You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG Salah satu unsur atau syarat yang harus dipenuhi untuk terbentuknya suatu negara adalah pemerintahan yang berdaulat atau kedaulatan. Istilah kedaulatan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli kenegaraan berkebangsaan Perancis yang bernama Jeans Bodin (1539-1596). Menurut Jeans Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan ini sifatnya tunggal, asli, dan tidak dapat dibagi-bagi. Tunggal berarti hanya ada satu kekuasaan tertinggi, sehingga kekuasaan itu tidak dapat dibagi-bagi. Asli berarti kekuasaan itu berasal atau tidak dilahirkan dari kekuasaan lain. Sedangkan abadi berarti kekuasaan negara itu berlangsung terus-menerus tanpa terputus-putus. Maksudnya pemerintah dapat bergantiganti, kepala negara dapat berganti atau meninggal dunia, tetapi negara dengan kekuasaanya berlangsung terus tanpa terputus-putus. Pembukaan UUD 1945 Alinea Ke Empat menyatakan .susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat .. Pernyataan selanjutnya dijabarkan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Terjadinya perubahan ke empat Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, mempunyai dampak bahwa MPR tidak dinyatakan lagi secara tegas sebagai pelaksana kedaulatan rakyat. Hal ini menimbulkan dampak adanya lembaga-lembaga negara lain yang terkait dengan pelaksana Kedaulatan Rakyat. Maka penulis mencoba membahas makna kedaulatan rakyat dan pelaksanaan dari kedaulatan rakyat berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Setelah Perubahan Ke Empat UUD 1945. Penelitian yang dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan metode deskriftif analitis dengan pendekatan yuridis normatif.

Kedaulatan rakyat yang terkandung dalam Pasal 1 ayat (2) Setelah Perubahan Ke Empat UUD 1945 mengandung makna bahwa rakyatlah yang mempunyai kedaulatan dan kedaulatan rakyat tersebut diwakilkan kepada badan-badan/lembaga-lembaga perwakilan rakyat. Dan MPR bukan lagi sebagai pelaksana penuh kedaulatan rakyat, sebagian wewenang MPR telah dialihkan kepada lembaga negara lain seperti dalam hal pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan langsung oleh rakyat dalam pemilu, begitu juga dalam hal pemberhentian Presiden harus melalui Mahkamah Konstitusi. Ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 Setelah Perubahan Ke Empat menyatakan adanya lembaga-lembaga negara lain sebagai pelaksana kedaulatan menurut tugas dan fungsinya masing-masing.

2. RUMUSAN MASALAH Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam paper ini, antara lain mengenai kedaulatan yakni: a. Bagaimana kedaulatan rakyat dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 sebelum dimandemen dan sesudah diamandemen? b. Bagaimana mekanisme penerapan atau pelaksanaan kedaulatan rakyat di Indonesia?

3. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu : a. Tujuan umum Memenuhi tugas mata lukiah Negara Hukum dan Demokrasi. b. Tujuan khusus Menjelaskan pengertian kedaulatan rakyat. Membedakan kedaulatan rakyat dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 sebelum diamandemen dan sesudah diamandemen. Menerangakan mekanisme penerapan kedaulatan rakyat di Indonesia

4. MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan paper ini adalah untuk : a. Dengan menulis paper ini, diharapkan kita akan mengerti mengenai teoriteori kedaulatan yang ada. b. Menjadi memahami secara lebih detail tentang teori kedaulatan rakyat c. Dapat membedakan antara kedaulatan rakyat menurut UUD 1945 sebelum dan setelah Amandemen. d. Mengetahui penerapan tentang mekanisme pelaksanaan Kedaulatna Rakyat.

BAB II KAJIAN KERANGKA BERPIKIR TEORITIK

1. TEORI-TEORI KEDAULATAN a. Kedaulatan Tuhan, Teori kedaulatan Tuhan dimana kekuasaan yang tertinggi ada pada Tuhan, jadi didasarkan pada agama. Teori-teori teokrasi ini dijumpai, bukan saja di dunia barat tapi juga di timur. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuasaan teokrasi dimiliki oleh hampir seluruh negara pada beberapa peradaban. b. Kedaulatan Raja, Teori kedaulatan bahwa kekuasaan yang tertinggi ada pada raja hal ini dapat digabungkan dengan teori pembenaran negara yang menimbulkan kekuasaan mutlak pada raja/ satu penguasa. Teori-teori kekuasaan jasmani atau teori-teori perjanjian dari Thomas Hobbes. c. Kedaulatan Rakyat, Teori ini lahir dari reaksi pada kedaulatan raja. Yang menjadi bapak dari ajaran ini adalah JJ. Rousseau yang pada akhirnya teori ini menjadi inspirasi Revolusi Perancis. Teori kedaulatan rakyat ini sebagai cikal bakal dari ajaran demokrasi. Sebagai pelopor teori ini adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778). d. Kedaulatan Negara, Teori ini juga sebagai reaksi dari kedaulatan rakyat, tetapi melangsungkan teori kedaulatan raja dalam suasana kedaulatan rakyat. Menurut paham ini, Negaralah sumber dalam negara. Dari itu negara (dalam arti government= pemerintah) dianggap mempunyai hak yang tidak terbatas terhadap life, liberty dan property dari warganya. e. Teori Kedaulatan Hukum, Teori kedaulatan hukum timbul sebagai penyangkalan terhadap teori kedaulatan negara dan dikemukan oleh Krabbe. Teori ini menunjukkan kekuasaan yang tertinggi tidak terletak pada raja (teori kedaulatan raja) juga tidak pada negara (teori kedaulatan negara). Tetapi berada pada hukum yang bersumber pada kesadaran hukum pada setiap orang.

2. PENGERTIAN KEDAULATAN RAKYAT Teori kedaulatan rakyat lahir sebagai reaksi atas teori kedaulatan raja yang kebanyakan menghasilkan tirani dan kesengsaraan bagi rakyat. Jean Jacques Rousseau, Bapak Teori Kedaulatan Rakyat, melalui buku Le Contract Social mengutarakan teori mengenai perjanjian masyarakat (kontrak sosial) yang menyatakan bahwa dalam suatu negara, natural liberty telah berubah menjadi civil liberty di mana rakyat memiliki hak-haknya. Kekuasaan rakyat sebagai hal tertinggi dalam hal ini melalui perwakilan yang didasarkan pada suara terbanyak. Menurut Rousseau, keputusan dari suara terbanyak (mayoritas) selalu mewakili kepentingan umum. Namun, pada kenyataannya, yang didukung oleh suara terbanyak tidak lagi mempersoalkan kebenaran melainkan mempermasalahkan tentang menang atau kalah. Menurut teori ini, rakyatlah yang berdaulat dan mewakilkan atau menyerahkan kekuasaannya kepada negara. Kemudian negara memecah menjadi beberapa kekuasaan yang diberikan pada pemerintah, ataupun lembaga perwakilan. Tetapi karena pada saat dilahirkan teori ini banyak negara yang masih menganut sistem monarki, maka yang berkuasa adalah raja atau pemerintah. Bilamana pemerintah ini melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan kehendak rakyat, maka rakyat akan bertindak mengganti pemerintah itu. Kedaulatan rakyat ini, didasarkan pada kehendak umum yang disebut volonte generale oleh Rousseau. Apabila Raja memerintah hanya sebagai wakil, sedangkan kedaulatan penuh ditangan rakyat dan tidak dapat dibagikan kepada pemerintah itu. Teori ini menjadi inspirasi banyak negara termasuk Amerika Serikat dan Indonesia, dan dapat disimpulkan bahwa trend dan simbol abad 20 adalah tentang kedaulatan rakyat. Sejak awal kemerdekaan, negara kita telah menerapkan konsep yang terdapat dalam teori kedaulatan rakyat. Mulai dari pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi sampai pengangkatan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden, seluruhnya dilaksanakan dengan prinsip demokrasi. Walaupun selanjutnya banyak terjadi penyimpangan dalam sistem pemerintahan, baik pada masa Orde Lama

maupun Orde Baru, tetapi pada akhirnya, kedaulatan rakyatlah yang menentukan ke mana arah tujuan negara kita berikutnya. Negara Indonesia menganut paham demokrasi. Dasarnya secara konstitusional dan fundamental adalah pembukaan undang-undang dasar 1945, alinea IV yang antara lain menegaskan salah satu dasar Negara, berbunyi : kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kemudian pasal 1 ayat (2) batang tubuh undang-undang dasar 1945 menegaskan bahwa, kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. (UUD 1945 sebelum diamandemen). Dari dua dasar kontitusional dan fundamental tersebut jelaslah bahwa Indonesia sebagai Negara demokrasi tidak bisa dibantah. Kata kerakyatan dan kedaulatan adalah ditangan rakyat itulah yang menunjukan asas demokrasi, artinya kekuasaan sepenuhnya berada ditangan rakyat. Pengarang lama seperti Jean Bodin(1530-1596) di dalam bukunya Six Lives de La Republique (1679) mengemukakan pendapatnya bahwa kedaulatan adalah kekuasaan yang mengatasi warga Negara dan anak buah, malahan mengatasi undang-undang. Dengan kata lain kedaulatan adalah kekuasaan yang penuh dan langgeng kepunyaan satu republik. Jadi, satu kedaulatan itu tidaklah dipecah-pecah karena satu Negara hanya ada satu kekuasaan tertinggi.

BAB III PEMBAHASAN I KEDAULATAN RAKYAT BERDASARKAN UUD 1945

1. Pasal 1 Ayat ( 2) UUD 1945 Sebelum Perubahan Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Pasal tersebut melahirkan: a. Supremasi MPR. b. Presiden mandataris MPR. c. Presiden pemegang teguh kekuasaan tertinggi sesudah majelis. d. Presiden pemegang sekaligus kekuasaan eksekutif dan legislatif. Pasal 4 Ayat (1) UUD 1945 sebelum perubahan : ..memegang kekuasaan pemerintahan negara Pasal 5 Ayat (1) UUD 1945 sebelum perubahan: ..memegang kekuasaan membentuk undang-undang e. Sentralisasi kekuasaan. Secara sederhana dikatakan bahwa, kedaulatan itu berarti kekuasaan penuh dan kedaulatan rakyat berarti kekuasaan sepenuhnya berada ditangan rakyat. Hanya saja sejalan dengan teori Rousseau tentang kedaulatan rakyat itu, maka kedaulatan rakyat Indonesia tidak dilakukan melainkan diserahkan pelaksanaannya kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sehingga menurut ketatanegaraan UUD 1945, MPR merupakan Lembaga Tertinggi Negara, karena lembaga tersebut dapat dikatakan sebagai miniature (penjelmaan kecil) dari seluruh rakyat Indonesia.

2. Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 Setelah Perubahan Perubahan UUD 1945 ketiga tahun 2001 yang diantaranya mengubah rumusan pasal 2 ayat (2) UUD 1945 yang bunyinya menjadi:

Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar. Jika berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 sebelum perubahan kedaulatan dilakukan sepenuhnya oleh MPR dan kemudian didistribusikan kepada lembaga-lembaga tinggi negara, maka berdasarkan hasil perubahan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 kedaulatan tetap berada di tangan rakyat dan pelaksanaannya langsung didistribusikan secara fungsional (distributed functionally) kepada organ-organ konstitusional. Perubahan ketentuan ini mengalihkan Negara Indonesia dari system MPR kepada system kedaulatan rakyat yang diatur melalui UUD 1945. UUD 1945-lah yang menjadi dasar dan rujukan utama dalam menjalankan kedaulatan rakyat. Konsekuensinya, setelah Perubahan UUD 1945 tidak dikenal lagi konsepsi lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara. LembagaIembaga negara yang merupakan organ konstitusional kedudukannya tidak lagi seluruhnya hierarkis di bawah MPR, tetapi sejajar dan saling berhubungan berdasarkan kewenangan masing-masing berdasarkan UUD 1945. Perubahan rumusan pasal 1 ayat (2) UUD 1945 tersebut membawa kosekuensi dan implikasi yang signifikan terhadap fungsi dan kewenangan dari lembaga negara, terutama pada lembaga MPR sebagai pelaksana kedaulatan rakyat sepenuhnya. Dengan demikian MPR tidak lagi sebagai satusatunya lembaga yang melakukan kedaulatan rakyat. Kedaulatan tetap dipegang oleh rakyat, namun pelaksanaanya dilakukan oleh beberapa lembaga negara yang memperoleh amanat dari rakyat dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Berdasarkan perubahan tersebut, kedaulatan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga negara yang diatur secara jelas kewenangannya dalam UUD 1945. Presiden menjalankan kedaulatan rakyat untuk menjalankan

pemerintahan negara. DPR menjalankan kedaulatan rakyat untuk membentuk undang-undang dan mengawasi Presiden. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi menjalankan kedaulatan rakyat dalam bidang yudikatif dan peradilan.

BAB IV PEMBAHASAN II MEKANISME PENERAPAN KEDAULATAN RAKYAT DI INDONESIA

Sebagai konstitusi politik, UUD 1945 setelah perubahan juga mengatur mengenai mekanisme demokrasi politik yaitu ketentuan-ketentuan tentang sistem pemilihan anggota legislatif DPR, DPD atau DPRD, Presiden, Gubernur, Bupati atau Walikota, dalam berbagai pasal, yang sebelumnya tidak dituangkan secara tegas dalam UUD 1945 sebelum perubahan. Mekanisme demokrasi yang menjamin terlaksananya kedaulatan rakyat dalam pengisian jabatan-jabatan lembaga negara diatur dalam satu pasal khusus yaitu pasal 22 E. Pasal tersebut juga mengatur tata cara pemilu, termasuk ketentuan pendirian lembaga independen Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pasal 22 E Ayat (1) Pemilihan Umum dilaksanakan secara umum, bebas, rahasia, jujur, adil setiap lima tahun sekali Pasal 22 E Ayat (2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sengaja dimasukkan di dalam Pasal 22 E Ayat (2) bukan kebetulan semata, melainkan sebuah kesengajaan yang dilakukan oleh para perumus perubahan UUD 1945 saat itu yang berpendapat bahwa sebaiknya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bersamaan dengan pemilihan umum untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD. Selain lembaga-lembaga negara UUD 1945 juga telah menyebutkan secara jelas infrastruktur politiknya yaitu Partai Politik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa a. Didalam UUD 1945 yang sudah diamandeman terjadi perubahan mendasar dalam pasal 1 ayat (2) yang sebelumnya berbunyi kedaulatan ditangan rakyat dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat berubah menjadi kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang dasar. b. Dalam pasal 22 E mengatur tata cara pemilu yang merupakan penerapan kedaulatan rakyat, termasuk ketentuan pendirian lembaga independen Komisi Pemilihan Umum (KPU). Disebutkan pada ayat (1) Pumilu dilaksanakan secara umum, bebas, rahasia, jujur, adil setiap lima tahun sekali.

2. SARAN a. Dengan adanya kedaulatan ditangan rakyat yang dilaksanakan menurut undang-undang diharapkan tidak terjadi penyelewengan kekuasaan karena hal tersebut demi terciptanya kesejahtraan. b. Pemilu merupakan wujud kedaulatan rakyat sehingga diharapkan pemilu benar-benar berlangsung jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia sesuai dengan prinsipnya.

10

DAFTAR PUSTAKA

Abu Daud Busroh. 2006. Ilmu Negara.Jakarta : PT. Bumi Aksara (Reader Ilmu Negara UNUD)

Isjwara, F. 1980. Pengantar Ilmu Politik. Bandung : Bina Cipta (Reader Ilmu Negara UNUD)

Mahfud, Moh. 2001. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

http://www.gatra.com.

http://www.unisosdem.org/.

11

You might also like