salaf. Yaitu mazhab yang mempunyai dan mengimani sifat-sifat Allah yang Mutasyabih, dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah. 2. Mazhab Khakaf. Yaitu Ulama yang menakwilkan lafal yang maknanya lahirnya musthahil kepada makna yang baik bagi zat Allah, contohnya mazhab ini mengartikan mata dengan pengawasan Allah, tangan diartikan kekuasaan Allah, dan lain-lain. Pada hakikatnya tidak ada pertentangan antara pendapat Ulama tersebut, permasalahannya hanya berkisar pada perbedaan dalam menakwilkannya.Secara teoritis pendapat Ulama dapat di kompromikan, dan secara praktis penerapan mazhab khalaf lebih dapat memenuhi tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang dan kritis.Dengan melihat kondisi obyektif intelektual masyarakat modern yang semakin berpikirkritis dewasa, maka mazhab khalaf atau mazhab takwil ini yang lebih tepat diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat dengan mengikuti ketentuan takwil yang dikenal dengan ilmu tafsir.

C. FAWATIB AL-SUWAR. Fawatib Al-Suwar yaitu pembukaan-pembukuan surat yang dimulai dengan potongan-potongan huruf, yang ada umumnya terdapat pada pembukuan ayat atau surat makkiah / huruf- huruf hijaiyah. Pembukuan surat ini ada yang terdiri dari dua huruf, enam huruf, lima huruf dan lain-lain. Seperti : Dalam hal ini ada beberapa pendapat Ulama diantaranya yaitu : 1. Ulama memahami Fatwatil Al-Suwar ini sebagai rahasia hanya Allah yang mengetahuinya. 2. Ulama ini mengatakan bahawa huruf-huruf awal surat sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian dapat dipahami oleh menusia, karena pengnut pendapat ini memberi pengertian kepada ayat ini : Contoh :

Yang berarti Aku Allah yang Melihat. Sedangkan sebagian Ulama memnadang huruf ini sebagai peringatan ( tanbih ) kepada agar Ulama waktu kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada Jibril untuk mendengar ayat-ayat yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian yang lain memandang sebagai peringatn kepada orang Arab agar mereka tertarik mendengarnya. Pendapat Ulama tentanghuruf hijaiyah pembuka surat. a. Az Zamakhsari berkata dalam tafsirnya Al- Qasysyaf hururf-huruf ini ada beberapa pendapat, yaitu : 1. Merupakan nama surat. 2. Sumpah Allah 3. Supaya menarik hati orang yang mendengarnya. b. As Suyuti menakwilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut : Dikatakan bahwapendapat itu hanya ,erupakan anggapan belaka, kemudian As-SSuyuti menerangkan bahwa hal itu suatu rahasia yang hanya Allah lah yang mengetahuinya. c. Al- Quwabi mengatakan bahwasannya kalimat itu merupakan tambih bagi Nabi, maka Allah menyuruh Jibril untuk memberikan perhatian terhadapa apa yang disampaikan kepadanya. d. As-Sayid Rasyid Ridha tidak membenarkan Al-Quwabi karena Nabi senantiasa menunggu kedatangan wahyu, Ia erpendapat sesuai dengan Ar-Rasi, bahwa tambih sebenarnya dihadapkan kepada orangorang kafir apabila nabi membaca Al-Quran mereka menganjurkan satu sama lain untuk tidak mendengarkannya. e. Ulama salaf berpendapat bahwa fawati Al-Suwar telah disusun sejak zaman azali sedemikian rupa supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari yang didatangkan seperti Al-Quran. Oleh karena itu ITikad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya, maka banyaklah orang tidak berani mengeluarkan pendapat tentang huruf-huruf itu, orang menganggap huruf itu termasuk golongan mutasyabihat yang hanya Allah lah yang mengetahuinya. D. HIKMAH ADANYA AYAT-AYAT MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH 1. Ayat-ayat Mutasyabihat ini mengharuskan upayayang lebih banyak untuk mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya. 2. Jika ayat-ayat Al-Quran mengandung ayat Mutasyabihat maka untuk memehami diperlukan cara penafsiran dan tarjih antara satu dengan yang lainnya, hal ini memerlukan berbagai ilmu, seperti Bahasa, Gramatika, Mani, Ilmu Bayan, Ushul Fiqih, dan sebagainya.

3. Ayat-ayat Mutasyabihat merupakan rahmat bagi manusia yang lemah yang tidak mengetahui segala sesuatu. 4. Ayat ini juga merupakam cobaan bagi manusia apakah mereka percaya atau tidak tentang hal yang gaib. 5. Ayat ini menjadi dalil atas kebodohan dan kelemahan manusia. 6. Ayat ini dalam Al-Quran menguatkan kemukjjizatannya

BAB III PENUTUP


A. SARAN Demikianlah makalah ini yang bisa kami sampaikan dan sajikan.Segala kritik dan saran kami tunggu untuk melengkapi segala kekuranga.Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca maupun para pendengar mampu memahami, mengkaji dengan seksama, sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi khasanah dan menjadikan motivasi dalam membuat makalah yang lebih sempurna.

B. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Utsaimin, Muhammad bin Shaleh, Dasar-dasar Penafsiran al-Quran, Semarang, Dina Utama, 1989. Ichwan, Mohammad Nor, Memahami Bahasa al-Quran, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002. Al-Qaththan, Manna, Studi Ilmu-ilmu Quran, Jakarta, Pustaka Litera Antar Nusa, 1973. Mansyur, Kahar, H. Drs, Pokok-pokok Ulumul Quran, Jakarta, Renika Cipta, 1992. Syadali, Ahmad, H.Drs, RofiI, Ahmad H. Drs. Ulumul Quran I, Bandung, Pustaka Setia, 2006. Supiana, M.Ag. Karman, Muhammad, M.Ag. Ulumul Quran dan Pengenalan Metodologi Tafsir, Bandung, Pustaka Islamika, 2002. Google.com, Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih

You might also like