You are on page 1of 23

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE

GOVERNANCE
DALAM PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
PUBLIK
Fachrurrozi
L2E 050501

Program Pascasarjana Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran Bandung


1. Pendahuluan

Ada banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja suatu


perusahaan / organisasi. Salah satunya adalah dengan cara
penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang belakangan
mulai mengemuka. Munculnya corporate governance (CG) ini pada
dasarnya dipacu oleh dua hal, yaitu perubahan lingkungan sangat
cepat yang berdampak pada perubahan peta kompetisi pasar global
dan semakin banyaknya pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan (stakeholders).

Stakeholder adalah orang-perorangan atau suatu kelompok dengan


kepentingan yang dilegitimasi pada suatu prosedur dan / atau aspek
substansi dari aktivitas perusahaan.
Governments Investors Political
Group

Suppliers FIRM Customers

Trade Employees Communitie


Association s

Gambar 1. Stakeholders
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan GCG adalah
meningkatkan kinerja perusahaan demi mencapai kepuasan
stakeholders. GCG mengarahkan perusahaan mencapai Good End
Result, yaitu kepuasan stakeholders. Dengan kata lain Corporate
Governance adalah seperangkat hubungan antara pemegang saham,
pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-
hak dan kewajiban mereka. Singkatnya, CG adalah suatu sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Keadaan selanjutnya adalah bagaimana mengukur kinerja


perusahaan? Pilihan ukuran kinerja merupakan tantangan utama
yang dihadapi perusahaan. Sistem pengukuran kinerja memainkan
peranan penting dalam mengembangkan perencanaan strategis,
pemantauan, pengendalian, penilaian terhadap pencapaian tujuan
perusahaan, dan sebagainya. Parameter yang sering digunakan
adalah dengan menggunakan pendekatan keuangan, sehingga
informasinya bersumber dari laporan keuangan perusahaan.
Dengan demikian konsep ini dengan cepat diterima oleh masyarakat
luas bahkan penilaian kinerja suatu perusahaan kini ditentukan sejauh
mana keseriusannya menerapkan GCG. Survei CLSA Emerging
Market April 2001 menemukan korelasi positif antara harga saham
dan praktek GCG. Selama tiga tahun sebelumnya, nilai saham 100
perusahaan di pasar yang sedang berkembang (emerging market)
meningkat rata-rata 127% (dalam US$) dan 25 perusahaan peringkat
teratas yang mempraktekkan GCG dengan sangat baik, nilai
sahamnya meningkat rata-rata 267% (sumber: SWA, 2001).

Dari keadaan tersebut didapat bahwa pelaporan keuangan


Perusahaan Publik – perusahaan publik dalam kaitannya disini adalah
perusahaan yang listing (terdaftar) di bursa saham – yang
menerapkan GCG dengan baik akan memberikan citra tersendiri di
mata para investor. Kecenderungan untuk lebih memberikan GCG
sebuah ’ruangan’ tersendiri dalam laporan keuangan perusahaan
menjadikan kinerja perusahaan lebih ’berbobot’.
2. Pengertian

Organization Economic Cooperation and Development (OECD)


berpendapat bahwa CG merupakan struktur hubungan serta
kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak-pihak terkait yang
terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan komisaris
termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya
suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan
utama perusahaan.
Prinsip-prinsip dasar dari GCG meliputi:
1. Fairness yaitu kepastian perlindungan atas hak seluruh pemegang
dari penipuan (fraud) dan penyimpangan lainnya serta adanya
pemahaman yang jelas mengenai hubungan berdasarkan kontrak
diantara penyedia sumber daya perusahaan dan pelanggan.
Neutrality: General purpose of Financial Report, yaitu menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Transparancy yaitu keterbukaan mengenai informasi kinerja
perusahaan, baik ketepatan waktu maupun akurasinya. Hal ini
berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan.
Dalam PSAK No.1 Paragraf 70 dijelaskan tentang Full Disclosure,
yaitu ”Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif
atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi
tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas
laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akutansi
Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar.“
3. Accountability yaitu penciptaan sistem pengawasan yang efektif
berdasarkan pembagian wewenang, peranan, hak dan tanggung
jawab dari pemegang saham, manajer, dan auditor. Hal-hal yang
mencakup prinsip akuntabilitas ini adalah Recording yaitu
pencatatan tiap-tiap transaksi, Reporting yaitu pengikhtisaran
catatan semua transaksi, dan Auditing yaitu pengujian kebenaran
catatan dan laporan. Ketiga kegiatan tersebut harus didasarkan
pada standar yang berlaku.
4. Responsibility yaitu pertanggungjawaban perusahaan kepada
stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan itu berada.
3. Pembahasan
Wicaksono (2000) menjelaskan bahwa keberhasilan penerapan
CG tidak terlepas dari struktur kepemilikan perusahaan. Struktur
kepemilikan tercermin baik melalui instrumen saham maupun
instrumen utang sehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah
kemungkinan bentuk masalah keagenan yang terjadi. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan,
antara lain :
1. Kepemilikan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen
mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan
semata.
2. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada
pemegang saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif
dalam perusahaan.
3. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan
dan maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan
milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik
dibandingkan tujuan perusahaan.
Terdapat dua mekanisme dalam penerapan CG yaitu mekanisme
intern berkaitan dengan pengendalian intern perusahaan
khususnya peranan dewan komisaris. Dewan komisaris berfungsi
sebagai wakil pemegang saham khususnya dan stakeholders
lainnya umumnya untuk mengawasi aktivitas manajemen sehingga
asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham dapat
diatasi. Dengan asumsi dewan komisaris mewakili pemegang
saham, maka dewan komisaris merupakan alat pengendalian dan
merupakan elemen yang sangat penting dalam mekanisme intern
corporate governance.
Mekanisme lain dari CG adalah mekanisme ekstern, yaitu mekanisme
kontrol yang memanfaatkan semua perangkat yang ada di luar
perusahaan, baik ekonomi, hukum dan sosial untuk mengontrol
jalannya perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang
saham dan stakeholders lainnya. Perangkat tersebut mencakup
pasar uang dan pasar modal yang bersaing, perangkat hukum dan
perundang-undangan yang lengkap, penerapan hukum dan
perundang-undangan yang konsisten dan adil, pasar barang dan
jasa (termasuk pasar tenaga kerja yang profesional) yang aktif dan
terbuka, konsumen yang aktif, tanggap dan sadar akan hak dan
kewajibannya.
Dalam melakukan penilaian kinerja perusahaan, pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan tentunya memperhatikan
laporan keuangan perusahaan. Apalagi sebagai investor, yang
menganalisa harga saham melalui pendekatan fundamental, laporan
keuangan merupakan hal yang sangat penting. Telah dijelaskan
sebelumnya, perusahaan yang menerapkan GCG dengan sangat baik,
nilai sahamnya meningkat rata-rata 267%.
Pelaporan keuangan perusahaan publik di pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam
pengimplementasiannya harus diatur oleh sejumlah aturan-aturan.
Perusahaan-perusahaan tersebut diatur dalam berbagai Peraturan
Pasar Modal. Peraturan perundangan di Pasar Modal Indonesia diatur
melalui UU No. 8 th. 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan Pemerintah
(PP) No. 45 th. 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal yang diubah dengan PP No. 12 th. 2004, juga PP No. 46
th. 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
Aturan-aturan tersebut ditambah pula oleh Keputusan-keputusan
Menteri Keuangan tentang kegiatan di Pasar Modal. Selain itu pula
keputusan yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) dan peraturan lainnya.
Prinsip-prinsip GCG

Pedoman GCG

Perangkat Hukum
(Peraturan)

Kepatuhan Penegakan Hukum


(Compliance) (Enforcement)

Moral ~ Etika
(iman & taqwa)

Gambar 2. Sinergi dalam Implementasi


Good Corporate Governance
Pada Gambar 2, bahwa prinsip-prinsip GCG yang dituangkan dalam
pedoman GCG berkaitan antara satu pihak dengan pihak yang
lain. Dengan demikian, pelaporan keuangan perusahaan publik
untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaannya, harus
menerapkan GCG dengan baik.

Coombes dan Watson (2000) menyatakan bahwa pemegang saham


saat ini sangat aktif dalam meninjau kinerja perusahaan karena
mereka menganggap bahwa CG yang lebih baik akan memberikan
imbal hasil yang lebih tinggi bagi mereka. Tujuhpuluh lima persen
dari investor mengatakan bahwa praktek CG paling tidak sama
pentingnya dengan kinerja keuangan ketika mereka mengevaluasi
perusahaan untuk tujuan investasi. Bahkan 80% dari investor
mengatakan bahwa mereka akan membayar lebih mahal untuk
saham perusahaan yang memiliki CG yang lebih baik (well-
governed company atau WGC) dibandingkan perusahaan lain
dengan kinerja keuangan relatif sama.
Prinsip GCG

Transparency Accountability

Fairness Responsibility

UU PT
UU PM

Peraturan Peraturan Peraturan Peraturan


Bapepam Bapepam Bapepam Bapepam
Transparency Fairness Responsibility Accountability

Kepatuhan Penegakan Hukum

Moral / Etika (Iman & Taqwa)

Gambar 3. Implementasi
Good Corporate Governance – UUPM
Pada Gambar 3 diperlihatkan bahwa penerapan GCG dalam
kaitannya dengan pelaporan keuangan perusahaan publik adalah
sangat jelas. Sehingga agar kinerja perusahaan terlihat lebih bagus
dibandingkan dengan perusahaan lain, diharapkan perusahaan
tersebut menerapkan GCG yang baik di perusahaannya.

Dengan adanya aturan-aturan tersebut diharapkan perusahaan lebih


fokus lagi menerapkan GCG dalam perusahaannya. Dalam
kaitannya pada pembahasan ini, aturan yang diterapkan tentunya
adalah aturan dari pemerintah tentang Undang-undang tentang
Perseroan Terbatas, Keputusan-keputusan pemerintah lainnya
yang berkaitan dengan parusahaan publik dan juga aturan dari
Bapepam yaitu Undang-undang Pasar Modal.
Namun kendala yang terjadi di lapangan ternyata dari hasil riset
diperoleh hal-hal sebagai berikut :

• Implementasi GCG masih dipandang sekadar sebagai ketaatan


regulasi. Sehingga masih banyak perusahaan yang menganggap
GCG hanya sebagai alat (tools) tambahan untuk masuk ke pasar
modal tanpa memperhatikannya lebih serius lagi.
2. Aturan mengenai pelaksanaan GCG belum tegas.

3. Pemenuhan hak-hak para pemegang saham, khususnya


pemegang saham minoritas masih rendah.
Contohnya: Perusahaan masih mementingkan para pemegang
saham terbesar bila ada pembagian keuntungan atau pada saat
perusahaan dinyatakan bangkrut. Terkadang para pemegang
saham minoritas hanya kebagian “sisanya“ saja, itu pun jika masih
ada sisa.
4. Dewan komisaris belum efektif dalam menjalankan fungsinya.
Terkadang dewan komisaris tidak mengetahui tentang apa saja hak
dan tanggung jawabnya, sehingga pelaksanaan kegiatan bisnis di
perusahaan tidak terkontrol.

5. Pengawasan kinerja direksi masih rendah.


Kurangnya pengetahuan tentang penerapan GCG di sebuah
perusahaan, membuat sebagian orang-orang yang berkompeten
di bidang tersebut terkadang melakukan hal-hal yang tidak
sejalan dengan tujuan perusahaan.

6. Perhatian terhadap stakeholder belum cukup baik.


Penghargaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan masih belum terlalu diperhatikan. Sehingga para
stakeholder merasa apa yang dia berikan untuk perusahaan
tidak dihargai oleh perusahaan dan bekerja tanpa target/tujuan.
7. Laporan tahunan belum memberikan informasi yang memadai.
Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan, kebanyakan
tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya.
Annual Report suatu perusahaan terkadang dibuat sedemikian
rupa hanya untuk “menjual“ perusahaan saja dengan
memperbagus akun-akun tertentu dan tidak mengungkapkan apa-
apa saja aktivitas/kegiatan yang berlangsung di perusahaan.

8. Law enforcement lemah.


Penegakan hukum atas pelanggaran yang ada tidak
dilakukan dengan tegas. Hal ini terjadi mungkin aparat hukumnya
belum memahami secara menyeluruh tentang aturan-aturan yang
ada.
9. Adanya “kerjasama“ perusahaan dengan pihak profesional
(termasuk auditor) yang memeriksa perusahaan.
Pemeriksaan laporan keuangan perusahaan bisa dibuat
bagus oleh auditor dengan mengeluarkan pendapat wajar tanpa
syarat setelah tentunya mengadakan “kesepakatan“ dengan
perusahaan.
4. Kesimpulan

Salah satu perangkat untuk meningkatkan daya saing perusahaan


dari sudut pandang nilai pemegang saham adalah implementasi
Good Corporate Governance (GCG). Perusahaan yang
menerapkan GCG secara baik dan berkelanjutan memiliki nilai
lebih dibandingkan perusahaan yang tidak/belum menerapkan
CGC.
Prinsip-prinsip dasar dari GCG meliputi :
Fairness yaitu kepastian perlindungan atas hak seluruh
pemegang dari penipuan (fraud) dan penyimpangan lainnya
serta adanya pemahaman yang jelas mengenai hubungan
berdasarkan kontrak diantara penyedia sumber daya
perusahaan dan pelanggan.
Transparancy yaitu keterbukaan mengenai informasi kinerja
perusahaan, baik ketepatan waktu maupun akurasinya. Hal ini
berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan.
Accountability yaitu penciptaan sistem pengawasan yang efektif
berdasarkan pembagian wewenang, peranan, hak dan tanggung
jawab dari pemegang saham, manajer, dan auditor.
Responsibility yaitu pertanggungjawaban perusahaan kepada
stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan itu berada.

Prinsip-prinsip GCG memerlukan sinergi antara:


- Perangkat hukum (peraturan)
- Continous Compliance
- Penegakan hukum (law enforcement)
- Landasan Moral ~ etika.
Secara konsep, GCG adalah sesuatu yang relatif baru di Indonesia,
pelaku pasar belum dapat menangkap sepenuhnya pentingnya
GCG sehingga pada akhirnya praktek Corporate Governance
(CG) tidak sepenuhnya tercermin di harga saham. Lebih jauh lagi,
untuk dapat menilai praktek CG diperlukan pengungkapan yang
transparan, adahal justru sebagian besar emiten di BEJ masih
cenderung menghindari pengungkapan praktek CG-nya, akibatnya
tentu saja pelaku pasar akan mengalami kesulitan untuk menilai
praktek CG para emiten, yang berakibat kurang tercerminnya
praktek CG di harga saham.
5. Rekomendasi

Regulator pasar modal (Bapepam) harus bertindak antisipatif dan


responsif terhadap segala perubahan yang terjadi di kalangan
bisnis dengan cara mengadakan penyempurnaan dan penerbitan
peraturan-peraturan yang baru mengikuti perkembangan yang
ada. Sehingga mendorong perusahaan untuk lebih transparan
dalam mengungkapkan praktek CG

Bapepam harus menjalani tugasnya sebagai law enforcement


dengan baik agar GCG bisa diterapkan dengan baik.

Memberikan lebih banyak lagi informasi tentang sistem / prinsip-


prinsip GCG sehingga perusahaan dapat
mengimplementasikannya dengan baik. Apakah itu dengan
adanya seminar-seminar atau dengan iklan layanan masyarakat.

You might also like